SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
i
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA AKSEPTOR
KB IUD PADA Ny. X UMUR ….TAHUN P… A.. DENGAN
METRORAGIA
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas
Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
…………………………
B 130………….
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera
(Yuhedi, 2014).
Peranan penting bidan dalam keluarga berencana adalah untuk
meningkatkan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada
masyarakat. Sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan bidan, metode
KB yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana (kondom pantang
berkala, pemakaian spermisid, senggama terputus), metode kontrasepsi
efektif (MKE) hormonal seperti suntik, pil dan susuk serta IUD
(Intra Uteri Device), metode MKE kontap (Manuaba, 2010).
Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB
aktif di Indonesia Tahun 2013 adalah suntik 46,87%, pil 24,54%, IUD
11,41%, implant 9,75%, MOW 3,52%, kemudian kondom sebanyak 3,22%.
Metode Operasi Pria (MOP) yakni sebanyak 0,69% (DepKes RI, 2014).
Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
80,2%. Angka ini sudah mencapai target yang ditentukan yaitu 70%. Peserta
3
KB aktif pada tahun 2012 menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) seperti IUD 471.560 akseptor, MOP 57.385 akseptor, MOW 294.512
akseptor dan Implant 563.934 akseptor. Bukan metode MKJP atau metode
kontrasepsi jangka pendek seperti Suntik 3.060.828 akseptor, Pil 835.365
akseptor dan Kondom 119.992 akseptor. (DinKes Prov Jateng, 2012).
Jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Karanganyar tahun 2012
sebanyak 133.565. Peserta KB aktif tersebut menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD 17.876 akseptor, MOP 763
akseptor, MOW 14.311 akseptor dan Implant 10.296 akseptor. Bukan metode
MKJP atau metode kontrasepsi jangka pendek seperti Suntik 79.045 akseptor,
Pil 8.148 akseptor dan Kondom 3.126 akseptor. (DinKes Prov Jateng, 2012).
IUD merupakan kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian
rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya),
diletakkkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi
fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus (Hidayati, 2009).
Kerugian dari pemakaian IUD adalah masih terjadinya kehamilan yaitu
1 dalam 125-170 kehamilan (Hidayati, 2009). Efek samping lain IUD
adalah perdarahan, keputihan, eksplusi, nyeri, infeksi dan translokasi
(Suratun, 2013).
Keputihan pada akseptor KB IUD juga dapat disebabkan oleh beberapa
penyakit seperti infeksi panggul, infeksi jamur candida, infeksi jamur
trikomonas, infeksi liang vagina, infeksi liang vagina oleh gonore
(Sulistyawati, 2013).
4
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober
2015 di Klinik Pratama An-Nur Karanganyar jumlah akseptor KB aktif pada
Januari 2015 - Oktober 2015 sejumlah 234 akseptor. Dengan akseptor KB
suntik 1 bulan 9 orang, akseptor KB suntik 3 bulan 77 orang, akseptor KB
pil 18 orang, akseptor KB implant tidak ada dan akseptor KB IUD 45 orang.
Dari 45 akseptor KB IUD yang tidak ada keluhan 20 orang, akseptor dengan
keluhan leukorea 15 orang, akseptor dengan erosi portio 7 orang dan kasus
kegagalan KB IUD 3 orang.
Berdasarkan hal diatas dapat dilihat bahwa leukorea merupakan
keluhan dengan persentase terbesar yang dialami akseptor KB IUD serta
leukorea merupakan gejala dari berbagai penyakit yang memerlukan tindak
lanjut yang harus segera ditangani, maka penting dilakukan studi kasus
tentang “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Akseptor KB IUD
Dengan Leukorea Di Klinik Pratama An-Nur Karanganyar”.
B. Perumusan Masalah
”Bagaimana asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB IUD
dengan leukorea di Klinik Pratama An-Nur Karanganyar?”
5
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan keluarga
berencana pada akseptor KB IUD dengan leukorea secara
komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu
1) Melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif secara
lengkap yang berkaitan dengan akseptor KB IUD dengan
leukorea.
2) Menginterpretasikan data dasar, yang meliputi diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada akseptor KB IUD
dengan leukorea.
3) Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial untuk
konsultasi, kolaborasi dan merujuk pada akseptor KB IUD
dengan leukorea.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, pada
akseptor KB IUD dengan leukorea.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh
pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada
akseptor KB IUD dengan leukorea.
6
7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD dengan leukorea.
b. Mahasiswa mampu menemukan kesenjangan antara teori dengan
kasus nyata pada akseptor KB IUD dengan leukorea termasuk
faktor pendukung dan penghambat.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Mahasiswa mampu menambah pengetahuan dan ketrampilan
tentang cara merawat dan mengatasi masalah yang timbul pada
akseptor KB IUD dengan leukorea.
2. Bagi Profesi
Sebagai salah satu masukan bagi organisasi profesi dalam
upaya meningkatkan kinerja bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
3. Bagi Klinik
Dapat digunakan sebagai masukan bagi pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan berupa pemberian
informasi serta ketrrampilan yang tepat dan adekuat dalam asuhan
kebidanan, khususnya pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
7
4. Bagi Instutisi Pendidikan
Dapat menambah wawasan bagi pembaca di perpustakaan dan
informasi mengenai asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan
leukorea.
E. Keaslian Studi Kasus
1. Gita Mustika Sari (2012) “Asuhan Kebidanan Pada Ny A Umur 27
Tahun P2A0 Akseptor KB IUD Dengan Leukorea Di Puskesmas
Kalijambe Sragen”. Asuhan kebidanan diberikan selama 12 hari dengan
menjaga daerah kewanitaan dan melakukan vulva hygiene dan tidak
melakukan hubungan seksual serta memberikan terapi golongan
Flukanazol (Cancid 150 mg), antibiotik (Amoxilin 500 mg) 3x sehari,
Metronidazol 500 mg 3x sehari dan antiseptik betadine pada area portio.
Evaluasi dari asuhan kebidanan yang diberikan adalah leukorea sembuh.
2. Retno Setyowati (2012), “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. E
Akseptor KB IUD Tipe Copper T 380 A Dengan Erosi Portio Di BPS
Kiran Klaten”. Asuhan diberikan selama 6 hari dengan memberikan KIE
tentang efek samping dan komplikasi KB IUD, jelaskan pada ibu tentang
erosi portio, jaga kebersihan personal hygiene khususnya daerah
genetalia hindari hubungan seksual selama pengobatan, dan memberikan
terapi alborthyl konsentrasi 36% di dep kurang lebih 5 menit,
memberikan terapi obat asam mefenamat dan metronidazol 3x500 mg
selama 3 hari.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. KB (Keluarga Berencana)
a. Pengertian
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2015).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati,2013).
Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia,
dan sejahtera (Yuhedi, 2014).
9
b. Tujuan program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Anggraini
dan Martini, 2012).
Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 menurut
Anggraini dan Martini (2012) meliputi :
1) Keluarga dengan anak ideal
2) Keluarga sehat
3) Keluarga berpendidikan
4) Keluarga sejahtera
5) Keluarga berketahanan
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7) Perduduk tumbuh seimbang (PTS)
c. Sasaran program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 menurut
Anggraini dan Martini (2012) meliputi :
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan pendudukan menjadi
sekitar 1,14 persen per tahun
2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2
per tahun.
10
3) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/
cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional,
efektif, dan efesien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan program KB nasional
d. Ruang lingkup KB
Ruang lingkup KB menurut Anggraini dan Martini (2012) antara
lain:
1) Keluarga Berencana
2) Kesehatan Reproduksi Remaja
3) Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5) Keserasian kebijakan kependudukan
6) Pengelolaan SDM aparatur
11
7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan pemerintahan
8) Peningkatan pengawasan dan akunbilitas aparatur negara.
e. Strategi program KB
Strategi program KB terbagi menajadi 2 hal menurut Anggraini
dan Martini (2012) antara lain:
1) Strategi dasar
a) Meneguhkan kembali program di daerah
b) Menjamin kesinambungan program
2) Strategi operasional
a) Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB
nasional
b) Peningkatan kualitas dan prioritas program
c) Penggalangan dan pemantapan komitmen
d) Dukungan regulasi dan kebijakan
e) Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan.
f. Dampak program KB
