1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya
ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih
relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini
telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban
pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat
dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian
kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari
57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah
penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi
penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa
atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan
CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa (Kusumaningrum,
2009).
Pada awal tahun 70-an seorang wanita di Indonesia rata-rata memiliki
5,6 anak selama masa reproduksinya. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) menunjukkan angka TFR (Total Fertility Rate) pada
periode 2002 sebesar 2,6 artinya potensi rata–rata kelahiran oleh wanita usia
subur berjumlah 2-3 anak. Pada tahun 2007, angka TFR stagnan pada 2,6
anak. Sekarang ini di samping keluarga muda yang ketat membatasi anak,
banyak pula yang tidak mau menggunakan KB dengan alasan masing-masing
seperti anggapan banyak anak banyak rezeki. Artinya ada dua pandangan
2. yang berseberangan, yang akan berpengaruh pada keturunan atau jumlah anak
masing-masing (Kusumaningrum, 2009).
Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak
digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral
(10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen),
dan MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum, 2009).
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi
setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi
yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis
pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan
membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara
lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan,
pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status
kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya),
tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan
dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan
mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode
atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-
beda. Strategi peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) seperti IUD, terlihat kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah
peserta KB IUD yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa Tengah, jumlah peserta KB IUD
terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233 menjadi 529.805 pada tahun
2005, dan 498.366 pada tahun 2006. Dalam perkembangannya pemakaian
IUD memang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun
(Imbarwati, 2009). Berdasarkan data di atas, IUD merupakan salah satu jenis
alat kontrasepsi yang menjadi alternative pilihan bagi masyarakat yang ingin
ber-KB. Oleh karena itu penulis tertarik menyusun makalah tentang
kontrasepsi IntraUterine Device (IUD).
3. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa saja jenis-jenis alat KB ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan alat KB ?
3. Apa efek samping dan kontara indikasi alat KB ?
4. Bagaimana cara pemasangan alat KB ?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui alat kontrasepsi KB
2. Mengetahui cara kerja, kelebihan, kelemahan dan kontra indikasi KB
3. Mengetahui cara kerja dan penggunaan/pemasangan KB
4. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti „mencegah‟ atau
„melawan‟ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang
dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Pelayanan
kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan
kependudukan/KB. Selain Pelayanan kontrasepsi (PK) juga terdapat
komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan
edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex
education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi
genetik, tes keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009).
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi
semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan
individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode
kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
a) Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika
digunakan.
b) Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan
dapat mencegah kehamilan.
c) Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh
lingkungan budaya di masyarakat.
d) Terjangkau harganya oleh masyarakat.
e) Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera
kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap
(Kusumaningrum, 2009).
5. Macam-macam metode kontrasepsi
1. Metode Sederhana
Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama
terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat
salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan kondom
(Kusumaningrum, 2009).
2. Metode Modern/Efektif
a. Kontrasepsi Hormonal
b. Peroral: Pil
c. Injeksi / suntikan
d. Subcutis: Implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)
e. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
f. Kontrasepsi Mantap
g. Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis Operatif
Wanita/MOW), penyumbatan tuba fallopi secara mekanis.
h. Pada pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP), Penyumbatan vas
deferens secara mekanis, penyumbatan vas deferens secara
kimiawi (Kusumaningrum, 2009).
Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
a. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.
b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang
termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-
metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP
(Kusumaningrum, 2009).
B. Kontrasepsi Implant
1. Pengertian
Kontrasepsi implan adalah suatu alat kontrasepsi yang
mengandung levonorgestrol yang di bungkus dalam kapsul silicone dan
susukkan dibawah kulit.
6. 2. Jenis – Jenis Implant
Norplant terdiri dari 6 kapsul silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm , dimana setiap kapsulnya berisi
36 mg levonorgestrol dan lamanya 5 tahun.
Implanon terdiri dari 1 kapsul silastikputih lentur dengan panjang kira
– kira 40 mm dan diameter 2 mm yang isinya , 3 ketodegestrol dan 66
mg kopolimer EVA dan lamanya 3 tahun.
