Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan sasaran pembelajaran psikologi abnormal pada masa dewasa. Topik utama yang dibahas adalah definisi perilaku abnormal, penyebab-penyebab perilaku abnormal, dan contoh gangguan mental seperti mania depresif dan paranoid.
2. TUJUAN DAN SASARAN
PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
• Mahasiswa memiliki dasar ilmiah dalam memahami berbagai
konsep yang terkait dengan gangguan jiwa pada masa dewasa.
Sasaran Pembelajaran (SP)
Kompetensi :
penguasaaan teori psikologi abnormal pada masa dewasa.
• Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai bentuk gangguan
jiwa pada masa dewasa dan mampu menjelaskan mengenai
gejala-gejala dari setiap gangguan tersebut, dengan
berpedoman pada klasifikasi DSM – IV- TR.
• Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi setiap
gangguan jiwa.
• Mahasiswa mampu menjelaskan secara garis besar
penanganan terhadap setiap gangguan jiwa.
3. PENGERTIAN PSIKOLOGI
ABNORMAL
• Psikologi Abnormal: merupakan
bagian dari bidang ilmu psikologi
yang berkaitan dengan pemahaman,
penanganan/treatment dan pencegahan
dari perilaku abnormal.
• Sekarang merupakan bagian dari
6. • Apakah kamu
merasa cemas
saat menghadapi
test wawancara
kerja…?
• Apakah kamu
merasa kecewa
dan menangis
saat kamu
dikhianati…?
6
Apakah
perasaan itu
bisa
7. Abnormalitas Dapat
Dilihat Dari Besarnya
Masalah Yang Muncul
7
Adalah wajar jika kamu cemas
dan takut gagal ketika akan
menghadapi test wawancara
kerja. Namun, menjadi tidak
wajar ketika muncul perasaan
takut berlebihan yang membuat
jantung kamu berdebar dan
kemudian kamu memutuskan
untuk tidak ikut test wawancara
tersebut…!
8. KRITERIA UNTUK MENENTUKAN
ABNORMALITAS
Persepsi atau interpretasi yang keliru terhadap realitas
(Faulty perceptions or interpretations of reality)
Perilaku maladaptive atau self
defeating (Maladaftive or self-
defeating behavior)
Perilaku yang tidak
biasa (Unusualness)
Deviasi Sosial
(Social deviance)
Perilaku
berbahaya
(Dangerousness)
Mengalami distress
personal yang
signifikan (Significance
personal distress)
8
10. NORMAL = SEHAT MENTAL
Kondisi mental yang
tumbuh dan didasari
motivasi yang kuat ingin
meraih kualitas diri yang
lebih baik, baik dalam
keluarga, kehidupan
kerja/profesi, maupun sisi
kehidupannya.
10
11. MENTAL TIDAK SEHAT
Mental tidak sehat ialah
orang yang secara
potensial memiliki
kemampuan tetapi tidak
punya keinginan atau
usaha untuk
mengaktualisasikan
dirinya secara optimal.
11
12. CIRI-CIRI INDIVIDU SEHAT MENTAL
(KILANDER)
Kematangan
Emosional
Hidup bersama dan
bekerja bersama
orang lain
Kemampuan
Menerima Realitas
Memiliki filsafat dan
pandangan hidup
INDIVIDU
12
13. Salah pengertian tentang gangguan kejiwaan
Penampilan
fisik ekstrim
Perbuatan atau
fikiran aneh
Dikucilkan
dan dijauhi
13
15. APA ITU PERILAKU
ABNORMAL?
Perilaku abnormal berangkat dari beberapa
norma dan merugikan individu yang terkena
atau orang lain:
Definisi Konseptual
Definisi Praktis
Definisi Ahli & DSM-IV
16. DEFINISI KONSEPTUAL
• Statistik Deviasi (Statistical Deviation)
• Penyimpangan dari Kesehatan Mental Ideal
(Deviations from Ideal Mental Health)
• Perspektif Multikultural (Multicultural Perspectives)
Universalitas Budaya (Cultural Universality)
Cultural Relativism (Relativisme budaya)
20. DEFINISI AHLI & DSM-IV
“Sindrom atau pola tingkah laku
atau perilaku klinis yang signifikan
yang terjadi pada individu dan yang
terkait dengan gangguan saat ini
(misalnya, gejala yang menyakitkan)
atau ketidakmampuan (yaitu,
gangguan dalam satu atau lebih
area penting dari fungsi) atau
dengan peningkatan risiko yang
signifikan. Menderita kematian,
sakit, cacat, atau kehilangan
kebebasan yang penting ”
21. APAKAH PERILAKU ABNORMAL ITU?
• Statistical infrequency
Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik
dimana semua variabel yang yang akan diukur
didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau
kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang
akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya
abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua
ujung kurva. Kriteri ini biasanya digunakan dalam
bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur
tekanan darah, tinggi badan, intelegensi,
ketrampilan membaca, dsb.
