SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
MINGGU 2

   1. HIPOSPADIA

       Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di
bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).


   ETIOLOGI

   1. Embriologi.
   2. Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel
       intersitisial testis.
   3. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
   4. Genetika  Terjadi karena gagalnya sintesis androgen, sehingga ekspresi dari gen
       tersebut tidak terjadi.
   5. Lingkungan  polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan
       mutasi.


   MANIFESTASI KLINIS
   1. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
       mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
   2. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan
       mengangkat penis keatas.
   3. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
   4. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
   5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
       penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
   6. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang
       hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
   7. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
   8. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
   9. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
   10. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
   11. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis
   12. Penis melengkung ke bawah
   13. Jika berkemih, anak harus duduk
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Intervensi
   a. Pra Operasi
      1) Kecemasan/ansietas b/d kurangnya pengetahuan mengenai kondisi,prognosis,
          dan kebutuhan pengobatan
          Tujuan
          Kecemasan/ansietas hilang/berkurang satelah dilakukan asuhan keperawatan
          dalam1x20 menit, dengan criteria hasi, klien akan :
                Mengutarakan proses penyakit/proses preoperasi dan harapan pasca
                operasi
                melakukan prosedur yang diperlukan untuk menjelaskan alasan dari suatu
                tindakan
                memulai perubahan gaya hidup yang dperlukan dan ikut serta dalam
                regimen perawatan
          Intervensi
          a) Kaji tingkat pemahaman pasien
                Rasional: Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran
          b) Gunakan sumber-sumber pengajaran, sesuai keadaan
                Rasional: Media khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasian untuk
                belajar
          c) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual
                Rasional:   Meningkatkan    pemahaman      atau    kontrol    pasien   dan
                memungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi
          d) Informasikan      pasien/orang terdekat    mengenai    rencana    perjalanan,
                komunikasi dokter/orang terdekat
                Rasional: Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar operasi,
                mencegah keraguan dan kebingungan akan kesehatan pasian, dan prosedur
                yang akan dilakukan


   b. Post Operasi
      1) Gangguan rasa Nyaman :Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas
          jaringan
          Tujuan : nyeri berkurang
K/H :
       Menyatakan nyeri terkontrol
       Menunjukkan nyeir hilang, mampu tidur/istirahat dengan tepat
   Intervensi :
   a. Kaji nyeri, catat lokasi, karekteristik, intensitas (skala 0-10)
       Rasional: Membantu mengevaluasi : derajat ketidaknyamanan dan
       keefektifan analgesik
   b. Berikan tindakan kenyaman misal : ubah posisi
       Rasional: Mencegah ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi dan dapat
       meningkat kemampuan koping.
   c. Dorong penggunaan teknik relaksasi
       Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan
       kembali perhatian sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan
   d. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi mil : narkotik, anlagen
       Rasional: Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan


2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas
   Tujuan : jalan napas efektif, tidak ada sumbatan.
   Kriteria hasil:
       Tidak ada bunyi napas tambahan.
       Nafas efektif, pasien tidak gelisah
   Intervensi:
   a. Auskultasi bunyi napas,
       Rasional: untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan seperti, mengi
   b. Kaji, pantau frekuensi pernapasan.
       Rasional: untuk mengetahui tingkat pengembangan paru
   c. Berikan posisi yang nyaman, seperti mengekstensikan kepala
       Rasional: untuk membebaskan jalan napas
   d. Lakukan pengisapan lendir bila perlu.
       Rasional: Untuk melegakan pernafasan.


3) Resiko tingggi infeksi b.d invasi kateter
Tujuan     : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
   diharapkan tidak terjadi infeksi
   Intervensi
   a. Ajarkan pasien & kelurga cara mencucitangan yang benar
      Rasional: menghindari kuman
   b. Ajarkan pada pasien & keluarga tanda gejala infeksi & kapan harus
      melaporkan kepada petugas
      Rasional: memberi peringatan ketika terjadi infeksi
   c. Batasi pengunjung
      Rasional: membuat pasien merasa nyaman
   d. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah digunakan pasien
      Rasional: menetralisir kuman yang ada disekitar
   e. Kaji faktor yang dapat meningkatkan infeksi
      Rasional: meminimalkan resiko infeksi