Norplant terdiri dari 2 kapsul silastik 76 mg
levonorgestrol efektifitasnya 2 tahun.
Indoplant terdiri dari 2 batang efektifitasnya 3 tahun.
3. Mekanisme Kerja
Mengentalkan lender serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi
sperma.
Menimbulkan perubahan – perubahan pada endometrium sehingga
tidak cocok untuk implantasi zygot.
Menekan ovulasi
Mengganggu transportasi sperma (Saifuddin, 2003)
4. Keuntungan Kontrasepsi
a. Mempunyai daya guna tinggi.
b. Memberikan perlindungan jangka panjang.
c. Tidak memerlukan pemeriksan dalam.
d. Tidak mengganggu kegiatan senggama
e. Tidak mengganggu ASI
f. Klien hanya perlu kembali bila ada keluhan
g. Dapat dilakukan pencabutan setiap saat sesuai kebutuhan (saifuddin,
2003)
5. Efek Samping
Gangguan siklus haid berupa perdarahan bercak (spotting)
Ekspulsi implant
7. Perubahan berat badan mengalami penurunan atau peningkatan
Pusing/nyeri kepala
Rasa nyeri payudara
6. Indikasi
Wanita yang ingin kontrasepsi untuk yang lama (1-1,5 th) tapi tidak
bersedia menggunakan kontap AKDR.
Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung
estrogen
Wanita dengan usia subur
Wanita yang telah memiliki anak ataupun belum memiiki anak.
Ibu menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
Wanita pasca keguguran.
7. Kontraindikasi
Kehamilan atau disangka hamil
Perdarahan tidak teratur genetalia tanpa diketahui penyebabnya.
Riwayat kehamilan ektopik
Kelainan kardiovaskuler
Penderita penyakit hati akut
Tumor jinak atau diduga tumor.
Karsinoma payudara
Penyakit jantung, hipertensi, DM, dll.
8. Waktu Pemasangan
Waktu yang baik untuk pemasangan adalah pada saat waktu
haid berlangsung ataumasa pra ovulasi dari siklus haid.
9. Efektivitas
a. Angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun
pertama lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD, dan metode
barrier.
8. b. Efektifitasnya berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke – 6
kira – kira 2,5 – 3 % akseptor menjadi hamil.
c. Norplant 2 sama efektifitasnya seperti norplant untuk waktu 3
tahun terjadi kehamilan dalam jumlah yang tidak terduga
sebelumnya. Sekitar 5 – 6 % penyebabnya belum jelas, disangka
penurunan kadar hormon.
10. Prosedur Pemasangan dan Alat-alat
Memberikan informasi dan konseling pada akseptor tentang KB
Implan sehinggan calon akseptor betul-betul mengerti dan menerima
sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakainya.
Mempersiapkan alat-alat
Sabun antiseptic
Kasa steril
Betadine
Obat anestesi local
Spuit dan jarum suntik
Trochar nomer 10
Sepasang handschoen
Satu set kapsul norplant (6 kapsul)
Scalpel yang tajam
Teknik Pemasangan
Akseptor dibaringkan terlentang diatas tempat tidur dan lengan
kiri diletakkan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor.
Daerah tempat pemasangan dicuci dengan sabun antiseptic
kemudian diberi cairan antiseptic.
Lakukan injeksi anestesi ± 6-10 cm diatas lipatan siku.
Buat insisi ± 2-3 mm dengan scalpel yang tajam
Masukkan trochar melalui lubang insisi sehingga sampai pada
jaringan bawah kulit.
Masukkan kapsul melalui lubang trochar dan didorong dengan
flunger sampai kapsul terletak dibawah kulit.
9. Lakukan sampai kapsul ke-6 hingga tersusun seperti kipas.
Control luka (ada perdarahan atau tidak)
Jika tidak ada perdarahan, tutup luka dengan kasa steril kemudian
plester.
Nasehati akseptor agar luka tidak boleh basah selama ± 3 hari dan
datang kembali jika ada keluhan.
11. Cara mengatasi efek samping implan
Bila terjadi ekspulsi imlpan jangan panik terlebih dahulu tetapi
langsung ke tenaga kesehatan untuk mencabut implan atau bila
menginginkan memakai implan lagi bisa dipasang batang implan yang
baru.
