Seorang perempuan 29 tahun datang dengan keluhan demam dan nyeri perut selama 2 hari. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri kuadran kanan atas perut dan murphy sign positif. Hasil lab menunjukkan anemia dan trombositopenia.
1. Osler
Disusun Oleh :
Tia Tamara
Dokter Pembimbing : dr. Edi Setiawan, Sp.PD
KAPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA UTARA
PERIODE 10 April-17 Juni 2023
2. IDENTITAS PASIEN
Alloanamnesis pada 7 juni 2023 pukul 11:30 WIB
Keluhan utama : Demam sejak 2 hari SMRS
Nama lengkap : Ny. L Jenis kelamin : Perempuan
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 10 Juni
1994
Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Lagoa Gg. III B II, No 10 RT 07/02 Tanggal masuk RS 05-06-2023 Pukul 19:45
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
● Pasien datang ke IGD RS pada tanggal 5 juni 2023 dengan keluhan demam 2 hari SMRS, demam terus menerus,
sudah minum obat tapi tidak turun. Pasien sempat pinsan jam 10.00 pagi sebelum ke IGD RSUD Koja. Pasien
mangatakan nyeri pada perut dan nyeri pada belakang pinggang dan terasa panas. Keluhan lain yang dirasakan
pasien batuk kering, pilek, dan mual. BAB dan Bak normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
● 1 tahun yang lalu menderita riwayat batu empedu, pasien mengatakan ketahuan terkena penyakit batu empedu
ketika sedang hamil. Os mengatakan sering kambuh nyeri perut dan terasa panas pada pinggang.
● preeclampsi gestastional
RIWAYAT KELUARGA
● Riwayat DM, hipertensi, disangkal
RIWAYAT ALERGI
● Disangkal
5. Riwayat Penyakit keluarga
Hubungan Umur
( Tahun )
Jenis Kelamin Keadaan
Kesehatan
Penyebab
Meninggal
Kakek Tidak tahu Laki-Laki Meninggal Tidak tahu
Nenek Tidak tahu Perempuan Meninggal Tidak tahu
Ayah 58 Laki-Laki Sehat -
Ibu 56 Perempuan Sehat -
Saudara 30 Perempuan Sehat -
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi +
Asma +
Tuberkolosis +
Artritis +
Rematisme +
Hipertensi +
DM +
Jantung +
Ginjal +
Lambung +
10. Pemeriksaan
Fisik
■ Keadaan umum : TSS
■ Kesadaran : CM
■ Tekanan darah : 163/97 mmHg
■ Nadi : 113 x / menit
■ Pernapasan : 20 x / menit
■ Suhu : 38,4 °C
■ BB : 45 Kg
11. Aspek Kejiwaan
• Tingkah laku : wajar
• Alam perasaan : biasa
• Proses pikir : wajar
Kulit
• Warna : Sawo Matang
• Jaringan parut : Tidak ada
• Pertumbuhan rambut : Merata
• Suhu raba : Hangat
• Keringat : Umum : +; Setempat : -
• Lapisan lemak : Normal
• Effloresensi : tidak ada
• Pigmentasi : tidak ada
• Pembuluh darah : tidak terlihat
• Lembab / kering : lembab
• Turgor : baik
• Ikterus : tidak ada
• Edema : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
12. Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraklavikula : tidak teraba membesar
Lipat paha : tidak teraba membesar
Leher : tidak teraba membesar
Ketiak : tidak teraba membesar
Kepala
Ekspresi wajah : Tampak sakit sedang
Rambut : Hitam
Simetri muka : Simetris
Nyeri tekan sinus paranasal : Tidak ada
Mata
• Exophtalmus : Tidak ada
• Kelopak : Tidak edema
• Konjungtiva : Tidak anemis
• Sklera : Tidak ikterik
• Gerakan bola mata : baik kesegala arah
• Enophtalmus : Tidak ada
• Lensa : Jernih
• Visus : Normal Nistagmus : Tidak ada
• Tekanan Bola mata : Normal
Pemeriksaan Fisik
13. Telinga
Tuli : tidak ada
Lubang : lapang
Serumen : minimal
Cairan : tidak ada
Membran timpani: intak
Penyumbatan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Dada
Bentuk : simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
Pembuluh darah : tidak terlihat
Buah dada : normal
Mulut
• Bibir : tidak sianosis
• Langit-langit : normal
• Gigi geligi : normal
• Faring : tidak hiperemis
• Lidah : normal
• Tonsil : T1/T1 tenang
• Bau pernapasan : normal
• Trismus : tidak ada
• Selaput lendir : tidak ada
Leher
• Tekanan vena Jugularis (JVP) : -
• Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
• Kelenjar limfe : tidak teraba membesar
Pemeriksaan Fisik
14. Pemeriksaan Fisik
Paru-Paru Depan Belakang
Inspeksi
Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi
Kiri
Tidak ada retraksi sela iga, tidak ada benjolan
