1. Journal Reading
Blunt trauma related chest wall and pulmonary injuries: An
overview
Adlin Nadila Fitaloka (I4061202066)
Marizca Okta Syafani (I4061202044)
Novta Rouli Sihombing (I4061192012)
Pembimbing: dr.GideonArdhyaT., Sp. B
KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT TINGKAT II KARTIKA HUSADA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
2.
3. Trauma adalah penyebab kematian ke3 setelah kardiovaskuler dan kanker. 60% politrauma mengalami
cedera toraks dan memiliki mortalitas 20-25%. Trauma dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Trauma tajam
(Penetrating trauma) dan tumpul (Blunt trauma).
Pada primary survey pasien trauma dada, 6 kondisi yang mengancam jiwa (obstruksi jalan nafas,
tension pneumotoraks, open pneumotoraks, hematotoraks masif, flail ches, tamponade
perikadardial) harus segera diinvestigasi dan ditangani.
Faktor risiko yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pada Trauma tumpul dada adalah usia,
adanya fraktur dan jumlah fraktur, ventilisasi mekanik, penyakit paru kronik sebelumnya, riwayat
cedera kepala, hipotensi dan cedera organ extratoraks
Angka kematian pasien trauma di rumah sakit yang dapat dicegah antara 4 – 60% di seluruh dunia
Introduction
4. Mekanisme Injuri
Terdapat 4 mekanisme trauma tumpul dada:
Trauma tumpul didefinisikan sebagai cedera pada struktur dan organ yang terkena cedera
tanpa mengenai integritas jaringan. Trauma tumpul dapat terjadi sebagai akibat dari
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, dan jatuh dari ketinggian.
Berdampak langsung
pada thorax
Kompresi thorax
Acceleration/deceleration
injuries
Blast injuries
Acceleration/deceleration
injuries
Blast injuries
Dampak langsung pada
thorax
Kompresi thorax
Cedera
akselerasi/deselerasi
Cedera ledakan
5. Clinical findings
Semua struktur dalam toraks dapat
rusak: jaringan dinding dada, rongga
dada, tulang rusuk, paru-paru, pleura,
pembuluh darah besar, diafragma,
jantung, dan struktur mediastinum.
Tanda dan gejala trauma toraks:
• Sianosis pada jari , bibir atau wajah
• Dispnea, tachpnea or bradipnea
• Kontusio, laserasi, perforasi, distensi, dan tanda2
traumatis spesifik lainnya
• Hemoptysis
• Tanda tanda syok (hypoperfusion)
• Deviasi trakea, deformitas diding dada
• Gerakan paradoks dinding dada
• Distensi vena jugular
• Suara nafas berkurang atau tidak ada
• Nyeri terutama yang berhubungan dg fungsi dada
• Kegagalan ekspansi dada pada inspirasi normal
6. Cedera terkait dinding dada
Rongga dada
Trauma tumpul dinding dada tersering, meliputi fraktur tulang rusuk,
termasuk clavicula dan sternum.
Menyebabkan berbagai cedera dan komplikasi paru serta cedera
organ intraabdominal.
Masalah lanjut yang disebabkan fraktur karena trauma tumpul dada
didasarkan pada tiga alasan utama: hipoventilasi karena nyeri, gangguan
pertukaran gas karena kerusakan parenkim, dan perubahan mekanisme
pernapasan.
7. Cedera terkait dinding dada
Flail chest Suatu kondisi di mana tiga atau lebih tulang rusuk yang berdekatan patah
setidaknya di dua bagian
Masalah utama pada kasus ini adalah cedera parenkim, kemudian
mekanisme pernapasan terganggu dan edema bahkan nekrosis dapat
terjadi dengan perdarahan jaringan paru.
Rontgen dada (CXR) dan CT scan dapat digunakan untuk diagnosis
Setelah masa pemulihan, pasien flail chest mungkin mengalami kecacatan
jangka panjang seperti dispnea, nyeri kronis, intoleransi olahraga, dan
keterlambatan kembali bekerja.
8. Cedera terkait pleura
Pneumotoraks adalah kondisi klinis
yang disebabkan adanya udara antara
pleura viseral dan parietal. Trauma
adalah penyebab utama
pneumotoraks nonspontan.