C. Kotrasepsi Suntik
1. Pengertian
Kotrasepsi suntik adalah alat kontasepsi yang disuntikan ke dalam
tubuh dalam jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh
darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk
mencegah timbulnya kehamilan.
2. Jenis-Jenis KB Suntik
1) Suntikan kombinasi (Hormon Estrogen dan Progesteron)
Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat yang
diberikan injeksi I.M sebulan sekali(Cyclovem)
2) suntikan yang hanya mengandung progestin
Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150mg
DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intro
Muskuler (di daerah bokong). Depo provera atau depo metroxy
progesterone asetat adalah satu sintesa progestin yang mempunyai
efek seperti progesterone asli dari tubuh wanita. Obat ini dicoba
pada tahun 1958 untuk mengobati abortus habitualis dan
endometriosis ternyata pada pengobatan abortus habitualis
10. seringkali terjadi kemandulan setelah kehamilan berakhir. Depo
provera sebagai obat kontrasepsi suntikan ternyata cukup manjur
dan aman dalam pelayanan keluarga berencana. Anggapan bahwa
depo provera dapat menimbulkan kanker pada leher rahim atau
payudara pada wanita yang mempergunakannya, belum didapat
bukti-bukti yang cukup tegas, bahkan sebaliknya.
Depo Nonsterat Enontat (Depo Nonsterat) yang mengandung
200mg noratin dion anontat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intra muskuler. Norigest adanah obat yang disuntikkan
(secara Depot). 1 ampul Norigest berisi 200 mg Norethindore
enenthate dalam larutan minyak. Larutannya merupakan campuran
benzyl benzoate dan castor oil dalam perbandingan 4:6. Efek
kontrasepsinya terutama mencegah masuknya sperma melalui
lender cervix. Sesudah pengobatan dihentikan, keadaan fertilitas
biasanya kembali dalam waktu beberapa minggu. Karena pada
beberapa kasus mungkin akan terjadi perdarahan-perdarahan yang
atypis, maka perlu diberitahukan terlebih dahulu kepada setiap
calon akseptor akan kemungkinan hal ini.
3. Efektivitas KB Suntik
Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara kerja seperti
pil. Untuk suntikan yang diberikan 3 bulan sekali, memiliki keuntungan
mengurangi resiko lupa minum pil dan dapat bekerja efektif selama 3
bulan. Efek samping biasanya terjadi pada wanita yang menderita diabetes
atau hipertensi.Efektif bagi wanita yang tidak mempunyai masalah
penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, trombosis atau gangguan
pembekuan darah serta riwayat stroke. Tidak cocok buat wanita perokok.
Karena rokok dapat menyebabkan peyumbatan pembuluh darah.
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,
dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tiap tahun. Asal penyuntikan
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
11. Tersedia suntik 1 bulan (estrogen + progesteron) dan 3 bulan
(depot progesteron, tidak terjadi haid). Cukup praktis tetapi karena
memasukkan hormon sekaligus untuk 1 atau 3 bulan, orang yang sensitif
sering mengalami efek samping yang agak berat.Kontrasepsi suntikan
mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam
sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap 10 minggu
(Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem).
Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi
ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah
haid yang keluar.
Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan
meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga
haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak menentu.
Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan
dalam setahun.
4. Cara Kerja
Secara umum kerja dari KB suntik adalah:
o Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat
lonjakan luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak
terjadi ovulasi. Kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH
menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat
perkembangan folikel dan mencegah ovulasi. Progestogen
menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH) .
o Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan
mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan -
perubahan siklus yang normal pada lendir serviks. Secret dari serviks
tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga
menyulitkan penetrasi spermatozoa.
o Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk
implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi
perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan
12. sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari
ovum yang telah di buahi.
o Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi
kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan
perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba.