Dampak program KB menurut Anggraini dan Martini (2012)
antara lain :
1) Penurunan angka kematian ibu dan anak
2) Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
3) Peningkatan kesejahteraan keluarga
4) Peningkatan derajat kesehatan
5) Peningkatan mutu dan layanan KB-KR
12
6) Peningkatan system pengelolahan dan kapasitas SDM
7) Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi menajemen dalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan
lancar.
2. Kontrasepsi
a. Pengertian
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan, dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen
(Prawirohardjo, 2006).
Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan
KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi.
b. Macam-macam Kontrasepsi
Macam-macam kontrasepsi menurut Hartanto (2015), antara lain:
1) Kontrasepsi Metode Sederhana
a) Tanpa alat
(1) KB alamiah, terdiri dari pantang berkala, metode kalender,
metode suhu badan basal, metode lendir serviks.
(2) Coitus interuptus atau senggama terputus.
b) Dengan Alat
(1) Mekanis (barrier), terdiri dari kondom pria, barier intra-
vaginal (diagfragma, kap serviks, spons, kondom wanita).
13
(2) Kimiawi, yang berupa spermisid (Vaginal cream, vaginal
foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet dan
vaginal soluble film).
2) Kontrasepsi Metode Modern
a) Kontrasepsi Hormonal
(1) Per-oral : pil oral kombinasi dan minipil.
(2) Suntikan atau injeksi KB, meliputi : depo provera setiap 3
bulan, norigest setiap 10 minggu dan cyclofem setiap bulan.
(3) Sub-kutis (implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK) yang meliputi implant dan norplant.
b) IUD (Intra Uteri Device )adalah Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim, yang meliputi : Copper T, Medusa, Seven Copper T.
3) Metode Kontrasepsi Mantap
(1) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi.
(2) Pada pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.
3. IUD (Intra Uteri Device)
a. Pengertian IUD
IUD merupakan alat kontrasepsi yang ditempatkan didalam
uterus. IUD dibuat dari plastik khusus yang diberi benang
pada ujungnya. Benang ini gunanya untuk pemeriksaan (kontrol)
(Yuhedi, 2014).
IUD merupakan kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi
14
kontrasepsinya), diletakkkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur
berimplantasi dalam uterus (Hidayati, 2009).
b. Jenis-jenis IUD
Ada beberapa jenis IUD yang beredar atau dipakai di Indonesia.
Secara umum, IUD terdiri atas 3 jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Inert, terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja antikarat
(the chiness ring)
2) Mengandung tembaga sepeti Cu T380A, CU T200C, Multiload
(Cu ML250 dan 375), Nova T Cu T380A berbentuk kerangka
plastik, kecil, fleksibel, menyerupai huruf T diselubungi oleh
kawat tembaga halus, sangat efektif, reversible, dan berjangka
panjang (dapat sampai dengan 10 tahun).
3) Mengandung hormon steroid, seperti progestasert (hormon
progesterone) dan levonol (levonorgestrel) (Hidayati, 2009).
c. Cara kerja IUD
Cara kerja IUD menurut Manuaba (2010) yaitu :
1) IUD merupakan benda asing dalam rahim sehingga
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit,
makrofag, dan limfosit.
2) IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan prostaglandin
yang mengahalangi kapasitasi spermatozoa.
15
3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokis dirusak oleh makrofag dan blastokis
tidak mampu melaksanakan nidasi.
4) Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cupper menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan
untuk melaksanakan konsepsi.
d. Efektifitas IUD
Menurut Hidayati (2009) angka kegagalan IUD berkisar
0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian
(terdapat kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
e. Keuntungan IUD
Menurut Manuaba (2010), keuntungan IUD yaitu :
1) Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia,
termasuk Indonesia dan menempati urutan ketiga dalam
pemakaian.
2) Pemasangan tidak memerlukan tindakan medis yang sulit.
3) Kontrol medis yang ringan.
4) Penyulit tidak terlalu berat.
5) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
f. Indikasi pemakaian IUD
Menurut Yuhedi (2014) indikasi pemakaian IUD antara lain :
1) Wanita usia reproduksi.
16
2) Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang
belum mempunyai anak.
3) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan
efektivitas tinggi.
4) Wanita pascakeguguran dan pascamelahirkan.
5) Wanita dengan risiko tentang IMS.
6) Wanita yang tidak suka mengingat kapan waktu minum pil KB.
7) Wanita yang gemuk maupun kurus.
8) Wanita hipertensi.
9) Penderita penyakit jantung, diabetes militus, dan penyakit hati
dan empedu.
g. Kontraindikasi IUD
1) Wanita yang hamil dan dicurigai hamil.
2) Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang belum jelas
penyebabnya.
3) Wanita yang sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis,
servisitis) dan wanita dengan kanker organ genital.
4) Wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal atau
tumor jinak uterus yang dapat mempengaruhi kavum uteri
(Yuhedi, 2014).
h. Cara pemasangan IUD
Cara pemasangan IUD menurut Hidayati (2009) adalah
1) Cuci tangan dan keringkan.
17
2) Atur posisi litotomi.
3) Pakai perlindungan diri (masker dan sarung tangan steril).
4) Pasang duk.
5) Jepit serviks dengan tenakulum.
6) Pasang IUD dengan menggunakan teknik menarik (withdrawl
technique)
a) Masukan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam kanalis
servikalis.
b) Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong untuk
memasukkan IUD.
c) Keluarkan pendorong dan dorong kembali tabung inserter
sampai terasa tahanan.
7) Gunting benang IUD ± 3-4 cm, keluarkan dari spekulum.
8) Rendam alat-alat dan lepas sarung (rendam dalam larutan klorin
0,5%), lepaskan masker.
9) Cuci tangan dan keringkan.
10) Anjurkan pada pasien untuk memeriksa benang IUD.
11) Buat catatan medic.
i. Efek samping IUD
Kerugian pemakaian IUD menurtut Manuaba (2010), antara lain :
1) Masih terjadinya kehamilan dengan IUD in situ.
2) Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia).
18
3) Dapat terjadi infeksi dimana tingkat terakhir infeksi
menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan
ektopik.
4) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
Menurut Suratun (2013) efek samping pemasangan IUD dengan
leukorea, yaitu :
1) Perdarahan
Keluarnya darah dari liang vagina, diluar haid dalam jumlah
kecil berupa bercak-bercak atau dalam jumlah berlebihan.
2) Keputihan
Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi
cairan rahim yang berlebihan. Tidak berbahaya apabila cairan
tersebut tidak berbau, tidak terasa gatal dan tidak terasa panas.
3) Eksplusi
Terasa adanya IUD dalam liang senggama yang menyebabkan
rasa tidak enak bagi wanita. Terjadi ekspulasi sebagian atau
seluruhnya. Biasanya terjadi pada waktu haid.
4) Nyeri
Nyeri pada waktu pemasangan IUD, saat haid dan saat
senggama.
19
5) Infeksi
Adanya rasa nyeri di daerah perut bagian bawah, bila disertai
demam, keputihan yang bebau busuk dan rasa nyeri pada waktu
bersenggama atau periksa dalam.
6) Translokasi
Pindahnya IUD dari tempat seharusnya.
4. Leukorea atau Keputihan
a. Pengertian
Leukorea (keputihan) semua pengeluaran cairan alat
genetalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri,
tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit
kandungan (Manuaba, 2012).
b. Jenis-jenis leukorea
Jenis-jenis leukorea ada 2 yaitu :
1) Leukorea Fisiologis
Menurut Prawirohardjo (2006), keputihan fisiologis atau alamiah
biasanya ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir yang umurnya kira-kira sampai 10 hari,
keputihan ini disebabkan karena pengaruh estrogen dari
plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Waktu sekitar ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks
uteri menjadi lebih encer.
20
c) Pada wanita dewasa dirangsang sebelum dan pada saat
koitus, keluarnya keputihan ini disebabkan karena
pengeluaran trandusi dari dinding vagina.
d) Waktu menarche karena pada saat ini mulai terdapat
pengaruh hormon estrogen.
e) Akseptor kontrasepsi IUD dan pil.
2) Leukorea Patologi
Penyebab terjadinya keputihan bermacam-macam, dapat
disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasit,
virus), adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan
hormonal akibat mati haid, kelainan didapat atau bawaan dari alat
kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin,
terutama dileher rahim.
c. Gambaran klinis keputihan
Gambaran klinis keputihan menurut Manuaba (2012), adalah sebagai
berikut :
1) Berbau, gatal.
2) Berbuih.
3) Encer atau gumpalan.
4) Keputihan bercampur darah.
5) Nyeri saat hubungan seksual.
21
d. Penanggulangan leukorea atau keputihan
Menurut Suratun (2013), penanggulangan pada akseptor kontrasepsi
IUD dengan leukorea adalah :