4) Perubahan eliminasi urine b.d bedah diversi, trauma jaringan
   Tujuan : Eliminasi urine normal / menjadi seperti sebelum sakit K/H :
   Menunjukkan aliran urine terus menerus dengan haluaran urine adekuat untuk
   situasi individu.
   Intervensi :
   a. Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urien tiba-tiba
   b. Observasi dan catat warna urin
   c. Tunjukkan teknik katerisasi sendiri
   d. Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akura
   e. Awasi tanda vital
   Rasional
   a. Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan abstuksi /
      disfungsi
   b. Urine dapat agak kemerahmudaan, yang seharusnya jernih sampai 2-3 hari
   c. Kateterisasi periodik mengosongkan wadah
   d. Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik
   e. Indikator keseimbangan cairan menunjukkan tingkat hidrasi dan
      keefektifan terapi penggantian caira
2. BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA
     BPH (Benigna Prostat hyperplasia) adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami
  pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin
  dengan cara menutupi orifisium uretra. (Smeltzer dan Bare, 2002)


     ETIOLOGI

        Penyebab BPH belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga akibat pengaruh
  hormone, yaitu terjadi perubahan keseimbangan antara hormone estrogen dan testoteron.
  Sebagian besar dihasilkan oleh kedua testis, kira-kira 90 % dan sisanya diproduksi oleh
  kelenjar adrenal, dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan keseimbangan
  testoteron dan estrogen, hal ini disebabkan oleh berkurangnya produksi testoteron dan
  konvensi testoteron menjadi estrogen pada jaringan perifer, estrogen inilah yang emudian
  menyebabkan hyperplasia.


  MANIFESTASI KLINIS

        Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu
  obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan
  cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas
  sehabis   miksi,   kalau   mau     miksi   harus   menunggu         lama (hesitancy), harus
  mengejan (straining,    kencing   terputus-putus (intermittency),     dan   waktu    miksi
  memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.
        Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran
  prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum
  penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala
  antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia),
  perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Arif
  Mansjoer, 2000)


  Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium :
  1. Stadium I
      Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
  2. Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak
   sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa tidak enak BAK atau
   disuria dan menjadi nocturia.
3. Stadium III
   Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4. Stadium IV
  Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara
  periodik (over flow inkontinen).

  ASUHAN KEPERAWATAN

    a. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi
       kandung kemih, infeksi urinaria.
       Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Nyeri
       klien dapat berkurang sampai dengan hilang ditandai dengan ekspresi wajah
       tampak rileks.
       Kriteria Hasil   :
           Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol
           Klien menunjukkan ketrampilan relaksasi dan            aktivitas terapeutik
           sesuai indikasi untuk situasi individu.
           Klien Tampak rileks, tidur / istirahat dengan tepat.
       Intervensi dan Rasional
       1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 0 – 10 ).
           Rasional : Nyeri tajam, intermitten dengan dorongan berkemih / masase
           urin sekitar kateter menunjukkan spasme buli-buli, yang cenderung
           lebih berat pada pendekatan TURP ( biasanya menurun dalam 48 jam ).
       2) Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan
           Rasional : Meminimalisikan retensi urine distensi berlebihan pada kandung
           kemih
       3) Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih
           Rasional : Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan
           yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal
           kemih dari pertumbuhan bakteri
       4) Bantu eliminasi urine dengan pemasangan kateter.
           Rasional : Mengurangi nyeri saat berkemih
5) Kaji karakteristik nyeri (sifat, intensitas, lokasi dan lama).
       Rasional : Mengetahui karakteristik nyeri sehingga dapat menentukan
       intervensi selanjutnya.
   6) Ajarkan teknik relaksasi : tarik napas dalam.
       Rasional : Mengurangi nyeri.
       Kolaborasi
   7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
       Rasional : Menghilangkan nyeri


