Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Ghabn (penipuan) dalam jual beli dibedakan menjadi ghabn yang halal dan haram. Ghabn halal adalah selisih harga kecil yang diakibatkan oleh proses tawar menawar sedangkan ghabn haram adalah penipuan besar yang merugikan pihak lain. Pihak yang merasa dirugikan berhak membatalkan transaksi atau mempertahankannya. Penipuan besar dalam jual beli d
2. الفاحش الغنب
Menurut al-Jawhari dalam ash-Shilah fi al-Lughah,
al-Razi dalam Mukhtar ash-Shihah & Ibn Manzur di
Lisan al-’Arab; Ghabana secara lughah (bahasa)
artinya al-Khada’ (menipu/memperdaya/trik).
Menurut Ibn Duraid dalam Jumhurah al-Lughah &
Sa’di Abu Habib dalam al-Qamush al-Fiqhi;
Ghabana artinya Naqasha (mengurangi). Menurut
Rawwas Qal’ah Ji dalam Mu’jam Lughah al-
Fuqaha; Ghabana artinya ُهَ
صْ
قَن َ
و ُهَبَلَ
غ
(mengalahkannya dan menguranginya)
2
3. Jika dikatakan ارِ
الش و البيع ىف غبنه (dia benar-benar
melakukan penipuan/trik dalam jual beli) وغلبه خدعه
yaitu (memperdaya dan mengalahkannya),
وغريه الثمن يف نقصه فالنا وغنب
,
مغنب وذاك غابن فهو
Dia melakukan trik terhadap si pulan, mengurangi
dalam hal harga dan mengubahnya; karena itu, dia
adalah pelaku penipuan/trik, sedangkan si pulan pihak
yang terperdaya
3
4. Istilah Ghabn digunakan dalam hal jual-beli.
Secara istilah menurut ulama Syafi’iyah , ghabn
adalah kelebihan atas harga yang sepadan.
Menurut Ibn Najim, ghabn adalah kekurangan
harga di dalam jual beli (Mausu’ah al fiqhiyah al-
quwaytiyah, bahasan khiyar al-ghabn).
Dengan kata lain Ghabn adalah menjual/membeli
sesuatu dengan harga yang lebih tinggi dari harga
rata-rata, atau dengan harga yang lebih rendah
dari harga rata-rata (Nizham al-Iqtishadi:193)
4
5. Al-ghabn al-fahisy hukumnya Haram
Al-ghabn al-fahisy (penipuan/trik yang keji) secara syar’i
hukumnya Haram. Berdasarkan hadits shahih ada tuntutan
tegas untuk meninggalkan ghabn .
عمر بن عبداهلل عن
أنس و
عنهما اهلل رضي
للنىب ذكر جالِ
ر أن
عليه اهلل صلى
وسلم
فقال البيوع يف خيدع أنه
:
خالبه ال فقال بايعت إذا
(
و البخارى اهور
أبوداود و عمر إبن من ن
حنب إبن و امحد و مسلم
,
احلاكم و ماجه إبن و الرتمج و ساءَالن
)
Dari Abdullah bin Umar.ra dan Anas.ra bahwa ada seorang
laki-laki menyatakan kepada Nabi saw. Bahwa ia telah
melakukan penipuan/trik dalam jual-beli, lalu Nabi saw
bersabda: Apabila kamu menjual maka katakanlah Laa
Khilabah (tidak ada penipuan)
5
6.
اهلل رسول قل
وسلم عليه اهلل صلى
:
هَب َ
الِاخل ُّ
لَِ
َت َ
الَ
و ةَب َ
الِ
خ ت َ
الَ
فَ
احمل ُ
عْيَب
مِلْ
سُ
مِل
(
الرزق عبد و امحد و جمح إبن اهور
)
Nabi saw bersabda: Jual-beli muhaffalah adalah khilabah
(penipuan) dan penipuan itu tidak halal bagi seorang
Muslim (HR. Ibn Majah, Ahmad dan Abdurrazaq)
Al-khilabah adalah al-khadi’ah (penipuan). Hadits ini
telah menuntut agar al-khilabah ditinggalkan.
Tuntutan itu ditegaskan dengan sabda Nabi saw “Laa
tahillu “ (tidak halal) alias haram. Dari sini maka al-
Ghabn (penipuan/trik) hukumnya haram.
6
7. Ghabn yang Haram
Ghabn yang haram harus memenuhi dua hal
1. Harus berupa ghabn fahisy (penipuan yang zalim),
karena ‘Illat pengharaman ghabn adalah karena
realitasnya sebagai penipuan dalam hal harga. Tidak
dikatakan penipuan kalau hanya sedikit. Karena
selisih harga yang sedikit itu merupakan kemahiran
dalam tawar-menawar.
2. Orang yang ditipu itu pada saat akad (transaksi)
tidak tahu harga yang biasa berlaku di pasar. Jika ia
tahu dan tetap menerima akad tersebut, maka ia
tidak tertipu atau dicurangi artinya ia ridho.
7
8.
قل حبان بن حيي بن حممد عن
:
اهلل رسول قل
سلم عليه اهلل صلى
,
إذا
فإن ٍ
يالَل َ
ثالث ِ
رباخليا هاَ
تبتاع ٍ
لعةِ
س ن
كليف أنت مث َةخلب ال فقل َ
عتِب
هاِبِ
صاح على هاْ
دُ
دْ
فار َ
تْطَ
خَ
س وإن ْ
كِ
فأمس َ
رضيت
(
و ماجه إبن اهور
الدرقطين و البيحقى
)
Dari Muhammad bin Yahya bin Hibban berkata: Nabi
saw bersabda: Jika engkau berjual-beli maka
katakanlah “tidak ada penipuan” kemudian, dalam
setiap pembelian, engkau diberi khiyar (pilihan) tiga
malam, jika engkau ridho maka ambillah, jika engkau
tidak suka maka kembalikanlah kepada pemiliknya
(HR. Ibn Majah, al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).
8
9. Ash-Shan’ani dalam Subulussalam menyatakan
bahwa hadits Laa khilabah (tidak ada penipuan) itu
merupakan dalil adanya khiyar di dalam jual-beli
jika terjadi ghabn.
Jika telah tampak adanya unsur penipuan dalam
jual-beli, maka pihak yang tertipu membatalkan atau
meneruskan jual-belinya, artinya;
1. Pihak yang tertipu mengembalikan harganya dan
meminta kembali barangnya, jika ia seorang penjual.
Jika ia pembeli boleh mengembalikan pembeliannya
dan meminta kembali uangnya. Serta tidak boleh
meminta selisih harga transaksi atau kopensasi
(denda).
9
10. 2. Jika ia ridho, maka ia boleh melanjutkan transaksi
itu artinya mempertahankan barang atau harga yang
didapat.
Ghaban fahisy adalah melakukan khadi’ah
(penipuan/kecurangan) merupakan hal yang haram.
Selain itu tindakan ghabn fahisy adalah pelanggaran
terhadap syari’ah konsekwensinya terkatagori
sanksi ta’zir yang jenis dan kadarnya berdasar
ijtihad Qadhi (dalam hal ini qadhi hisbah), tentu
dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap
pasar dan perekonomian.
Wallahu a’lam bishshawab.
10