1) Berikan konseling sebelum pemasangan IUD.
2) Pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat diberikan ekstrak
beladona 10mg 2x1 tablet untuk mengurangi cairan tersebut.
3) Bila terdapat perubahan bau dan warna hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berpikir
yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data,
diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan dengan urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi
asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan ketrampilan dalam
tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien (Yulifah dan Surachmindari, 2013).
2. Manajemen Kebidanan dan langkah-langkah Asuhan Kebidanan
menurut Varney
22
Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, adalah
sebagai berikut :
a. Langkah I: Pengkajian
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap. Menurut Yulifah dan Surachmindari
(2014). Pengumpulan data ini meliputi :
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Informasi tersebut dapat ditentukan nama dengan informasi atau
komunikasi (Nursalam, 2009).
Data subjektif meliputi :
a) Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab
(suami, ayah, keluarga).
(1) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu
dengan yang lain agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
(2) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko,
apabila dibawah 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang dan jika lebih dari 35 tahun akseptor KB
mendekati menopause.
23
(3) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan
pasien untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
(4) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan
kebiasaan yang berhubungan dengan KB.
(5) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
(6) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonominya, karena
mempengaruhi dalam pemenuhan gizi pasien.
(7) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan
jika diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga
bidan mengetahui tempat tinggal pasien.
b) Keluhan utama
Mengetahui keluhan utama/ alasan datang ke
institusi pelayanan kesehatan dan kunjungan saat ini apakah
kunjungan pertama atau kunjungan ulang (Muslihatun dkk,
2009). Keluhan pada akseptor KB IUD dengan
leukorea adalah terdapat cairan putih yang berlebihan, tidak
terasa gatal dan tidak terasa panas (Suratun, 2013).
24
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur
klien saat perkawinan dan lama perkawinan
(Muslihatun dkk, 2009).
d) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus, lama menstruasi, dismenorea, perdarahan
pervaginam dan flour albus (Muslihatun dkk, 2009).
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk
mengetahui jumlah paritas dan abortus
(Muslihatun dkk, 2009).
f) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui metode yang dipakai, waktu,
tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhentinya,
keluhan/ alasan berhenti (Muslihatun dkk, 2009). Pada
kasus ini akseptor menggunakan KB IUD.
g) Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sistemik yang
sedang atau pernah diderita (penyakit jantung, hipertensi,
DM, TBC, ginjal, ASMA, epilepsi, hati, malaria, penyakit
kelamin, HIV/AIDS) riwayat penyakit sistemik keluarga,
riwayat penyakit ginekologi dan riwayat penyakit sekarang
(Muslihatun dkk, 2009).
25
h) Kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam
menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan
sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak.
(1) Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi
pada pasien dengan mengamati adalah penurunan berat
badan atau tidak pada pasien.
(2) Eliminasi
Untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK,
dan bagaimana keseimbangan antara intake dan output.
(3) Istirahat
Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang
dan malam. Pada kasus leukorea istirahat ibu terganggu
karena adanya rasa yang tidak nyaman.
(4) Aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari. Pada
kasus leukorea aktifitas akan terganggu karena kondisi
tubuh yang tidak nyaman atau keadaan penyakit yang
dialaminya.
(5) Personal hygiene
Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan perorangan sangat penting agar terhindar
26
dari penyakit kulit. Pada kasus ini personal hygiene
yang kurang tepat dapat menyebabkan keputihan atau
leukorea.
(6) Pola seksual
Untuk mengetahui berapa frekuensi yang
dilakukan ibu dan bagaimana posisi dalam hubungan
seksual. Pada kasus leukorea hubungan seksual
sebaiknya tidak dilakukan sampai leukorea sembuh
karena dapat menambah resiko infeksi.
(7) Keadaan psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu
sekarang, apakah ibu merasa takut atau cemas dengan
keadaan sekarang (Nursalam, 2009).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2009).
a) Status generalis
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik,
cukup atau kurang. Pada akseptor KB IUD dengan
leukorea keadan umum ibu baik.
27
(2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis
yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh. Delirium adalah gelisah, disorientasi,
memberontak, berteriak-teriak. Somnolen kesadaran
menurun respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila diransang .
Stupor yaitu keadaan seperti tertidur lelep, tetapi respon
terhadap nyeri. Koma yaitu tidak bisa dibangunkan
tidak ada respon trhadap rangsang apapun (Muslihatun
dkk, 2009).
b) Tanda-tanda vital meliputi :
(1) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.
(2) Denyut jantung
Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan
teratur. Denyut jantung normal pada orang dewasa
adalah 60-80 x/menit.
28
(3) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1
menit. Respirasi normal 40-60 x/menit.
(4) Temperatur
Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit
36,5°C.
c) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Nursalam (2009), pemeriksaan atropometri
meliputi:
(1) Berat badan : Untuk memantau berat badan naik
atau turun.
(2) Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan.
d) Pemeriksaan generalis
(1) Kepala dan leher
Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata
pucat, warna sklera), mulut (rahang pucat,
kebersihan, keadaan gigi, karies, karang, tonsil), leher
(pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe)
(Muslihatun dkk, 2009).
(2) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak,
apakah warna kulitnya, ekspresi wajahnya, dan
pembengkakan daerah wajah dan kelopak mata.
29
Dilanjutkan inspeksi konjungtiva untuk mengetahui ada
tidaknya kemerahan atau keadaan vaskularisasinya.
(3) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola
mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil.
(4) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk
mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran.
(5) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai
dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus.
Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip
dan kebersihannya.
(6) Mulut dan faring
Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi
pasien duduk. Pengkajian dimulai dengan mengamati
bibir, gudi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam,
lantai dasar mulut, dan palatum kemudian faring.
(7) Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid,
tumor dan pembesaran getah bening.
30
(8) Payudara
Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola,
keadaan puting susu, retraksi, adanya benjolan/massa
yang mencurigakan, pengeluaran cairan dan
pembesaran kelenjar limfe ( Muslihatun dkk, 2009).
(9) Abdomen
Meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka,
benjolan/masa tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan
(Muslihatun dkk, 2009).
e) Pemeriksaan vulva vagina
(1) Pemeriksaan vulva
Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya
pengeluaran pervaginam. Pada kasus leukorea
dilakukan pemeriksaan inspeksi vulva terlihat cairan
berupa lendir kental, jernih dan tidak berbau.
(2) Inspekulo
Untuk mengetahui keadaan servik (cairan/darah, luka,
peradangan atau tanda-tanda keganasan, keadaan
dinding vagina, posisi benang IUD (Muslihatun dkk,
2009). Pada IUD dengan leukorea adalah terdapat
cairan putih yang berlebihan (Suratun, 2013).
31
f) Pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium.
Pada kasus leukorea dilakukan pemeriksaan pap smear
(Muslihatun dkk, 2009).
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang sudah dikumpulkan diintrepretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
(Yulifah dan Surachmindari, 2014).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosis bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis
kebidanan (Yulifah dan Surachmindari, 2014).
Ny. X umur …..tahun P…A…akseptor KB IUD dengan
leukorea
Data dasar :
a) Dasar subjektif:
