Teori konflik sosiologi klasik dan modern membahas tokoh-tokoh seperti Polybus, Ibnu Khaldun, Nicolo Machiavelli, Jean Bodin, Thomas Hobbes, Karl Marx, Lewis A. Coser, dan Ralf Dahrendorf. Teori konflik klasik memandang konflik sebagai sifat alami manusia untuk saling memusuhi, sedangkan teori modern lebih kompleks dan muncul sebagai kritik terhadap teori fungsionalisme. Konflik berfungsi konstruktif dengan men
2. PROLOG
Banyaknya teori konflik membutuhkan pemetaan untuk memudahkan kita dalam mengenal dan memahami berbagai teori konflik yang
ada
Secara sederhana bisa dikelompokkan ke dalam 2 hal yaitu klasik dan modern
Tokoh-tokoh teori konflik sosiologi klasik adalah sebagai berikut Polybus, Ibnu Khaldun, Nicolo Machiavelli, Jean Bodin, Thomas Hobbes.
Tokoh sosiologi modern yang mengemukakan tentang teori konflik adalah Karl Marx, Lewis A. Coser, Ralf Dahrendorf.
Teori konflik klasik cenderung memandang konflik ditinjau dari segi sifat alami manusia yang cederung
saling memusuhi dan saling menguasai terutama dalam hal kekuasaan
Adapun teori konflik modern lebih bersifat kompleks dan muncul sebagai kritikan atas teori fungsionalisme struktural.
3. DEFINISI KONFLIK
Konflik secara etimologis berarti pertengkaran, perkelahian, perselisihan tentang pendapat
atau keinginan; atau perbedaan; pertentangan berlawanan dengan; atau berselisih dengan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik mempunyai arti percekcokan; perselisihan;
dan pertentangan
Kamus sosiologi konflik bermakna
the overt struggle between inthviduals or groups within a society, or between nation
states
4. TEORI KONFLIK
“any theory or collection of theories that emphasizes the role of
conflict, especially between groups and classes, in human
societies”
5. ASUMSI TEORI KONFLIK
Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional
sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat.
Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial.
Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan.
Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-
ketegangan
Teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat
6. ASUMSI TEORI KONFLIK
“Konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial”
Apabila struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium,
Teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan,
Namun pada suatu titik, tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama.
Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya
karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power
8. POLYBUS
Tokoh yang lahir pada tahun 167 SM ini menyatakan konflik muncul dari keinginan manusia
untuk membentuk komunitas yang diinginkan
Hal ini dilandasi oleh ketidakadilan dalam sistem pemerintahan tunggal atau Monarki
Sehingga diinginkan adanya transisi kekuasaan
Transisi dari sistem pemerintahan penguasa tunggal yang didasarkan pada kekuasaan atau
kekuatan, kingship (negara dalam sebuah kerajaan) kepada kekuasaan yang didasarkan
pada keadilan dan wewenang yang sah
9. NICOLO MACHIAVELLI (1496-1527)
Menurut Machiavelli pada awalnya manusia hidup liar bagaikan binatang buas.
Ketika ras manusia semakin meningkat jumlahnya mulai dirasakan kebutuhan akan adanya
hubungan dan kebutuhan pertahananan untuk menentang satu dengan yang lainnya dan
memilih seseorang yang sangat kuat dan berani untuk dijadikan sebagai pemimpin mereka
yang harus dipatuhinya.
Kemudian mereka mengenal baik dan buruk dan dapat membedakan mana yang baik dan
yang jahat
Jadi dapat dikatakan konflik adalah sifat naluriah manusia untuk menentang demi pertahanan
10. THOMAS HOBBES
Pada tingkatan pertama manusia dengan keinginannya terus-menerus dan kegelisahannya
akan kekuasaan setelah berkuasa, artinya rasa ingin berkuasa akan berhenti bilamana sudah
masuk liang kubur.
Hal ini terwujud dalam dua hal, seorang raja dan problematikanya karena keinginan untuk
berkuasa adalah sesuatu hal yang tak pernah mengalami kepuasan
12. KARL MARX
Konflik kelas (kapitalis dan proletar) adalah titik sentral dari masyarakat
Dasar analisis kalangan marxis adalah konsep kekuatan politik sebagai pembantu terhadap kekuatan
kelas dan perjuangan politik sebagai bentuk khusus dari perjuangan kelas.
Struktur administratif negara modern adalah sebuah komite yang mengatur urusan sehari-hari kaum
borjuis
Konflik akan sering muncul di antara dua kelas ini.
Kaum buruh memulainya dengan bentuk perlawanan koalisi borjuis agar upah mereka terjaga.
13. LEWIS A COSSER
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan
dan pemeliharaan struktur sosial.
Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok
Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan
melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya
Misalnya perang yang terjadi bertahun- tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat
identitas kelompok Negara Arab dan Israel.
14. LEWIS A COSSER:
SAFETY VALUES (KATUP
PENYELAMAT)
Safety values merupakan konsep yang digunakan oleh Cosser dalam menjelaskan ‘jalan
keluar’ untuk meredakan konflik agar tidak semakin menajam
Safety values dapat dikatakan institusi yang menjembatani suatu konflik
Katup Penyelamat berfungsi untuk mengungkapkan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau
struktur
15. RALF DAHRENDORF
Konflik dan konsensus merupakan dua sisi dari suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan
Dua hal tersebut bagaikan dialektika, dua hal yang bertentangan tapi saling terkait satu sama lain
Ia beranggapan dalam konflik terdapat beberapa unsur yang menonjol, (1) otoritas, (2) perubahan
Jika Cosser beranggapan konflik dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan status quo, maka
Dahrendorf menganggap fungsi konservatif dari konflik hanyalah satu bagian realitas sosial, konflik
juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan
17. FUNGSI KONFLIK
Berdasarkan Fungsinya Konflik dibagi dua yaitu:
A. Konflik Konstruktif adalah konflik yang mempunyai nilai positif kepada pengembangan
organisasi. Contohnya protes yang dilakukan oleh Gandhi di India untuk menentang
Inggris. Hal ini berefek positif dalam membangun jalan kemerdekaan India dan dipandang
baik oleh pemerintah Inggris dan India. Penyebabnya karena protes yang dilakukan oleh
Gandhi bersifat damai tanpa adanya kekerasan.
B. Konflik Destruktif adalah konflik yang memiliki dampak negatif kepada pengembangan
organisasi. Contohnya adalah pemberontakan yang dilakukan Gerakan Aceh Merdeka.
Hal ini membuat orang Indonesia memberikan label buruk (demonisasi) terhadap GAM
sebagai gerakan separatisme, bukan lebih ke kesenjangan sosial ekonomi yang dihadapi
rakyat Aceh
18. FUNGSI KONSTRUKTIF DARI
KONFLIK
Menurut Lewis A. Coser bahwa konflik mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1) Konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang berstruktur secara longgar.
Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan masyarakat lain, dapat
memperbaiki kepaduan integrasi.
2) Konflik dapat membantu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan kelompok lain.
Contoh, konflik antara bangsa Arab dan Israel akan menimbulkan aliansi antara Israel dan
Amerika Serikat. Sehingga berkurangnya konflik Israel dengan Arab mungkin dapat
memperlemah hubungan antara Israel dan Amerika Serikat.
19. 3) Konflik dapat membantu mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi. Protes
terhadap perang Vietnam memotivasi kalangan anak muda untuk pertama kali berperan
dalam kehidupan politik di Amerika. Dengan berakhirnya konflik Vietnam muncul kembali
semangat apatis dikalangan pemuda Amerika.
4) Konflik juga dapat membantu fungsi komunikasi.
Melalui konflik, identitas dan batas semakin jelas sehingga dapat menjadi cara mengenali
satu sama lain untuk berdamai
FUNGSI KONSTRUKTIF DARI
KONFLIK
20. DAMPAK KONFLIK
NEGATIF
Rusaknya reputasi, harta benda dan hilangnya
nyawa manusia.
Menimbulkan kepribadian terhadap individu,
seperti adanya rasa benci dan saling curiga
akibat dari perang.
Terdapat demoniasi, penaklukkan yang terjadi
pada salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Keretakan hubungan antar anggota kelompok.
POSITIF
Adanya penyesuaian kembali norma dan nilai
yang disertai dengan hubungan sosial dalam
kelompok yang bersangkutan.
Membantu menghidupkan kembali norma lama
dan menciptakan norma baru.
Meningkatkan solidaritas sesama anggota
kelompok.
22. FISHER
Fisher menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam menggambarkan situasi secara keseluruhan.
1. Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.
2. Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
3. Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku
positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
4. Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama
diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.
5. Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah
kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Tahapan-tahapan di atas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik.
23. MINNERY
Manajemen konflik merupakan proses secara terus menerus mengalami penyempurnaan
sampai mencapai model yang representatif dan ideal.
1. Penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan),
2. Klarifikasi karakteristik dan struktur konflik
3. Evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya),
menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik
4. Menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola
konflik
25. REFERENSI
Tualeka, M. Wahid Nur. (2017). "Teori Konflik Sosiologi Klasik Dan Modern." Al-Hikmah 3(1) :
32-48.
David Jary dan Julia jary,. (1991). Sosiology Dictionary. New York: HarperCollins,