SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
askep urolithiasis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
NEFROLITIASIS (BATU SALURAN KEMIH)
Diajukan sebagai salah satu tugas
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Oleh:
SRI TIMOR R.
NIM : 18142012059
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKes YPIB MAJALENGKA
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing
atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula
kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran
sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.
Majalengka, Juli 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi .................................................................................................... 2
B. Etiologi...................................................................................................... 2
C. Patofisiologi............................................................................................... 3
D. Manifestasi Klinik..................................................................................... 5
E. Pathway..................................................................................................... 7
F. Penatalaksanaan......................................................................................... 7
G. Komplikasi .............................................................................................. 8
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERKEMIHAN NEFROLITIASIS .............................................................. 9
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 20
A. Saran ........................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis sudah
dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari system
kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran
kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hyperplasia
prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering
terjadi.
Penyakit batu saluran kemih menyebar ke seluruh dunia dengan perbedaan di Negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli, sedangkan di Negara yang lebih maju lebih
banyak dijumpai batu saluran kemih di bagian atas ( ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas a penduduk aktivitas sehari- hari. Angka prevalensi rata-rata seluruh
dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan batu ginjal. Penyakit ini
akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara dini yaitu terjadinya kerusakan
ginjal yang akut ditandai dengan tidak berfungsinya ginjal.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan berdampak
positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk perubahan pola dan gaya hidup
masyarakat sehinga kita dapat melihat dampak negatif yang bisa kita lihat yaitu banyaknya
penyakit yang muncul misalnya hipertensi, jantung dan juga ginjal.
4
Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah batu pada saluran
kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Karena hal tersebut di
atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam mengatasi masalah ini antara lain dengan rasa
memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang
urolithiasis dan vesikolithiasis/batu buli-buli khususnya serta cara pencegahannya.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya perubahan dalam
pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan keadaan yang
parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan
ginjal.
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan terjadinya batu,
seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4 liter/hari), diit yang seimbang/sesuai
dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera memeriksakan diri bila
timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami
batu pada saluran kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan
batu yang baru. Hal yang harus diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan
pemeliharaan kesehatan seperti berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan menghindari
penyakit infeksi yang menjadi salah satu penyebab timbulnya urolithiasis.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan tentang penyakit Urotiliasis, serta dapat
mengetahui cara memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan diagnosa urotiliasis
dan memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan penyakit batu saluran kemih
serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Memperdalam anatomi fisiologi dan
patologi sistem perkemihan yang merupakan dasar dalam melakukan pengkajian dan intervensi
keperawatan.
5
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan definisi penyakit urolithiasis.
b. Menjelaskan penyebab penyakit urolithiasis.
c. Menjelaskan gejala dan tanda penyakit urolithiasis.
d. Menjelaskan patofisiologi penyakit urolithiasis.
e. Melakukan pemeriksaan fisik.
f. Melakukan pemeriksaan diagnostik.
g. Melakukan penatalaksanaan penyakit urolithiasis.
h. Menentukan cara pencegahan penyakit urolithiasis.
i. Mengetahui komplikasi.
j. Melakukan pengkajian.
k. Menentukan diagnosa.
l. Menentukan perencanaan tindakan.
m. Melakukan tindakan keperawatan.
n. Menentukan evaluasi keperawatan.
o. Melakukan dokumentasi.
BAB II
KONSEP PENYAKIT
6
A. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem perkemihan terdiri atas :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. uretra
Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke kandung kemih;
kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra mengeluarkan urine dan kandung
kemih.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan
kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, atau di luar
peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra
torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak
hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa
sekitar 6-7,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar
suprenalis atau kelenjar adrenal.
Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus dan membentuk
pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas
korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa
piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum dan berakhir di kalises
(kaliks). Kalises menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional
ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas
kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam pada ujung atas yang lebar pada
urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian
pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah simpa yang disebut simpai henle.
Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubulus distal, yang
7
tersambung dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi korteks medula, lalu berakhir di
salah satu piramidalis.
Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal.
Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen serta masing-
masing membentuk simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu badan malphigi, yaitu
glomerulus. Arteriola aferen membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke dalam
jaringan peritubular kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan menerima materi yang
direabsopsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang becabang-
cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini bergabung
membentuk vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola
eferen lainya membentuk vasa vecta yang berperan dalam mekanisme kosentrasi ginjal.
Fungsi Ginjal :
1. Sebagai tempat mengatur air.
2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah.
3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah.
4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam.
Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus berfungsi sebagai saringan. Setiap menit,
kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma mengalir melalui semua glomerulus,
dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda
halus lainya disaring. Namun, sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori
saringan dan tetap tinggi dalam darah. Cairan yang disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian
mengalir melalui tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh
serta membuang yang tidak diperlukan. Dalam keadaan normal, semua glukosa dan sebagian
besar air diabsorpsi kembali, sedangkan produk buangan dikeluarkan. Faktor yang
mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsinya tubulus, dan sekresi tubulus.
8
Tabel 1.1
Jumlah yang disaring dan dikeluarkan glomerulus setiap hari