Keluhan pasien adalah :
(1) Ibu merasa tidak nyaman dengan keadaannya terdapat
cairan lendir yang kental, berwarna, gatal, dan berbau.
32
(2) Jumlah cairan banyak.
(3) Hubungan seksual terganggu karena gesekan dari luar.
(4) Cemas.
b) Data objektif :
(1) Keadaan Umum : Baik
(2) Kesadaran : Composmentis
(3) Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui keadaan
vagina dan servik : terlihat keputihan dengan lendir
kental dan jernih dalam jumlah yang banyak.
(4) Pengeluaran pervagina lendir kental jernih dan tidak
berbau.
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosis
(Yulifah dan Surachmindari, 2014). Masalah yang dialami pada
akseptor KB IUD dengan leukorea adalah ibu merasa tidak
nyaman.
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien
dan belum terindentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisis data (Yulifah dan
Surachmindari, 2014). Kebutuhan yang diperlukan oleh akseptor
KB IUD dengan leukorea adalah diberikan penerangan bila
33
keputihan yang terjadi sedikit tidak perlu dikhawatirkan, karena
hal tersebut adalah gejala biasa, serta diberikan penjelasan
bahwa keputihan bening tidak berbau tidak berbahaya, akan
berkurang setelah tiga bulan. Jika ada bau, keruh, atau
kekuningan harus diperiksakan kepada dokter.
(Sulistyawati, 2013).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang
sudah teridentifikasi. (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Masalah
potensial yang terjadi pada KB IUD dengan leukorea apabila tidak
segera mendapat penanganan segera akan menjadi infeksi jamur
candida, infeksi jamur trikomonas, infeksi liang vagina, infeksi liang
vagina oleh gonore (Sulistyawati, 2013).
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi klien (Yulifah dan
Surachmindari, 2014). Akseptor KB IUD dengan leukorea adalah
kolaborasi dengan dokter untuk USG.
e. Langkah V : Rencana tindakan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
34
yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut (Yulifah dan Surachmindari, 2014).
Perencanaan asuhan pada akseptor kontasepsi IUD dengan leukorea
menurut Suratun (2013) adalah:
1) Berikan konseling sebelum pemasangan AKDR.
2) Pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat diberikan ekstrak
beladona 10 mg 2x1 tablet untuk mengurangi cairan tersebut.
3) Bila terdapat perubahan bau dan warna hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan
aman. Pelaksanaan asuhan disesuaikan dengan rencana tindakan
(Yulifah dan Surachmindari, 2014). Pelaksanaan pada akseptor
kontasepsi IUD dengan leukorea menurut Suratun (2013) adalah:
1) Memberikan konseling pada ibu tentang AKDR.
2) Memberikan ekstrak beladona 10 mg 2x1 tablet untuk
mengurangi cairan tersebut.
3) Memberikan konseling pada ibu bila terdapat perubahan bau dan
warna hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
35
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Yulifah dan
Surachmindari, 2014). Evaluasi yang diharapkan setelah diberikan
asuhan kebidanan pada akseptor kontasepsi IUD dengan leukorea
adalah ibu mengetahui tentang penyebab leukorea dan ibu tidak lagi
mengalami leukorea.
36
C. Landasan Hukum
Dalam kasus Akseptor KB IUD dengan leukorea bidan memiliki
kemandirian untuk melakukan asuhan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan. Terutama Pasal 9 berisi tentang : Bidan
dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu;
2. Pelayanan kesehatan anak; dan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Juga dalam pasal 12 menyebutkan bahwa bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk :
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan bentuk laporan studi kasus dengan
menggunakan metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Observasional adalah suatu prosedur yang berencana yang antara lain
meliputi melihat, mendengar dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas
tertentu atau situasi tertentu yang ada hubunganan dengan masalah yang
diteliti. Deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan
secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini menggunakan asuhan
kebidanan dengan manajemen Varney yang terdiri dari 7 langkah. Studi kasus
adalah meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan
(Notoadmodjo, 2012). Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan
pengambilan kasus ini adalah di Klinik Pratama An-Nur Karanganyar.
38
C. Subjek Studi Kasus
Subjek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan
pengambilan kasus. (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan dalam
studi kasus ini adalah Ny X P…. A… umur ….tahun akseptor KB IUD
dengan leukorea.
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis
untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012).
Pada kasus ini akan dilaksanakan pada bulan November 2015- Juli 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang
variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format dokumentasi
asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB dengan metode 7 langkah Varney.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2010).
Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :
39
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013).
Data primer dalam penelitian ini meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2009), pemeriksaan fisik digunakan untuk
mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematik dengan menggunakan indra penglihatan,
pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan
data (Nursalam, 2009). Pemeriksaan inspeksi pada akseptor KB
IUD ini dilakukan inspeksi vulva apakah ada kemerahan,
oedema labia atau apakah ada keputihan.
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik yang dilakukan dengan
menggunakan peranan telapak atau punggung tangan
pemeriksaan untuk mengetahui ukuran, tekstur dan mobilitas
massa, kualitas palpasi, kondisi tulang dan sendi, temperatur
kulit dan kelembaban, akumulasi cairan dan oedema serta
vibrasi dinding dada (Nursalam, 2009). Pada kasus ini palpasi
yang dilakukan meliputi nadi dan perut bagian bawah.
40
3) Perkusi
Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan jalan
mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap daerah
permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi
bertujuan untuk mengindentifikasi lokasi, ukuran dan
konsistensi jaringan (Nursalam, 2009). Pada akseptor KB IUD
dengan leukorea dilakukan pemeriksaan reflek patella yang
berfungsi untuk mengetahui kesensitifan apakah hiperrefleksi
atau tidak.
4) Auskultasi
Pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop
(Nursalam, 2009). Pada ibu akseptor KB IUD dengan leukorea
dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk mengetahui
denyut jantung dan tekanan darah melalui denyut nadi.
b. Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu
metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana
peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face to face). Dalam kasus ini wawancara
dilakukan pada akseptor KB IUD dengan leukorea menggunakan
cara tanya jawab dengan format asuhan kebidanan.
41
c. Observasi
Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu
prosedur yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat
sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah
yang diteliti. Untuk memperoleh data obyektif, penulis melakukan
pengamatan langsung pada kasus akseptor KB IUD dengan leukorea.
Untuk observasi dapat berupa pemeriksaan umum meliputi
pemeriksaan bimanual inspekulo, palpasi, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil
maupun non komersial (Riwidikdo, 2006). Data sekunder diperoleh
dengan cara :
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disiapkan
karena adanya permintaan seorang penyidik. Pada laporan kasus ini
penulis mendokumentasikan setiap tahapan asuhan kebidanan pada
ibu nifas dengan sistem SOAP (Nursalam, 2009). Pengambilan studi
kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang
ada di Klinik An Nur berupa nomor registrasi pasien, riwayat
kesehatan, kartu KB.
42
b. Studi kepustakaan
Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang
latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi
kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang KB IUD dengan
leukorea tahun 2005 - 2015.
G. Alat yang Digunakan
Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain:
1. Alat dan bahan untuk wawancara:
a. Format pengkajian pada KB.
b. Alat tulis (buku dan bolpoint).
c. Kartu KB.
2. Alat dan bahan untuk observasi
a. Tensi
b. Stetoskop
c. Thermometer
d. Timbangan berat badan
e. Hammer
f. Kom berisi betadine
g. Speculum
h. Kasa steril
i. Lampu sorot
j. Handscoon
43
k. Bengkok
l. Tenakulum
H. Jadwal Penelitian
Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan mulai penyusunan
proposal penelitian, sampai penulisan laporan penelitian, serta waktu
berlangsungnya setiap kegiatan tersebut.