b. Gangguan Eliminasi Urine : disuria berhubungan dengan Retensi urine,
   pembesaran prostat.
   Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
   mempertahankan pola eliminasi secara adekuat. Terjadinya Pengosongan
   kandung kemih yang lancar.
   Kriteria Hasil :
       Pola eliminasi urine normal tanpa terjadi retensi.
       Jumlah urine 2000-3000 cc/hari
       Tidak ada distensi kandung kemih
   Intervensi dan Rasional
   1) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
       Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika
       urinaria
   2) Kaji keluaran urine (warna, jumlah, kekuatan).
       Rasional : Mengidentifikasi adanya obstruksi dan perdarahan,      palpasi
       kandung kemih setiap menit.
   3) Anjurkan pasien untuk berkemih saat ada rasa ingin berkemih.
       Rasional : Mempertahankan pola eliminasi dengan normal.
   4) Ajarkan Klien Untuk senam kegel
       Rasional : mengotrol pengeluaran untuk berkemih pada pasien
   5) Observasi TTV tiap 4 jam.
       Rasional : Mengetahui keadekuatan fungsi ginjal.
       Kolaborasi
   6) Berikan obat anti spasmodik sesuai indikasi.
Rasional : Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan
       iritasi oleh kateter.


c. Ansietas/kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan
   Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Kecemasan
   klien dapat berkurang sampai dengan hilang.
   Kriteria Hasil :
       Klien Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
       Menunjukkan rentang yang       tepat tentang perasaan dan penurunan rasa
       takut.
   Intervensi Rasional :
   1) Kaji tingkat kecemasan klien.
       Rasional : Untuk mengetahui seberapa jauh kecemasan yang dirasakan klien
   2) Beri kesempatan klien mengungkapkan kecemasan yang dirasakan.
       Rasional : Untuk mengetahui hal-hal apa yang menyebabkan cemas.
   3) Ajarkan teknik relaksasi dengan tarik napas dalam.
       Rasional : Membantu klien mengontrol emosinya
MINGGU 3
   1. UROTILITIS
Definisi
       Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth,
2002, hal. 1460).
       Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,
yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica
B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).


Etiologi
Faktor intrinsik, meliputi:
   1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
   2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
   3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
   1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
       daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
   2. Iklim dan temperatur
   3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
       meningkatkan insiden batu saluran kemih.
   4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
       kemih.
   5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
       atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).


Manifestasi Klinis
   1. Batu di ginjal  Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling
       banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih:
       a. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
       b. Hematuri dan piuria.
       c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke
           bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
       d. Mual dan muntah.
       e. Diare.
2. Batu di ureter (batu infeksi  terbentuk karena infeksi)
               a. Nyeri menyebar ke paha dan genitalia.
               b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
               c. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diametr batu 0,5-1 cm.
        3. Batu di kandung kemih
               a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
                  urinarius dan hematuri.
               b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi
                  urine.


       Diagnosis                                               Perencanaan
No
     Keperawatan                 Tujuan                    Intervensi                        Rasional
 1. Nyeri         hebat Setelah dilakukan          Independen                     a. Membantu mengevaluasi
     (kolik)       yang tindakan                   a. Catat lokasi, lamanya           tempat abstruksi dan
     berhubungan           keperawatan selama           intensitas (0-10) dan         kemajuan gerakan kalkulus
     dengan:               1x 24 jam nyeri klien        penyebaran                b. Obstruksi lengkap ureter
     peningkatan           hilang, dengan          b. Perhatikan                      dapat menyebabkan
     frekuensi         / criteria :                     keluhan/menetap               perforasi dan ekstravasasi
     dorongan              a. Melaporkan nyeri          nya nyeri abdomen.            urine ke dalam area
     kontraksi               hilang/berkurang                                         perineal.
     uretral.                dengan spasme         c. Dorong aktivitas            c. Gerakan dapat
                             terkontrol                 sesuai toleransi              meningkatkan pasase dari
                           b. Tampak rileks                                           beberapa batu kecil dan
                             mampu                                                    mengurangi urine statis.
                             tidur/istirahat                                      d. Kenmyamanan
                             dengan tepat.         d. Ajarkan klien teknik            meningkatkan istirahat dan
                           c. Skala nyeri 0             relaksasi (tarik nafas        penyembuhan mual
                           d. TTV dala batas            dalam)                        disebabkan oleh
                             normal                                                   peningkatan nyeri.
                                                   Kolaborasi :                  Kolaborasi :
                                                   Kolaborasi pemberian           -   Analgetik (gol. narkotik)
                                                   obat sesuai program                biasanya diberikan selama
                                                   terapi:                            episode akut untuk
                                                    -      Analgetik                  menurunkan kolik ureter
                                                                                      dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.
                                                                            -   Menurunkan refleks spasme,
                                              -     Antispasmodik               dapat menurunkan kolik dan
                                                                                nyeri.
                                                                            -   Mungkin digunakan untuk
                                              -     Kortikosteroid              menurunkan edema jaringan
                                                                                untuk membantu gerakan
                                                                                batu.
                                                                            -   Mencegah stasis/retensi
                                                                                urine, menurunkan risiko
                                                                                peningkatan tekanan ginjal