NO. BAHAN DISARING DIKELUARKAN
1. AIR 150 LITER 11/2 LITER
2. GARAM 1.700 GRAM 15 GRAM
3. GLUKOSA 170 GRAM 0 GRAM
Sumber : Peace E.C, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia pustaka utama,1995, hal
249.
Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam urine. Berat
jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal mengencerkan urine ( misalnya sesudah
minum air), maka berat jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal memekatkan urine, maka berat
jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi.
Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal dengan kandung
kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian menyilang muskulus
psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter berjalan sepanjang sisi posterior pelvis, di
bawah vas deferen, dan memasuki basis vesika pada trigonum. Pasoka darah ureter berasal dari
pembuluh darah renalis, gonad, aorta, iliaka komunis,dan iliaka interna. Susunan saraf otonom
pada dinding ureter memberikan aktvitas peristaltik, dimana kontraksi berirama berasal dari
pemacu proksimal yang mengendalikan transpor halus dan efisien bagi urine dari pelvis renalis
ke kandung kemih.
Kandung kemih (vesika Urinaria-VU) berfungsi sebagai penampung urine. Organ ini
berbentuk seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam punggul besar, di depan
isi lainnya, dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah
adalah berbasis sedangkan bagian atas adalah fundus. Puncaknya mengarah ke depan bawah dan
ada di belakang simpisis. Dinding kandung kemih terdiri atas lapisan serus sebelah luar, lapisan
9
berotot, lapisan submukosa, dan lapisan mukosa dari epitelium transisional. Tiga saluran
bersambung dengan kandung kemih. Dua ureter bermuara secara oblik di sebelah basis, letak
oblik menghindarkan urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra keluar dari kandung kemih
sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra disebut segitiga kandung
kemih (trigonum vesica urinarius). Pada wanita, kandung kemih terletak di antara simpisis pubis,
utrus, dan vagina. Dari uretrus, kandung kemih dipisahkan oleh lipatan peritoneu ruang
uterovesikal atau ruang dounglas.
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher andung kemih ke lubang luar,
dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung
kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk sfingter uretra. Panjang
uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm, sedangkan pria 17-22,5 cm.
Proses perkemihan, mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan berkemih
disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine didalamnya. Jumlah
urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi yaitu 170-230 ml. Mikturisi
merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persyarafan. Kandung
kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan serabut saraf simpatik dari pleksus hipogastrik.
B. PENGERTIAN
a. Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth, 2002,
hal. 1460).
b. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu
ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).
c. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam
urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai
campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%),
10
asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal.
171).
d. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang
dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica B.B,
Sistem Perkemihan, hal. 76).
e. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,
darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium ( oksalat dan
fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi,
MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).
C. ETIOLOGI
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor
predisposisi terjadinya batu :
1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.
2. Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan
kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti
pembentukan batu.
4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu
dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
11
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan
cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin
menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi terbentuknya
batu saluran kemih.
8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang
polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat
seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
D. KLASIFIKASI
Teori pembentukan batu renal :
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti.
Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi
dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat
asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium,
asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.
12
Jenis Batu-batu renal :
1. Batu kalsium
Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade
ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu yang
berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :
a. Hiperkalsiuria
Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder terhadap absorbsi
traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria absorptif dapat juga disebabkan oleh
hipofosfatemia yang merangsang produksi vitamin D3.
Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di tubulus ginjal,
yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.
b. Hipositraturia
Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat perkembangan batu kalsium
oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik
tiazid.
c. Hiperoksalouria
Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari). Hiperoksaluria primer
jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang merupakan autosan resesif yang secara
bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal
ginjal pada anak.
d. Hiperurikorsuria
13
Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak sebagai inti batu
yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat dalam urin dapat bersumber
dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari metabolisme endogen.
e. Hipomagnesiuria
Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium
karena di dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
2. Batu asam urat
Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu radiolusen di ginjal.
Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan urin asam yang menetap.
Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin yang rendah Adalah factor Kritis
dalam membantu pembentukan batu asam urat. Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu
terbentuk pada PH dibawah 5,5.
3. Batu struvit
Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita, diakibatkan oleh
infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease, biasanya dari psesies proteus.
Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan
suatu penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma
bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.
14
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi
dan edema.
a. - Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
- Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi
dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara
perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
- Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
- Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
- Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
- Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
- Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan muncul
Mual dan muntah.
- Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari
reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
c. Batu yang terjebak di ureter
- Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha
dan genitalia.
- Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
- Hematuri akibat aksi abrasi batu.
15
- Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
d. Batu yang terjebak di kandung kemih
- Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
- Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.
F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain :
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan
bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk
pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan
jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan
batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine
dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat
dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat.
Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk
tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang
besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada
saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi
akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
16
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ
dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal.
Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.
Skema patofisiologi
17
G. PEMERIKSAAN FISIK
FISIK
1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral.
3. Batu uretra anterior bisa diraba.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel
darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan,
mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin
meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
18
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas
pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk
kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan
efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
19
I. PENATALAKSANAAN
1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
b. Menentukan jenis Batu
c. Mencegah kerusakan nefron
d. Mengendalikan infeksi
e. Mengurangi obstuksi yang terjadi
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Cara penanganan :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin
diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat
bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal
jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase batu tersebut ke
bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan
urine dan menjamin haluaran urine yang besar.
b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan segera mengurangi
tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal.
Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan
bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih
jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk
mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.
20
- Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat membantu
mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
- Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu fosfat,
untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diresepkan karena agens ini
bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system
urinarius.
- Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk
mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
- Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan oksalat.
Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak, kacang,seledri,
coklat,the, kopi.
- Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi, modaritas
penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau
uteroroskopi.
d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang digunakan
untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil
seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan
e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan keterampilan
ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan mayor.
f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik,
atau ultrasound kemudian diangkat.
g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai
alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak metode
lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara bedah
merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
21
nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak
berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di
kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut
sistolitolapaksi.
J. PENCEGAHAN
1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai diuresis 1,5
liter/hari.
2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa asam, diet
tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).
3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.
K. KOMPLIKASI
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan
batu ginjal
22
BAB III
ASKEP UROLITHIASIS
A. Pengkajian
I. Identitas
Nama :
Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
Pekerjaan : perkerja berat
II. Keluhan Utama
1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
III. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
23
2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
3. Bekerja di lingkungan panas.
4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
5. Olahragawan.
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Nyeri
2. Mual / Muntah
3. Hematuria
4. Diare
5. Oliguria
6. Demam
7. Disururia
V. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Pernah menderita urolitiasis
2. Riwayat ISK dalam keluarga
3. Riwayat hipertensi
24
Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi kesalahan konsepsi
atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.
VI. Dasar – Dasar Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
- Gejala : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).
-
2. Sirkulasi
- Tanda : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.
3. Eliminasi
- Gejala : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih.
- Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan
25
- Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium oksalat, dan
fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup.
- Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
- Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh
pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke seluruh punggung, abdomen,
dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau
kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain.
- Tanda : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.
6. Penyuluhan/ pembelajaran
- Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK
Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan
berlebihan kalsium dan vitamin.
B. Diagnosis Keperawatan
Pre operasi :
26
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh batu,iritasi
ginjal atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran kemih
(ginjal).
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah interpertasi
informasi.
Post operasi
1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik
2. Nyeri b.d insisi bedah
3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter
4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.
27
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre operasi
Diagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral
Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol
- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya intensitas (0-10) dan
penyebaran
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya
Membantu mengevaluasi tempat abstruksi
dan kemajuan gerakan kalkulus
Berikan kesempatan untuk pemberian
analgesic sesuai waktu (membantu dalam
meningkatkan koping pasien dan dapat
28
melaporkan tentang perubahann kejadian /
karakyeristik nyeri.
Berikan tindakan nyaman contoh pijatan
punggung lingkungan istirahat.
Perhatikan keluhan/menetap nya nyeri
abdomen.
Berikan banyak cairan bila tidak ada mual,
lakukan dan pertahankan terapi IV yang
diprogramkan bila mual dan muntah
terjadi.
Dorong aktivitas sesuai toleransi, berikan
analgesic dan anti emetic sebelum bergerak
bila mungkin.
menurunkan ansietas).
Menaikkan relaksasi menurunkan tegangan
otot dan menaikkan koping
Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan
perforasi dan ekstravasasi urine ke dalam
area perineal.
Cairan membantu membersihkan ginjal dan
dapat mengeluarkan batu kecil.
Gerakan dapat meningkatkan pasase dari
beberapa batu kecil dan mengurangi urine
statis. Kenmyamanan meningkatkan istirahat
dan penyembuhan mual disebabkan oleh
peningkatan nyeri.
Diagnosa 2
29
Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal oleh
ureteral
Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya
- Tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi Rasional
Awasi pemasukan dan keluaran serta
karakteristik urine
Tentukan pola berkemih normal dan
perhatikan variasi
Dorong meningkatjkan pemasukan cairan
periksa semua urine catat adanya keluaran
batu dan kirim ke laboratorium untuk
analisa
Memberikan informasi tentang fungsi
ginjal, dan adanya komplikasi contoh
infeksi dan perdarahan
Kalkulus dapat menyebabkan ekstibilitas
yang menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera
Peningkatan hidrasi membilas
bakteri,darah dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
Penemuan batu memungkinkan identifikasi
tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
Akumulasi sisa uremik dank e tidak
seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik
di SSP.
30
Observasi perubahan status mental,perilaku
atau tingkat kesadaran
Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh
BUN,elektrolit,kreatinin.
Peninggian BUN,kreatinin dan elektrolit
mengidentifikasikan disfungsi ginjal.
Diagnosa 3
Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah
Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi Rasional
Awasi intake dan Output
Catat insiden muntah,diare perhatikan
karakteristik dan frekuensi mual / muntah
dan diare.
Membandingkan keluaran actual dan yang
diantisifikasi membantu dalam evaluasi
adanya / derajat statis / kerusakan ginjal.
Mual / muntah, diare secara umum
berdasarkan baik kolik ginjal karena saraf
ganglion seliaka pada kedua ginjal dan
lambung.
31
Awasi Hb /Ht, elektrolit
Berikan cairan IV
Berikan diet tepat,cairan jernih,makanan
lembut sesuai toleransi.
Mengkaji hidrasi dan efektifian / kebutuhan
intervensi.
Mempertahankan volume sirkulasi / bila
pemasukan oral tidak cukup,/ menaik
fungsi ginjal.
Makanan mudah cerna menurunkan
aktivitas GI / iritasi dan membantu
mempertahankan cairan dan keseimbangan
nutrisi.
Diagnosa 4
Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
32
Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal
- Urine berwarna kuning / kuning jernih
- Tidak nyeri waktu berkemih.
Intervensi Rasional
Pantau :
- Urine berwarna,bau / tiap 8 jam
- Masukan dan haluaran tiap 8 jam
- PH urine
- TTV setiap 4 jam
Saring semua urine,observasi terhadap
kristal. Simpan kristal untuk dilihat dokter
kirim ke laboratorium
Konsultasi dengan dokter bila pasien sering
berkemih,jumlah urine sedikit dan terus
menerus,perubahan urine.
Berikan obat-obatan sesuai program untuk
mempertahankan PH urine tepat.
Untuk deteksi dini terhadap masalah.
Untuk mendaptakan data- data keluarnya
batu,perubahan diet yang didasari oleh
komposisi batu
Temuan-temuan ini menunjukkan
perkembangan obstruksi dan kebutuhan
intervensi progresif.
Dengan perubahan PH urine / peningkatan
33
keasamaan / alkalinitas,factor solubilitas
untuk batu dapat di control.
Diagnosa 5
Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.
- Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.
- Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi Rasional
1. kaji ulang proses penyakit dan harapan di
masa yang datang.
2. tekankan pentingnya peningkatan
pemasukan cairan , contoh 3-4 liter per hari/ 6-
8 liter/ hari. Dorong pasien melaporkan mulut
kering, diuresis (keringat berlebihan) dan untuk
peningkatan pemasukan cairan baik bila haus
atau tidak.
3. diet rendah purin, contoh membatasi daging
berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum
dan alkohol.
4. diet rendah kalsium, contoh membatasi
,susu,keju,sayur, berdaun hijau, yogurt.
1. memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
2. pembilasan sistem ginjal
menurunkan kesempatan statis ginjal atau
pembentukan batu.
3. menurunkan pemasukan oral terhadap
prekusor asam urat.
34
5. diet rendah oksalat, contoh membatasi
makan coklat, minuman mengandung kafein,
bit, bayam.
6. diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli
karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit/jam.
7. diskusikan program obat-obatan, hindari
obat yang dijual bebas dan membaca semua
label produk/ kandungan dalam makanan.
8. mendengar dengan aktif tentang terapi /
perubahan pola hidup.
9. tunjukan perawatan yang tepat terhadap
insisi/ kateter bila ada.
4. menurunkan resiko pembentukan batu
kalsium.
5. menurunkan pembentukan batu oksalat.
6. mencegah kalkulus fosfat dengan
membentuk presipitrat yang larut dalam traktus
GI, menguragi beban nefron ginjal.
7. obat-obatan diberikan untuk mengasamkan
mengakalikan urine, tergantung pada penyebab
dasar pembentukan batu.
8. membantu pasien berkerja melalui perasaan
dan meningkatkan rasa kontrol apa yang
terjadi.
9. meningkatkan kemampuan perawatan diri,
dan kemandirian.
Post operasi
Diagnosa 1
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemik
35
Tujuan : - tanda tanda vital stabil
- kulit kering dan elastic
- intake output seimbang
- insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang
Intervensi rasional
1. Kaji balutan selang kateter
terhadap perdarahan setiap jam dan
lapor dokter.
2. Anjurkan pasien untuk mengubah
posisi selang atau kateter saat
mengubah posisi.
3. Pantau dan catat intake output tiap
4 jam, dan laporan ketidak
seimbangan.
4. Kaji tanda vital dan turgor kulit,
suhu tiap 4-8 jam.
1. mengetahui adanya perdarahan.
2. mencegah perdarahan pada luka insisi
3. mengetahui kesimbangan dalam tubuh.
4. dapat menunjukan adanya dehidrasi /
kurangnya volume cairan
36
Diagnosa 2
Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan mudah untuk
bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.
Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus daan
penghalang factor nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan non
farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi, bantu
pasien memilih posisi yang nyaman.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan kemerahan.
4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah
insisi dengan kedua tangan bila sedang batuk.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik.
1. menentukan tindakan selanjutnya
2. dengan otot relkas posisi dan kenyamanan
dapat mengurangi nyeri.
3. peradangan dapat menimbulkan nyeri.
4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat
5. analgetik dapat mengurangi nyeri.
Diagnosa 3
37
Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik ( kateter).
Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat berkemih spontan
bila kateter dilepas setelah 7 hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih normal pasien.
2. Kaji keluhan distensi kandung kemih tiap
4 jam
3.Ukur intake output cairan.
4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.
5. Anjurkan klien untuk minum air putih 2 Lt
/sehari , bila tidak ada kontra indikasi.
1.untuk membandingkan apakah ada
perubahan pola berkemih.
2. kandung kemih yang tegang disebabkan
karena sumbatan kateter.
3. untuk mengetahui keseimbangan cairan
4. untuk mengetahui fungsi ginjal.
5. untuk melancarkan urine.
Diagnosa 4
Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.
Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.
- Drainase dan selang kateter bersih.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi
luka (demam, kemerahan, bengkak, nyeri tekan
1. mengintervensi tindakan selanjutnya.
38
dan pus)
2. Kaji suhu tiap 4 jam.
3. Anjurkan klien untuk menghindari atau
menyentuk insisi.
4. Pertahankan tehnik steril untuk mengganti
balutan dan perawatan luka.
2. peningkatan suhu menandakan adanya
infeksi.
3. menghindarkan infeksi.
4. menghindari infeksi silang
F. IMPLEMENTASI
Perencanaan yang dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji
dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien melakukan teknik relaksasi : napas
dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri, memantau dan mengobservasi keluhan
peningkatan/menetapnya nyeri abdomen, mengawasi dan menganjurkan pasien untuk
meningkatkan pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah
39
lansia, mengawasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih
normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk
menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan pasien tentang penyakit;
penyebab, tanda/gejala dan komplikasi penyakit, mendengarkan ungkapan pasien tentang
program terapi/perubahan pola hidup, mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi
medik : nyeri berulang, hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang
akan dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan menjelaskan kepada
pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.
G. EVALUASI
Melaksanakan tindakan sesuai dengan tujuan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake cairan yang
kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan yang dapat
40
mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini tergantung
dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.
Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula diimbangi dengan
minum banyak 2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas, olahraga secara teratur dan
mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan oksalat.
Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total jika cepat mendapat
pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila tidak merubah kebiasaan yang salah
seperti : kurang minum, kurang bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium,
purin dan oksalat.