Traumatic pneumothorax
Mechanis
pneumothorax
Ruptur alveolus akibat peningkatan
tekanan alveolus
Paperbag effect
Cedera akselerasi-deselerasi
Fraktur tulang rusuk merusak pleura
9. Tension pneumothorax
Udara masuk ke rongga pleura saat setiap inspirasi, sementara udara dalam rongga pleura tidak
dapat keluar karena adanya mekanisme katup satu arah. Adanya udara di rongga pleura dengan
pergeseran mediastinum menyebabkan tension pneumotoraks
Temuan Klinis dan Pemeriksaan fisik:
• Tidak adanya suara nafas
• Adnya emfisema subcutaneous
• Desaturasi dalam ventilasi mekanis mendekati 100%
Evaluasi paru-paru dengan CXR, CT scan, dan ultrasound
10. Prinsip umum pneumothorax:
• Eliminasi udara
• Mengurangi kebocoran udara
• Perbaikan Fistula Pleura
• Mempromosikan perluasan kembali dan mencegah
rekurensi
• Terapi suportif, terapi oksigen, needle decompression dan
torakostomi tabung (umum)
• Torakotomi untuk pleurodesis atau bedah torakoskopi
berbantuan video (VATS) dapat digunakan pada kasus yang
lebih lanjut
11. Pleura related injuries
Hemotoraks didefinisikan sebagai kondisi adanya
cairan diantara pleura viseral dan parietal ≥ 50%
dari hematokrit darah perifer. Trauma tumpul
dan tembus dapat menyebabkan hemotoraks
masif dengan arteri interkostalis, laserasi paru,
atau ruptur pembuluh darah besar mediastinum.
Traumatic hemothorax
• Hypovalemia karena kehilangan darah
• Perataan vena leher
• Hipotensi
• Tachycardia
• Suara nafas menurun
• Redup saat pemeriksaan perkusi
Clinical findings:
12. Diagnosis hemotoraks dimulai dengan pemeriksaan fisik. Sensitivitas dan spesifisitas
menggunakan auskultasi dalam diagnosis hemopneumotoraks akibat trauma tumpul dapat
mencapai 100% dan 99,8% pada pasien hemodinamik stabil.
Traumatic hemothorax
CXR imaging:
• Penumpulan sudut kostofrenikus atau kekeruhan sebagian atau seluruhnya
• 200-300 mL darah dalam rongga pleura cukup untuk mendeteksi hemotoraks (tegak)
• 1000 mL darah diperlukan untuk menggambarkan opasitas pada rontgen dada dengan posisi supine
Salah satu langkah terpenting dalam pengelolaan hematotoraks adalah intervensi dini. Tube
thoracostomy adalah metode yang paling umum digunakan untuk pengelolaan dan pengobatan
hemotoraks.
13. Cedera terkait parenkim paru dan jalan
napas
Pulmonary contusion
Pulmonary laceration
Tracheobronchial injury
14. •Kerusakan paru dengan perdarahan alveolar, yang biasanya terjadi akibat trauma tumpul dada
tanpa laserasi, cedera paling umum yang berhubungan dengan patah tulang rusuk.
•Pulmonary contusion terjadi ketika energi kinetik ditransmisikan ke parenkim paru -> perdarahan
dan peradangan pada jaringan paru dan edema paru -> hipoksia
•Klinis bervariasi dari asimtomatik hingga gangguan pernapasan : nyeri dada, dispnea, dan
takipnea, hipoksemia dan hiperkarbia
•CXR : modalitas utama untuk diagnosis pencitraan (opasiti homogen focal atau difus)
15. •Pengobatan : terapi suportif (pemantauan tanda vital, pemberian oksigen, kontrol nyeri,
mobilisasi dini dan fisioterapi dada).
•Penggantian cairan diperlukan untuk memastikan volume darah memadai, tetapi kelebihan
cairan pada kontusio paru dapat memperburuk edema paru -> keseimbangan cairan yang tepat,
jika perlu diuretik harus digunakan
•Pemulihan pulmonary contusion nonkompleks dapat diamati pada CXR antara 48 - 72 jam ->
tetapi pemulihan lengkap dapat memakan waktu hingga 14 hari
16. Pulmonary laceration adalah cedera yang terjadi pada jaringan parenkim paru
4 Subtypes Type 1 : Lacerations yang disebabkan oleh ruptur paru akibat kompresi
Type 2 : lacerations yang disebabkan oleh kompresi dan terjadi di lobus
bawah dan daerah paraspinal
Type 3 : lacerations yang biasanya terlihat sebagai akibat dari pungsi pleura
pada patah tulang rusuk dan berhubungan dengan pneumothoraks
Type 4 : lacerations yang disebabkan oleh pecahnya adhesi pleura dan tidak
memiliki temuan radiologis yang khas
17. • Auscultation: Suara napas dapat menurun pada sisi terjadinya laserasi.
• Dapat dideteksi pada CT tingkat yang tinggi -> Sulit terdeteksi CXR karena tumpang tindih
dengan kontusio paru yang terjadi bersamaan
• Tatalaksana :
- resusitasi cairan (ketidakstabilan hemodinamik)
- perawatan suportif
- chest tube jika perlu
- intervensi bedah jika perdarahan tidak dapat dikendalikan : Tube thoracostomy atau
thoracoscopic surgery bahkan reseksi paru
• Pulmonary laceration sembuh lebih lambat dapat berlangsung selama beberapa bulan.
18. Cedera trakeobronkial adalah cedera pada trakea, bronkus, dan percabangan trakeobronkial.
Terjadi melalui 3 mekanisme: Adanya kekuatan tiba-tiba dari anterior ke
posterior di atas tingkat carina.