More Related Content

What's hot

Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Operator Warnet Vast Raha
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaChiyapuri
 
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara SehatMateri imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara SehatYusneri Ahs
 
LP SALIN .docx
LP SALIN .docxLP SALIN .docx
LP SALIN .docxDNPrf
 
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalPelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalSelfiNice
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kbIntanTan1
 
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Septian Muna Barakati
 
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011sapakademik
 
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...Salisa Setiawati
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitapjj_kemenkes
 
Pasangan Usia Subur (PUS) Dan Wanita Usia Subur (WUS)
Pasangan Usia Subur (PUS)  Dan  Wanita Usia Subur (WUS)Pasangan Usia Subur (PUS)  Dan  Wanita Usia Subur (WUS)
Pasangan Usia Subur (PUS) Dan Wanita Usia Subur (WUS)Afdan Rojabi
 
Materi dasar. kebijakan kia
Materi dasar. kebijakan kia Materi dasar. kebijakan kia
Materi dasar. kebijakan kia Desty Amelia
 
Proposal kegiatan vaksinasi gabungan
Proposal kegiatan vaksinasi gabunganProposal kegiatan vaksinasi gabungan
Proposal kegiatan vaksinasi gabunganMariah Ulfah
 

What's hot (18)

Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
 
Anc2
Anc2Anc2
Anc2
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksia
 
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara SehatMateri imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
LP SALIN .docx
LP SALIN .docxLP SALIN .docx
LP SALIN .docx
 
Askeb asfiksia
Askeb asfiksiaAskeb asfiksia
Askeb asfiksia
 
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalPelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kb
 
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
 
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
 
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
 
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSIASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
 
Pasangan Usia Subur (PUS) Dan Wanita Usia Subur (WUS)
Pasangan Usia Subur (PUS)  Dan  Wanita Usia Subur (WUS)Pasangan Usia Subur (PUS)  Dan  Wanita Usia Subur (WUS)
Pasangan Usia Subur (PUS) Dan Wanita Usia Subur (WUS)
 
Materi dasar. kebijakan kia
Materi dasar. kebijakan kia Materi dasar. kebijakan kia
Materi dasar. kebijakan kia
 
Buku Ajar Imunisasi
Buku Ajar ImunisasiBuku Ajar Imunisasi
Buku Ajar Imunisasi
 
Proposal kegiatan vaksinasi gabungan
Proposal kegiatan vaksinasi gabunganProposal kegiatan vaksinasi gabungan
Proposal kegiatan vaksinasi gabungan
 

Similar to Bab 1 3

PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...DindaAyuPangestu
 
ASKEB KB IUD
ASKEB KB IUDASKEB KB IUD
ASKEB KB IUDmeiria5
 
7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docxholipah2
 
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsiModul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsiRafika Nur Handayani
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...Warnet Raha
 
RPS KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
RPS  KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdfRPS  KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
RPS KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdfbidansiantarnim22
 
Contoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubContoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubbarondna09
 
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akbDr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akbOlga Divo
 

Similar to Bab 1 3 (20)

Elvipson tesis
Elvipson tesis Elvipson tesis
Elvipson tesis
 
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
 
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
ASKEB KB IUD
ASKEB KB IUDASKEB KB IUD
ASKEB KB IUD
 
7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx
 
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsiModul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
 
Bab i kti
Bab i ktiBab i kti
Bab i kti
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
RPS KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
RPS  KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdfRPS  KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
RPS KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
 
Contoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubContoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hub
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
Chapter ii 3
Chapter ii 3Chapter ii 3
Chapter ii 3
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akbDr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
INC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.docINC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.doc
 
Tugas promkes
Tugas promkesTugas promkes
Tugas promkes
 
Bersalin
BersalinBersalin
Bersalin
 

Recently uploaded

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 

Recently uploaded (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

Bab 1 3

  • 1. i ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA AKSEPTOR KB IUD PADA Ny. X UMUR ….TAHUN P… A.. DENGAN METRORAGIA PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : ………………………… B 130…………. PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi, 2014). Peranan penting bidan dalam keluarga berencana adalah untuk meningkatkan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana (kondom pantang berkala, pemakaian spermisid, senggama terputus), metode kontrasepsi efektif (MKE) hormonal seperti suntik, pil dan susuk serta IUD (Intra Uteri Device), metode MKE kontap (Manuaba, 2010). Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif di Indonesia Tahun 2013 adalah suntik 46,87%, pil 24,54%, IUD 11,41%, implant 9,75%, MOW 3,52%, kemudian kondom sebanyak 3,22%. Metode Operasi Pria (MOP) yakni sebanyak 0,69% (DepKes RI, 2014). Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 80,2%. Angka ini sudah mencapai target yang ditentukan yaitu 70%. Peserta
  • 3. 3 KB aktif pada tahun 2012 menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD 471.560 akseptor, MOP 57.385 akseptor, MOW 294.512 akseptor dan Implant 563.934 akseptor. Bukan metode MKJP atau metode kontrasepsi jangka pendek seperti Suntik 3.060.828 akseptor, Pil 835.365 akseptor dan Kondom 119.992 akseptor. (DinKes Prov Jateng, 2012). Jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Karanganyar tahun 2012 sebanyak 133.565. Peserta KB aktif tersebut menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD 17.876 akseptor, MOP 763 akseptor, MOW 14.311 akseptor dan Implant 10.296 akseptor. Bukan metode MKJP atau metode kontrasepsi jangka pendek seperti Suntik 79.045 akseptor, Pil 8.148 akseptor dan Kondom 3.126 akseptor. (DinKes Prov Jateng, 2012). IUD merupakan kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus (Hidayati, 2009). Kerugian dari pemakaian IUD adalah masih terjadinya kehamilan yaitu 1 dalam 125-170 kehamilan (Hidayati, 2009). Efek samping lain IUD adalah perdarahan, keputihan, eksplusi, nyeri, infeksi dan translokasi (Suratun, 2013). Keputihan pada akseptor KB IUD juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti infeksi panggul, infeksi jamur candida, infeksi jamur trikomonas, infeksi liang vagina, infeksi liang vagina oleh gonore (Sulistyawati, 2013).
  • 4. 4 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober 2015 di Klinik Pratama An-Nur Karanganyar jumlah akseptor KB aktif pada Januari 2015 - Oktober 2015 sejumlah 234 akseptor. Dengan akseptor KB suntik 1 bulan 9 orang, akseptor KB suntik 3 bulan 77 orang, akseptor KB pil 18 orang, akseptor KB implant tidak ada dan akseptor KB IUD 45 orang. Dari 45 akseptor KB IUD yang tidak ada keluhan 20 orang, akseptor dengan keluhan leukorea 15 orang, akseptor dengan erosi portio 7 orang dan kasus kegagalan KB IUD 3 orang. Berdasarkan hal diatas dapat dilihat bahwa leukorea merupakan keluhan dengan persentase terbesar yang dialami akseptor KB IUD serta leukorea merupakan gejala dari berbagai penyakit yang memerlukan tindak lanjut yang harus segera ditangani, maka penting dilakukan studi kasus tentang “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Akseptor KB IUD Dengan Leukorea Di Klinik Pratama An-Nur Karanganyar”. B. Perumusan Masalah ”Bagaimana asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB IUD dengan leukorea di Klinik Pratama An-Nur Karanganyar?”
  • 5. 5 C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB IUD dengan leukorea secara komprehensif. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu 1) Melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif secara lengkap yang berkaitan dengan akseptor KB IUD dengan leukorea. 2) Menginterpretasikan data dasar, yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada akseptor KB IUD dengan leukorea. 3) Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial untuk konsultasi, kolaborasi dan merujuk pada akseptor KB IUD dengan leukorea. 4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, pada akseptor KB IUD dengan leukorea. 5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada akseptor KB IUD dengan leukorea. 6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
  • 6. 6 7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea. b. Mahasiswa mampu menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus nyata pada akseptor KB IUD dengan leukorea termasuk faktor pendukung dan penghambat. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Penulis Mahasiswa mampu menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang cara merawat dan mengatasi masalah yang timbul pada akseptor KB IUD dengan leukorea. 2. Bagi Profesi Sebagai salah satu masukan bagi organisasi profesi dalam upaya meningkatkan kinerja bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea. 3. Bagi Klinik Dapat digunakan sebagai masukan bagi pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan berupa pemberian informasi serta ketrrampilan yang tepat dan adekuat dalam asuhan kebidanan, khususnya pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
  • 7. 7 4. Bagi Instutisi Pendidikan Dapat menambah wawasan bagi pembaca di perpustakaan dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea. E. Keaslian Studi Kasus 1. Gita Mustika Sari (2012) “Asuhan Kebidanan Pada Ny A Umur 27 Tahun P2A0 Akseptor KB IUD Dengan Leukorea Di Puskesmas Kalijambe Sragen”. Asuhan kebidanan diberikan selama 12 hari dengan menjaga daerah kewanitaan dan melakukan vulva hygiene dan tidak melakukan hubungan seksual serta memberikan terapi golongan Flukanazol (Cancid 150 mg), antibiotik (Amoxilin 500 mg) 3x sehari, Metronidazol 500 mg 3x sehari dan antiseptik betadine pada area portio. Evaluasi dari asuhan kebidanan yang diberikan adalah leukorea sembuh. 2. Retno Setyowati (2012), “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. E Akseptor KB IUD Tipe Copper T 380 A Dengan Erosi Portio Di BPS Kiran Klaten”. Asuhan diberikan selama 6 hari dengan memberikan KIE tentang efek samping dan komplikasi KB IUD, jelaskan pada ibu tentang erosi portio, jaga kebersihan personal hygiene khususnya daerah genetalia hindari hubungan seksual selama pengobatan, dan memberikan terapi alborthyl konsentrasi 36% di dep kurang lebih 5 menit, memberikan terapi obat asam mefenamat dan metronidazol 3x500 mg selama 3 hari.
  • 8. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. KB (Keluarga Berencana) a. Pengertian Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2015). Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati,2013). Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi, 2014).
  • 9. 9 b. Tujuan program KB Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Anggraini dan Martini, 2012). Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 menurut Anggraini dan Martini (2012) meliputi : 1) Keluarga dengan anak ideal 2) Keluarga sehat 3) Keluarga berpendidikan 4) Keluarga sejahtera 5) Keluarga berketahanan 6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya 7) Perduduk tumbuh seimbang (PTS) c. Sasaran program KB Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 menurut Anggraini dan Martini (2012) meliputi : 1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan pendudukan menjadi sekitar 1,14 persen per tahun 2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per tahun.
  • 10. 10 3) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/ cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen. 4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen. 5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, dan efesien. 6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun. 7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. 8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif 9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan program KB nasional d. Ruang lingkup KB Ruang lingkup KB menurut Anggraini dan Martini (2012) antara lain: 1) Keluarga Berencana 2) Kesehatan Reproduksi Remaja 3) Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga 4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas 5) Keserasian kebijakan kependudukan 6) Pengelolaan SDM aparatur
  • 11. 11 7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan pemerintahan 8) Peningkatan pengawasan dan akunbilitas aparatur negara. e. Strategi program KB Strategi program KB terbagi menajadi 2 hal menurut Anggraini dan Martini (2012) antara lain: 1) Strategi dasar a) Meneguhkan kembali program di daerah b) Menjamin kesinambungan program 2) Strategi operasional a) Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional b) Peningkatan kualitas dan prioritas program c) Penggalangan dan pemantapan komitmen d) Dukungan regulasi dan kebijakan e) Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan. f. Dampak program KB Dampak program KB menurut Anggraini dan Martini (2012) antara lain : 1) Penurunan angka kematian ibu dan anak 2) Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi 3) Peningkatan kesejahteraan keluarga 4) Peningkatan derajat kesehatan 5) Peningkatan mutu dan layanan KB-KR
  • 12. 12 6) Peningkatan system pengelolahan dan kapasitas SDM 7) Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi menajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar. 2. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2006). Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. b. Macam-macam Kontrasepsi Macam-macam kontrasepsi menurut Hartanto (2015), antara lain: 1) Kontrasepsi Metode Sederhana a) Tanpa alat (1) KB alamiah, terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks. (2) Coitus interuptus atau senggama terputus. b) Dengan Alat (1) Mekanis (barrier), terdiri dari kondom pria, barier intra- vaginal (diagfragma, kap serviks, spons, kondom wanita).
  • 13. 13 (2) Kimiawi, yang berupa spermisid (Vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet dan vaginal soluble film). 2) Kontrasepsi Metode Modern a) Kontrasepsi Hormonal (1) Per-oral : pil oral kombinasi dan minipil. (2) Suntikan atau injeksi KB, meliputi : depo provera setiap 3 bulan, norigest setiap 10 minggu dan cyclofem setiap bulan. (3) Sub-kutis (implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) yang meliputi implant dan norplant. b) IUD (Intra Uteri Device )adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, yang meliputi : Copper T, Medusa, Seven Copper T. 3) Metode Kontrasepsi Mantap (1) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi. (2) Pada pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi. 3. IUD (Intra Uteri Device) a. Pengertian IUD IUD merupakan alat kontrasepsi yang ditempatkan didalam uterus. IUD dibuat dari plastik khusus yang diberi benang pada ujungnya. Benang ini gunanya untuk pemeriksaan (kontrol) (Yuhedi, 2014). IUD merupakan kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi
  • 14. 14 kontrasepsinya), diletakkkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus (Hidayati, 2009). b. Jenis-jenis IUD Ada beberapa jenis IUD yang beredar atau dipakai di Indonesia. Secara umum, IUD terdiri atas 3 jenis, yaitu sebagai berikut : 1) Inert, terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja antikarat (the chiness ring) 2) Mengandung tembaga sepeti Cu T380A, CU T200C, Multiload (Cu ML250 dan 375), Nova T Cu T380A berbentuk kerangka plastik, kecil, fleksibel, menyerupai huruf T diselubungi oleh kawat tembaga halus, sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai dengan 10 tahun). 3) Mengandung hormon steroid, seperti progestasert (hormon progesterone) dan levonol (levonorgestrel) (Hidayati, 2009). c. Cara kerja IUD Cara kerja IUD menurut Manuaba (2010) yaitu : 1) IUD merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit. 2) IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan prostaglandin yang mengahalangi kapasitasi spermatozoa.
  • 15. 15 3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis dirusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi. 4) Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi. d. Efektifitas IUD Menurut Hidayati (2009) angka kegagalan IUD berkisar 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian (terdapat kegagalan dalam 125-170 kehamilan). e. Keuntungan IUD Menurut Manuaba (2010), keuntungan IUD yaitu : 1) Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia, termasuk Indonesia dan menempati urutan ketiga dalam pemakaian. 2) Pemasangan tidak memerlukan tindakan medis yang sulit. 3) Kontrol medis yang ringan. 4) Penyulit tidak terlalu berat. 5) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik. f. Indikasi pemakaian IUD Menurut Yuhedi (2014) indikasi pemakaian IUD antara lain : 1) Wanita usia reproduksi.
  • 16. 16 2) Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang belum mempunyai anak. 3) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan efektivitas tinggi. 4) Wanita pascakeguguran dan pascamelahirkan. 5) Wanita dengan risiko tentang IMS. 6) Wanita yang tidak suka mengingat kapan waktu minum pil KB. 7) Wanita yang gemuk maupun kurus. 8) Wanita hipertensi. 9) Penderita penyakit jantung, diabetes militus, dan penyakit hati dan empedu. g. Kontraindikasi IUD 1) Wanita yang hamil dan dicurigai hamil. 2) Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang belum jelas penyebabnya. 3) Wanita yang sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis) dan wanita dengan kanker organ genital. 4) Wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak uterus yang dapat mempengaruhi kavum uteri (Yuhedi, 2014). h. Cara pemasangan IUD Cara pemasangan IUD menurut Hidayati (2009) adalah 1) Cuci tangan dan keringkan.
  • 17. 17 2) Atur posisi litotomi. 3) Pakai perlindungan diri (masker dan sarung tangan steril). 4) Pasang duk. 5) Jepit serviks dengan tenakulum. 6) Pasang IUD dengan menggunakan teknik menarik (withdrawl technique) a) Masukan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam kanalis servikalis. b) Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong untuk memasukkan IUD. c) Keluarkan pendorong dan dorong kembali tabung inserter sampai terasa tahanan. 7) Gunting benang IUD ± 3-4 cm, keluarkan dari spekulum. 8) Rendam alat-alat dan lepas sarung (rendam dalam larutan klorin 0,5%), lepaskan masker. 9) Cuci tangan dan keringkan. 10) Anjurkan pada pasien untuk memeriksa benang IUD. 11) Buat catatan medic. i. Efek samping IUD Kerugian pemakaian IUD menurtut Manuaba (2010), antara lain : 1) Masih terjadinya kehamilan dengan IUD in situ. 2) Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia).
  • 18. 18 3) Dapat terjadi infeksi dimana tingkat terakhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik. 4) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual. Menurut Suratun (2013) efek samping pemasangan IUD dengan leukorea, yaitu : 1) Perdarahan Keluarnya darah dari liang vagina, diluar haid dalam jumlah kecil berupa bercak-bercak atau dalam jumlah berlebihan. 2) Keputihan Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi cairan rahim yang berlebihan. Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak terasa gatal dan tidak terasa panas. 3) Eksplusi Terasa adanya IUD dalam liang senggama yang menyebabkan rasa tidak enak bagi wanita. Terjadi ekspulasi sebagian atau seluruhnya. Biasanya terjadi pada waktu haid. 4) Nyeri Nyeri pada waktu pemasangan IUD, saat haid dan saat senggama.
  • 19. 19 5) Infeksi Adanya rasa nyeri di daerah perut bagian bawah, bila disertai demam, keputihan yang bebau busuk dan rasa nyeri pada waktu bersenggama atau periksa dalam. 6) Translokasi Pindahnya IUD dari tempat seharusnya. 4. Leukorea atau Keputihan a. Pengertian Leukorea (keputihan) semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Manuaba, 2012). b. Jenis-jenis leukorea Jenis-jenis leukorea ada 2 yaitu : 1) Leukorea Fisiologis Menurut Prawirohardjo (2006), keputihan fisiologis atau alamiah biasanya ditemukan pada : a) Bayi baru lahir yang umurnya kira-kira sampai 10 hari, keputihan ini disebabkan karena pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. b) Waktu sekitar ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
  • 20. 20 c) Pada wanita dewasa dirangsang sebelum dan pada saat koitus, keluarnya keputihan ini disebabkan karena pengeluaran trandusi dari dinding vagina. d) Waktu menarche karena pada saat ini mulai terdapat pengaruh hormon estrogen. e) Akseptor kontrasepsi IUD dan pil. 2) Leukorea Patologi Penyebab terjadinya keputihan bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasit, virus), adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, kelainan didapat atau bawaan dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin, terutama dileher rahim. c. Gambaran klinis keputihan Gambaran klinis keputihan menurut Manuaba (2012), adalah sebagai berikut : 1) Berbau, gatal. 2) Berbuih. 3) Encer atau gumpalan. 4) Keputihan bercampur darah. 5) Nyeri saat hubungan seksual.
  • 21. 21 d. Penanggulangan leukorea atau keputihan Menurut Suratun (2013), penanggulangan pada akseptor kontrasepsi IUD dengan leukorea adalah : 1) Berikan konseling sebelum pemasangan IUD. 2) Pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat diberikan ekstrak beladona 10mg 2x1 tablet untuk mengurangi cairan tersebut. 3) Bila terdapat perubahan bau dan warna hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi. B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berpikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan ketrampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Yulifah dan Surachmindari, 2013). 2. Manajemen Kebidanan dan langkah-langkah Asuhan Kebidanan menurut Varney
  • 22. 22 Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, adalah sebagai berikut : a. Langkah I: Pengkajian Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Menurut Yulifah dan Surachmindari (2014). Pengumpulan data ini meliputi : 1) Data Subjektif Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut dapat ditentukan nama dengan informasi atau komunikasi (Nursalam, 2009). Data subjektif meliputi : a) Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah, keluarga). (1) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang lain agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (2) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko, apabila dibawah 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang dan jika lebih dari 35 tahun akseptor KB mendekati menopause.
  • 23. 23 (3) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (4) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang berhubungan dengan KB. (5) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (6) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena mempengaruhi dalam pemenuhan gizi pasien. (7) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien. b) Keluhan utama Mengetahui keluhan utama/ alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang (Muslihatun dkk, 2009). Keluhan pada akseptor KB IUD dengan leukorea adalah terdapat cairan putih yang berlebihan, tidak terasa gatal dan tidak terasa panas (Suratun, 2013).
  • 24. 24 c) Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat perkawinan dan lama perkawinan (Muslihatun dkk, 2009). d) Riwayat Menstruasi Meliputi siklus, lama menstruasi, dismenorea, perdarahan pervaginam dan flour albus (Muslihatun dkk, 2009). e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui jumlah paritas dan abortus (Muslihatun dkk, 2009). f) Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhentinya, keluhan/ alasan berhenti (Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus ini akseptor menggunakan KB IUD. g) Riwayat kesehatan Untuk mengetahui riwayat penyakit sistemik yang sedang atau pernah diderita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, ASMA, epilepsi, hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS) riwayat penyakit sistemik keluarga, riwayat penyakit ginekologi dan riwayat penyakit sekarang (Muslihatun dkk, 2009).
  • 25. 25 h) Kebiasaan sehari-hari Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak. (1) Nutrisi Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adalah penurunan berat badan atau tidak pada pasien. (2) Eliminasi Untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK, dan bagaimana keseimbangan antara intake dan output. (3) Istirahat Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam. Pada kasus leukorea istirahat ibu terganggu karena adanya rasa yang tidak nyaman. (4) Aktifitas Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari. Pada kasus leukorea aktifitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang tidak nyaman atau keadaan penyakit yang dialaminya. (5) Personal hygiene Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien. Kebersihan perorangan sangat penting agar terhindar
  • 26. 26 dari penyakit kulit. Pada kasus ini personal hygiene yang kurang tepat dapat menyebabkan keputihan atau leukorea. (6) Pola seksual Untuk mengetahui berapa frekuensi yang dilakukan ibu dan bagaimana posisi dalam hubungan seksual. Pada kasus leukorea hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sampai leukorea sembuh karena dapat menambah resiko infeksi. (7) Keadaan psikologis Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu merasa takut atau cemas dengan keadaan sekarang (Nursalam, 2009). 2) Data Objektif Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009). a) Status generalis (1) Keadaan umum Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang. Pada akseptor KB IUD dengan leukorea keadan umum ibu baik.
  • 27. 27 (2) Kesadaran Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium adalah gelisah, disorientasi, memberontak, berteriak-teriak. Somnolen kesadaran menurun respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila diransang . Stupor yaitu keadaan seperti tertidur lelep, tetapi respon terhadap nyeri. Koma yaitu tidak bisa dibangunkan tidak ada respon trhadap rangsang apapun (Muslihatun dkk, 2009). b) Tanda-tanda vital meliputi : (1) Tekanan darah Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. (2) Denyut jantung Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan teratur. Denyut jantung normal pada orang dewasa adalah 60-80 x/menit.
