1. Halaman 1
J U M A T , 1 4 J U N I 2 0 1 3E D I S I 1 6
ARH LIBRARY NEWS
DEWAN PENASIHAT
Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi
Mln. Shagir Ahmad
PENANGGUNGJAWAB
Suseno
KOORDINATOR
Nasir Ahmad
KONTRIBUTOR
Iin Quratul Ain
Rizqi Baihaqi
TIM REDAKSI
(Bus dengan slogan love for
all,hatred for none. Sumber: http://
atlasshrugs2000.typepad.com)
L
ove for all, hatred for
none yang bila diter-
jemahkan “cinta un-
tuk semua, tiada benci bagi siapa-
pun”. Bila anda searching di internet
dengan keywords ini, maka tak bu-
tuh waktu lama untuk mengetahui
apa sebenarnya kalimat tersebut.
Ya,kalimat ini adalah slogan ataupun
motto dari komunitas Muslim Ah-
madiyah dan dengan motto ini pula-
lah komunitas ini dikenal di dunia.
Gerakan dakwah globalnya
mendasarkan pada motto ini yang
tak lain dan tak bukan adalah
pengejawantahan dari ajaran Islam
itu sendiri yang Rahmatul lil
‘Aalamiin. Islam adalah agama yang
mempromosikan perdamaian dan
kasih sayang. Allah pun menyebut
Nabi Muhammad (saw) sebagai
sosok pembawa rahmat dan kasih
sayang untuk semua makhluk cip-
taan-Nya.
Terciptanya motto ini bermu-
la pada saat Imam Jama’ah Muslim
Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Nasir
Ahmad meresmikan masjid pertama
di Spanyol pada tahun 1980. Se-
bagaimana tertulis di dalam sejarah,
700 tahun lamanya Islam berkuasa
di Andalusia (Spanyol),akan tetapi
pada tahun 1492 kejatuhan Islam
secara keseluruhan di Spanyol tak
terelakan lagi dan negri inipun
dikuasai oleh Katolik. Masjid per-
tama yang dibangun setelah keruntu-
han Islam di Spayol adalah masjid
Basharat. Pada saat meresmikan
penggunaan masjid tersebut,Hadhrat
Mirza Nasir Ahmad melontarkan
motto ‘Love for all,hatred for none’.
Alamat : Jl. Atmosukarto 15
Kotabaru Yogyakarta 55224
Telp./Fax (0274) 586723
website : www.arhlibrary.com
twitter : @arhlibrary
e-mail : arhlibrary@gmail.com
LOVE FOR
ALL,HATRED FOR
NONE
1
JEMAAT AHMADI-
YAH INDONESIA
GUGAT WALIKOTA
BEKASI
3
HARKITNAS DAN
FENOMENA
JOKOWI-AHOK DA-
LAM PERSPEKTIF
MEMBELA AHMADI-
YAH, SYIAH, MI-
NORITAS DAN BU-
RUH
4
HENTIKAN DIS-
KRIMINASI AGAMA,
KECAMAN BERGE-
MURUH, TUNTUTAN
GENERASI MNAS
(ANGGOTA DEWAN)
6
THERESA MAY PUJI
KELOMPOK ISLAM
AHMADIYAH-
BERPUSAT DI
INGGRIS (THE INDE-
PENDENT | UK)
8
LOVE FOR ALL, HATRED FOR NONE
2. Halaman 2
(Basharat Mosque-Spanyol, sumber: wikipe-
dia.org)
Dalam penjelasannya, beliau
mengungkapkan bahwa Islam mengajarkan
kepada kita untuk hidup dengan kasih sayang
dan kerendahan hati. Makna dari Islam adalah
damai, dan untuk mewujudkannya seorang Mus-
lim harus memiliki sifat cinta dan kasih sayang.
Kemudian, untuk menciptakan sikap rendah hati,
seseorang harus meniadakan kebencian terlebih
dahulu dalam hatinya. Jadi, cinta untuk semua
juga harus dibarengi dengan meniadakan benci
bagi siapapun. Disinilah pengejawantahan dari
sifat Allah Ta’ala yang Ar-Rahman dan Ar-
Rahim.