22. • Unexpectedness
Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu
bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi.
Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas
(misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan
gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana
keluarganya yang berbahagia.
Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan
keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu
sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah
tidak diharapkan terjadi.
23. • Violation of norms
Perilaku abnormal ditentukan dengan
mempertimbangkan konteks sosial dimana
perilaku tersebut terjadi. Jika perilaku sesuai
dengan norma masyarakat, berarti normal.
Sebaliknya jika bertentangan dengan norma
yang berlaku, berarti abnormal.
Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal
bersifat relatif tergantung pada norma
masyarakat dan budaya pada saat itu.
Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an,
homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi
sekarang homoseksual tidak lagi dianggap
abnormal.
24. • Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu
menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan
bagi individu. Tidak semua gangguan
(disorder) menyebabkan distress. Misalnya
gangguan antisosial yang mengancam atau
melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu
rasa bersalah atau kecemasan.
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan
merupakan abnormal. Misalnya seseorang
yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat
subjektif karena susah untuk menentukan
standar tingkat distress seseorang agar
dapat diberlakukan secara umum.
25. • Disability
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan)
untuk mencapai tujuan karena abnormalitas
yang dideritanya. Misalnya para pemakai
narkoba dianggap abnormal karena pemakaian
narkoba telah mengakibatkan mereka
mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi
akademik, sosial atau pekerjaan.
Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang
abnormal juga mengalami disability. Misalnya
seseorang yang mempunyai gangguan seksual
voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual
dengan cara mengintip orang lain telanjang atau
sedang melakukan hubungan seksual), tidak
jelas juga apakah ia mengalami disability dalam
masalah seksual.
26. Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa
perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan.
Tidak ada satupun kriteria yang secara
sempurna dapat membedakan abnormal dari
perilaku normal.
Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut
berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria
pertimbangan sosial menjelaskan bahwa
abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat
relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta
waktu.
28. PERILAKU NORMAL DAN ABNORMAL
Menurut STERN (1964) NORMAL MELIPUTI 4 ASPEK :
1. DAYA INTEGRASI KORDINASI FUNGSI EGO
2. Ada Tidaknya Simptomp
3. Kriteria Psikoanalisis Tingkat Kesadaran &
Perkembangan Psikoseksual
4. Determinan Sosio-kultural Normal & Tidak Normal
Tergantung Penilaian Masyarakat
28
29. PERILAKU NORMAL DAN ABNORMAL
Menurut Ulmann & Krasner (1980)
• Normal – Abnormal Bukan Dikotomi
• Berhubungan Dengan Masa Lalu & Masa Kini
• Menyoroti Tentang : Kompetensi, Tanggung Jawab
Dan Komitmen
• Abnormalitas Dipandang Sebagai Tingkah Laku
Menyimpang (Berbeda, Tidak Sesuai Aturan, Tidak
Pantas, Mengganggu, Tidak Dapat Dimengerti) Yang
Memerlukan Perhatian Profesional (Psikiater,
Psikolog)
29
31. PENYEBAB PERILAKU ABNORMAL
Coleman (1984)
Penyebabnya tidak
tunggal, memiliki
banyak penyebab
Berkaitan dengan
sesuatu sebelum
gangguan itu
muncul (faktor
bawaan,
predisposisi,
kepekaan &
kerapuhan)
Predisposisi,
kepekaan &
kerapuhan adalah
hasil interaksi
faktor bawaan
dengan faktor luar
31
32. COLEMAN (1984)
1. Penyebab primer : kondisi yang harus ada sehingga
suatu gangguan dapat muncul (meskipun belum
tentu muncul)
contoh : kecemasan sebagai penyebab primer
suatu gangguan jiwa
2. Penyebab predisposisi : kondisi sebelum munculnya
suatu gangguan yang merintis kemungkinan
munculnya suatu gangguan di masa datang