More Related Content

What's hot (20)

Kolitis
KolitisKolitis
Kolitis
 
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
 
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
Asuhan keperawatan retensi urin
Asuhan keperawatan retensi urinAsuhan keperawatan retensi urin
Asuhan keperawatan retensi urin
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 
Laporan pendahuluan kolitis
Laporan pendahuluan kolitisLaporan pendahuluan kolitis
Laporan pendahuluan kolitis
 
Biologi - Kolon
Biologi - KolonBiologi - Kolon
Biologi - Kolon
 
146028713 ta-kolik-renal
146028713 ta-kolik-renal146028713 ta-kolik-renal
146028713 ta-kolik-renal
 
Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Askep batu empedu
Askep batu empeduAskep batu empedu
Askep batu empedu
 
Askep gastritis erosiva
Askep gastritis erosivaAskep gastritis erosiva
Askep gastritis erosiva
 
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisAskep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
 
Kelainan fungsi ginjal
Kelainan fungsi ginjalKelainan fungsi ginjal
Kelainan fungsi ginjal
 
Batu saluran kemih
Batu saluran kemihBatu saluran kemih
Batu saluran kemih
 
Askep retensi urine (3)
Askep retensi urine (3)Askep retensi urine (3)
Askep retensi urine (3)
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 

Similar to Askep urolitiasis

131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritisshaniawira dika
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasinissaicha2
 
52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urinesusanrusli
 
Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3FikriFadhilah
 
Lp kasus batu urete
Lp kasus batu ureteLp kasus batu urete
Lp kasus batu uretevio1992
 
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan towikusuma
 
Gangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
Gangguan Pada Sistem Eksresi ManusiaGangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
Gangguan Pada Sistem Eksresi ManusiaKhamalYusuf
 
Bab i nefrotik
Bab i nefrotikBab i nefrotik
Bab i nefrotikYan Eshad
 
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdfMateri Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdfIsnaQoilaKurniasari
 
anatomi fisiologi sistem urinarius manusia
anatomi fisiologi sistem urinarius manusiaanatomi fisiologi sistem urinarius manusia
anatomi fisiologi sistem urinarius manusianahdhia fallah PH
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaOperator Warnet Vast Raha
 
anatomi fisiologi sistem urinaria manusia
anatomi fisiologi sistem urinaria manusiaanatomi fisiologi sistem urinaria manusia
anatomi fisiologi sistem urinaria manusianahdhia fallah PH
 
Lapsus kolelitiasis
Lapsus kolelitiasisLapsus kolelitiasis
Lapsus kolelitiasisGaluh Putra
 

Similar to Askep urolitiasis (20)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 
etika
etikaetika
etika
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine
 
Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3
 
Lp kasus batu urete
Lp kasus batu ureteLp kasus batu urete
Lp kasus batu urete
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
 
Gangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
Gangguan Pada Sistem Eksresi ManusiaGangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
Gangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
 
Makalah sistem urinaria
Makalah sistem urinariaMakalah sistem urinaria
Makalah sistem urinaria
 
Bab i nefrotik
Bab i nefrotikBab i nefrotik
Bab i nefrotik
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdfMateri Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
 
Tugas individu buli buli
Tugas individu buli  buliTugas individu buli  buli
Tugas individu buli buli
 
anatomi fisiologi sistem urinarius manusia
anatomi fisiologi sistem urinarius manusiaanatomi fisiologi sistem urinarius manusia
anatomi fisiologi sistem urinarius manusia
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
anatomi fisiologi sistem urinaria manusia
anatomi fisiologi sistem urinaria manusiaanatomi fisiologi sistem urinaria manusia
anatomi fisiologi sistem urinaria manusia
 
Lapsus kolelitiasis
Lapsus kolelitiasisLapsus kolelitiasis
Lapsus kolelitiasis
 
Sistem ekresi
Sistem ekresiSistem ekresi
Sistem ekresi
 

Recently uploaded

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 

Recently uploaded (20)

