Riba adalah tambahan yang dibebankan kepada peminjam dalam transaksi pinjam-meminjam. Ada dua jenis utama riba: riba hutang-piutang dan riba jual-beli. Riba dilarang keras dalam Islam karena mengambil keuntungan secara tidak adil. Allah menjanjikan kemusnahan bagi mereka yang mengambil riba.
2. Pengertian Riba
Secara bahasa, ribâ berasal dari rabâ– yarbû–
rabwan, rabâ’[an], ribwat[an], ribâ’[an],
ribâ; artinya adalah zâda wa namâ (bertambah
dan berkembang). Jadi, secara bahasa ribâ
artinya az-ziyâdah (tambahan).
Ibn Manzhur, Lisân al-‘Arab, 14/304; Ar-Razi, Mukhtâr
ash-Shihâh, 1/98; Al-Manawi, at-Ta’ârif, 1/354; Aj-Jurjaniy,
at-Ta’rifât, 1/146.
3. Kemudian dalam tradisi/konvensi (‘urf)
orang Arab, kata ribâ digunakan untuk
menunjuk satu tambahan dalam suatu
transaksi, seperti ucapan mereka, "A taqdhî
am turbî? (Apakah Anda mau dibayar
kontan atau ditangguhkan dengan
kompensasi tambahan?). Jadi, secara
tradisi/konvensi, riba adalah pertambahan
yang ditetapkan sebagai kompensasi
penangguhan pembayaran utang.
4. Riba berarti menetapkan bunga(rente) atau
melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase
tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang
dibebankan kepada peminjam.
Riba secara bahasa bermakna: ziyadah
(tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistik riba juga berarti tumbuh dan
membesar . Sedangkan menurut istilah
teknis, riba adalah pengambilan tambahan,
baik dalam transaksi jual-beli maupun
pinjam-meminjam secara bathil atau
bertentangan dengan prinsip muamalat
dalam Islam.
5. Jenis-Jenis Riba
Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi
dua. Yaitu riba hutang-piutang dan riba jual-
beli.
Riba hutang-piutang terbagi lagi menjadi riba
qardh dan riba jahiliyyah. Sedangkan riba jual-
beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi’ah.
Riba Qardh
– Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtaridh).
Riba Jahiliyyah
– Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si
peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada
waktu yang ditetapkan.
6. Riba Fadhl
– Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda, sedangkan barang yang
dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.
Atau dengan kata lain tukar menukar barang yang
sejenis dengan ada tambahan, misalnya tukar menukar
emas dengan emas, perak dengan perak, uang dengan
uang, yang disertai dengan adanya tambahan.
Riba Nasi’ah
– Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis
barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang
ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena
adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara
yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan
kemudian. Atau dengan kata lain tambahan yang sudah
ditentukan di awal transaksi, yang diambil oleh si
pemberi pinjaman dari orang yang menerima pinjaman
sebagai imbalan dari pelunasan bertempo.
7. Ribâ ini hanya terjadi dalam enam jenis harta.
Ubadah bin Shamit menuturkan bahwa Rasul saw.
pernah bersabda:
»
ارياعَّشل ا
ِب ُرياعَّشلاَو ار ُ
ُبْل ا
ِب ُّ ُ
ُبْلاَو اةَّضافْل ا
ِب ُةَّضافْلاَو ا
بَهَّذل ا
ِب ُ
بَهَّذلا
اَذ
ِ
إَف ٍدَياب اًدَي ٍءاَو َاسب ًاءَو َس ٍلْثاماب ًالْثام احْلامْل ا
ِب ُحْلامْلاَو ارْمَّتل ا
ِب ُرْمَّتلاَو
ٍدَياب اًدَي َن ََك اَذ
ِ
ا ْ ُ
ُتْئ اش َ
فْيَك اوُعيابَف ُ
إفَن ْ
صَألا اهاذَه ْ
تَفَلَتْخا
«
“(Boleh menjual) emas dengan emas, perak
dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir
(sejenis gandum) dengan sya’ir, kurma dengan
kurma, garam dengan garam, sebanding, sama
dan tunai, tetapi jika berbeda jenis, maka juallah
sesukamu, apabila tunai dengan tunai.” (Shahih:
Mukhtashar Muslim no: 949, dan Muslim III: 1211 no: 81 dan 1587).
8.
ار
سَمْلا َنام ُنَطْي َشلا ُهُطَّبَخَتَي يار َ
اذل ُموُقَي َ َ
مَك ََّلاا َونُموُقَي َ
َل اوَبرارلا َنْوُ ُُكََْي َيناذلَا
اوَبارالر َمَّرَحَو َعْيَبْلا ُهللا َلَّحَاَو اوَبارالر ُلْثام ُعْيَبْلإاَمَّناا اْوُلإَق ْمََُّّنَأاب َ ا
اِلَذ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila, keadaan mereka itu disebabkan
mereka berkata sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-
Baqarah: 275).