contoh : sifat tertutup predisposisi gangguan
perilaku selalu menghindar
32
33. 3. penyebab yang mencetuskan : suatu peristiwa yang
sebenarnya tidak terlalu parah namun seolah-olah
penyebab timbulnya perilaku abnormal
contoh : sudah lama frustrasi tapi dipendam, terjadi
suatu peristiwa yang mengecewakan mengalami
disorientasi
4. penyebab yang menguatkan : suatu kondisi atau
peristiwa yang menguatkan suatu keadaan atau
kecenderungan
contoh : sudah lama menaruh kecewa, mendapat
informasi yang mengecewakan menjadi paranoid
33
34. COLEMAN (1984)
Self regulating system : sesuatu yang tadinya
merupakan akibat dari suatu pola penyebab,
menjadi penyebab untuk sesuatu hal yang baru
contoh : peristiwa menyakitkan di masa lalu
sikap tertutup penyebab gangguan
perilaku
diatesis (predisposisi) munculnya perilaku
abnormal dapat berupa aspek biologis,
psikososial, sosiokultural
34
35. Penyebab Perilaku Abnormal
COLEMAN (1984)
35
PENYEBAB
PRIMER
PENYEBAB
PREDISPOSISI
PENYEBAB
MENCETUSKAN
PENYEBAB
MENGUATKA
N
PERILAKU
ABNORMAL
36. KLASIFIKASI PERILAKU ABNORMAL
KLASIFIKASI PSIKOLOGIS
: BERDASAR LETAK
DOMINASI GANGGUAN
FUNGSI-FUNGSI
PSIKOLOGIS – KOGNITIF,
AFEKTIF, KONATIF
KLASIFIKASI FISIOLOGIS
: BERDASAR KEYAKINAN
PROSES MENTAL
MEMILIKI DASAR FAALI/
FISIOLOGIS – FUNGSI
SENSORIK, FUNGSI
MOTORIK, SISTEM
SYARAF, DLL
KLASIFIKASI ETIOLOGIS :
BERDASARKAN SEBAB-
SEBAB GANGGUAN
PERILAKU
KLASIFIKASI
SIMTOMATOLOGIS :
BERDASARKAN GEJALA-
GEJALA YANG DIALAMI
36
38. PERILAKU ABNORMAL :
GANGGUAN MENTAL
Gangguan mental digolongkan menjadi 2
yaitu :
1. Psikosa : gangguan mental berat, tak mampu
mengontrol diri dapat membahayakan orang
lain/ diri sendiri
2. Neurosa : gangguan mental ringan, dialami
kebanyakan orang, tidak menunjukkan gejala
mencolok
38
39. BENTUK-BENTUK PSIKOSA/ PSIKOSIS
1. Mania Depresif
Gangguan mental yang ditandai dengan dialaminya
2 episode perasaan : gembira & sedih secara
bergantian dalam waktu berturutan
tanda : gembira berlebihan, pikiran cepat &
meloncat-loncat, gelisah, terlihat gembira tiba-tiba
sedih
jenis-jenis : hipomania (ringan), mania akut, mania
deliri (berat)
39
40. 2. Melankolia
Gangguan mental yang ditandai dominasi perasaan
sedih dan kehampaan
tanda-tanda : depresi & ketakutan, jalan pikiran
lambat gerakan lambat.
pada taraf ringan ditandai depresi di pagi hari
sehingga penderita sukar keluar dari tempat tidur,
pada taraf berat dapat muncul waham (berdosa,
menderita, miskin) dan kecenderungan bunuh diri.
40
41. 3. Paranoia / paranoid
Gangguan mental yang ditandai dengan
perasaan curiga, sombong yang berlebihan.
muncul waham kebesaran (keagungan, diri,
agama merasa nabi, penemu dll)
Penderita gangguan ini tidak akan sembuh
tapi tidak akan sampai menjadi gila
41
42. 4. Schizoprenia
gangguan mental yang ditandai dengan
kehidupan jiwa yang terpecah, tidak terdapat
kordinasi yang selaras antara pikiran, perasaan
& tindakan
tanda : tidak ekspresif, tidak memperdulikan
norma hukum, masyarakat, tidak
memperdulikan logika umum, tindakannya
tidak beralasan, apatis, malas, tidak peduli
dengan kebersihan, moral dan agama
42
43. 5. Psikosa involusi & psikosa
prasenilis
Gangguan mental yang muncul antara
usia 45 -55 tahun (psikosa involusi) dan
usia 55 – 60 tahun (psikosa prasenilis)
memiliki tanda-tanda mirip dengan
psikosa jenis lain
43
44. 6. Psikosa senilis
Gangguan mental yang diawal ditandai
dengan depresi, timbul waham dosa, gejala
melankolia, menurun daya ingat sampai
hilangnya semua ingatan pada peristiwa
paling akhir, namun ingatan masa kanak-
kanak tampak jelas sehingga akhirnya orang
tua kembali pada keadaan masa kanak-kanak
44
45. BENTUK-BENTUK NEUROSA/ NEUROSIS
1. Nervositas
gangguan mental yang ditandai dengan :
penderita tidak tenang, tidak tahan lama dalam
mengerjakan sesuatu, tidak dapat konsentrasi
dalam bekerja/ belajar, banyak bergerak, mudah
terkejut
45
46. 2. neurastenia
gangguan mental yang ditandai dengan :
perasaan amat lelah yang tidak dapat
dihilangkan dengan istirahat, sakit kepala, tidur
terganggu, tidak ingin makan, panca indra lebih
peka, mudah marah & tersinggung
46
47. 3. h i s t e r i a
Gangguan mental yang ditandai oleh kehilangan
kesadaran, penderita berteriak, memukul,
membuat aneka gerakan.
