2. ANAMNESIS
IDENTITAS
●Nama : Tn H
●Jenis kelamin : Laki laki
●Umur : 57 tahun
●Alamat : Sine, Ngawi
●No RM : 640XXX
●Pekerjaan : Petani
●Jenis layanan : Non PBI Umum
●Tanggal masuk : 13 Maret 2023
●Tanggal periksa : 15 Maret 2023
4. RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSSP dengan keluhan leher kaku, nyeri menelan, dan perut terasa
keras. Pasien diketahui post tertusuk paku +- 1 minggu SMRS pada jari jempol kaki kiri.
luka tertusuk paku dibersihkan dengan air kemudian dioleskan sedikit betadine.
keluhan dirasakan sejak 1 hari sebelum pasien dibawa ke IGD. 3 hari SMRS pasien
sempat merasakan sesak yang hilang timbul. Pasien belum sempat memeriksakan
keluhan keluhan tersebut sebelumnya.
PERJALANAN PENYAKIT
5. RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
RPD
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
●Riwayat keluhan serupa : disangkal
●Riwayat penyakit paru : disangkal
●Riwayat penyakit jantung : disangkal
●Riwayat hipertensi : ada
●Riwayat diabetes mellitus : disangkal
●Riwayat sakit maag : disangkal
●Riwayat asma/alergi : disangkal
●Riwayat keganasan : disangkal
6. RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
RPK
●Riwayat keluhan serupa : disangkal
●Riwayat penyakit paru : disangkal
●Riwayat penyakit jantung : disangkal
●Riwayat hipertensi : ada
●Riwayat diabetes mellitus : disangkal
●Riwayat sakit maag : disangkal
●Riwayat asma/alergi : disangkal
●Riwayat keganasan : disangkal
7. KEBIASAAN, SOSIAL DAN
LINGKUNGAN
●Riwayat transfusi darah : disangkal
●Riwayat konsumsi obat anti malaria 1 bulan terakhir : disangkal
●Riwayat merokok : pasien merokok
●Riwayat olahraga : sering aktivitas berat
●Riwayat minum alkohol : disangkal
●Riwayat makan/minum : mengkonsumsi sayur, buah
8. ANAMNESIS SISTEMIK
●Kepala : nyeri kepala (-) demam (-) , kaku otot wajah (+), rahang sulit dibuka (+), gigi berlubang (-)
●Mata : pandangan kabur (-) pandangan kunang kunang (-) mata kering (-) mata kuning (-)
●Pengecap : hilang rasa (-)
●Telinga : nyeri (-), berdenging (-) penurunan/hilang pendengaran (-)
●Leher : kaku leher (+) nyeri pada rahang hingga leher (+)
●Tenggorokan: sulit menelan (+) nyeri telan (+) suara serak (-) gatal (-)
●Respirasi : sesak (+) hilang timbul, batuk (-) mengi (-)
●Kardiovaskular : dada terasa berat (-) sesak dipengaruhi aktivitas (-) nyeri dada (-) berdebar debar (-)
●Gastrointestinal : perut sebah (-) mual (-) muntah (-) nyeri perut (-) sulit BAB (-) BAB hitam (-) perut kaku (+) nafsu
makan turun (-)
●Integument : berkeringat (+) menggigil (-) gatal (-) keringat malam tanpa aktivitas (-)
●Genitourinaria : sulit BAK (-) BAK berwarna teh (-) BAK sedikit (-) BAK terputus (-)
●Ekstremitas atas : lemas (-) pegal (+) kaku (+) nyeri (-) kesemutan (-) nyeri sendi (+) immobilitas (+) kejang
(+)
●Ekstremitas bawah : lemas (-) kaku (+) pegal (+) nyeri (-) kesemutan (-) nyeri sendi (+) immobilitas (+)
kejang (+)
9. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU/Kesadaran : sedang, compos mentis E4V5M6
2. Vital sign :
a. Tekanan darah : 145/70
b. HR : 90x/m
c. RR: 23 x/m
d. Suhu : 37C
e. SpO2 : 99% RA
3. Status gizi :
a. Berat badan : 60 kg
b. Tinggi badan : 168 cm
c. IMT : 23.4 kg/m2
d. Kesan : normoweight
4. Kepala : mesosefalik, risus sardonicus (+)
5. Mata : SI -/-, CA -/-, pupil isokor
