Dokumen tersebut membahas tentang fungsi dan tugas guru agama Islam dalam mendidik siswa, meliputi: (1) Fungsi guru agama sebagai motivator, informator, organisator, dan evaluator; (2) Tugas guru meliputi mengajar, memberi contoh, membimbing siswa, dan mengevaluasi perkembangan siswa; (3) Kompetensi yang dibutuhkan guru antara lain penguasaan materi, metode mengajar, dan kemampuan membimbing sis
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
Funsi dan tugas guru agama
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan
nasional, hal tersebut dijelaskan dalam UU tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 33 ayat 2 bahwa "kurikulum pendidikan dasar dan
menengaw wajib memuat antara lain pendidikan agama", termasuk salah
satunya pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dilaksanakan
untuk mengembngkan potensi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT serta akhlak mulia.
Guru merupakan motifasi terbesar terhadap pendidikan siswa di
sekolahnya, dalam proses belajar siswa membutuhkan guru yang menjadi
motifasi yang bagi mereka. Dalam makalah ini penulis memaparkan
sekilas tentang peran guru pendidikan agam islam dalam memberikan
motifasi terhadap anak didiknya.
Sehingga Dalam hal ini, penulis berhasil menyusun makalah yang
berjudul “Fungsi dan Tugas Guru Agama Islam”
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh guru agama?
2. Bagaimana fungsi dan tugas guru agama?
3. Bagaiman kompetensi guru agama?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh guru agama
2. Untuk mengetahui fungsi dan tugas guru agama
3. Untuk mengetahui kompetensi guru agama
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
FUNGSI DAN TUGAS GURU AGAMA ISLAM
A. MASALAH YANG DIHADAPI GURU AGAMA
Ada lima masalah paling utama yang dihadapi para guru agama
dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah
seperti diuraikan berikut:
1. Masalah peserta didik
Peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan tentu berasal dari
latar belakang kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada siswa yang
berasal dari keluarga yang taat beragama, namun ada juga yang berasal
dari keluarga yang kurang taat beragama, dan bahkan ada yang berasal
dari keluarga yang tidak peduli dengan agama.Bagi anak didik yang
berasal dari keluarga yang kurang taat atau tidak peduli sama sekali
terhadap agama, perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak, maka anak
didik tidak akan peduli terhadap pendidikan agama, lebih parah lagi
mereka menganggap remeh pendidikan agama. Sikap ini akan sangat
berbahaya, kendatipun demikian, tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik seperti; minat belajar, keluarga, lingkungan,
dan lain sebagainya.
2. Masalah lingkungan belajar
Di era multi peradaban dan tekhnologi dan informasi yang tidak
dicegah kebeadaannya menyebabkan semua itu mempengaruhi
psikologis lingkungan belajar, baik siswa, tenaga pendidik dan
kependidikan serta stekholder setiap lembaga pendidikan. Pengaruh dari
lingkungan belajar yang tidak kondusif ini sangat mempengaruhi minat
belajar, dekadensi moral, serta menimbulkan kekhawatiran para orangtua
siswa dan masyarakat terhadap pendidikan anak-anak mereka khususnya
kebiasaan beragama mereka dalam kehidupan sehari-hari
3. 3
3. Masalah Kompetensi Guru.
Pada dasarnya guru adalah tenaga pengajar sekaligus tenaga
pendidik profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan latihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, Sesuai UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2.
Dalam perspektif pendidikan Agama Islam di Sekolah, guru
seringkali mengalami kendala dalam menanamkan pembiasaan ajaran
Islam di sekolah. Hal ini semata-mata disebabkan karena guru tidak
memiliki kempetensi yang matang, serta juga tidak didukung oleh
penguasaan konsep internalisasi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu
umum oleh guru-guru bidang studi lainnya.
4. Masalah Metode
Metode adalah cara atau strategi bahkan juga pendekatan yang
dikuasai pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai. Banyak sekali
metode pendidikan yang dapat dilakukan atau diterapkan dalam
menyampaikan pembelajaran pendidikan agama. Tetapi sangat
disayangkan bahwa masih banyak guru agama yang tidak menguasai
berbagai metode pembelajaran aktif yang sebenarnya bisa dipakai dalam
menyajikan pelajaran pendidikan agama. Agar pendidikan agama dapat
mencapai hasil sesuai yang diharapkan, maka setiap guru agama harus
mengetahui dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan
pendekatan. Namun pada kenyataannya, pelajaran pendidikan agama di
sekolah masih dominan menggunakan metode ceramah.