Kesadarannya menurun tapi tidak hilang.
Biasanya akibat reaksi dari suatu kejadian yang
mengecewakan, menjumpai sesuatu yang tidak
disukai, terkejut akibat peristiwa emosional
47
48. • ciri khas penderita histeria : memiliki
watak menonjolkan diri, egois dan cenderung
egosentris sakit digunakan sebagai alat untuk
menarik & mengikat perhatian orang disekitarnya
48
49. Klasifikasi Gangguan Mental
• Tahun 1992, American Psychiatric Association (APA)
mengeluarkan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder IV (DSM-IV) revisi ke tiga.
• WHO menerbitkan International Classification Diagnostic
of Mental Disorder (ICD-10)
• Indonesia menerbitkan Pedoman Penggolongan
Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
• Perhatikan buku halaman 82.
49
50. Reforms
• Humanism
– People are sick; not possessed
– Need to be treated with dignity
• Reform Movements
– Moral Treatment
• Shift from prison to hospital
• Biological View
– Organic explanation for abnormal behaviour
– Drug revolution
51. Frequency of Mental Disorders
0
2
4
6
8
10
12
14
%
B
i
p
o
l
a
r
d
i
s
o
r
d
e
r
M
a
j
o
r
d
e
p
r
e
s
s
i
o
n
O
b
s
e
s
s
i
v
e
-
c
o
m
p
u
l
s
i
v
e
.
.
.
P
a
n
i
c
d
i
s
o
r
d
e
r
S
o
c
i
a
l
p
h
o
b
i
a
A
l
c
o
h
o
l
d
e
p
e
n
d
e
n
c
e
women
men
52. Psychology Student Syndrome
• Many psych students find that the various
disorders apply to them
– Abnormal behaviour is not qualitatively different
from “normal” behaviour
– Many of us will exhibit similar symptoms
– Behaviours are only problematic when they harm
or interfere with your daily functioning
– Diagnosing friends and romantic partners may lead
to conflict
53. Mental Health Professions
• Who studies abnormal behaviour?
– Clinical Psychologist
• Ph.D. and internship
– Psychiatrist
• M.D. and internship
– School Psychologist
• M.A. or Ph.D.
– Social Worker
• M.S.W.
54. Who Do People Go See?
0
10
20
30
40
50
60
70
%
Fam
ily
physician
Psychiatrist
O
ther
physician
Psychologist
Social w
orker
N
urse
O
ther
55. Diversity & Multiculturalism
• Social Conditioning
– e.g., gender stereotypes
• Cultural Values
– Interpret complaints with culture in mind
• Sociopolitical Influences
– Different experiences affect what is abnormal
• Bias in diagnosis
56. Diagnosing Abnormal Behaviour
• Multiaxial approach
I. Clinical disorders
II. Personality disorders
III. General medical conditions
IV. Psychosocial & environmental
problems
V. Level of current functioning
57. An Example of Classification
• Mark
– Axis I: Clinical Disorder
• Alcohol Abuse
– Axis II: Personality Disorder
• Paranoid
– Axis III: General Medical Condition
• Cirrhosis
– Axis IV: Psychosocial & Environmental Problems
• Problems with primary support group (divorce)
• Occupational problems
– Axis V: Level of Current Functioning
• 54 (moderate difficulty in social & occupation functioning)
59. Issues of Classification
• Helps
– To making treatment decisions
– To communicate among
clinicians
– Research
• advancing knowledge of
disorders
• diagnosis as a first step to
understanding mechanisms
and developing treatments
• Hinders
– By stigmatizing patients
– Because different labels can
mean different things to
different people
– By biasing how we see the
patient
– By focusing on one point in
the patient’s development
• Patient may outgrow the
label
63. Scoring
• Look at the following factors
– Location
– Determinants
– Popularity of response
– Content
– Form
• Generate hypotheses based on patterns of
responses, recurrent themes, and
interrelationships among scoring categories
66. Interpretation
• Murray’s concepts
– Need
– Press
– Thema
• Basic Assumptions
– Person is identifying with the protagonist in
the story
• They are projecting their personality onto the
protagonist
67. KUIS
• Uraikan gejala utama skizofrenia
• Apa perbedaan antara waham/delusi dan
halusinasi
• Bagaimana cara menangani orang dengan
masalah skizofrenia
67