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 

Askep urolitiasis

  • 1. askep urolithiasis ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN NEFROLITIASIS (BATU SALURAN KEMIH) Diajukan sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Disusun Oleh: SRI TIMOR R. NIM : 18142012059 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKes YPIB MAJALENGKA
  • 3. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin. Majalengka, Juli 2019 Penyusun
  • 4. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan........................................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi .................................................................................................... 2 B. Etiologi...................................................................................................... 2 C. Patofisiologi............................................................................................... 3 D. Manifestasi Klinik..................................................................................... 5 E. Pathway..................................................................................................... 7 F. Penatalaksanaan......................................................................................... 7 G. Komplikasi .............................................................................................. 8 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN NEFROLITIASIS .............................................................. 9 BAB IV PENUTUP........................................................................................ 20 A. Saran ........................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 21
  • 5. 3 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hyperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi. Penyakit batu saluran kemih menyebar ke seluruh dunia dengan perbedaan di Negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli, sedangkan di Negara yang lebih maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih di bagian atas ( ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas a penduduk aktivitas sehari- hari. Angka prevalensi rata-rata seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan batu ginjal. Penyakit ini akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara dini yaitu terjadinya kerusakan ginjal yang akut ditandai dengan tidak berfungsinya ginjal. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan berdampak positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk perubahan pola dan gaya hidup masyarakat sehinga kita dapat melihat dampak negatif yang bisa kita lihat yaitu banyaknya penyakit yang muncul misalnya hipertensi, jantung dan juga ginjal.
  • 6. 4 Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah batu pada saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Karena hal tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam mengatasi masalah ini antara lain dengan rasa memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang urolithiasis dan vesikolithiasis/batu buli-buli khususnya serta cara pencegahannya. Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4 liter/hari), diit yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu yang baru. Hal yang harus diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan pemeliharaan kesehatan seperti berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan menghindari penyakit infeksi yang menjadi salah satu penyebab timbulnya urolithiasis. B. TUJUAN 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan tentang penyakit Urotiliasis, serta dapat mengetahui cara memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan diagnosa urotiliasis dan memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan penyakit batu saluran kemih serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Memperdalam anatomi fisiologi dan patologi sistem perkemihan yang merupakan dasar dalam melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan.
  • 7. 5 2. Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa mampu : a. Menjelaskan definisi penyakit urolithiasis. b. Menjelaskan penyebab penyakit urolithiasis. c. Menjelaskan gejala dan tanda penyakit urolithiasis. d. Menjelaskan patofisiologi penyakit urolithiasis. e. Melakukan pemeriksaan fisik. f. Melakukan pemeriksaan diagnostik. g. Melakukan penatalaksanaan penyakit urolithiasis. h. Menentukan cara pencegahan penyakit urolithiasis. i. Mengetahui komplikasi. j. Melakukan pengkajian. k. Menentukan diagnosa. l. Menentukan perencanaan tindakan. m. Melakukan tindakan keperawatan. n. Menentukan evaluasi keperawatan. o. Melakukan dokumentasi. BAB II KONSEP PENYAKIT
  • 8. 6 A. ANATOMI FISIOLOGI Sistem perkemihan terdiri atas : 1. Ginjal 2. Ureter 3. Kandung kemih 4. uretra Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke kandung kemih; kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra mengeluarkan urine dan kandung kemih. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, atau di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-7,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar suprenalis atau kelenjar adrenal. Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan pelvis ginjal. Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam pada ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah simpa yang disebut simpai henle. Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubulus distal, yang
  • 9. 7 tersambung dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi korteks medula, lalu berakhir di salah satu piramidalis. Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen serta masing- masing membentuk simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke dalam jaringan peritubular kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan menerima materi yang direabsopsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang becabang- cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola eferen lainya membentuk vasa vecta yang berperan dalam mekanisme kosentrasi ginjal. Fungsi Ginjal : 1. Sebagai tempat mengatur air. 2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah. 3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah. 4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam. Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus berfungsi sebagai saringan. Setiap menit, kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma mengalir melalui semua glomerulus, dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainya disaring. Namun, sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan dan tetap tinggi dalam darah. Cairan yang disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh serta membuang yang tidak diperlukan. Dalam keadaan normal, semua glukosa dan sebagian besar air diabsorpsi kembali, sedangkan produk buangan dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsinya tubulus, dan sekresi tubulus.
  • 10. 8 Tabel 1.1 Jumlah yang disaring dan dikeluarkan glomerulus setiap hari NO. BAHAN DISARING DIKELUARKAN 1. AIR 150 LITER 11/2 LITER 2. GARAM 1.700 GRAM 15 GRAM 3. GLUKOSA 170 GRAM 0 GRAM Sumber : Peace E.C, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia pustaka utama,1995, hal 249. Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal mengencerkan urine ( misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal memekatkan urine, maka berat jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi. Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian menyilang muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter berjalan sepanjang sisi posterior pelvis, di bawah vas deferen, dan memasuki basis vesika pada trigonum. Pasoka darah ureter berasal dari pembuluh darah renalis, gonad, aorta, iliaka komunis,dan iliaka interna. Susunan saraf otonom pada dinding ureter memberikan aktvitas peristaltik, dimana kontraksi berirama berasal dari pemacu proksimal yang mengendalikan transpor halus dan efisien bagi urine dari pelvis renalis ke kandung kemih. Kandung kemih (vesika Urinaria-VU) berfungsi sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam punggul besar, di depan isi lainnya, dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah adalah berbasis sedangkan bagian atas adalah fundus. Puncaknya mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simpisis. Dinding kandung kemih terdiri atas lapisan serus sebelah luar, lapisan
  • 11. 9 berotot, lapisan submukosa, dan lapisan mukosa dari epitelium transisional. Tiga saluran bersambung dengan kandung kemih. Dua ureter bermuara secara oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra keluar dari kandung kemih sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra disebut segitiga kandung kemih (trigonum vesica urinarius). Pada wanita, kandung kemih terletak di antara simpisis pubis, utrus, dan vagina. Dari uretrus, kandung kemih dipisahkan oleh lipatan peritoneu ruang uterovesikal atau ruang dounglas. Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher andung kemih ke lubang luar, dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk sfingter uretra. Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm, sedangkan pria 17-22,5 cm. Proses perkemihan, mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan berkemih disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi yaitu 170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persyarafan. Kandung kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan serabut saraf simpatik dari pleksus hipogastrik. B. PENGERTIAN a. Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth, 2002, hal. 1460). b. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595). c. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%),
  • 12. 10 asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171). d. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76). e. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59). C. ETIOLOGI Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu : 1. Ginjal Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu. 2. Immobilisasi Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu. 3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti pembentukan batu. 4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu. 5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
  • 13. 11 6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin. 7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi terbentuknya batu saluran kemih. 8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D. D. KLASIFIKASI Teori pembentukan batu renal : a. Teori Intimatriks Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu. b. Teori Supersaturasi Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu. c. Teori Presipitasi-Kristalisasi Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat. d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.
  • 14. 12 Jenis Batu-batu renal : 1. Batu kalsium Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut. Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah : a. Hiperkalsiuria Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang produksi vitamin D3. Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di tubulus ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal. b. Hipositraturia Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik tiazid. c. Hiperoksalouria Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari). Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang merupakan autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada anak. d. Hiperurikorsuria
  • 15. 13 Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat dalam urin dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari metabolisme endogen. e. Hipomagnesiuria Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat. 2. Batu asam urat Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam urat. Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah 5,5. 3. Batu struvit Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita, diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease, biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.
  • 16. 14 E. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. a. - Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. - Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal. - Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan. b. Batu di piala ginjal - Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral. - Hematuri dan piuria dapat dijumpai. - Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. - Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah. - Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar. c. Batu yang terjebak di ureter - Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. - Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar. - Hematuri akibat aksi abrasi batu.
  • 17. 15 - Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm. d. Batu yang terjebak di kandung kemih - Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri. - Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine. F. PATOFISIOLOGI Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
  • 18. 16 Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian. Skema patofisiologi
  • 19. 17 G. PEMERIKSAAN FISIK FISIK 1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif. 2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral. 3. Batu uretra anterior bisa diraba. H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat. 2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
  • 20. 18 3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas). 4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan elektrolit. 5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. 6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal. 7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia. 8. Sel darah merah : biasanya normal. 9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal). 10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine). 11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. 12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli. 13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan efek obstruksi. 14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih. 15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
  • 21. 19 I. PENATALAKSANAAN 1. Tujuannya : a. Menghilangkan Batu b. Menentukan jenis Batu c. Mencegah kerusakan nefron d. Mengendalikan infeksi e. Mengurangi obstuksi yang terjadi f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali). 2. Cara penanganan : a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran urine yang besar. b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri. c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.
  • 22. 20 - Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut. - Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system urinarius. - Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine. - Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi. - Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi. d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan mayor. f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat. g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit). h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
  • 23. 21 nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi. J. PENCEGAHAN 1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai diuresis 1,5 liter/hari. 2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin). 3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit. K. KOMPLIKASI 1. Sumbatan : akibat pecahan batu 2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi 3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
  • 24. 22 BAB III ASKEP UROLITHIASIS A. Pengkajian I. Identitas Nama : Umur : Paling sering 30 – 50 tahun Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria Alamat : Tinggal di daerah panas Pekerjaan : perkerja berat II. Keluhan Utama 1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik. 2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia. III. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
  • 25. 23 2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi. 3. Bekerja di lingkungan panas. 4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium. 5. Olahragawan. IV. Riwayat Penyakit Sekarang 1. Nyeri 2. Mual / Muntah 3. Hematuria 4. Diare 5. Oliguria 6. Demam 7. Disururia V. Riwayat Penyakit Keluarga 1. Pernah menderita urolitiasis 2. Riwayat ISK dalam keluarga 3. Riwayat hipertensi
  • 26. 24 Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal. VI. Dasar – Dasar Pengkajian 1. Aktifitas/istirahat - Gejala : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis). - 2. Sirkulasi - Tanda : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ;pucat. 3. Eliminasi - Gejala : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih. - Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih. 4. Makanan/cairan
  • 27. 25 - Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup. - Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah. 5. Nyeri/ketidaknyamanan - Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain. - Tanda : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil. 6. Penyuluhan/ pembelajaran - Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin. B. Diagnosis Keperawatan Pre operasi :
  • 28. 26 1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral. 2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal atau uretral. 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah. 4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran kemih (ginjal). 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah interpertasi informasi. Post operasi 1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik 2. Nyeri b.d insisi bedah 3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter 4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.
  • 29. 27 E. INTERVENSI KEPERAWATAN Pre operasi Diagnosa 1 Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol - Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat. Intervensi Rasional Catat lokasi, lamanya intensitas (0-10) dan penyebaran Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Membantu mengevaluasi tempat abstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus Berikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu (membantu dalam meningkatkan koping pasien dan dapat
