1. Ahmad Ridwan Tresna Nugraha
Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
SciBinar “Talk to Scientists”, Kontribusi Peneliti Muda dalam Pengembangan Ilmu Fisika dan Kedokteran
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 27-07-2020
Potensi Belajar Fisika Teori dan Komputasi
Belajar Fisika Teori dan Komputasi:
Mau Jadi Apa?
2. 2
Perkenalan
Ahmad Ridwan Tresna Nugraha
Jabatan Fungsional: Peneliti Muda
S.Si.
M.Sc.
Dr. PD
Asst.
Prof.
Researcher
2008
2010
2013
(JSPS)
2013
2019
2014
5. 5
Realita?
• Konflik kepentingan (digaji besar, tetapi masih pegang perusahaan)
• Krisis pemahaman/pengalaman dalam etika publik
Kalau diberi pemuda milenial, hasilnya…
6. 6
Lantas bagaimana jika diberi pemuda peneliti?
Sayangnya, Indonesia ternyata masih DARURAT jumlah peneliti…
(sangat diharapkan agar generasi Indonesia pascamilenial berkarier sebagai peneliti)
7. 7
Kualitas publikasi vs. Kuantitas publikasi
Kualitas masih paling bawah
Kuantitas publikasi cukup tinggi
Tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan
KUALITAS publikasi ilmiah!
8. 8
Tapi kita tidak perlu berkecil hati…
Ada bidang-bidang tertentu Indonesia cukup kuat di dunia penelitian!
Fisika dan
Astronomi
Kedokteran
9. 9
Pentingnya jalan-jalankolaborasi internasional
MIT, USA
(Dresselhaus group)
UFMG, Brazil
(Jorio group)
IMR CAS
(T. Yang group)
Japan & Korea
(various groups)
U. Rennes, France
(Estelle group)
Skoltech, Russia
(Nasibulin group)
0
• Kita tidak lagi hidup di zaman Einstein yang ilmuwannya
banyak soliter (+ masa perang penuh rahasia)
• Kolaborasi = Kerja sama sekaligus tetap kompetitif
U. Florida, USA
(Stanton group)
10. 10
Intermezzo: Apa enaknya jadi peneliti/saintis?
Memenuhi rasa ingin tahu
Keingintahuan = bahan bakar utama penelitian
Bertambah ilmu pengetahuan setiap saat
Untuk bisa memecahkan masalah, kita harus
selalu menambah pengetahuan
Terlatih untuk bersikap kritis dan siap dikoreksi
Dalam dunia penelitian, sesama peneliti akan saling mengkritisi hasil penelitiannya dan
pada akhirnya menerima hasil koreksi untuk perkembangan ilmu pengetahuan
Mendapat jaringan pertemanan dengan peneliti di seluruh dunia
Bonus jalan-jalan ke luar negeri ketika mengikuti konferensi ilmiah terkait bidang
keilmuan kita
14. 14
Karier lulusan lab kami di Tohoku U. (Jepang)
Lulusan S-3 = 12 orang
Berkarier sebagai akademisi:
• LIPI, Indonesia (2)
• Tohoku University, Japan (2)
• Lund University, Sweden (1)
• BAEC, Bangladesh (2)
• National College of Technology, Japan (1)
• Kyoto University of Education, Japan (1)
• University of Cologne, Germany (1)
Berkarier di Industri/Wirausaha:
• Ricoh, Japan (1)
• SanDisk, Japan (1)
• natural science NPO, Japan (1)
• JD Power, USA (1)
• Samsung, Korea (1)
Lulusan S-2 mahasiswa Jepang = 19 orang
100 % berkarier di Industri/Wirausaha dan hampir semua
bekerja di perusahaan-perusahaan besar Jepang:
• Toshiba
• Fujitsu
• NTT
• Hitachi
• Sony
• NEC
• SanDisk
• dll...
Dua kata kunci terpenting
untuk bertahan “hidup”:
fleksibilitas dan
kemampuan beradaptasi
15. 15
Mengapa memilih fisika teori & komputasi?
• Perangkat prediktif yang dapat diandalkan ketika
eksperimen sulit dilakukan
• Hanya membutuhkan pensil, kertas, komputer,
dan otak
16. 16
Cabang-Cabang Utama Riset Fisika
Pandangan tradisional berdasarkan skala materi
Fokus grup kami adalah theoretical and computational condensed matter physics
17. 17
Apa yang diteliti grup riset kami di LIPI?
“Teori dan Komputasi Material”
Electromechanics and Optomechanics
Charge-induced electromechanical actuators
Light-induced mechanical vibrations
Thermoelectric Materials (Converting Heat to Electricity)
Optimization of thermoelectric efficiency (theoretical perspective)
Computational search for the best thermoelectric materials
Light-Matter Interaction
Absorption spectroscopy and Raman spectroscopy
Ultrafast pump-probe spectroscopy
19. 19
Tetap produktif di masa pandemi
Antrean draf makalah untuk dikirim ke jurnal internasional:
❶
❷
❸
Makalah terbit di masa pandemi!!!
Garis merah menandakan anggota grup “Teori dan Komputasi Material” di Pusat Penelitian Fisika LIPI
20. 20
Fisikawan Teori & Komputasi Melintasi Batas
Fisika teori!
Biologi/Kedokteran!
Fisika
Komputasi!
Biologi!
Afiliasi di
sekolah kedokteran
Daftar makalah ilmiah teratas Daftar makalah ilmiah teratas
21. 21
Rangkuman/Penutup
Indonesia masih sangat kekurangan peneliti
Generasi muda diharapkan dapat mengisi kekosongan tersebut
Fisika teori dan komputasi menawarkan peluang karier yang luas
dan penghidupan yang “lumayan”
Fondasi yang diberikan oleh ilmu fisika sangat bermanfaat untuk bekal karier, dari peneliti
hingga wirausahawan
Peneliti berlatar belakang fisika teori dan komputasi mudah
menyeberang ke bidang ilmu lain*
Aktivitas/produktivitas penelitian juga tidak banyak terganggu oleh bencana pandemi
*Kutipan guyonan dari seseorang yang sangat berpengaruh di LIPI:
“Orang fisika itu jago mengerjakan apa saja kecuali fisika”
Editor's Notes
Assalamu'alaikum, selamat pagi bapak ibu, adik-adik semua. Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih kepada LIPI, terutama Biro Kerjasama, Hukum, dan Humas yang telah memfasilitasi acara ini dan memberi kesempatan pada saya untuk menyampaikan sedikit pengetahuan atau pengalaman saya dalam meneliti bidang fisika. Terima kasih juga kepada para peserta yang antusias untuk menghadiri Sciebinar ini. Mudah-mudahan apa yang akan kami sampaikan dapat membawa manfaat bagi semuanya.Sesuai judul di poster, pada kesempatan ini saya hendak membawakan topik seputar "Potensi Belajar Fisika Teori dan Komputasi", suatu pelajaran yang mungkin untuk banyak orang terasa membuat sakit perut dan sakit kepala. Padahal kalau kita dalami sebetulnya tidak seseram itu sih, bisa jadi lebih seram, hahaha... (becanda, ya). Oke, judul yang di poster saya pikir terlalu formal sehingga saya ganti sedikit judulnya: Belajar Fisika Teori dan Komputasi: Mau Jadi Apa?
Oh iya, saya perkenalkan lagi sepintas seputar saya walaupun tadi sudah diperkenalkan oleh MC/moderator. Nama lengkap saya: Ahmad Ridwan Tresna Nugraha. Bisa dipanggil dengan satu nama dari 4 suku nama yang ada pada nama lengkap saya. Jadi, boleh dipanggil Ahmad, atau Ridwan, atau Tresna, atau Nugraha.Saya menempuh pendidikan S-1 di ITB, selesai tahun 2008, S-2, selesai tahun 2010, dan S-3, selesai tahun 2013 di Tohoku, semuanya di jurusan fisika dengan spesialisasi fisika teori dan komputasi. Setelah itu, saya bekerja sebagai peneliti pascadoktoral dengan biaya dari Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) dan lanjut tahun 2014-2019 sebagai assistant professor (dosen sekaligus peneliti) di Tohoku University. Tahun 2019 saya mengambil peluang mengabdi di Indonesia melalui lowongan peneliti formasi diaspora yang diberikan LIPI. Alhamdulillah bisa diterima dan sampai saat ini saya berstatus sebagai peneliti muda di LIPI.
Nah, tema besar yang diusung pada Sciebinar hari ini adalah seputar kontribusi peneliti muda, atau jika kita tarik tema lebih besarnya lagi adalah apa sebetulnya kiprah pemuda Indonesia. Izinkan saya mengambil kutipan dari salah satu bapak bangsa, almarhum presiden Soekarno yang mengatakan, "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri Aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." Kutipan ini mengindikasikan begitu besarnya harapan yang tertumpu pada para pemuda karena mereka semestinya memiliki semangat, energi, dan kemampuan yang diharapkan membawa bangsa kita pada kemajuan dalam berbagai bidang.Akan tetapi, mari kita coba refleksi kenyataan yang ada. Realita tampaknya tidak terlalu sesuai dengan ekspektasi atau harapan. Walaupun kita saat ini sudah puluhan tahun merdeka, kita masih menyaksikan kiprah pemuda Indonesia belum banyak yang terdengar positif.
Misalnya, pemuda zaman sekarang mungkin lebih senang mengidolakan boyband semacam ini, atau bahkan bercita-cita menjadi seperti mereka.
Kemudian kita dengar juga istilah generasi milenial, yang diharapkan menjadi agen perubahan bangsa. Presiden Jokowi bahkan sampai mengangkat beberapa staf khususnya dari kalangan milenial yang berusia 20-an sampai 30 tahunan. Staf khusus ini digaji besar agar dapat fokus memberikan solusi terhadap beberapa masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia. Sayangnya lagi, ekspektasi tinggi kita dipupuskan oleh perilaku yang kurang baik dari beberapa stafsus milenial ini disebabkan konflik kepentingan dan kurangnya pemahaman/pengalaman mereka dalam etika publik.Tentunya pemberian dua contoh kasus kiprah pemuda ini bukan berarti tidak ada kiprah pemuda yang positif. Namun, memang harus diakui peran pemuda saat ini sebagai agen perubahan bangsa ini belum cukup kuat atau belum terdengar gaungnya di masyarakat luas. Nah sekarang kita refleksi sebagai peneliti... Bagaimana jika negeri kita ini diberi pemuda peneliti?
Gambar berikut ini menunjukkan jumlah peneliti yang dimiliki beberapa negara per 1 juta penduduk. Saya tunjukkan beberapa negara maju dibandingkan dengan Indonesia. Kalaulah rasio jumlah peneliti per sejuta penduduk bisa dianggap sebagai salah satu indikator kemajuan suatu negara, maka bisa dilihat bahwa Indonesia sangat tertinggal.Negara-negara maju memiliki jumlah peneliti per sejuta penduduk di kisaran ribuan, sementara Indonesia hanya ratusan, sepuluhan hingga dua puluhan kali lebih kecil dibandingkan negara-negara maju ini. Artinya, pertanyaan yang diberikan pada slide ini belum bisa dijawab karena Indonesia masih darurat jumlah peneliti.Dari fakta ini tentunya diharapkan agar generasi pascamilenial, yakni generasi Z dan generasi seterusnya di Indonesia, adik-adik mahasiswa dan pelajar yang mengikuti acara Sciebinar ini lebih banyak lagi yang berkarier sebagai peneliti.
Nah, terlepas dari masalah minimnya jumlah peneliti yang kita hadapi, ada isu lain berupa kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah, yakni seberapa bagus dan seberapa banyak peneliti Indonesia menerbitkan karya-karya tulis ilmiah berupa prosiding, jurnal, atau buku di dunia internasional.Gambar kiri ini menunjukkan jumlah total semua makalah yang diterbitkan peneliti Indonesia di jurnal internasional berkualitas tertinggi, yang biasa disebut sebagai jurnal Q1. Kita lihat bahwa posisi Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga kita di kawasan ASEAN. Sementara itu, dari jumlah total atau kuantitas publikasi karya tulis ilmiahnya sendiri cukup lumayan, ada peningkatan dari tahun ke tahun.Data kuantitas ini memang mencakup segala macam karya tulis ilmiah, dari yang berkualitas rendah sampai tinggi. Artinya, ini tantangan bagi para Indonesia untuk meningkatkan jumlah peneliti, kuantitas publikasi, sekaligus publikasi, segala aspek perlu kita tingkatkan.
Dari kondisi yang ada saat ini sebetulnya juga kita tidak perlu terlalu berkecil hati karena ada beberapa bidang penelitian yang Indonesia cukup mampu berbicara banyak di dunia internasional. Gambar ini menunjukkan jumlah publikasi karya tulis ilmiah Indonesia dibandingkan dengan dampak yang dihasilkan oleh karya ilmiah di setiap bidang.Dampak ini diukur berdasarkan rasio berapa kali suatu karya ilmiah di bidang tsb dibaca atau dirujuk oleh para peneliti lainnya di dunia. Nah, nilai rata-rata dunia ada di kisaran angka 1.0. Mayoritas bidang kurang dari rata-rata dunia, tetapi kita lihat ada dua bidang yang Indonesia lebih besar dari rata-rata dunia, yakni dalam fisika/astronomi dan kedokteran.Oleh karenanya, kalau negara kita mau bersaing di dunia, sebetulnya perkembangan dua bidang ini bisa lebih didukung oleh negara karena dari segi jumlah penelitinya, orang yang berkarier sebagai fisikawan maupun dokter di Indonesia itu masih kurang, tetapi syukurlah para penelitinya cukup militan. Untuk bidang fisika, saya sendiri banyak belajar militansi meneliti dari para senior yang dalam kondisi apapun kekurangan fasilitas masih tetap berupaya berkarya.