Hukum Riba
10. ْ ُ
ُتْنُك ْن
ِ
ا َِب رارال َنام َياقَب إَم واُرَذَو ََّ
اَّلل اوُقَّتا اوُنَمأ َينا َّ
اذل إَُُّّيَأ ََي
َيانامْؤُم
(
٢٧٨
)
ْن
ِ
إَف
اوُنَذْأَف اوُلَعْفَت ْمَل
ٍ
بْرَ ا
ِب
ُ
وسُءُر ْ ُ
ُكَلَف ْ ُ
ُتْبُت ْن
ِ
اَو ا ا
وِل ُسَرَو ا َّ
اَّلل َنام
َونُمَل ُْظت َلَو َونُمال ْظَت َل ْ ُ
ُكالاَوْمَأ
(
٢٧٩
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat
(dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 278-279)
11. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu:
َنَعَل
ُهَ ا
ُكْؤُمَو َِبارالر َ ا
ِكأ َََّّل َسَو اهْيَلَع َُّ
اَّلل َّ
َّل َ
ص ا َّ
اَّلل ُول ُسَر
ُهَبات ََكَو
اهْيَداهإ َشَو
اءَو َس ُُْه َلإَقَو
“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang
yang memberi makan dengan riba, juru tulis
transaksi riba, dua orang saksinya,
semuanya sama saja.” (HR.Bukhari fathul
bari/V:4/H:394/bab:24)
12. Dari hadits Abu Hurairah ra bahwa Nabi Shallallahu
‘alahi wa sallam bersabda:
ُرْح ارسلاَو ا َّ
َّلل ا
ِب ُكْ ار
ّشلا َلإَق َُّنه إَمَو ا َّ
اَّلل َلو ُسَر ََي اوُلإَق ا
إتَقابوُمْلا َعْب َّسلا اوُبانَتْجا
ار
قَحْل ا
ِب ََّل
ِ
ا َُّ
اَّلل َمَّرَح ا
ِتَّلا ا
سْفَّنلا ُلْتَقَو
َِبارالر ُ ْ
ِكَأَو
َمْوَي ار
ّلَوَّتلاَو امياتَيْلا اإلَم ُ ْ
ِكَأَو
ا
ت َ
الافَإغْلا ا
إتَنامْؤُمْلا ا
إتَن َ
صْحُمْلا ُ
فْذَقَو ا
فْحَّالز
“Hindarilah tujuh hal yang membinasakan.” Ada
yang bertanya: “Apakah tujuh hal itu wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Menyekutukan
Allah, sihir, membunuh jiwa dengan cara yang
haram, memakan riba, memakan harta anak yatim,
kabur dari medan perang, menuduh berzina wanita
suci yang sudah menikah karena kelengahan mereka.
“ (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari V: 393 no: 2766, Muslim I: 92 no: 89,
‘Aunul Ma’bud VIII: 77 no: 2857 dan Nasa’i VI: 257).
13. Semua bentuk tambahan berupa manfaat
lain yang muncul dari pinjam-meminjam
itu, termasuk riba. Fadhalah bin ‘Ubayd
menuturkan, Rasulullah saw. pernah
bersabda:
«
َِبارالر اهْوُجُو ْنام هْجَو َُوهَف ًةَعَفْنَم َّرَج ٍ
ضْرَق ُّ ُ
ِك
»
Setiap pinjaman yang menarik suatu
manfaat maka itu termasuk salah satu
bentuk riba. (HR al-Bayhaqi).
14. Anas ra berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda:
«
َالَف اةَّباَّادل َ
َّلَع َُ
َلَ َ
َح ْوَأ َُ
ِل ىَْدهَأَف إًضْرَق ُُْكُدَحَأ َ
ضَرْقَأ اَذ
ِ
ا
َ ا
ِلَذ َلْبَق ُهَنْيَبَو ُهَنْيَب ىَرَج َونُكَي ْنَأ ََّل
ِ
ا ُ ْ
َلَبْقَي ََلَو إَ ْْبَكْرَي
»
Jika salah seorang di antara kalian meminjamkan
suatu pinjaman (utang), lalu peminjam
memberinya hadiah atau membawanya di atas
hewan tunggangan maka jangan ia menaikinya dan
jangan menerima hadiah itu, kecuali yang
demikian itu biasa terjadi di antara keduanya
sebelum pinjam-meminjam itu. (HR Ibn Majah).
15. Anas ra. juga menuturkan bahwa Rasul saw.
pernah bersabda:
«
ًةَّيادَه ُْذخْأَي َالَف َ
ضَرْقَأ اَذ
ِ
ا
»
Jika seseorang memberikan pinjaman maka
janganlah ia mengambil hadiah. (HR al-
Bukhari).
Asy-Syawkani, Nayl al-Awthâr, 5/349. Dar al-Jayl, Beirut. 1973
16. Dari Ibn Mas’ud ra. Bahwa Rasulullah saw
bersabda:
ًةَّرَم إَ اِتَقَد َ
صَك َن ََك ََّلاا ا ْ
يَتَرَم إًضْرَق إًمال ْ
سُم ُ
ضارْقُي ٍ ا
َّل ْ
سُم ْنام إَم
“Tidak seorang muslim pun meminjami
muslim yang lain dengan suatu pinjaman
sebanyak dua kali, kecuali hal itu seperti
sedekah sekali” (HR. Ibn Majah dan Ibn
Hibban)
Wallahu a’lam bish shawaab
Wassalam