  • 30. 28 melaporkan tentang perubahann kejadian / karakyeristik nyeri. Berikan tindakan nyaman contoh pijatan punggung lingkungan istirahat. Perhatikan keluhan/menetap nya nyeri abdomen. Berikan banyak cairan bila tidak ada mual, lakukan dan pertahankan terapi IV yang diprogramkan bila mual dan muntah terjadi. Dorong aktivitas sesuai toleransi, berikan analgesic dan anti emetic sebelum bergerak bila mungkin. menurunkan ansietas). Menaikkan relaksasi menurunkan tegangan otot dan menaikkan koping Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine ke dalam area perineal. Cairan membantu membersihkan ginjal dan dapat mengeluarkan batu kecil. Gerakan dapat meningkatkan pasase dari beberapa batu kecil dan mengurangi urine statis. Kenmyamanan meningkatkan istirahat dan penyembuhan mual disebabkan oleh peningkatan nyeri. Diagnosa 2
  • 31. 29 Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal oleh ureteral Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya - Tidak mengalami tanda obstruksi Intervensi Rasional Awasi pemasukan dan keluaran serta karakteristik urine Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi Dorong meningkatjkan pemasukan cairan periksa semua urine catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa Memberikan informasi tentang fungsi ginjal, dan adanya komplikasi contoh infeksi dan perdarahan Kalkulus dapat menyebabkan ekstibilitas yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera Peningkatan hidrasi membilas bakteri,darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi. Akumulasi sisa uremik dank e tidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di SSP.
  • 32. 30 Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkat kesadaran Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh BUN,elektrolit,kreatinin. Peninggian BUN,kreatinin dan elektrolit mengidentifikasikan disfungsi ginjal. Diagnosa 3 Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan - Membran mukosa lembab - Turgor kulit baik Intervensi Rasional Awasi intake dan Output Catat insiden muntah,diare perhatikan karakteristik dan frekuensi mual / muntah dan diare. Membandingkan keluaran actual dan yang diantisifikasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat statis / kerusakan ginjal. Mual / muntah, diare secara umum berdasarkan baik kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung.
  • 33. 31 Awasi Hb /Ht, elektrolit Berikan cairan IV Berikan diet tepat,cairan jernih,makanan lembut sesuai toleransi. Mengkaji hidrasi dan efektifian / kebutuhan intervensi. Mempertahankan volume sirkulasi / bila pemasukan oral tidak cukup,/ menaik fungsi ginjal. Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI / iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi. Diagnosa 4 Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
  • 34. 32 Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal - Urine berwarna kuning / kuning jernih - Tidak nyeri waktu berkemih. Intervensi Rasional Pantau : - Urine berwarna,bau / tiap 8 jam - Masukan dan haluaran tiap 8 jam - PH urine - TTV setiap 4 jam Saring semua urine,observasi terhadap kristal. Simpan kristal untuk dilihat dokter kirim ke laboratorium Konsultasi dengan dokter bila pasien sering berkemih,jumlah urine sedikit dan terus menerus,perubahan urine. Berikan obat-obatan sesuai program untuk mempertahankan PH urine tepat. Untuk deteksi dini terhadap masalah. Untuk mendaptakan data- data keluarnya batu,perubahan diet yang didasari oleh komposisi batu Temuan-temuan ini menunjukkan perkembangan obstruksi dan kebutuhan intervensi progresif. Dengan perubahan PH urine / peningkatan
  • 35. 33 keasamaan / alkalinitas,factor solubilitas untuk batu dapat di control. Diagnosa 5 Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit. - Menghubungkan gejala dan faktor penyebab. - Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi dalam program pengobatan. Intervensi Rasional 1. kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa yang datang. 2. tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan , contoh 3-4 liter per hari/ 6- 8 liter/ hari. Dorong pasien melaporkan mulut kering, diuresis (keringat berlebihan) dan untuk peningkatan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak. 3. diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum dan alkohol. 4. diet rendah kalsium, contoh membatasi ,susu,keju,sayur, berdaun hijau, yogurt. 1. memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. 2. pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan statis ginjal atau pembentukan batu. 3. menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
  • 36. 34 5. diet rendah oksalat, contoh membatasi makan coklat, minuman mengandung kafein, bit, bayam. 6. diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit/jam. 7. diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas dan membaca semua label produk/ kandungan dalam makanan. 8. mendengar dengan aktif tentang terapi / perubahan pola hidup. 9. tunjukan perawatan yang tepat terhadap insisi/ kateter bila ada. 4. menurunkan resiko pembentukan batu kalsium. 5. menurunkan pembentukan batu oksalat. 6. mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitrat yang larut dalam traktus GI, menguragi beban nefron ginjal. 7. obat-obatan diberikan untuk mengasamkan mengakalikan urine, tergantung pada penyebab dasar pembentukan batu. 8. membantu pasien berkerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol apa yang terjadi. 9. meningkatkan kemampuan perawatan diri, dan kemandirian. Post operasi Diagnosa 1 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemik
  • 37. 35 Tujuan : - tanda tanda vital stabil - kulit kering dan elastic - intake output seimbang - insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang Intervensi rasional 1. Kaji balutan selang kateter terhadap perdarahan setiap jam dan lapor dokter. 2. Anjurkan pasien untuk mengubah posisi selang atau kateter saat mengubah posisi. 3. Pantau dan catat intake output tiap 4 jam, dan laporan ketidak seimbangan. 4. Kaji tanda vital dan turgor kulit, suhu tiap 4-8 jam. 1. mengetahui adanya perdarahan. 2. mencegah perdarahan pada luka insisi 3. mengetahui kesimbangan dalam tubuh. 4. dapat menunjukan adanya dehidrasi / kurangnya volume cairan
  • 38. 36 Diagnosa 2 Nyeri berhubungan dengan insisi bedah Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks. Intervensi Rasional 1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus daan penghalang factor nyeri. 2. Berikan tindakan kenyamanan non farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi, bantu pasien memilih posisi yang nyaman. 3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan kemerahan. 4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah insisi dengan kedua tangan bila sedang batuk. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. 1. menentukan tindakan selanjutnya 2. dengan otot relkas posisi dan kenyamanan dapat mengurangi nyeri. 3. peradangan dapat menimbulkan nyeri. 4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat 5. analgetik dapat mengurangi nyeri. Diagnosa 3
  • 39. 37 Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik ( kateter). Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari. Intervensi Rasional 1. Kaji pola berkemih normal pasien. 2. Kaji keluhan distensi kandung kemih tiap 4 jam 3.Ukur intake output cairan. 4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri. 5. Anjurkan klien untuk minum air putih 2 Lt /sehari , bila tidak ada kontra indikasi. 1.untuk membandingkan apakah ada perubahan pola berkemih. 2. kandung kemih yang tegang disebabkan karena sumbatan kateter. 3. untuk mengetahui keseimbangan cairan 4. untuk mengetahui fungsi ginjal. 5. untuk melancarkan urine. Diagnosa 4 Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter. Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi. - Drainase dan selang kateter bersih. Intervensi Rasional 1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi luka (demam, kemerahan, bengkak, nyeri tekan 1. mengintervensi tindakan selanjutnya.
  • 40. 38 dan pus) 2. Kaji suhu tiap 4 jam. 3. Anjurkan klien untuk menghindari atau menyentuk insisi. 4. Pertahankan tehnik steril untuk mengganti balutan dan perawatan luka. 2. peningkatan suhu menandakan adanya infeksi. 3. menghindarkan infeksi. 4. menghindari infeksi silang F. IMPLEMENTASI Perencanaan yang dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien melakukan teknik relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri, memantau dan mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen, mengawasi dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah
  • 41. 39 lansia, mengawasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan pasien tentang penyakit; penyebab, tanda/gejala dan komplikasi penyakit, mendengarkan ungkapan pasien tentang program terapi/perubahan pola hidup, mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik : nyeri berulang, hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan menjelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan. G. EVALUASI Melaksanakan tindakan sesuai dengan tujuan. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan yang dapat
  • 42. 40 mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih. Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula diimbangi dengan minum banyak 2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas, olahraga secara teratur dan mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan oksalat. Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total jika cepat mendapat pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila tidak merubah kebiasaan yang salah seperti : kurang minum, kurang bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, purin dan oksalat.