6. Hidung : nafas cuping hidung (-) sekret (-)
7. Telinga : sekret (-) darah (-) nyeri tekan (-) Nyeri tekan
mastoid (-)
8. Mulut : sianosis (-) stomatitis (-) pursed lip breathing
(-) trismus (+)
9. Leher : deviasi trakea (-) pembesaran tiroid (-)
Pembesaran kgb (-), kaku rahang hingga leher (+)
10. PEMERIKSAAN FISIK
9. Thorax :
●Inspeksi : normochest, retraksi (-), iktuk kordis tak tampak, ketinggalan gerak (-)
pengembangan dada kanan kiri simetris
●Perkusi :
○Batas atas jantung di SIC 2 linea parasternalis dextra
○Batas kanan jantung di SIC 5 linea parasternalis dextra
○Batas kiri jantung di SIC 5 line midclavikularis sinistra
○Sonor di seluruh lapang paru
●Palpasi : massa (-) krepitasi (-) nyeri tekan (-) iktus cordis teraba di SIC 5 linea midclavikularis
sinistra, fremitus taktil kanan kiri simetris
●Auskultasi : BJ I-II normal, tanpa suara tambahan, SDV +/+, ronkhi basah halus -/-, wheezing -/-
16. DEFINISI
Suatu penyakit toksemik akut dan
fatal yang disebabkan oleh
neurotoksin yang dihasilkan
Clostridium tetani dengan tanda
utama spasme tanpa gangguan
kesadaran dan gangguan otonom
gram positif
anaerob
Bacil shape (drum stick shape)
spore forming
eksotoksin
17. ETIOLOGI
●C. Tetani adalah bakteri gram positif
anaerob ang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang
●Berbentuk batang dan memproduksi
spora dengan bentuk seperti stik drum
●Merupakan bakteri yang motil
karena memiliki flagella dan
memproduksi neurotoksin
●Spora tahan disinfektan baik fisik
atau kimia dan tahan di air mendidih
●Dosis letal minimum 2.5ng/kg
18. EPIDEMIOLOGI
●Terjadi pada negara berkembang
●1 juta kasus per tahun di seluruh dunia
●Mortalitas pada negara berkembang lebih dari 50% karena kegagalan
pernapasan akut (disebabkan sarana dan prasarana ICU)
●Penyebab kematian disebabkan perburukan sistem kardiovaskular,
pneumonia, kegagalan pernapasan akut
19. FAKTOR RISIKO
• Tidak vaksinasi
• Injection drug user
• Luka yang merusak jaringan
bagian dalam
• Bayi lahir dengan alat tidak steril
PORT DʼENTRE BAKTERI
Riwayat adanya luka yang terkontaminasi
• Luka trauma akibat benda tajam yang kotor
• Luka akibat infeksi bakteri
• Jaringan nekrosis
• Infeksi gigi
• Otitis media
• Suntikan intravena dan intramuscular
• Akupuntur
• Luka bakar
• Ulkus gangrene
• Gigitan hewan
20. GEJALA KLINIS
• Periode inkubasi • 3-21 hari (rata-rata 7 hari)
• 80-90% gejala muncul 1-2 minggu setelah
terinfeksi
• Trias tetanus
• Rigiditas otot
• Trismus
• Kaku leher
• Nyeri punggung
• Risus sardonius
• Sakit tenggorokan
• Disfagia
• Opistotonus
• Spasme otot
• Stimulus fisik, visual, auditori atau emosional
• Spasme laring →obstruksi nafas
• Ketidakstabilan otonom
23. KLASIFIKASI Generalized Tetanus
• Bentuk paling umum (80%)
• Gejala
• Trismus & lockjaw (pertama muncul)
• Kekakuan leher
• Sulit menelan
• Rigiditas abdomen
• Risus sardonicus
• Opistotonus
• Kejang dinding punggung
Localized Tetanus
• Kontraksi otot persisten pada daerah luka
• Agonis
• Antagonis
• Fixator
• Kontraksi otot biasanya ringan
• Prognosis sangat baik
24. KLASIFIKASI
Cephalic Tetanus
• Terjadi disertai otitis media
• C. tetani ditemukan sebagai flora
pada telinga tengah
• Jenis ini dapat mengenai nervus
kranialis (khususnya wajah)
• Masa inkubasi 1-2 hari
Neonatal Tetanus