dan rasa nyeri, taktil fremitus normal
Tidak ada retraksi sela iga,t idak ada benjolan
dan rasa nyeri, taktil fremitus normal
Kanan
Tidak ada retraksi sela iga,tidak ada benjolan
dan rasa nyeri, taktil fremitus normal
Tidak ada retraksi sela iga,tidak ada benjolan
dan rasa nyeri, taktil fremitus normal
Perkusi
Kiri Sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru
Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Kiri
Suara dasar paru vesikuler,
Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Suara dasar paru vesikuler,
Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Kanan
Suara dasar paru vesikuler,
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Suara dasar paru vesikuler,
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
15. Jantung
• Inspeksi: warna kulit sawo matang, tidak ada lesi kulit, Ictus cordis
tidak terlihat
• Palpasi: Ictus cordis teraba di sela iga 5 linea midclavicularis sinistra
• Perkusi:
• Batas kanan : Sela iga 4 linea sternalis dextra
• Batas kiri : Sela iga 4 linea midclavicularis sinistra
• Batas atas : Sela iga 2 linea sternalis sinistra
• Pinggang jantung : Sela iga 3 linea parasternalis sinistra
• Batas bawah : Sela iga 6 linea midclavicularis sinistra
• Auskultasi
• Katup mitral terdengar di sela iga 5 linea midclavicularis sinistra
• Katup trikuspid terdengar di sela iga 4 linea sternalis sinistra
• Katup aorta terdengar di sela iga 2 linea sternalis kanan
• Katup pulmonal terdengar di sela iga 2 sternalis kiri
• Murmur (-), gallop(-)
Pembuluh darah
• Arteri Temporalis : Teraba Pulsasi
• Arteri Karotis : Teraba Pulsasi
• Arteri Brakhialis: Teraba Pulsasi
• Arteri Radialis: Teraba Pulsasi
• Arteri Femoralis : Teraba Pulsasi
• Arteri Poplitea: Teraba Pulsasi
• Arteri Tibialis Posterior : Teraba
Pulsasi, melemah
• Arteri Dorsalis Pedis: Teraba
Pulsasi, melemah
• CRT <2 detik
Pemeriksaan Fisik
16. Perut
• Inspeksi : bentuk rata, tidak ada lesi
• Palpasi : nyeri tekan (+) perut kanan atas, murphy sign (+)
• Dinding perut : tidak tegang, distensi abdomen (-)
• Hati : tidak teraba pembesaran
• Limpa : tidak teraba pembesaran
• Ginjal : tidak teraba pembesaran
• Perkusi : timpani, shiftting dullness (-), nyeri ketuk CVA(-)
• Auskultasi : bising usus normal
• Refleks dinding perut : normal
Anggota Gerak
Lengan (Kanan, Kiri)
• Tonus : Normotonus, Normotonus
• Massa : Eutrofi, Eutrofi
• Sendi : Tidak nyeri, Tidak nyeri
• Gerakan : Aktif, Aktif
• Kekuatan : +5, +5
• Edema: (-/-)
• Petechie: (-/-)
• Lain-lain : (-/-)
Pemeriksaan Fisik
17. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
Tanggal 5 juni 2023
Jam 12:57
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 9,9 g/dl 12.5-16.0
Hematokrit 30,4 % 37.0-47.0
Leukosit 5.01 103/uL 4.00-10.00
Trombosit 161 103/uL 182-369
Kimia Klinik
Natrium 137 mEq/L 135-147
Kalium 2.70 mEq/L 3.5-5.0
Klorida 99 mEq/L 96-108
Ureum 13,5 mg/dl 16.6-48.5
Kreatinin 0,53 mg/dl 0.51-0.95
EGFR 129,1 mL/min/1.73 m2 >90
Serologi
Tes widal
S.typhy Negatif
18. Resume
• Seorang perempuan 29 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan demam 2 hari. Awalnya pasien
merasa . nyeri pada perut dan nyeri pada belakang pinggang dan terasa panas. Pasien sempat
pingsan jam 10.00 pagi sebelum ke IGD RSUD Koj. Dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri
kuadran kanan atas dan murphy sign (+)
• TTV : TD 163/97, Nadi 113, RR 20, Suhu 38,4 °C
• Hasil lab : HB 9.9 HT 30,4 Trombosit 161 Kalium 2,70 Ureum 13,5 eGFR 129,1
20. Rencana Diagnostik
USG abdomen 7 juni 2023
Hepar: Normal
Kandung Empedu : bentuk normal,
Dinding tidak melebar, terdapat
beberapa kecil-kecil pasir, terlihat
sludge
Pankreas: normal
Ginjal kanan : normal
Ginjal kiri : normal
Bulli: normal
Kesan: kolelitiasis multie , terlihat
sludge
22. Prognosis
• PROGNOSIS
• Ad Vitam: dubia ad bonam
• Ad Fungsional: dubia ad bonam
• Ad Sanationam: dubia ad bonam
23. Pembahasan
Definisi
Hipokalemia adalah kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan asupan kalium yang cukup (kadar kalium di
dalam darah lebih rendah daripada batas normal).
