1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Australia Indonesia Partnership
for Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
Rudi Hamarno
Maria Diah Ciptaning Tyas
KEPERAWATAN
KEGAWAT DARURATAN
MODUL
Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan II
SEMESTER 8
KEGIATAN BELAJAR 2
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
TENTAMEN SUICIDE KEJANG ANAK
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
Peserta didik mampu melakukan asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada
pasien tentamen suicide dan kejang demam
pada anak.
Kegiatan
Belajar 2
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada
: Tentamen Suicide dan Kejang Anak
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Peserta didik mampu
a. Mengidentifikasi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi
kegawatdaruratan pada pasien tentamen suicide
b. Mengidentifikasi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi
kegawatdaruratan pada pasien kejang demam pada anak
Gambar : Suhu Tubuh Tidak Normal
Pokok-pokok Materi
Pada modul ini, Anda akan mempelajari materi mengenai asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien tentamen suicide. Adapun yang dipelajari meliputi materi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi kegawatdaruratan pada pasien
tentamen suicide. Selain materi tersbeut Anda juga akan mempelajari asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien kejang demam pada anak. Begitupula pada kasus
kejang demam pada anak, Anda juga akan mempelajari meliputi : pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi dan evaluasi kegawatdaruratan pada pasien infark miokard akut.
Demikian beberapa materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar ini.
Selamat belajar……!
Pokok-Pokok Materi
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
3
Uraian
Materi
Anda tentunya sudah sering mendengar dan
mungkin pernah melihat orang bunuh diri,
secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa
Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti
sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan.
Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai
sebuah perilaku pemusnahan secara sadar
yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang
individu yang memandang bunuh diri sebagai
solusi terbaik dari sebuah isu. Bunuh diri
merupakan kematian yang diperbuat oleh sang
pelaku sendiri secara sengaja (Harold I, Kaplan &
Berjamin J. Sadock, 1998). Beck (dalam Salkovskis,
1998) mendefinisikan percobaan bunuh diri
(tentamen suicide) sebagai sebuah situasi dimana
seseorang telah melakukan sebuah perilaku yang
sebenarnya atau kelihatannya mengancam hidup
dengan intensi menghabisi hidupnya, atau memperlihatkan intensi demikian, tetapi
belum berakibat pada kematian.
Tidak ada faktor tunggal pada kasus bunuh diri, setiap faktor yang ada saling berinteraksi.
Adapun beberapa faktor Penyebab perilaku bunuh diri adalah: Penyebab bunuh diri pada
anak: 1) Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, 2) Situasi keluarga yang kacau,
3) Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik 4) Gagal sekolah, 5) Takut atau dihina di
sekolah, 6) Kehilangan orang yang dicintai, 7) Dihukum orang lain, sedangkan penyebab
bunuh diri pada remaja adalah 1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, 2) Sulit
mempertahankan hubungan interpersonal, 3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau
pemerkosaan, 4) Perasaan tidak dimengerti orang lain 5) Kehilangan orang yang dicintai,
6) Keadaan fisik, 7) Masalah orang tua, 8) Masalah seksual, 9) Depresi, penyebab bunuh
diri pada mahasiswa adalah 1) Self ideal terlalu tinggi, 2) Cemas akan tugas akademik
yang banyak, 3) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang
orang tua, 4) Kompetisis untuk sukses, dan penyebab bunuh diri pada usia lanjut adalah 1)
Perubahan status dari mandiri ke tergantung, 2) Penyakit yang menurunkan kemampuan
berfungsi, 3) Perasaan tidak berarti di masyarakat, 4) Kesepian dan isolasi sosial, 5)
Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan), 6) Sumber hidup berkurang.