5. Masalah evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang sangat
penting. Dengan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi yang baik adalah evaluasi
yang dapat mengukur segi kognitif, afektif dan psikomotorik peserta
4. 4
didik. Kebanyakan evaluasi yang dilakukan selama ini hanyalah
mengukur kognitif siswa saja, sedang afektif dan psikomotoriknya
terabaikan. Hasil evaluasi kognitif tersebut dimasukkan ke dalam raport
siswa, maka kemungkinan akan terjadi penilaian yang kurang obyektif.
Adakalanya siswa yang rajin beribadah lebih rendah nilainya daripada
siswa yang malas beribadah. Seharusnya kegiatan evaluasi disusun secara
sistematis dan lengkap oleh guru pendidikan agama Islam. Selain tes
tulis, tes lisan dan praktik yang dilakukan sebagai alat evaluasi, maka
skala sikap diperlukan untuk mengevaluasi sikap beragama peserta didik.
Namun kenyataannya masih banyak guru pendidikan agama Islam yang
belum menguasai teknik evaluasi pendidikan agama Islam secara benar.
B. FUNGSI/ PERANAN DAN TUGAS GURU AGAMA ISLAM
1. Fungsi/Peranan Guru Agama Islam
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Guru Dan Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif, menyebutkan peranan guru agama Islam
adalah seperti diuraikan di bawah ini :1
a. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang
baik dan mana nilai yang buruk. Semua nilai yang baik harus guru
pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan
watak anak didik.
b. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik
bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama
anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar
yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori
belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara
belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana
melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.
1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000),h.43-48
5. 5
c. Informator
Sebagai informatory, guru harus bisa memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi
informatory yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai
kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada
anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa
kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.
d. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan
dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan
akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik,
dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai
efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
e. Motivator
Sebagai motivator guru hendaklah dapat mendorong anak didik
agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru
dapat menganalisis motiv-motiv yang melatarbelakangi anak didik malas
belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus
bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak
mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar dan sebagainya.
f. Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses
interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
g. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas
yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan
6. 6
belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja
dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia,
menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas
guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta
lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.
h. Pembimbing
Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang
telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan yang harus
lebih di pentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk
membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap.
Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik
menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin
dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi,
bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak
didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).
i. Pengelola Kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas
dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan
guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang
dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.
j. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator
yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek
ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih
menyentuh pada aspek kepribadian anak didik.
2. Tugas Guru Agama Islam
Ahmad Tafsir membagi tugas-tugas yang dilaksanakan oleh guru
antara lain adalah:
7. 7
a. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan
berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan,
angket dan sebagainya.
b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang
baik dan menekankan pembawaan yang buruk agar tidak
berkembang.
c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan
cara memperkenalkan kepada anak didik tugas orang dewasa
dengan cara memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan,
agar anak didik memilikinya dengan cepat.
d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik melalui
kesulitan dalam mengembangkan potensinya.2
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat diketahui
tugas dan tanggung jawab guru bukan hanya mengajar atau menyampaikan
kewajiban kepada anak didik, akan tetapi juga membimbing mereka secara
keseluruhan sehingga terbentuk kepribadian muslim.
Sehubungan dengan hal itu Abidin juga menegaskan bahwa” Tugas
dan tanggung jawab utama yang harus dilaksanakan oleh guru, terutama
guru agama pendidikan agama Islam adalah membimbing dan
mengajarkan seluruh perkembangan kepribadian anak didik pada ajaran
Islam.3
Menurut Al-Ghazali guru harus memiliki akhlak yang baik, karena
anak-anak didiknya selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus
diikutinya.4
Sedangkan Nur Uhbayati mengemukakan tugas dan tanggung
jawab yang harus dilaksanakan oleh pendidik (guru) antara lain:
2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994), h. 79
3 Zainal Abidin, Kepribadian Muslim, (Semarang: Aneka Ilmu, 1989), h. 29
4 Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 170
8. 8
a. Membimbing anak didik kepada jalan yang sesuai dengan ajaran
agama Islam.
b. Menciptakan situasi pendidikan keagamaan yaitu suatu keadaan di
mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan hasil
yang memuaskan sesuai dengan tuntutan ajaran Islam.5
Pada sisi lain Samsul Nizar mengungkapkan tentang rangkaian
tugas guru dalam mendidik: “rangkaian mengajar, memberikan dorongan,
memuji, menghukum, memberikan contoh, membiasakan.6
Imam Barnadib menambahkan dengan tugas guru terkait dengan
perintah, larangan, menasehati, hadiah, pemberian kesempatan, dan
menutup kesempatan.7
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tugas pendidik bukan
hanya sekedar mengajar, di samping itu bertugas sebagai motivator dan
fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta
didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
C. KOMPETENSI GURU AGAMA ISLAM
Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
Kompetensi yang dimilki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru dalam menagajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya
sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus
pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik (Fathurrahman dan
Sutikno, 2007: 44).