Kalium adalah mineral dalam tubuh yang mengendalikan fungsi sel saraf dan otot, terutama otot jantung juga
berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah.
Kadar kalium dalam darah normalnya berkisar antara 3,5 - 5,2 millimoles per liter (mmol/L).
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1395/hipokalemia
25. Pemeriksaan Penunjang
• penilaian kadar kalium serum dan
urin
• Pemeriksaan laboratorium
biokimia dasar (termasuk serum
natrium, kalium, glukosa, klorida,
bikarbonat, dan kreatinin) adalah
inti dari skrining
• Pemeriksaan ekskresi kalium dari
urin
• Pemeriksaan status asam basa
• EKG penurunan amplitudo
gelombang T, depresi interval ST,
inversi gelombang T,
perpanjangan interval PR, dan
gelombang U.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5881435/pdf/ec-7-
R135.pdf
27. Kolelitiasis
Batu empedu adalah masa inorganik yang terbentuk
didalam kandung empedu, kadang-kadang didalam duktus
koledekus atau duktus hepatikus. Batu ini dapat
menyebabkan nyeri abdomen dan dispepsia
28. EPIDEMIOLOGI
Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% sedangkan angka kejadian di
Indonesia tidak berbeda jauh dengan negara lain di Asia Tenggara. Penelitian di Jakarta pada
51 pasien kolelitiasis didapatkan batu pigmen pada 73% pasien dan batu kolesterol pada 27%
pasien.
Distribusi dan lokasi batu empedu bervariasi di berbagai tempat. Di Amerika Serikat
dan negara- negara barat umumnya, 75% batu empedu merupakan batu campuran, 15% batu
pigmen, dan 10% batu kolesterol. Umumnya batu terdapat di kandung empedu, namun dapat
pula ditemukan pada common bile duct (CBD) / ductus koleduktus dan intra hepatik ataupun
telah bermigrasi ke traktus intestinal. Gambaran yang berbeda dijumpai di tempat lain seperti
di Asia Tenggara dan Timur Jauh, di mana umumnya batu empedu merupakan batu pigmen
dan banyak ditemukan intrahepatik.
29. ETIOLOGI
Etiologi batu empedu dan saluran empedu masih belum diketahui dengan sempurna, akan
tetapi faktor predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.
1. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol, mengekresi empedu
yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam
kandung empedu
2. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,
perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-unsur tersebut. Gangguan kontraksi
kandung empedu atau spasme spingter Oddi, atau keduanya dapat menyebabkan stasis.
30. ETIOLOGI
3. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus
meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipitasi/pengendapan.
Faktor resiko
Kasus batu empedu lebih umum ditemukan pada wanita. Faktor risiko batu empedu memang
dikenal dengan singkatan 4-F, yakni Fatty (gemuk), Fourty (40 tahun), Fertile (subur), dan
Female (wanita) (Sjamsuhidayat, 2011). Wanita lebih berisiko mengalami batu empedu
karena pengaruh hormon estrogen.
31. Manifestasi Klinis
Sebagian besar penderita batu empedu tidak menunjukkan gejala klinis
(asimptomatik) yang dalam perjalanan penyakitnya dapat tetap asimptomatik
selama bertahun-tahun dan sebagian kecil 2-3% dapat berkembang menjadi
simptomatik
manifestasi klinis yang sering terjadi diantaranya kolik biliaris,
kolesistitis akut dan kronis serta batu duktus koledekus.