Beberapa faktor lain Penyebab perilaku bunuh diri dapat dikategorikan sebagai berikut :
YangpertamaadalahFactorgenetic:Memanggenmemainkanperanandalammenentukan
temperamen seseorang, dan penelitian membuktikan bahwa dalam beberapa garis
keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga
lainya, kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Kadar sebuah
neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam kerentanan biologis seseorang
terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, “Kadar serotonin yang rendah
dapat melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya
serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri. Kedua Factor keperibadian : Para
A. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan tentamen
Suicide
Gambar : Percobaan Bunuh Diri
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
ahli telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang
tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur,
yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang
memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu
akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap
orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya. Robert Firestone dalam
buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan
kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman,
lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di
dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Pengaruh
dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposisi (faktor
bawaan). Ketiga adalah Faktor psikologis : Faktor psikologis yang mendorong bunuh
diri adalah kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan,
kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang
memaksa masyarakat mengungsi. Keempat adalah Faktor ekonomi: Ekonomi sangat
berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang.
Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh
diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan
mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi.
Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta anaknya karena tidak
memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih
memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup, dan yang terakhir
adalah faktor adanya Gangguan mental dan kecanduan: Mereka tidak memikirkan akan
apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah
tidak bisa bekerja dengan baik.
Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar,
scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
Gambar : Percobaan Bunuh Diri
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
5
Jenis-jenis tentamen Suicide atau percobaan bunuh diri yang perlu
anda ketahui adalah:
1) Ancaman Bunuh Diri: Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara
verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga
mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya
dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa
kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian.
Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
2) Upaya bunuh diri: Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.
3) Bunuh diri: Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin
mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Metode Bunuh Diri
Metode memiliki makna khusus atau simbolisasi dari individu. Secara umum, metode
bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu: minum obat (memakan padatan, cairan,
gas, atau uap), menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas), senjata api dan
peledak, menenggelamkan diri, melompat, memotong (menyayat dan menusuk).
Bunuh diri atau percobaan bunuh diri dapat dijelaskan secara ilmiah yang dipandang
dari berbagai perspektif, namun sebenarnya penjelasan berikut hendaknya dipandang
sebagai satu kesatuan dalam memahami perilaku bunuh diri yang kompleks. Dihat dari :
Gambar : Alat Bunuh Diri
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
1) perspektif Psikologis terdapat 3 penjelasan, penjelasan pertama didasarkan pada
ungkapan Freud yang mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorang atau
objek yang diinginkan. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri
mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap
objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang
yang hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih
sayang,perasaanmarahdanharapanuntukmenghukumjugaditujukanpadadirisendiri.
Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi, penjelasan kedua memandang masalah
bunuh diri pada dasarnya adalah masalah kognitif. Fokus pandangan ini terletak pada
penilaian negatif yang dilakukan oleh suicidal person terhadap diri, situasi sekarang,
dunia, dan masa depan. Penjelasan ketiga menyatakan bahwa perilaku bunuh diri itu
dipelajari. Teori ini berpendapat bahwa sebagai seorang anak, individu suicidal belajar
untuk tidak mengekspresikan agresi yang mengarah keluar dan sebaliknya membalikkan
agresi tersebut menuju pada dirinya sendiri. Di samping itu, sebagai akibat dari
reinforcement negatif, individu tersebut menjadi depresi. Sebagai tambahan, Jamison
(dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengemukakan bahwa psikopatologi adalah elemen
paling umum pada perilaku bunuh diri. Dia percaya bahwa sakit mental memainkan
suatu peranan penting pada perilaku bunuh diri. Beberapa kondisi psikopatologis
yang difokuskannya adalah mood disorder, schizophrenia, borderline dan antisocial
personality disorder, alkoholik, dan penyalahgunaan obat-obatan.
Gambar : Faktor Bunuh Diri
2) Penjelasan Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis yang tepat
untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada
level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif
dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan
bawaanlahir,dimanaorangyangsuicidalmempunyaikeluargayangjugamenunjukkan
kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor
biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri.
