Laporan praktikum perencanaan dan pengendalian produksi yang membahas perencanaan agregat, biaya-biaya yang terlibat seperti biaya penambahan dan pemberhentian tenaga kerja, biaya lembur dan menganggur, biaya persediaan dan kehabisan stok, serta biaya subkontrak. Laporan ini juga menampilkan contoh perhitungan strategi level dalam menentukan metode perencanaan agregat.
1. LAPORAN PRAKTIKUM
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Dosen Praktikum: Erika Fatma
Disusun Oleh:
Siti Amalia Herdiana 160100727
MLIE-2A2
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA
POLITEKNIK APP JAKARTA
TAHUN 2017
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi, setelah melakukan praktikum
yang diadakan setiap hari Senin.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erika Fatma selaku Dosen mata
kuliah Perencanaan dan Pengendalian Produksi yang telah memberikan penjelasan
terhadap saya. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Asisten Dosen dan
teman-teman serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam
bentuk apapun, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Sebagai manusia biasa, dalam penulisan laporan ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima
saran ataupun kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi peningkatan
pengetahuan saya.
Akhir kata, saya mengharapkan semoga laporan ini bermanfaat khusus nya
bagi saya sendiri, dan bagi para mahasiswa pada umumnya.
Jakarta, 10 Mei 2017
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 2
2.1 Perencanaan Agregat................................................................................................ 2
2.2 Biaya Agregat........................................................................................................... 3
BAB III. PENGOLAHAN DATA .................................................................................... 5
3.1 Strategi Level........................................................................................................... 5
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... iii
LAMPIRAN
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan-
peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang
perlu diproduksikan pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi
bermaksud untuk memperkirakan permintaan akan barang – barang atau jasa
perusahaan. Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat selalu menyesuaikan
tingkat produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh karena itu,
perusahaan mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan
bagaimana mereka akan memberi tanggapan terhadap pasar.
Perencanaan agregat (aggregate planning) atau penjadwalan agregat
(aggregate scheduling) berhubungan dengan penentuan kuantitas dan waktu
produksi pada jangka menengah biasanya antara 3-18 bulan ke
depan. Digunakannya istilah “agregat” adalah karena ramalan – ramalan
permintaan akan berbagai barang atau jasa individual digabungkan menjadi
unit – unit yang homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strtegi
perusahaan dalam pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat
produksi, jumlah karyawan dan lain – lain.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian perencanaan agregat.
2. Mengetahui sifat perencanaan agregat.
3. Mengetahui apa saja proses perencanaan agregat dan penjelasannya.
4. Mengetahui strategi-strategi proses perencanaan agregat.
5. Mengetahui apa saja metode perencanaan agregat dan penggunaannya.
6. Mengetahui perbandingan strategi perencanaan agregat
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah agar mahasiswa
dapat mampu menghitung perencanaan peramalan dalam bentuk strategy
agregat, dan dapat mengetahui biaya terkecil dan biaya terbaik dalam
melakukan produksi barang.
5. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Agregat
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk
menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan
datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply
dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan
waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP
dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai
Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh
para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada
jangka menengah (biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan
agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi
permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat
tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan
variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut
perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah
mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh
karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
Proses perencanaan dapat digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Long Range Plans
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut
perencanaan produk baru,biaya perluasan dan sebagainya. Long Range
Plans ditetapkan oleh manajer pucak.
2. Intermediete Range Plans
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut
rencana penjualan, rencana produksi, rencana inventory, anggaran
tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh
Manajer Operasi
3. Short Range Plans
Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut
job assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans
ditetapkan oeh Manajer Operasi bersama dengan supervisor dan
operator.
Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan
agregat berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang
menyangkut rencana produksi / operasi perusahaan. Perencanaan agregat
membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas di satu pihak dan
6. 3
penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi keputusan
perencanaan agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu yang
pendek (beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan perencanaan
agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan perolehan sumber daya,
sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber daya yang
tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus
dilakukan antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan.1
2.2 Biaya Agregat
Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :
1. Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja) yaitu penambahan tenaga
kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training.
Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang
direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
2. Firing Cost(Biaya pemberhentian tenaga kerja) yaitu pemberhentian
tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan
produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan
drastic. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan
uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan
produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat
social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga
kerja yang akan ditanggung perusahaan.
3. Overtime Cost dan Undertime Cost(biaya lembur dan biaya menganggur)
yaitu penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output
produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya
tambahan lembur yang biasanya 150% dari biaya kerja regular. Disamping
biaya tersebut, adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan
karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan
mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dibandingkan dengan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga
kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain
yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat
dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung
biaya menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam
kerja yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan
persediaan) yaitu persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya
kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari
kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya biaya
penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang berupa biaya tertahannya
1 Lien, J. (2013). Perencanaan Kapasitas. http://yesica-
adicondro.blogspot.co.id/2013/04/perencanaan-kapasitas.html.
7. 4
modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang.
Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan
seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan
kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan
persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak
tersedia. Kondisi ini pada system MTO (Make to order = Memproduksi
berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order
terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock =Memproduksi
untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan
pada produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang
yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan,
dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya kehabisan
persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan biaya
pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
5. Subcontract Cost(biaya subkontrak) yaitu pada saat permintaan melebihi
kemampuan kapasitas regular, biasanya perusahaan mensubkontrakan
kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya
biaya subkontrak, dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih
mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya
kelambatan penyerahan dari kontraktor.
Contoh tabel perhitungan strategi sub-kontrak
Gambar 2.2 Contoh Tabel Perhtungan Subkontrak
Sumber : PRATANTO, C. (2012). Perencanaan Agregat & Contoh Soal Metode
Grafik dan Transportasi.
8. 5
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Strategi Level
Gambar 3.1 Perhitungan Level Strategy
Metode Strategi level
Total Biaya Rp 930.400
9. 6
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada perencanaan agregat ini memberikan manfaat untuk melihat
bagaimana suatu produksi dalam pasar. Jadwal agregat menetapkan tingkat
persediaan, produksi, subkontrak dan penggunaan teaga kerja. Perencanaan
agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi
permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat
tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan
variabel lain yang dapat dikendalikan. Untuk dapat mnentukan metode apa
yang akan dipakai yaitu dilihat dari hasil total biaya yang paling kecil diantara
metode-metode nya. Dan pada kasus ini metode yang pas untuk dipakai yaitu
metode chase strategy karena dia memiliki total biaya yang paling kecil
dibandingkan yang lain nya.
Saran
Agar dalam melaksanakan praktikum selanjutnya dapat dilaksanakan
lebih baik lagi dari praktium yang sebelum nya dengan memberikan
penjelasan yang tidak terlalu cepat dalam penyampaian nya agar dapat lebih
dipahami saat pelaksanaan tes praktikum.
10. iii
DAFTAR PUSTAKA
Pendahuluan
Lien, J. (2013). Perencanaan Kapasitas. http://yesica-
adicondro.blogspot.co.id/2013/04/perencanaan-kapasitas.html.
Tinjauan Pustaka
Lien, J. (2013). Perencanaan Kapasitas. http://yesica-
adicondro.blogspot.co.id/2013/04/perencanaan-kapasitas.html.
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA. (n.d.). Rough Cut Capacity Planning
(RCCP). http://ti.unikom.ac.id/rough-cut-capacity-planning-rccp/.