1. Kolik biliaris
Nyeridirasakan daerah epigatrium setelah makan atau idaeran kuadran atas
kanan perut, kadang-kadang menjalar kebelkang (intraskapula) atau sampai
kebahu kkana.
32. Manifestasi Klinis
2. kolesistitis akut
kolesistitis akut merupakan komplikasi yang paling sering, yaitu
sekitar 10-15% dari pasien simptomatik. pasien merasakan nyeri hebat yang
terus-menerus selama beberapa jam, sehingga pasien membutuhkan
pertolongan emergensi. obstruksi duktus sistikus yang menetap oleh batu,
disertai iritasi kimia oleh empedu menyebabkan inflamasi dan edema dari
dinding kandung empedu biasanya pasien mual dan muntah
3. Batu duktus koledukus
sumbatan batu ini dapat menyebabkan kolangitis atau pankreatitis
akut. pasien dengan batu pada duktus koledokus sering menunjukkan gejala
joundice dan demam, selain rasda nyeri
33. Diagnosis
1. Pemeriksaan laboratorium
• Pada episode kolik biliaris, sebagian besar penderita mempunyai hasil
laboratorium yang normal.
• Apabila ada komplikasi dapat terjadi leukositosis dan peningkatan kadar
enzim hai, terutamabatu pada duktus koledokus .
• pemeriksaan urinalisis adanya biliribun tanpa adanya urobilinogen
• -> Obstrusi saluran empedu
• Pemeriksaan feses, bila terjadi obstruksi total saluran empedu, maka feses
tampak pucat.
• penderita batu dengan pankreatitis dapat terjadi peningkatan kadar amilase
dan lipase serum
34. Diagnosis
2. Pemeriksaan Radiologis
Dapat ditegakan dengan pemeriksaan USG, pemeriksaan lain yang
dapat dilakukan dengan foto polos abdomen, computed tomography (CT),
magnetic resonance cholongiograpy (MRCP), Endoscopic Ultrasoun (EUS).
USG dan cholescintigraphy adalah pemeriksaan imaging yang sangat
membantu dan sering digunan untuk mendiagnosis batu empedu.
35. Tatalaksana
1. Terapi operatif koleksistomi
koleksistomi adalah terapi definitif untuk penderita batu simptomatik, dengan
mengangkat batu empedu. Kolesistektomi dapat dilakukan dengan cara operasi membuka
rongga perut (laparotomi abdomen) atau dengan menggunakan laparoskopi.
2. Terapi non operatif
untuk mengobati batu empedu yang simptomati, seperti pemberian obat pelarut batu
empedu ( chenodeoxycholic dan ursodeoxycholic acid) dan menghancurkan batu dengan
extracorporeal shockwave lithotripsy. Ursodeoxycholic acid dapat menghambat sintesis
kolestrol oleh hati. Pengobatan ini membutuhkan biaya lebih banyak karna pengobatannya
lama (5 tahun) dan hanya untuk pasien dean batu berukuran kecil dan batu kolestrol tanpa
kalsifikasi.
36. Tatalaksana
Extracorporeal shoockwave adalah suatu terapi non operatif, yang
menggunakan gelombang suara tinggi yang dapat menghasilkan shock wave.
shock wave ini akan ditransmisikan melalui air dan jaringan serta
mempunyai kemampuan untuk memecah batu empedu. tetapi tnik ini sudah
jarang dilakukan karena sudah tergantikan oleh kolesistektomi laparoskopi
Editor's Notes
Aritmia yang berhubungan dengan hipokalemia termasuk bradikardia sinus, takikardia atau fibrilasi ventrikel, dan torsade de pointes. Meskipun risiko perubahan EKG dan aritmia meningkat seiring dengan penurunan konsentrasi kalium serum, temuan ini tidak dapat diandalkan karena beberapa pasien dengan hipokalemia berat tidak mengalami perubahan EKG
2.Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu.
2.Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu.
3.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu dibanding penyebab terbentuknya batu.
1. nyeri yang hebat sering dirasakan mual dan muntah
1. nyeri yang hebat sering dirasakan mual dan muntah
1. nyeri yang hebat sering dirasakan mual dan muntah
1. nyeri yang hebat sering dirasakan mual dan muntah
1. nyeri yang hebat sering dirasakan mual dan muntah
1. nyeri yang hebat sering dirasakan mual dan muntah