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
7
3) Penjelasan Sosiologis
Memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan
masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak
dengan masyarakatnya. Berdasarkan hubungan tersebut, Durkheim (dalam Corr,
Nabe, & Corr, 2003) membagi bunuh diri menjadi 4 tipe yaitu: pertama adalah Egoistic
Suicide , dimana inidividu yang bunuh diri adalah individu yang terisolasi dengan
masyarakatnya, dimana individu mengalami underinvolvement dan underintegration.
Individumenemukanbahwasumberdayayangdimilikinyatidakcukupuntukmemenuhi
kebutuhan, dia lebih beresiko melakukan perilaku bunuh diri, kedua adalah Altruistic
Suicide, individu di sini mengalami overinvolvement dan overintegration. Pada situasi
demikian,hubunganyangmenciptakankesatuanantaraindividudenganmasyarakatnya
begitu kuat sehingga mengakibatkan bunuh diri yang dilakukan demi kelompok.
Identitas personal didapatkan dari identifikasi dengan kesejahteraan kelompok,
dan individu menemukan makna hidupnya dari luar dirinya. Pada masyarakat yang
sangat terintegrasi, bunuh diri demi kelompok dapat dipandang sebagai suatu tugas,
ketiga adalah Anomic Suicide, bunuh diri ini didasarkan pada bagaimana masyarakat
mengatur anggotanya. Masyarakat membantu individu mengatur hasratnya (misalnya
hasrat terhadap materi, aktivitas seksual, dll.). Ketika masyarakat gagal membantu
mengatur individu karena perubahan yang radikal, kondisi anomie (tanpa hukum
atau norma) akan terbentuk. Individu yang tiba-tiba masuk dalam situasi ini dan
mempersepsikannya sebagai kekacauan dan tidak dapat ditolerir cenderung akan
melakukan bunuh diri. Misalnya remaja yang tidak mengharapkan akan ditolak oleh
kelompok teman sebayanya, dan keempat adalah Fatalistic Suicide, tipe bunuh diri
ini merupakan kebalikan dari anomic suicide, dimana individu mendapat pengaturan
yang berlebihan dari masayarakat. Misalnya ketika seseorang dipenjara atau menjadi
budak.
Gambar : Faktor Bunuh Diri
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
Selanjutnya akan kita bahas tentang penatalksanaannya secara umum:
1) Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri,
dengan cara :
• Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
• Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang
tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme
yang biasa digunakan.
2) Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk
klien yang memiliki resiko tinggi
• Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang
perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
• Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien
misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya
lainnya.
3) Membantu meningkatkan harga diri klien
• Tidak menghakimi dan empati
• Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
• Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
• Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang
rendah
• Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
4) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
• Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan
social yang adekuat
• Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial
yang bisa di akses.
• Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
Gambar : Kepedulian
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
9
Setelah kita mempelajari konsep dasar percobaan bunuh diri, kita akan lanjutkan dengan
bagaimana proses perawatan klien dengan percobaan bunuh diri. Seperti biasanya dalam
proses keperawatan harus kita lakukan pengkajian terlebih dahulu, hal-hal apa yang perlu
kita kaji:
Pengkajian pasien
Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri. Prestasi kehidupan yang menghina/menyakitkan.
Tindakan persiapan metode yang dibutuhkan, mengatur rencana, membicarakan tentang
bunuh diri, memberikan milik berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan dan kewaspadaan
yang dilakukan agar tidak diketahui.
Beberapa petunjuk yang perlu kita ketahui adalah: Keputusasaan, Celaan terhadap diri
sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan depresi, Agitasi dan gelisah,
Insomnia yang menetap, Penurunan berat badan, Berbicara lamban, keletihan, menarik
diri dari lingkungan sosial
Gambar : Narkoba
Adanya Penyakit psikratrik meliputi tanda-tanda Upaya bunuh diri sebelumnya, Kelainan
afektif, Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat, Kelainan tindakan dan depresi pada
remaja, Demensia diri dan status kekacauan mental pada lansia, Kombinasi dari kondisi
diatas.