5. Kekurangan dan Kelebihan KB Suntik
Kelebihan
a. Sangat efektif , karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi
sehari hari dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak
di pengaruhi kelalaian atau faktor lupa dan sangat praktis.
b. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius
terhadap kesehatan.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Penggunaan jangka panjang
e. Sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan
tetapi masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi.
f. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
menopause
g. Membantu mencegah kehamilan ektopik dan kanker endometrium
Kekurangan
Dapat mengalami perdarahan bercak di luar siklus haid atau
justru haid manjadi jarang. Setelah Anda berhenti menyuntik, mungkin
butuh waktu beberapa bulan untuk kembali pada siklus biasa.Jarang
terjadi perdarahan yang banyak, tidak dapat haid, perlu suntikan
ulangan teratur, perlu control atau kunjungan berkala untuk evaluasi.
6. Efek Samping dan Penanganannya
1) Amenorea (tidak terjadi perdarahan)
Penanganan :
Bila tidak hamil,pengobatan apapun tidak perlu.jelaskan bahwa
darah haid tidak terkumpul dalam rahim.
13. Bila telah terjadi kehamilan,rujuk klien.hentikan penyuntikan.
Bila terjadi kehamilan ektopik,rujuk klien.
Jangan memberikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil.Tunggu 3-6 bulan kemudian
bila tidak terjadi perdarahan juga,rujuk ke klinik.
2) Perdarahan bercak (spotting)
Penanganan :
Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai,tetapi hal
ini bukanlah masalah serius,dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan.
3) Mual dan Muntah
Penaganan :
Pastikan tidak ada kehamilan,bila hamil segera rujuk.Bila tidak
hamil,informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang
dalam waktu dekat
4) Meningkatnya/Menurunnya Berat Badan
Penanganan :
informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-
2 kg dapat saja terjadi.Perhatikan diet klien bila perubahan berat
badan terlalu mencolok.Bila berat badan berlebihan,hentikan
suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain
7. Indikasi Dan Kontra Indikasi KB Suntik
1) Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien
menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah
mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap.
Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin
menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama,
atau klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang
sedang menyusui. Klien yang mendekati masa menopause, atau
14. sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan
kontrasepsi suntik.
Indikasi pemakaian suntikan kombinasi :
1. Usia reproduksi (20-30 tahun)
2. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi
4. Menyusui ASI pasca persalinan lebih dari 6 bulan
5. Pasca persalian dan tidak menyusui
6. Anemia
7. Nyeri haid hebat
8. Haid teratur
9. Riwayat kehamilan ektopik
10. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
2) Kontra Indikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil (reaksi cacat pada janin > 100.000
kelahiran)
2. Ibu menginginkan haid teratur
3. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
4. ibu yang menderita sakit kuning (liver),
5. kelainan jantung,
6. varises (urat kaki keluar),
7. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
8. kanker payudara atau organ reproduksi,
9. Menderita kencing manis (DM). Selain itu, ibu yang merupakan
perokok berat, sedang dalam persiapan operasi.
10. Sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang
menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.
11. Perdarahan saluram genital yang tidak terdiagnosis.
12. Penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini
13. Efek samping serius yang terjadi pada kontrasepsi oral kombinasi
yang bukan disebabkan oleh estrogen
15. 14. Adanya penyakit kanker hati
15. Depresi berat. (Everent,2007)
D. Intra Uterine Device (IUD)
1. Definisi IUD
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat
dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat
dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim
untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan
biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi.
IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara
merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma
(Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi
dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran
tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode
kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba.
Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh
tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan
yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam
rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim
dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI,
2010). AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam
bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang
dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di
dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan
setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini
16. bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur
(Kusumaningrum, 2009).
2. Jenis-Jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga
halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup
baik (Imbarwati, 2009).
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200
mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-
T (Imbarwati, 2009).
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas
ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan
mini (Imbarwati, 2009).
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang
pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut
ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm
(benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang
putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi,
17. jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari
bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan
sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti.
Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic
bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan
tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine
System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk
mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin
(Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah
kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai
rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD
(melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat
digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).
3. Cara kerja IUD
Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit
masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilisasi.
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
(Muhammad, 2008).
4. Kelemahan dan kelebihan
Intra uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu:
Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus berfungsi
sampai dibuka
18. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10
tahun
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menopouse
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Relatif tidak mahal
Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)
Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan)
Efek samping yang rendah
Dapat menyusui dengan aman
Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi,
2010).
Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian
selama satu tahun)
Tidak terganggu faktor lupa
Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan
menggunakan Tembaga T 380A)
Mengurangi kunjungan ke klinik
Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009).
19. IUD baik untuk wanita yang:
Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi,
dan jangka panjang
Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
Memberikan ASI
Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
Berada dalam masa pasca aborsi
Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau
yang memang tidak boleh menggunakannya.
Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
(Kusumaningrum, 2009).
Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu:
Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi
menular
Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama
dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi
dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering
berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
20. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu
(Imbarwati, 2009).
Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat
sampai beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami
perdarahan ringan dan nyeri sampai beberapa minggu setelah pemasangan.
Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga (Kusmarjadi, 2010).
Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui
hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan
memperparah penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-komplikasi serius,
seperti radang mulut rahim yang bisa membuat Anda kehilangan
kesuburan (mandul) (Zahra, 2008).
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak
hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan
metode amenorea laktasi (MAL).
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
apabila tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
(Imbarwati, 2009).
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali
untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol
IUD yang harus diperhatikan adalah :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan berikutnya
21. d. bila terlambat haid 1 minggu
e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati,
2009).
5. Efek samping
Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada
perempuan-perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid,
menjadi lebih „berat‟ dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi
biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan
(Zahra, 2008).
Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah
pemasangan. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah
banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi
(IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD
mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko
infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009).
Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral
adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3
bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada
penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya
Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum
memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral
bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung
Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan,
dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak
memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman.
Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini
(Zahra, 2008).
22. 6. Kontra indikasi
Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu:
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008).
Jangan memakai spiral jika:
sedang hamil atau kemungkinan hamil
berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks
(bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila
suami/pasangan punya pasangan lain)
pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau infeksi
sesudah persalinan/sesudah aborsi
pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian)
Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat
rasa sakit yang hebat
sangat kekurangan darah merah (anemia)
belum pernah hamil (Zahra, 2008).
Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:
Hamil atau diduga hamil
Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin
Pernah menderita radang rongga panggul
Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
23. Riwayat kehamilan ektopik
Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).
Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya
menggunakan IUD adalah :
Kehamilan
Sepsis
Aborsi postseptik dalam waktu dekat
Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
Penyakit tropoblastik ganas
Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium
Penyakit radang panggul
PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan
imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
Wanita yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah:
Sedang hamil
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad, 2008).
24. 7. H. Cara penggunaan atau pemasangan
IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila
wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan
IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah
mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah
melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita
menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan
setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus
spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai
involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang,
seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi
(ILUNI FKUI, 2010).
Prosedur Kerja Pemasangan IUD
Kebijaksanaan :
1) Petugas harus siap ditempat.
2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4) Alat-alat yang tersedia :
a. Gyn bed
b. Timbangan berat badan
c. Tensimeter dan stetoskop
d. IUD set steril
e. Bengkok
f. Lampu
g. Kartu KB (kl, K IV)
h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja dengan duk steril
Sym speculum
Sonde rahim
Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
25. Busi / dilatator hegar
Kogel tang
Pincet dan gunting
Langkah-langkah :
1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai
keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek
samping.
2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan
kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
4) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih.
5) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed
gynaecologi dengan posisi Lithotomi.
7) Petugas cuci tangan
8) Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9) Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
11) Pasang speculum sym.
12) Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
13) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran,
posisi dan bentuk rahim.
14) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan
ke dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga
AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke
samping mulut rahim.
26. 17) Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18) Alat-alat dibersihkan
19) Petugas cuci tangan
20) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang
mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan
kapan harus control
21) Membuat nota pelayanan
22) Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan
ke bagian administrasi pelayanan.
23) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan :
a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan
dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter.
b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak
terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan
konsultasikan ke dokter.
c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini
adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm
jangan dipasang (Imbarwati, 2009).
27. BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KBIDANAN PADA NY “N” DENGAN
AKSEPTOR KB IMPLANT DI PUSKESMAS SICINCIN
Pengumpulan Data
A. Identitas
Nama Istri : Nurliana Nama Suami : Jailani
Umur : 33 Tahun Umur : 43 Tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia Suku Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tukang
Alamat : Ladang Laweh Alamat : Ladang Laweh
No. HP :- No. HP :-
Nama keluarga yang bisa dihubungi : Dewi
Hubungan dengan klien : Saudara
Alamat : Ladang Laweh
No. HP :-
B. Data Subjektif
Tanggal dilayani : 26 – 01 – 2013
Pukul : 10.00 WIB
1. Alasan kunjungan : ingin Memasang KB
2. Riwayat menstruasi :
a. Haid terakhir : 20 – 12 – 2012
b. Teratur/tidak : teratur
c. Siklus : 30 hari
d. Lamanya : 6 hari
e. Sifat darah : encer
f. Dismenorea : ada
28. 3. Jumlah anak hidup
Laki – laki :2
Perempuan :1
4. Umur anak terkecil : 2 bulan
5. Status peserta KB : baru pertama kali
6. Cara ber-KB terakhir yang pernah digunakan : tidak ada
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit
Penyakit kuning : tidak ada
Pendarahan pervaginam : tidak ada
Keputihan yang lama : tidak ada
Tumor :
Payudara : tidak ada
Rahim : tidak ada
Indung telur : tidak ada
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 70x/i
S : 36,50 C
P : 24x/i
BB : 53 Kg
TB : 160 Cm
9. Sebelum melakukan pemasangan KB dilakukan pemeriksaan dalam
a. tanda – tanda radang : tidak ada
b. tumor/keganasan : tidak ada
10. Pemeriksaan tambahan
a. Tanda – tanda diabetes : tidak ada
b. Radang orchitis/epididymitis : tidak ada
11. Metode dan jenis kontrasepsi yang di pilih : implant
12. Tanggal kunjungan kembali : 30 – 01 – 2013
29. MANAJEMEN ASUHAN KBIDANAN PADA NY “R” DENGAN
AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS SICINCIN
Pengumpulan Data
A. Identitas
Nama Istri : Nurliana Nama Suami : Indra Bayu
Umur : 34 Tahun Umur : 36 Tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia Suku Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sp. Balai Kamih Alamat : Sp. Balai Kamih
No. HP :- No. HP :-
Nama keluarga yang bisa dihubungi : Yusnimar
Hubungan dengan klien : Ibu
Alamat : Sp. Balai Kamih
No. HP :-
B. Data Subjektif
Tanggal dilayani : 21 – 01 – 2013
Pukul : 10.00 WIB
1. Alasan kunjungan : ingin Memasang KB
2. Riwayat menstruasi :
a. Haid terakhir : 26 – 07 – 2012
b. Teratur/tidak : teratur
c. Siklus : 28 hari
d. Lamanya : 6 hari
e. Sifat darah : encer
f. Dismenorea : ada
30. 3. Jumlah anak hidup
Laki – laki : tidak ada
Perempuan :1
4. Umur anak terkecil : 6 Tahun
5. Status peserta KB : baru pertama kali
6. Cara ber-KB terakhir yang pernah digunakan : tidak ada
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit
Penyakit kuning : tidak ada
Pendarahan pervaginam : tidak ada
Keputihan yang lama : tidak ada
Tumor :
Payudara : tidak ada
Rahim : tidak ada
Indung telur : tidak ada
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 60x/i
S : 360 C
P : 25x/i
BB : 52 Kg
TB : 155 Cm
9. Sebelum melakukan pemasangan KB dilakukan pemeriksaan dalam
a. tanda – tanda radang : tidak ada
b. tumor/keganasan : tidak ada
10. Pemeriksaan tambahan
a. Tanda – tanda diabetes : tidak ada
b. Radang orchitis/epididymitis : tidak ada
11. Metode dan jenis kontrasepsi yang di pilih : Suntik 3 bulan
12. Tanggal kunjungan kembali : 14 – 04 – 2013
31. MANAJEMEN ASUHAN KBIDANAN PADA NY “S” DENGAN
AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN
DI PUSKESMAS SICINCIN
Pengumpulan Data
A. Identitas