Maka sejak saat itu, ‘Love for all, hatred
for none’ dijadikan sebagai slogan oleh komuni-
tas Muslim Ahmadiyah. Sebenarnya, tak mudah
untuk bisa menjadikan untaian kalimat itu se-
bagai slogan ataupun motto hidup bagi para
pengikut Ahmadiyah. Mengikuti sejarah
perkembangan Jama’ah Ahmadiyah yang tak
pernah lepas dari persekusi, tindakan aniaya, dis-
kriminasi dan tindakan kezaliman lainnya, meru-
pakan tantangan tersendiri bagi para pengikut
Ahmadiyah untuk menjadikan kalimat tersebut
sebagai motto hidup. Bagaimana mereka harus
meniadakan kebencian terhadap orang-orang
yang telah menganiaya
mereka, merampas hak
hidup mereka, menghan-
curkan harta benda dan
properti mereka dit-
ambah mereka pun harus
tetap mencintai orang-
orang yang melakukan
segala tindak kezaliman
tersebut. Akan tetapi
demi meneladani wujud
suci Nabi Muhammad
(saw) sebagai sosok
yang menjadi rahmat
bagi sekalian makhluk
Tuhan, maka segala pen-
deritaan pun sanggup
ditanggung oleh para
pengikut Ahmadiyah un-
tuk tetap tegaknya motto
hidup itu.
Teringat riwayat ketika Nabi Muhammad
(saw) biasa dilempari sampah oleh seorang
wanita acapkali beliau lewat di depan rumahnya.
Pada satu waktu, ketika Rasulullah (saw)
melintas di depan rumah wanita itu, tak ada lagi
yang melemparinya dengan sampah. Rasulullah
(saw) pun menanyakan perihal wanita itu yang
ternyata sedang sakit, kemudian beliau (saw)
menjenguknya dan mendoakan untuk kesem-
buhannya. Begitu dahsyatnya simpati dan kasih
sayang beliau (saw). Nabi Muhammad (saw)
memang merupakan sosok yang sempurna dalam
mengimplementasikan ‘Love for all, hatred for
none’.
Saat ini motto tersebut telah menjadi “universal
message” pesan universal yang mendasari
gerakan dakwah Jama’ah Muslim Ahmadiyah
ini. Jika seluruh dunia dapat mengikuti pesan
dan motto ini, Perdamaian Dunia yang dicita-
citakan oleh semua orang akan menjadi ken-
yataan dan bukan hanya menjadi mimpi di siang
bolong.
Sumber: http://sejarah.kompasiana.com/2013/06/11/love-for-
allhatred-for-none-567689.html
3. Halaman 3
Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesian
(JAI), Abdul Basit, pada 8 Maret
mengajukan tuntutan perkara
terhadap Walikota Bekasi Rahmat Effendi karena
pengeluaran surat keputusan yang
melarang kegiatan-kegiatan JAI di Bekasi.
Tuntutan perkara didaftarkan di Pengadilan
Tinggi Negeri (PTUN) pada Selasa, kata Direktur
Lembaga Bantuan Hukum (LBH Arip Yogiawan,
(Jumat, 07/06). “Para pengacara dari LBH Jakarta
mengajukan tuntutan perkara tersebut,” ujar Arip.
Dalam dokumen tuntutan perkara yang didapati
oleh The Jakarta Post, Basit menuntut sang
walikota karena mengeluarkan keputusan tertanggal
8 Maret 2013, yang menghentikan semua aktifitas
JAI dengan menyegel pintu masuk pusat aktifitas di
Masjid Al Misbah, di Kecamatan Jatibening Baru,
Pondok Gede di Bekasi.
Salah satu pengacara Basit, Pratiwi Febry,
mengatakan masjid tersebut sudah didirikan sejak
tahun 1993 dengan jumlah 400 jamaah dan mereka
biasa menggunakan masjid yang dimaksud.
“Pemkot Bekasi sebelumya mengeluarkan
ijin untuk bangunan Masjid Al Misbah tanggal 28
April 1997,” kata pengacara ini.
Pratiwi berkata, sebelum pintu
gerbang masjid disegel ada dialog antara JAI dan
pihak pemkot Bekasi. Para Ahmadi menolak
penyegelan dan mengatakan hal itu melanggar
hukum. Setelah itu, disepakati akan ada pertemuan
lanjutan di kantor walikota pada 13 Maret. Namun
terjadi sebaliknya, Petugas Satpol PP Bekasi datang
menyegel pintu masuk masjid.
Kata Pratiwi, Keputusan Bersama Menteri
Dalam Negeri, Menteri Agama dan Kejaksaan
Agung berkaitan dengan peringatan bagi pengurus
dan anggotanya JAI serta masyarakat;
menyatakan kebebasan beragama adalah Hak
Asasi Manusia yang tidak dapat dihilangkan dalam
kasus apapun. “Setiap warga negara bebas memeluk
agama apapun dan untuk beribadah menurut agama
dan kepercayaannya. Negara menjamin hal ini,”
kata dia.
Dia menambahkan, karenanya keputusan
walikota melanggar Keputusan Bersama 3 Menteri
karena JAI tidak memprogandakan ajaran agama di
Masjid Al Misbah. “Kegiatan-kegiatan mereka
tidak melibatkan pihak-pihak luar jadi tidak dapat
disebut sebagai penyebaran keyakinan
Ahmadiyah.”
Berdasarkan alasan-alasan itu, Penggugat meminta
pengadilan mencabut keputusan walikota dan
memulihkan performa baik penggugat.
Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2013/06/08/jai-
sues-bekasi-mayor.html
JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
GUGAT WALIKOTA BEKASI
4. Halaman 4
Hari
Kebangkitan
Nasional menjadikan
renungan tentang
carut-marut
perlindungan negara
yang sangat buruk
terhadap Ahmadiyah,
Syiah, Minoritas dan
Buruh di Indonesia.
Mari kita tengok
mereka satu per satu
tentang perlunya
masyarakat membela
mereka ketika negara
gagal memberikan
perlindungan. Di
tengah kondisi ini
ada secercah harapan
bahwa Indonesia
memiliki sepasang
pemimpin bernama
Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama yang
dikenal sebagai Jokowi-Ahok. Bagaimana
relevansi semangat mereka dalam konteks
Kebangkitan Nasional dan bagaimana peran
Negara terhadap rakyat?
Ahmadiyah
Menarik sekali menelisik dan memahami
gerakan Ahmadiyah. Di Indonesia gerakan
Ahmadiyah dipinggirkan dan ditindas oleh
gerakan radikal yang mengatasnamakan
kebenaran mutlaknya. Kebenaran yang
seharusnya dikembalikan pada konsep
pemahaman kebersamaan dalam konteks
pluralisme dan penghargaan kepada perbedaan -
karena perbedaan adalah rahmat - telah
dimonopoli oleh institusi agama dan negara.
Negara tunduk pada kemauan radikal kelompok
segregatif anti pluralisme yang ingin menjadikan
NKRI sebagai negara mono-religi bahkan
teokrasi.
Ahmadiyah ditindas tanpa penjelasan
masuk akal sebagai sebuat entitas keyakinan
gerakan. Hanya kerena jemaat Ahmadiyah
menjadi gerakan yang menawarkan pilihan
untuk melalukan dakwah perdamaian,
ketakwaan, kecerdasan, rasionalisasi -
muktazilah - dan toleransi, maka Ahmadiyah
dianggap menjadi ancaman bagi lembaga dan
organisasi agama dan politik kekuasaan. Negara
yang menurut Pasal 29 Konstitusi 1945
melindungi agama dan kepercayaan di Indonesia
hanya membela mayoritas.
HARKITNAS DAN FENOMENA JOKOWI-AHOK
DALAM PERSPEKTIF MEMBELA AHMADIYAH,
SYIAH, MINORITAS DAN BURUH
5. Halaman 5
Syiah
Syiah sebagai pendamping Sunni men-
galami perlakuan tidak adil di Indonesia dan di-
musuhi oleh masyarakat yang tidak memahami
ajaran Syiah. Berbagai tragedi dialami mereka
dan para penganut Syiah di Indonesia tak mam-
pu melakukan kegiatan sebagai keyakinan aga-
ma Islam.
Syiah dihakimi sebagai keyakinan Islam
yang salah dan sesat oleh sementara orang mes-
kipun kenyataannya Syiah memiliki kesamaan
fundamental yang meyakini ‘la illaha illallah’
dan ‘muhammadar rasulullah’ semua aliran Is-
lam termasuk Sunni. Pembatasan dan pengham-
batan seperti di Sampang sangat kental warna
negara tidak melindungi seluruh tumpah darah
Indonesia yang berbeda-beda.
Minoritas
Para orang miskin yang menjadi minori-
tas - karena orang miskin merupakan kelompok
kecil dibandingkan dengan kelas menengah yang
di atas miskin yang jauh lebih banyak - tidak
mendapatkan akses ke pertumbuhan ekonomi
dan tetap termarjinalkan. Minoritas dijadikan
komoditas dan obyek pembangunan. Orang
miskin di Indonesia hanya dijadikan bahan
kajian, diskusi, dan perbincangan mulai di Istana
Presiden sampai pasar.
Penanganan kemiskinan terhadap petani dan ne-
layan yang merupakan kelompok para penduduk
miskin Indonesia tidak pernah terjadi. Tanah dan
sumber daya alam dan infrastruktur dikuasai
oleh para pemilik modal yang hanya berdasar-
kan hak konsesi menguasai tanah-tanah di sean-
tero Indonesia. Rakyat miskin petani dibiarkan
tanpa tanah untuk bercocok tanam. Reformasi
Agraria hanya buih di lautan tak berguna sama
sekali. Negara hanya memihak pemodal dan
mereka menguasai tanah, mengakibatkan petani
tetap miskin.
Selain miskin dan kemiskinan, kelompok mi-
noritas religi juga ditindas. Kasus Gereja Yas-
min di Bogor, HKBP di Bekasi dan aneka
kekerasan lainnya, tidak diperhatikan oleh nega-
ra. Negara tunduk pada kelompok besar yang
menguasai seluruh sumber daya yang ada.
Buruh
Outsourcing dan perbudakan di Indonesia
menemui titiknya pada kejadian di Tangerang
yang sangat menunjukkan keberpihakan Negara
atau pejabat Kemenakertrans yang masih lebih
senang berasyik-masyuk dengan pengusaha -
yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi aki-
bat banyak pungutan dan kongkalikong antara
pengusaha dan pejabat. Akibatnya buruh ditekan
habis-habisan. Kesejahteraan buruh ter-
bengkalai. Bahkan di Tengerang buruh dijadikan
budak dalam arti sebenarnya. Negara gagal
melindungi buruh dan meningkatkan kesejahter-
aan buruh.
Jadi kebangkitan nasional hanyalah ke-
nangan masa lalu yang selalu tak memiliki mak-
na di tengah masyarakat nrimo, permisif, cuek,
tak peduli dan negara yang tidak peduli dengan
peri kehidupan warganya. Kebangkitan Nasional
saat ini hanyalah ilusi basi yang tak memiliki
makna apapun.
Yang dipentingkan saat ini adalah pem-
impin seperti Jokowi-Ahok yang mampu perla-
han namun pasti membela kepentingan masyara-
kat di atas kepentingan diri sendiri dan golon-
gan. Negara dan masyarakat harus mendukung
Jokowi-Ahok untuk menjadi pemimpin nasional
di kemudian hari jika Indonesia menginginkan
kebangkitan nasional yang saat ini tengah tidak
menemukan relevansinya dalam seluruh peri ke-
hidupan berbangsa dan bernegara.
Rakya dihadapkan pada kenyataan
pemerintah dan negara yang jauh dari me-
medulikan warganya. Akibatnya jelas Ahmadi-
yah, Syiah, Minoritas dan Buruh mengalami tin-
dakan kesewenangan dari kelompok warga
mayoritas dan bahkan institusi negara dan nega-
ra!
Sumber: http://politik.kompasiana.com/2013/05/20/harkitnas-
dan-fenomena-jokowi-ahok-dalam-perspektif-membela-
ahmadiyah-syiah-minoritas-dan-buruh-561786.html
6. Halaman 6
Penganiyaan terhadap para
Ahmadi, Syiah dan golongan
minoritas lain telah membunuh
intisari sebenarnya dari ideologi sekularis
Muhammad Ali Jinnah, yang tidak pernah
membayangkan menciptakan sebuah teokrasi
atau Negara berdasar agama. Dengan berjubah
apa yang disebut
rekonsiliasi keras,
berbagai partai
politik mampu
menyokong
pandangan-
pandangan
tersebut, namun
beberapa anggota
muda dewan
Nasional (MNAs)
siap menantang
aturan norma dan
pola pikir sebelumnya.
“Saya setuju bahwa mendeklarasikan
Ahmadi sebagai non-Muslims adalah sebuah
keputusan yang salah. Negara tidak memiliki
hak menentukan agama rakyatnya.” Komentar
Alizeh Iqbal Haider, merujuk isi pidato paling
terkenal Quaid-e-Azam pada 11 Agustus1947.
Ironisnya, salah satu dari perdana
menteri Pakistan yang dianggap paling
mencerahkan, Zulfiqar Ali Bhutto, karena di
bawah tekanan yang kuat dari kekuatan sayap
kanan telah menyetujui memperkenalkan
sebuah amandemen undang-undang pada
tahun 1977, yang menyatakan Ahmadi sebagai
non-Muslim.
Alizeh bersumpah akan mengusung
peninggalan almarhum ayahnya, Iqbal Haider,
yang telah membuktikan jubahnya di arena
politik yang memberikan gambaran kualitas
tinggi di bidang hak-hak asasi manusia. Dia
meletakkan tonggak yang didambakan di Komisi
Hak Asai Manusia Pakistan (HRCP).
Sebuah stasiun TV berkomentar bahwa
Alizeh sedang melakukan sensasi lain di
parlemen yang membuatnya percaya diri,
bergaya dan bersikap. Caranya yang
menghantarkannya ke hari pengambilan
sumpah, membuat
para pemirsa
terkesan. Namun
dia tidak menyukai
pendapat bahwa
para anggota
dewan wanita
adalah para model
fashion.
Dengan ambisinya
yang tinggi, mimpi-
mimpinya yang
besar dan
keinginan-keinginannya yang luhur, anggota
dewan pertama kalinya diingat sebagai
pembuka jalan yang dianggap menjengkelkan.
Sebanyak 119 anggota MNA baru telah diambil
sumpahnya. Mayoritas dari mereka terdiri dari
kaum muda yang enerjik. Beberapa dari mereka
menyatakan banyak ideialismenya dalam karir
parlemen dini mereka.
“Diskriminasi penganiayaan terhadap
kaum minoritas di Pakistan harus diakhiri. Dan
pendidikan adalah satu-satunya solusi. Sebuah
dekade diperlukan untuk mengalahkan,” kata
Alizeh dalam sebuah interview. Saat ditanya
bagaimana istilah sekularisme harus ditafsirkan
dalam konteks Pakistani, katanya seseorang
harus bertoleran terhadap pandangan-
pandangan yang berbeda dan biarkan rakyat
melakukan apapun yang mereka kehendaki
selama berada dalam batas-batas hukum.
HENTIKAN DISKRIMINASI AGAMA, KECAMAN
BERGEMURUH, TUNTUTAN GENERASI MNAS
(ANGGOTA DEWAN)
7. Halaman 7
Sewaktu menjadi pengacara, dia
menghendaki perubahan-perubahan dalam
Hudud dan undang-undang penodaan agama
yang kontoversial. Dengan menyebutkan pem-
bunuhan brutal terhadap Salman Taseer dan
Shahbaz Bhatti, dia mengenyampingkan an-
caman-ancaman potensial terhadap nyawanya
jika dia mengusung topik-topik yang begitu sen-
sitif di mimbar Majelis Nasional.
“Saya mendapatkan hambatan-
hambatan karena afiliasi politik ayah saya. Saya
tumbuh dalam sebuah keluarga yang men-
derita. Saya tidak takut. Dan mengapa harus
demikian, ” tegasnya.
Mengecam intoleransi beragama tidak
pernah disambut dalam masyarakat Pakistani.
Kekuatan-kekuatan yang bereaksi selalu riuh
menentang mereka yang berani menantang
mereka. Kebebasan berbicara terlempar ke
dinding dan dalam beberapa kasus menjadi
hening dengan senjata.
“Saya tidak paham apa ideologi Pakistan
sebenarnya. Setiap orang memiliki versi mereka
masing-masing. Pandangan yang paling men-
dominasi menetap setelah kepergian Quaid-e-
Azam dan berlangsung selama kediktatoran
Zia.” Kata Alizeh
Anggota dewan telah memimpikan untuk
merubah sistem– merupakan hal normal bagi
para pemula. Banyak yang akan merubah diri
mereka dengan berjalannya waktu. Beberapa
akan menjaga keberadaanya tanpa mencip-
takan pertengkaran. Tapi sedikit dari mereka
yang tetap vokal mengundang kegusaran kolega
-kolega seniornya.
Aisha Gulalai berpikir sebaliknya. Dia se-
tia kepada pemimpinnya, Imran Khan, yang te-
lah menghadiahinya sebuah tiket partai yang
menjadikannya termuda (diantara kebanyakan
perwakilan) dewan wanita yang menduduki
kursi pesanan. Dia mengatakan pemimpin
Tehrik-i-Insaf (PTI) Pakistan menginginkan peru-
bahan positif bagi Pakistan dan akan men-
dukung kepemimpinan Imran bekerja mencapai
tujuan yang sama.
Gulalai adalah anggota MNA pertama
dari area pemberontak. Dia berasal dari Waziri-
stan Selatan dan benar-benar menjadi perwaki-
lan Pakistan ber-image lembut. Dia berhutang
kesuksesan karir politik dari kedua orangtuanya
yang menyemangatinya namun bertolak
belakang dengan celaan yang dihadapi mereka
di tempat tinggalnya.
Dia memiliki pandangan-pandangan
keras tentang dengan pemberontakan dan mili-
tansi. “Dialog adalah satu-satunya opsi yang
bisa mengeliminasi terorisme dari Pakistan,” dia
menyatakan. Dia menghendaki amnesti menye-
luruh bagi para militant bahkan mereka yang
telah bangga membunuh orang-orang tak ber-
salah.
Perwakilan PTI di dewan meyakini se-
rangan-serangan membabibuta Amerika Serikat
telah memperburuk situasi, dan hanya menam-
bah kesengsaraan rakyat Pakistan. Dia
menuntut penghentian menyeluruh atas se-
rangan-serangan tersebut.
Dimintai komentarnya atas keberhasilan
atau kegagalan operasi militer terhadap area-
area pemberontak, dia mengklaim operasi-
operasi militer tidak akan pernah sukses
mendapatkan topographi dan and demographi
dari area-area tersebut.
Anggota dewan lainnya juga terdengar
berbicara besar. Mereka mungkin dibenarkan
melakukan itu namun kenyataannya selalu jauh
dari khayalan. Terlihat bagaimana cara mereka
akan menghantarkan mereka sendiri saat rasa
kuat idelalisme mereka tidak dihargai. Dan saat
mimpi-mimpi mereka hancur menghadapi re-
alita-realita politik yang keras.
Sumber:http://islamsempurna.blogspot.com/2013/06/pakistan-
hentikan-diskriminasi-agama.html
8. Halaman 8
P
ertemuan tersebut dihadiri oleh para
tokoh politik senior termasuk Wakil
Perdana Menteri Nick Clegg, Menteri
Luar Negeri bayangan Douglas
Alexander dan Menteri Perubahan Iklim Ed Davey.
Menteri Dalam Negeri mengatakan
tentang maraknya serangan-serangan langsung
terhadap komunitas-komunitas Muslim setelah
pembunuhan dummer Lee Rigby yang
menghebohkan.
Menteri Dalam Negeri Theresa May
mengecam “segala bentuk kekerasan” karenanya
dia memuji kelompok Islam berpusat di London
atas komitmen kebersamaan dan karya amalnya
yang damai.
Menteri Dalam Negeri mengatakan tentang
maraknya serangan-serangan langsung terhadap
komunitas-komunitas Muslim setelah pembunuhan
dummer Lee Rigby yang menghebohkan.
"Kami mengamati,umumnya terdapat
peningkatan jumlah serangan tertuju terhadap
semua komunitas-komunitas Islam, "katanya.
"Saya benar-benar akan berupaya
atasi kekerasan apapun bentuknya, tidak
dibenarkan mengancam dan mengintimidasi
siapapun karena keyakinan agama yang dia
anut atau karena dia adalah bagian dari kelompok
etnik tertentu."
May menjadi pembicara pada acara di
House of Commons dalam peringatan seabad
berdirinya Jemaat Muslim Ahmadiyah di UK.
Cabang dari Islam ini berdiri pada akhir
abad ke-19 di India, namun sekarang
pemimpinnya bermarkas di Inggris Raya sejak
tahun 1984 karena di Pakistan mereka dipersekusi
dan negaranya secara resmi menyatakan mereka
sebagai non-Muslim.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh para tokoh
politik senior termasuk Wakil Perdana Menteri
Nick Clegg, Menteri Luar Negeri bayangan
Douglas Alexander dan Menteri Perubahan Iklim
Ed Davey.
Ahmadiyah mengalami penganiayaan di
Pakistan dan menghadapi ancaman di UK, kata
dia.
"Saya mengetahui bahwa Anda sekalian
menjadi target seperti halnya komunitas Anda di
Pakistan yang dianggap melakukan tindakan
kriminal karena Anda menyebut diri Muslim dan
Anda menjadi korban berbagai serangan-serangan
mengerikan," katanya lagi.
"Juga di sini, UK Anda menghadapi
prasangka-prasangka dimana para pengusaha
Ahmadi diboikot, serangan ke masjid-masjid
terjadi dan saluran-saluran TV mengudarakan
program-program yang memancing kebencian
terhadap Anda."
Sumber: http://www.independent.co.uk/news/uk/crime/
woolwich-murder-aftermath-theresa-may-praises-britishbased
-islamic-group-8654298.html
Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain binti T Hidayatullah
Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com