Nah tadi saya sebutkan bahwa apa yang kami capai tidaklah terlepas dari kontribusi rekan-rekan peneliti. Inilah yang dinamakan dengan kolaborasi. Sekarang ini kolaborasi internasional sangatlah penting kita jalin untuk menopang penelitian kita.Setidaknya ada dua alasan mengapa kolaborasi internasional ini sangat penting, yakni karena kita tidak lagi hidup di zaman Einstein ketika para saintis di masa itu mayoritas bekerja sendiri-sendiri, baik karena saking pintarnya mereka, atau karena banyak negara yang masih dalam kondisi perang dunia sehingga menjaga rahasia satu sama lain. Di masa sekarang, kita tidak lagi dalam kondisi perang dunia, tentunya kita berharap juga seterusnya seperti itu sehingga kita bisa menimba ilmu, belajar dari mana saja, mengejar kemajuan negara-negara lain di luar Indonesia. Nah ini terkait dengan alasan kedua pentingnya kolaborasi internasional, yakni mendorong kerja sama sekaligus tetap saling berkompetisi. Gambar ini menunjukkan sebagian negara yang pernah saya kunjungi untuk kolaborasi internasional.
Wah enak dong bisa jalan-jalan, ya memang enak. Saya tambahkan lagi beberapa poin penting enaknya menjadi peneliti/saintis....
Oke, cukup intermezzo-nya, kita masuk materi core of the core, untuk apa sebetulnya kita belajar fisika? Ketika saya lakukan googling, saya mendapatkan beberapa gambar yang agak lucu, di antaranya adalah ternyata ada beberapa orang yang lebih tertarik belajar fisika karena mereka ingin bisa membangun pedang cahaya (light saber)...Terus terang saya bingung motivasinya sebagian orang mengaitkan fisika terkait dengan hal-hal yang agak menyeramkan seperti pelajaran yang susah atau aplikasinya malah pada hal-hal terkait perang atau kerusakan alam. Padahal, dengan fisika-lah kita saat ini bisa punya mobil, bisa punya internet cepat dengan optical fiber, punya komputer, smartphone, dan lain sebagainya yang semuanya ditopang oleh konsep-konsep fisika modern.
Jadi, belajar fisika itu banyak sekali manfaatnya. Seperti yang saya kutipkan di sini kalau kita ingin tahu bagaimana dan kenapa sesuatu begini dan begitu, pelajarilah fisika ...Kalau kita suka sains, itu pun dimulai dengan fisika karena ...Kalau mau skills/kemampuan bermacam-macam yang mumpuni, para fisikawan pun belajar hal itu.Kalau mau pekerjaan, para penyedia lapangan kerja punya menyediakan kesempatan yang cukup luas bagi alumnus jurusan fisika.
Nah ini kita bisa lihat bagaimana potensi atau prospek karier lulusan fisika. Mulai dari gajinya yang lumayan, juga bidang pekerjaan yang cukup luas. Bisa kita lihat, gaji sarjana fisika sekitar 50-90 juta rupiah per bulan...Sementara total 72% lulusan magister fisika bekerja di luar bidang fisika.
Untuk kasus lulusan lab kami sendiri di Tohoku University di Jepang, saya punya beberapa datanya...
Sekarang kita akan lanjut ke pertanyaan, dari sekian banyak peminatan fisika, kenapa kami menekuni fisika teori dan komputasi. Alasannya setidaknya berdasarkan pada gambar ini, kita bisa lihat bahwa sains komputasi itu merupakan kolaborasi dari beberapa bidang lain seperti ilmu komputer, matematika terapan, dan sains-nya. Sementara itu, dalam fisika sendiri kita mengenal 3 pilar fisika berupa teori, komputasi, dan eksperimen.Nah kalau kita menguasai teori dan komputasi, sekurang-kurangnya kita bisa melakukan prediksi yang dapat diandalkan ketika eksperimen sulit dilakukan karena pekerjaan fisika teori dan komputasi hanya membutuhkan pensil, kertas, komputer, dan otak. ...
Lebih jauh lagi, dalam fisika ada pembagian riset fisika berdasarkan skala materi. Secara tradisional ada seperti fisika partikel, ... condensed matter physics, ... kosmologi.Fokus grup kami adalah theoretical and computational condensed matter physics.