Riwayat Psikososial dapat kita identifikasi dari : Baru berpisah bercerai, atau kehilangan
Hidup sendiri, Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami,
stress kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah
sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin), Penyakit medik kronik, Minum yang berlebihan
dan penyalahgunaan zat
Faktor-faktor kepribadian yang bisa diidentifikasi adalah: perilaku Impulsif, agresif, rasa
bermusuhan, Kekakuan kognitif dan negative, Keputusasaan, Harga diri rendah, Batasan
atau gangguan kepribadian antisocial
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Riwayat keluarga juga perlu diketahui adanya Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri,
Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya.
Setelah kita mengetahui apa yang harus kita identifikasi, selanjutnya kita kelompokkan dan
analisis untuk menegakkan Diagnosa keperawatannya, beberapa diagnose keperawatan
yang bisa kita tegakkan antara lain:
• Resiko bunuh diri yang berhubungan dengan putus asa
• Nyeri akut yang berhubungan dengan agent cidera kimia
• Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan peran social
• Koping tidak efektif yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan diri tidak adekuat
Gambar : Alat Bunuh Diri
B. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kejang
demam
Kejang adalah suatu manifestasi pelepasan secara massive dari sejumlah neuron di otak
karena gangguan aktifitas listrik di otak. Penyebab kejang pada anak : Trauma kepala,
Meningitis, Hipoxia, Hypoglicemia, Demam sangat sensitif terhadap peningkatan
suhu tubuh.
Tipe kejang diklasifikasikan berdasarkan manifestasinya :
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
Anda tempatkan anak pada lantai atau tempat tidur, jauh dari furniture, jangan
ikat anak Bersihkan dan pertahankan jalan nafas Berikan O2. Dapat terjadi
peroide hipoventilasi atau apnue. Sebagian besar kematian akibat kejang kare-
na anoxia Pasang infus microdip D5/W dan monitor kelancarannya Bila klien
demam, turunkan temperatur Bila kejang tidak berhenti Diazepam (valium)
dengan dosis 0,3 mg/kg BB (max10 mg). Berikan lambat-lambat secara injeksi
IV 1-3 mnt dengan memonitoring vital sign ketat. Apnea dan cardiac arrest
dapat terjadi akibat pemberian diazepam. Pengawasan anak secara ketat dan
persiapkan alat-alat resusitasi. Lindungi anak dari perlukaan
Saat Anda menangani bayi baru lahir yang mengalami kejang lihatlah tanda- tanda :
KEJANG PADA NEONATUS
• Adanya kekakuanpada satu area
• Flexi pergerakan tubuh yang repetitif
• Tremor
• Kedutan
• Gerakan menggigit
• Nystagmus
• Hiperaktif yang tidak biasa untuk anak-anak seumurnya
• Pada beberapa bayi terjadi episode apnue dan kehilangan to-
nus otot secara tiba-tiba, sesudahnya lemah.
Penatalaksanaan :
Dilakukan secara cepat :
Anda berkolborasi dengan Dokter dalam pemberian D5 W (1-2
ml/kg), kemudian 10% kalsium Ce (0,1 ml/kg) atau 10% kalsium
glukonat (0,3 ml/kg), Prydoxine (50 mg), 3% magnesium sulfat
diberikan dalam beberapa menit
dan
baru temukan penyebab kejang
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
13
Kejang demam pada anak bisa Anda temui pada anak usia 6 bl dan 4 atau 5 tahun mengalami
kejang terjadi 2 sampai dengan 6 jam sesudah timbul panas dan menurun/hilang dalam 10-
15’.