Cedera kompresi parah dengan glotis tertutup
Robek adhesi krikoid dan carina pada trakea
dalam deselarasi cepat
Klinis : dispnea, hemoptisis, stridor, emfisema subkutan mediastinum, dan gangguan pernapasan
Pengobatan utama adalah untuk mempertahankan kontinuitas jalan napas dan untuk memperbaiki cedera :
trakeostomi atau krikotomi, primary repair dengan jahitan, lobektomi dan pneumoektomi
19. Penatalaksaan umum pasien dengan
trauma tumpul dada
Airway, breathing, circulation, disability, exposure (ABCDE)
Keparahan cidera (vital signs, meaknisme cedera, keluhan pasien, dan presentasi klinis umum)
Resusitasi cairan
Mobilisasi dini
Memperbaiki kegagalan pernafasan & kontrol nyeri yang memadai
Pencitraan seperti CXR, CT, dan USG penting dalam diagnosis dan pengobatan kasus trauma thorax
Monitoring tanda tanda vital
20. Adanya nyeri dapat mengganggu kemampuan orang tersebut untuk bernapas, mengganggu
fungsi ventilator, menekan reflex batuk pasien, lebih lanjut memperburuk gangguan mekanik
paru yang disebabkan oleh peradangan dan kemungkinan memar yang sudah ada pada pasien
trauma tumpul.
Kontrol nyeri:
1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
2. Opioid Sistemik
3. Metode analgesia regional seperti analgesia epidural, intrapleural, intercostal nerve block
dan thoracic paravertebral block.
Kontrol nyeri yang tidak memadai dapat membuat pasien mengalami stress pasca trauma dan
nyeri kronis
Penetrating (tajam): seperti luka tembus, terpotong atau senjata api adalah trauma yang mengganggu integritas jaringan
Blunt (tumpul): adalah trauma yang menyebabkan kerusakan organ dan struktur di bawah jaringan tanpa mengganggu integritas jaringan. c/ jatuh dari ketinggian, kKLL, kecelakaan kerja adalah mekanisme utama dari trauma tumpul. 70% trauma dada.
Keruskan kompresi yang terjadi selama trauma. Dimana hal ini mempengaruhi tingkat keparahan cedera yang bergantung pada kekuatan ataupun durasi mekanisme trauma
Contoh dari cedera acc-decc adalaha kecelakaan kendaraan bermotor. Dimana terjadi deselerasi mendadak dengan kecepatan tinggi yang terjadi di thorax anterior, menyebabkan cedera pada struktur vaskular, tulang jaringan lunak dan organ di dalam dada.
Distress Pernapasan: masalah serius dalam trauma dada tumpul -> px nafas dg nasal flaring, menggunakan otot nafas tambahan, retraksi intercostal dan subcosta, dan adanya takipneu.
Tanda traumatik lain: crepitasi, empisema subcutan, tenderness di rusuk
Respirasi paradoxivcal: flail chest, tapi sering tidak terlihat karena px nyeri.
Trias beck; (distensi vena jugular, hipotensi, muffle heart sound) -> Tamponade jantung
Seatbelt sign / Steering wheel deformity: tanda trauma tumpul toraks dg energi tinggi
Hiperresonans pada perkusi -> Tension pneumotoraks
Dullness pada perkusi -> Hidro Pneumothorax
Tanda Syok -> flail chest, TP, tamponade pericardial
Biasanya fraktur tulang rusuk diikuti oleh kerusakan lain seperti kerusakan pada pleura, jaringan paru, pneumothorax, hemothorax, contusio pulmonar, laserasi parenkimal, etc. Biasanya bagian tulang rusuk yang fraktur berasal dari bagian yg terkena trauma tumpul atau dari posterolateral bend.
Organ intraabdominal: hepar, spleen, cedera pada ginjal.
Nnyeri pada fraktur rusuk, nyeri mengurangi volume tidal dan menekan relek batuk yang dapat mneyebabkan atelektasis dan pneumonia.
Paradoxial: diagnsosis tipical yang menyebabkan bernafas sulit dan menyebabkan kegagalan bernafas
Treatment: ABC, monitor TTV sesering mungkin, fisioterapi pulmonari, kontrol nyeri, intubasi endotracheal, ventilisasi mekanik, dan follow up.
Pneumothorax :
Spontan -> primar dan sekunder
Non spontan -> traumaric dan nontrauma
Memar paru sering terjadi, terutama pada trauma kecepatan tinggi yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor dan biasanya berhubungan dengan patah tulang rusuk ->terutama pada kelompok usia dewasa -> kontusio dapat terjadi tanpa fraktur tulang, terutama pada kelompok pediatrik.
Chest X-ray
CT sangat berharga dan sensitif dalam mendiagnosis kontusio paru.
Memar paru sering terjadi, terutama pada trauma kecepatan tinggi yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor dan biasanya berhubungan dengan patah tulang rusuk ->terutama pada kelompok usia dewasa -> kontusio dapat terjadi tanpa fraktur tulang, terutama pada kelompok pediatrik.
Chest X-ray
CT sangat berharga dan sensitif dalam mendiagnosis kontusio paru.