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogis, personal,
profesional, dan sosial. Menurut Muhammad Surya yang dikutip
5 Nur Uhbayati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 72
6 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat
Pers, 1993), h. 44
7 Sutari Imam Barnadib, PengantarIlmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Ofset,
1993), h. 40
9. 9
Ramayulis (2005: 60) kompetensi guru agama sekurang-kurangnya ada
empat, yaitu:
1. Menguasai substansi materi pelajaran
2. Menguasai metodologi mengajar
3. Menguasai teknik evaluasi dengan baik
4. Memahamai, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral dan
kode etik profesi.
Pemerintah dalam kebijakan pendidikan nasional telah
merumuskan kompetensi guru ada empat, hal tersebut tercantum dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial (Presiden Republik Indonesia, 2005)
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik berarti kemampuan guru dalam mengelola
kelas sedemikian rupa agar tujuan pendidikan dapat tercapai, yang
didalamnya terdapat banyak hal cakupannya. Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 dijelaskan tentang
kompetensi pedagogik, meliputi :
a. Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
b. Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses
pembelajaran
c. Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2011)
2. Kompetensi Kepribadian (Personal)
Menurut Sukmadinata (2000: 192-193), kompetensi personal
mencakup :
a. Penampilan sikap yang positif terhadap tugas-tugas sebagai guru,
dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan.
b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang
semestinya dimiliki oleh guru.
10. 10
c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai suri teladan
bagi para siswanya.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun
2008, yang masuk kedalam kompetensi personal ini yaitu:
a. Beriman dan bertakwa.
b. Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan
toleran.
c. Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
d. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian,
individualitas dan kebebasan memilih.
e. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
f. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
3. Kompetensi Profesional
Dalam kaitannya profesionalisme guru, Nata (2003: 142-143)
menyebutkan ada tiga ciri, yaitu:
a. Guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu
pengetahuan yang akan diajarkan dengan baik, benar-benar
seorang ahli dibidangnya. Guru selalu meningkatkan dan
mengembangkan keilmuannya sesuai dengan perkembangan
zaman.
b. Guru yang profesional harus memiliki kemampuan
menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada
siswa secara efektif dan efisien, dengan memiliki ilmu
kependidikan.
c. Guru yang profesional harus berpegang teguh kepada kode etik
profesional sebagaimana disebutkan di atas. Kode etik di sini
lebih menekankan pada perlunya memiliki akhlak mulia.
4. Kompetensi Sosial,
Kompetensi sosial yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan
tuntutan kerja dan lingkungan kerja (Sukmadinata: 192). Memahami
dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas,
12. 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. MASALAH YANG DIHADAPI GURU AGAMA
Ada lima masalah paling utama yang dihadapi para guru agama
dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah
seperti diuraikan berikut:
a. Masalah peserta didik
b. Masalah lingkungan belajar
c. Masalah Kompetensi Guru.
d. Masalah Metode
e. Masalah evaluasi
2. FUNGSI/ PERANAN DAN TUGAS GURU AGAMA ISLAM
a. Fungsi/Peranan Guru Agama Islam
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Guru Dan Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif, menyebutkan peranan guru agama Islam
adalah seperti diuraikan di bawah ini :8
1) Korektor
2) Inspirator
3) Informator
4) Organisator
5) Motivator
6) Inisiator
7) Fasilitator
8) Pembimbing
9) Pengelola Kelas
10) Evaluator
8 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000),h.43-48
13. 13
b. Tugas Guru Agama Islam
1) Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan
berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan,
angket dan sebagainya.
2) Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan
yang baik dan menekankan pembawaan yang buruk agar tidak
berkembang.
3) Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan
cara memperkenalkan kepada anak didik tugas orang dewasa
dengan cara memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan,
agar anak didik memilikinya dengan cepat.
4) Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5) Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik
melalui kesulitan dalam mengembangkan potensinya
3. KOMPETENSI GURU AGAMA ISLAM
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogis, personal,
profesional, dan sosial. Menurut Muhammad Surya yang dikutip
Ramayulis (2005: 60) kompetensi guru agama sekurang-kurangnya ada
empat, yaitu
a. Menguasai substansi materi pelajaran
b. Menguasai metodologi mengajar
c. Menguasai teknik evaluasi dengan baik
d. Memahamai, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral dan
kode etik profesi.
14. 14
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta,
Ahmad Tafsir. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Zainal Abidin. 1989. Kepribadian Muslim. Semarang: Aneka Ilmu.
Zuhairini dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksar.
Nur Uhbayati. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Samsul Nizar. 1993. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Pers.
Sutari Imam Barnadib. 1993. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis.
Yogyakarta: Andi Ofset.