KEJANG PADA NEONATUS
Faktor penyebab :
Pemeriksaan Diagnotik :
Untuk menegakkan diagnosa Kejang DEmam Anda bisa berkolaborasi untuk melakukan
pemeriksaan : Fungsi lumbal dilakukan untuk mengobservasi adanya meningitis dan bila
keadaan hipoglikemia (Kadar gula rendah dan Test urine)
Penatalaksanaan :
• Glucose IV (25%-50%) diikuti D5W bila ada hypoglicemia berat
• Pemberian diazepam (valium) 0,1-0,3 mg/kg IV alternative lorazepam/ativan berulang
karena obat-obatan tersebut efeknya relatif pendek
• Penobarbital 5 sd 10 mg/kg IV diberikan kurang dari 10 mnt
• Paraldenye, pancuronim dan obat-obatan anastesia diberikan pada status apilepticus
yang tidak terkontrol
Selama Pemberian anticonvulsive perhatikan :
• Pernafasan : pemberian therapi O2 Karena hipoxia yang terjadi karena rangsangan
kejang dapat meningkatkan stimulasi kejang yang lain.
• Untuk koreksi hypoxia dan acidosis beri bantuan ventilasi
• Pemberian D5W
• Kejang yang terjadi sekali bukan karena epilepsi
Kriteria anak yang dibawa ke RS :
• Kurang dari 6 bulan
• Lebih dari 11 kali kejang selama 24 jam
• Focal seizure
• Terjadi lagi kadang jangka waktu 15 menit
• Orang tua tidak mampu mengatasi
KEJANG DEMAM
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
Selamat Anda telah selesai mempelajari materi Asuhan Keperawatan Psikiatrik
dan Bencana. Dengan demikian Anda yang bertugas sebagai Perawat telah siap
menerapkan materi ini. Ha-hal yang telah Anda Pelajaari dari kegiatan belajar ini
adalah sebagai berikut:
1) Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri merupakan situasi dimana seseorang
telah melakukan sebuah perilaku yang mengancam hidup dengan keinginan
menghabisi hidupnya tetapi belum berakibat pada kematian.
2) Tidak ada faktor tunggal pada kasus bunuh diri, setiap faktor yang ada saling
berinteraksi
3) Penjelasan-penjelasan perilaku bunuh diri dari perspektif yang berbeda hendaknya
dipandang sebagai satu kesatuan Dalam memahami perilaku bunuh diri yang
kompleks.
4) Proses keperawatan dilakukan mulai dari pengkajian sampai evaluasi, dan Diagnosa
Ditegakkan berdasarkan NANDA.
5) Jenis-jenis bencana dapat dibagi menjadi 3 yaitu bencana alam, bencana non alam
dan bencana social.
6) Semakin tinggi bahaya, kerentanan dan ketidakmampuan, maka semakin besar
pula risiko bencana yang dihadapi
7) Perawat mempunyai peran dalam penanggulangan Pra Bencana, saat bencana
dan pasca bencana.
Selanjutnya Anda diharapkan dapat menerapkan hasil kegiatan belajar ini dalam
memberikan pelayanan individu pada percobaan bunuh diri dan pelayanan di
masyarakat pada penanganan bencana
Rangkuman
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
15
Dradjat, Respati S., (2008), Basic Trauma Life Support (Pertolongan Hidup Dasar Trauma),
Life support
Training Center, Malang Trauma Services, IRD RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Guill, Margaret F., Asthma Update: Clinical Aspects and Management, Pediatrics in Review,
Vol.25 No.10
October 2004, 335-344
Laporan Nasional 2007, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia (2008)
National Asthma Council Australia 2011, First Aid for Asthma, Brochure
Smeltzer, SC., O’Connell, & Bare, BG., (2003). Brunner and Suddarth’s textbook of Medical
Surgical Nursing, 10th edition, Pennsylvania: Lippincott Wiiliam & Wilkins Company
Stanley D & Tunnicliffe W., Management of Life-Threatening Asthma in Adult, Continuing
Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain Volume 8 Number 3 2008
Valman HB, Bronchial Asthma, British Medical Journal, Volume 306, 19 Juni 1993
Daftar
Pustaka
16. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015