• Bentuk tetanus pada bayi baru lahir
• Penyebab
• Ibu tidak imunisasi tetanus →bayi tidak mendapatkan
perlindungan imunisasi pasif →alat potong umbilikus tidak
steril →tetanus
25. DIAGNOSIS ANAMNESIS
○Terdapat trauma ( luka tusuk,
luka terbuka,OMSK, gangren gigi)
○Riwayat tidak diimunisasi
○Gejala awal: trismus (tidak
bisa membuka mulut) atau sulit
menelan (disfagia
○Kekakuan otot lain: leher,
perut, punggung
○Kejang rangsang/spontan
○Ditanyakan waktu terjadinya
trauma
26. DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
○ Penderita sadar
○ Adanya trismus, kaku kuduk, risus sardonicus,
opistotonus, perut seperti papan, kejang
○ Kekakuan pada ekstremitas: flexi pada tangan
dan ekstensi pada kaki
○ Spasme otot napas: gagal napas
○ Gang saraf otonomik (minggu ke-2): tekanan
darah labil, takikardi, hiperpireksia,
hiperhidrosis, gangguan irama jantung,
berkeringat, peningkatan sekresi trakea,
gangguan ginjal akut.
27. DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Pemeriksaan penunjang Klinis dan pemeriksaan fisik
cukup khas, sehingga diagnosis dapat ditegakan secara
klinis, pemeriksaan penunjang hanya jika terdapat
keadaan yang meragukan
● Pemeriksaan darah rutin
● Kultur C.tetani dari luka
● Foto thoraks
● Elektrolit serum dan gula darah atas indikasi
28. DIAGNOSIS
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Semua penyakit dengan gejala hipertonia akut dan/atau kontraksi otot
yang nyeri (bisanya rahang dan leher) dan spasme otot umum tanpa
penyebab lain seperti reaksi obat, penyakit saraf lain atau histeria.
2. Tidak ada riwayat kontak dengan stricnin/ strychnine (zat alkaloid
bersifat racun, seperti dalam pestisida)
3. Perjalanan penyakit tersebut konsisten dengan tetanus
4. Pada fase lanjut dimonitor adanya ganguan saraf otonom yaitu
sindrom hiperreaktivitas otonom.
29. TATALAKSANA
Suportif dan simptomatis
○Bebaskan jalan napas
○Pemberian oksigen
○Menghindari aspirasi
○Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
○Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kal/hari
dengan 100-150 gram protein, jika trismus pasang NGT
○Dirawat di ruang isolasi yang sepi dan gelap untuk
meminimalisir kejang
○Perawatan luka
○Antikonvulsan: diazepam
■Jika kejang 0.5mg/kgbb (maks 10mg/kali)
■Maintenance 2.5-5 mg/jam
●Causatif
○Metronidazol: 4x500 mg (7
-10 hari) atau Penisilin prokain 4x1.2 jt IU (7-10 hari)
○ATS 10.000-20.000 IU IM single dose
30.
31.
32.
33. • Ruang isolasi
• Menghindari rangsangan suara dan cahaya yang sifatnya intermitten
• Karna hilangnya fungsi inhibisi, rangsanan normal dapat menyebabkan
kontraksi otot abnormal
• Rehabilitasi
• fisioterapi
38. DAFTAR PUSTAKA
Berkowitz AL. Tetanus, Botulism, and Diphtheria. Continuum (Minneap Minn). 2018 Oct;24(5, Neuroinfectious Disease):1459-1488. [PubMed]
Dong M, Masuyer G, Stenmark P. Botulinum and Tetanus Neurotoxins. Annu Rev Biochem. 2019 Jun 20;88:811-837. [PMC free article] [PubMed]
WHO. Tetanus vaccines: WHO position paper. World Heal Organ [Internet].
2017;92(6):53–76. Available from: http://www.who.int/immunization/sage/meetings/2016/october/presentations_background_docs/en
PERDOSSI. Tetanus. In: Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon IT, editors. Panduan
Praktik Klinik Neurologi. Penerbit Kedokteran Indonesia; p. 232–6.