  • 28. 28 (3) Pernafasan Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi normal 40-60 x/menit. (4) Temperatur Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit 36,5°C. c) Pemeriksaan Antropometri Menurut Nursalam (2009), pemeriksaan atropometri meliputi: (1) Berat badan : Untuk memantau berat badan naik atau turun. (2) Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan. d) Pemeriksaan generalis (1) Kepala dan leher Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna sklera), mulut (rahang pucat, kebersihan, keadaan gigi, karies, karang, tonsil), leher (pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe) (Muslihatun dkk, 2009). (2) Muka Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah warna kulitnya, ekspresi wajahnya, dan pembengkakan daerah wajah dan kelopak mata.
  • 29. 29 Dilanjutkan inspeksi konjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan atau keadaan vaskularisasinya. (3) Mata Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil. (4) Telinga Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran. (5) Hidung Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya. (6) Mulut dan faring Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien duduk. Pengkajian dimulai dengan mengamati bibir, gudi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan palatum kemudian faring. (7) Leher Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening.
  • 30. 30 (8) Payudara Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan puting susu, retraksi, adanya benjolan/massa yang mencurigakan, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe ( Muslihatun dkk, 2009). (9) Abdomen Meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan/masa tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan (Muslihatun dkk, 2009). e) Pemeriksaan vulva vagina (1) Pemeriksaan vulva Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya pengeluaran pervaginam. Pada kasus leukorea dilakukan pemeriksaan inspeksi vulva terlihat cairan berupa lendir kental, jernih dan tidak berbau. (2) Inspekulo Untuk mengetahui keadaan servik (cairan/darah, luka, peradangan atau tanda-tanda keganasan, keadaan dinding vagina, posisi benang IUD (Muslihatun dkk, 2009). Pada IUD dengan leukorea adalah terdapat cairan putih yang berlebihan (Suratun, 2013).
  • 31. 31 f) Pemeriksaan penunjang dan laboratorium Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium. Pada kasus leukorea dilakukan pemeriksaan pap smear (Muslihatun dkk, 2009). b. Langkah II : Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diintrepretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. (Yulifah dan Surachmindari, 2014). 1) Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosis bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Ny. X umur …..tahun P…A…akseptor KB IUD dengan leukorea Data dasar : a) Dasar subjektif: Keluhan pasien adalah : (1) Ibu merasa tidak nyaman dengan keadaannya terdapat cairan lendir yang kental, berwarna, gatal, dan berbau.
  • 32. 32 (2) Jumlah cairan banyak. (3) Hubungan seksual terganggu karena gesekan dari luar. (4) Cemas. b) Data objektif : (1) Keadaan Umum : Baik (2) Kesadaran : Composmentis (3) Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui keadaan vagina dan servik : terlihat keputihan dengan lendir kental dan jernih dalam jumlah yang banyak. (4) Pengeluaran pervagina lendir kental jernih dan tidak berbau. 2) Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosis (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Masalah yang dialami pada akseptor KB IUD dengan leukorea adalah ibu merasa tidak nyaman. 3) Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum terindentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Kebutuhan yang diperlukan oleh akseptor KB IUD dengan leukorea adalah diberikan penerangan bila
  • 33. 33 keputihan yang terjadi sedikit tidak perlu dikhawatirkan, karena hal tersebut adalah gejala biasa, serta diberikan penjelasan bahwa keputihan bening tidak berbau tidak berbahaya, akan berkurang setelah tiga bulan. Jika ada bau, keruh, atau kekuningan harus diperiksakan kepada dokter. (Sulistyawati, 2013). c. Langkah III : Diagnosa Potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah teridentifikasi. (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Masalah potensial yang terjadi pada KB IUD dengan leukorea apabila tidak segera mendapat penanganan segera akan menjadi infeksi jamur candida, infeksi jamur trikomonas, infeksi liang vagina, infeksi liang vagina oleh gonore (Sulistyawati, 2013). d. Langkah IV : Antisipasi Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Akseptor KB IUD dengan leukorea adalah kolaborasi dengan dokter untuk USG. e. Langkah V : Rencana tindakan Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
  • 34. 34 yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Perencanaan asuhan pada akseptor kontasepsi IUD dengan leukorea menurut Suratun (2013) adalah: 1) Berikan konseling sebelum pemasangan AKDR. 2) Pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat diberikan ekstrak beladona 10 mg 2x1 tablet untuk mengurangi cairan tersebut. 3) Bila terdapat perubahan bau dan warna hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi. f. Langkah VI : Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan disesuaikan dengan rencana tindakan (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Pelaksanaan pada akseptor kontasepsi IUD dengan leukorea menurut Suratun (2013) adalah: 1) Memberikan konseling pada ibu tentang AKDR. 2) Memberikan ekstrak beladona 10 mg 2x1 tablet untuk mengurangi cairan tersebut. 3) Memberikan konseling pada ibu bila terdapat perubahan bau dan warna hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi. g. Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
  • 35. 35 diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Yulifah dan Surachmindari, 2014). Evaluasi yang diharapkan setelah diberikan asuhan kebidanan pada akseptor kontasepsi IUD dengan leukorea adalah ibu mengetahui tentang penyebab leukorea dan ibu tidak lagi mengalami leukorea.
  • 36. 36 C. Landasan Hukum Dalam kasus Akseptor KB IUD dengan leukorea bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Terutama Pasal 9 berisi tentang : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : 1. Pelayanan kesehatan ibu; 2. Pelayanan kesehatan anak; dan 3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Juga dalam pasal 12 menyebutkan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk : 1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
  • 37. 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini merupakan bentuk laporan studi kasus dengan menggunakan metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Observasional adalah suatu prosedur yang berencana yang antara lain meliputi melihat, mendengar dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubunganan dengan masalah yang diteliti. Deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini menggunakan asuhan kebidanan dengan manajemen Varney yang terdiri dari 7 langkah. Studi kasus adalah meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. B. Lokasi Studi Kasus Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoadmodjo, 2012). Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di Klinik Pratama An-Nur Karanganyar.
  • 38. 38 C. Subjek Studi Kasus Subjek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus. (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah Ny X P…. A… umur ….tahun akseptor KB IUD dengan leukorea. D. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini akan dilaksanakan pada bulan November 2015- Juli 2016. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB dengan metode 7 langkah Varney. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2010). Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :
  • 39. 39 1. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian ini meliputi : a. Pemeriksaan fisik Menurut Nursalam (2009), pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara : 1) Inspeksi Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Pemeriksaan inspeksi pada akseptor KB IUD ini dilakukan inspeksi vulva apakah ada kemerahan, oedema labia atau apakah ada keputihan. 2) Palpasi Palpasi adalah teknik yang dilakukan dengan menggunakan peranan telapak atau punggung tangan pemeriksaan untuk mengetahui ukuran, tekstur dan mobilitas massa, kualitas palpasi, kondisi tulang dan sendi, temperatur kulit dan kelembaban, akumulasi cairan dan oedema serta vibrasi dinding dada (Nursalam, 2009). Pada kasus ini palpasi yang dilakukan meliputi nadi dan perut bagian bawah.
  • 40. 40 3) Perkusi Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi bertujuan untuk mengindentifikasi lokasi, ukuran dan konsistensi jaringan (Nursalam, 2009). Pada akseptor KB IUD dengan leukorea dilakukan pemeriksaan reflek patella yang berfungsi untuk mengetahui kesensitifan apakah hiperrefleksi atau tidak. 4) Auskultasi Pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop (Nursalam, 2009). Pada ibu akseptor KB IUD dengan leukorea dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk mengetahui denyut jantung dan tekanan darah melalui denyut nadi. b. Wawancara Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Dalam kasus ini wawancara dilakukan pada akseptor KB IUD dengan leukorea menggunakan cara tanya jawab dengan format asuhan kebidanan.
  • 41. 41 c. Observasi Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Untuk memperoleh data obyektif, penulis melakukan pengamatan langsung pada kasus akseptor KB IUD dengan leukorea. Untuk observasi dapat berupa pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan bimanual inspekulo, palpasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil maupun non komersial (Riwidikdo, 2006). Data sekunder diperoleh dengan cara : a. Studi dokumentasi Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Pada laporan kasus ini penulis mendokumentasikan setiap tahapan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan sistem SOAP (Nursalam, 2009). Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada di Klinik An Nur berupa nomor registrasi pasien, riwayat kesehatan, kartu KB.
  • 42. 42 b. Studi kepustakaan Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang KB IUD dengan leukorea tahun 2005 - 2015. G. Alat yang Digunakan Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain: 1. Alat dan bahan untuk wawancara: a. Format pengkajian pada KB. b. Alat tulis (buku dan bolpoint). c. Kartu KB. 2. Alat dan bahan untuk observasi a. Tensi b. Stetoskop c. Thermometer d. Timbangan berat badan e. Hammer f. Kom berisi betadine g. Speculum h. Kasa steril i. Lampu sorot j. Handscoon
  • 43. 43 k. Bengkok l. Tenakulum H. Jadwal Penelitian Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan mulai penyusunan proposal penelitian, sampai penulisan laporan penelitian, serta waktu berlangsungnya setiap kegiatan tersebut.