Nama Istri : Santi Nama Suami : Asep
Umur : 22 Tahun Umur : 28 Tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia Suku Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pauh Hilir Alamat : Pauh Hilir
No. HP :- No. HP :-
Nama keluarga yang bisa dihubungi : Sri Duri
Hubungan dengan klien : Ibu
Alamat : Pauh Hilir
No. HP :-
B. Data Subjektif
Tanggal dilayani : 02 – 02 – 2013
Pukul : 09.00 WIB
1. Alasan kunjungan : ingin Memasang KB
2. Riwayat menstruasi :
a. Haid terakhir : 28 – 01 – 2013
b. Teratur/tidak : teratur
c. Siklus : 29 hari
d. Lamanya : 6 hari
e. Sifat darah : encer
f. Dismenorea : ada
32. 3. Jumlah anak hidup
Laki – laki :1
Perempuan :1
4. Umur anak terkecil : 2 Tahun
5. Status peserta KB : baru pertama kali
6. Cara ber-KB terakhir yang pernah digunakan : tidak ada
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit
Penyakit kuning : tidak ada
Pendarahan pervaginam : tidak ada
Keputihan yang lama : tidak ada
Tumor :
1. Payudara : tidak ada
2. Rahim : tidak ada
3. Indung telur : tidak ada
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 60x/i
S : 370 C
P : 25x/i
BB : 50 Kg
TB : 160 Cm
13. Sebelum melakukan pemasangan KB dilakukan pemeriksaan dalam
c. tanda – tanda radang : tidak ada
d. tumor/keganasan : tidak ada
14. Pemeriksaan tambahan
c. Tanda – tanda diabetes : tidak ada
d. Radang orchitis/epididymitis : tidak ada
15. Metode dan jenis kontrasepsi yang di pilih : Suntik 1 bulan
16. Tanggal kunjungan kembali : 02 – 03 – 2013
33. MANAJEMEN ASUHAN KBIDANAN PADA NY “W” DENGAN
AKSEPTOR KB IUD DI PUSKESMAS SICINCIN
Pengumpulan Data
a. Identitas
Nama Istri : Willi Murni Nama Suami : Zulnedi
Umur : 32 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia Suku Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Sopir
Alamat : Sp. Balai Kamih Alamat : Sp. Balai Kamih
No. HP :- No. HP :-
Nama keluarga yang bisa dihubungi : Yuni
Hubungan dengan klien : Sepupu
Alamat : Sp. Balai Kamih
No. HP :-
b. Data Subjektif
Tanggal dilayani : 02 – 01 – 2013
Pukul : 11.00 WIB
1. Alasan kunjungan : ingin Memasang KB
2. Riwayat menstruasi :
a. Haid terakhir : 17 – 12 – 2012
b. Teratur/tidak : teratur
c. Siklus : 29 hari
d. Lamanya : 5 hari
e. Sifat darah : encer
f. Dismenorea : ada
3. Jumlah anak hidup
Laki – laki :3
Perempuan :1
34. 4. Umur anak terkecil : 4 Bulan
5. Status peserta KB : pernah memakai alat
KB berhenti sesudah
bersalin/keguguran
6. Cara ber-KB terakhir yang pernah digunakan : Implant
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit
Penyakit kuning : tidak ada
Pendarahan pervaginam : tidak ada
Keputihan yang lama : tidak ada
Tumor :
1. Payudara : tidak ada
2. Rahim : tidak ada
3. Indung telur : tidak ada
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 70x/i
S : 370 C
P : 24x/i
BB : 64 Kg
TB : 155 Cm
9. Sebelum melakukan pemasangan KB dilakukan pemeriksaan dalam
a. tanda – tanda radang : tidak ada
b. tumor/keganasan : tidak ada
10. Pemeriksaan tambahan
a. Tanda – tanda diabetes : tidak ada
b. Radang orchitis/epididymitis : tidak ada
11. Metode dan jenis kontrasepsi yang di pilih : IUD
12. Tanggal kunjungan kembali : 06 – 01 – 2013
35. DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Hanafi.1994.KB dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar
Soetjiningsih, SpAK.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Setiadi.2007.Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu
Notoatmojo, Soekidjo.1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta