2. PENDAHULUAN
• Penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yg lemah (defek) yg diliputi oleh dinding.
• Hernia diafragmatika : organ abdomen defek
diafragma rongga dada
1. cacat bawaan (kongenital):
2. cacat yang diperoleh (Acquired Diaphragmatic
Hernias/ADH)
3. EPIDEMIOLOGI
• Dari pasien yg di rawat di rumah sakit karena trauma,
3-5% memiliki hernia diafragmatika
• Laki2 : perempuan = 4 : 1
• Sebagian besar pd usia dekade ketiga
• Menurut lokasi: 69 % pada sisi kiri, 24 % pada sisi
kanan, dan 15 % terjadi bilateral krn ad hepar di
kanan sbg proteksi
4. ETIOLOGI
• Trauma : trauma tumpul atau trauma penetrasi
• Trauma tumpul: kecelakaan kendaraan bermotor
• Trauma penetrasi: luka tembus akibat dari tembakan
atau tusukan
5. ETIOLOGI
• 80-90% kecelakaan sepeda motor
• Mekanisme perbedaan tekanan antara rongga pleura &
rongga peritoneum
• Trauma dari sisi lateral menyebabkan robekan
diafragma 3x lebih sering dibandingkan trauma dari sisi
lainnya oleh karena langsung dapat menyebabkan
robekan diafragma pada sisi ipsilateral
6. ETIOLOGI
• Trauma arah depan peningkatan tekan intra
abdomen yang mendadak robekan radier yang
panjang pada sisi posterolateral yang secara
embriologis merupakan bagian terlemah
• 75% ruptur diafragma pd sisi kiri trauma yang
hebatmenyebabkan gangguan hemodinamik.
7. ETIOLOGI
• Trauma kendaraan bermotor arah trauma menentukan
lokasi injury, di Kanada dan AS biasanya yang
terkena adalah sisi kiri khususnya pada pasien
yang menyetir mobil, sedangkan pada penumpang
biasanya yang terkena sisi kanan.
8. ETIOLOGI
• Trauma tumpul robekan radier dengan ukuran 5-15
cm, paling sering pada sisi posterolateral, sebaliknya
trauma tembus robekan linier yang kecil <2 cm dan
bertahun-tahun kemudian menimbulkan pelebaran
robekan dan terjadi herniasi.
9. ETIOLOGI
• Mekanisme terjadinya ruptur diafragma: (I) robekan
membran yang mengalami tarikan (stretching), (2)
avulsi diafragma dari titik insersinya, (3) tekanan
mendadak pada organ viscera yang diteruskan ke
diafragma.
10. GAMBARAN KLINIS
• Keluhan : nyeri epigastrium, timbul regurgitasi, rasa
tertekan pada mediastinal, dispnea, palpitasi, batuk,
nyeri abdomen yang tidak khas.
• Pemeriksaan fisik didapatikan gerakan pernafasan
yang tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang,
suara pernafasan menghilang dan mungkin terdengar
bising usus pada hemitoraks yang mengalami trauma.
11. DIAGNOSIS
Early diagnosis
1. Diagnosis tidak tampak jelas dan tidak terdiagnosis
dalam 24 jam pertama
2. Gejala yang muncul biasanya adanya tanda
gangguan pernapasan
3. Pemeriksaan fisik yg mendukung : suara bising
usus di dinding thorak & perkusi yg redup di dinding
thorak yg terkena.
13. RADIOLOGI
Foto thorax dpt mendeteksi 23-73% ruptur diafragma
ditemukan gambaran abnormal seperti adanya isi
abdomen pada rongga thoraks, terlihat selang NGT di
dalam rongga thoraks, peninggian hemidiafragma (kiri
lebih tinggi dari pada kanan), dan batas diafragma yg
tidak jelas.
14. RADIOLOGI
CT scan memiliki nilai sensitivitas 14-82% dgn
spesifisitas 87%, pd Helical CT, senstifitas meningkat
71 -100%, tanda ruptur diafragma pada CT- Scan
yaitu: (1) gambaran langsung adanya defect, (2)
gambaran diafragma secara segmental tidak terlihat,
(3) herniasi organ viscera ke intra thorak, (4) collar
sign, berkaitan dgn konstriksi lengkung usus yg
mengalami herniasi.
20. PENATALAKSANAAN
Non Bedah
• Pertolongan pertama resusitasi awal seperti
protocol ATLS, yang paling penting adalah control
pernapasan. Selanjutnya siapkan pasien untuk
operasi.
• Pasang NGT
21. PENATALAKSANAAN
Bedah
• Ditemukan fase akut trauma adalah laparotomi,
atau yg jarang yaitu torakotomi.
• Protokol yg berlaku umum dalam kondisi akut adalah
pecahnya diafragma didekati dengan menggunakan
laparotomi karena cedera intra-abdomen bersamaan
lebih mungkin hadir dari cedera dada
22. PROGNOSIS
Dalam rupture diafragma traumatik, outcome pada
umumnya terkait dengan cedera lain yang terkait.
Mortaalitas dilaporkan sebanyak 5,5-51%