2. Perubahan            Setelah dilakukan    a. Awasi pemasukan             a. Memberikan informasi
   eliminasi urine      tindakan                  dan keluaran serta            tentang fungsi ginjal, dan
   berhubungan          keperawatan selama        karakteristik urine           adanya komplikasi contoh
   dengan situasi       3x24 jam, pola                                          infeksi dan perdarahan
   kandung kemih        berkemih klien       b. Dorong                      b. Peningkatan hidrasi
   oleh batu, iritasi   kembali normal            meningkatjkan                 membilas bakteri,darah dan
   ginjal atau          dengan criteria :         pemasukan cairan              debris dan dapat membantu
   uretral              a. Berkemih dengan                                      lewatnya batu.
                        jumlah normal dan    c. periksa semua urine         c. Penemuan batu
                        pola biasanya             catat adanya                  memungkinkan identifikasi
                        b. Tidak mengalami        keluaran batu                 tipe batu dan mempengaruhi
                        tanda obstruksi                                         pilihan terapi.

                                             Kolaborasi :
                                                                            Kolaborasi :
                                             Berikan      obat    sesuai
                                             indikasi:
                                                                            -   Menurnkan produksi asam
                                             -     Asetazolamid
                                                                                urat.
                                                   (Diamox),
                                                                            -   Mungkin diperlukan bila ada
                                                   Alupurinol
                                                                                ISK
                                                   (Ziloprim)
                                                                            -   Mengganti kehilangan yang
                                             -     Hidroklorotiazid
                                                                                tidak dapat teratasi selama
                                                   (Esidrix, Hidroiuril),
                                                                                pembuangan bikarbonat dan
                                                   Klortalidon
                                                                                atau alkalinisasi urine, dapat
                                                   (Higroton)
mencegah pemebntukan
                                                                             batu.




3. Resiko          Setelah dilakukan      a. Awasi intake dan             a. Membandingkan keluaran
   kekurangan      tindakan                  Output                          actual
   Volume cairan   keperawatan selama     b. Catat dan perhatikan b. Mual / muntah, diare secara
   berhubungan     2x24 jam kebutuhan        karakteristik          dan      umum berdasarkan baik
   dengan mual     cairan klien              frekuensi       mual     /      kolik ginjal karena saraf
   dan muntah.     terpenuhi dengan          muntah dan diare.               ganglion seliaka pada kedua
                   kriteria                                                  ginjal dan lambung.
                                          c. Awasi Hb /Ht,                c. Mengkaji hidrasi dan
                   a. Mempertahankan         elektrolit                      efektifian / kebutuhan
                   keseimbangan cairan.                                      intervensi.
                   b. Membran mukosa                                      d. Mempertahankan volume
                                          d. Berikan cairan IV
                   lembab                                                    sirkulasi / bila pemasukan
                   c. Turgor kulit baik                                      oral tidak cukup,/ menaik
                                          Kolaborasi :
                                                                             fungsi ginjal.
                                          Kolaborasi      pemberian
                                             diet sesuai keadaan
                                                                          Kolaborasi :
                                             klien.
                                                                          Antiemetik mungkin diperlukan
                                                                             untuk menurunkan
                                          Berikan     obat     sesuai
                                                                             mual/muntah.
                                          program            terapi
                                          (antiemetik        misalnya
                                          Proklorperasin/
                                          Campazin).
2.

More Related Content

What's hot

ASKEP PADA KLIEN DENGAN PREOPERASI DAN POSTOPERASI SISTEM PERNAPASAN DAN KARD...
ASKEP PADA KLIEN DENGAN PREOPERASI DAN POSTOPERASI SISTEM PERNAPASAN DAN KARD...ASKEP PADA KLIEN DENGAN PREOPERASI DAN POSTOPERASI SISTEM PERNAPASAN DAN KARD...
ASKEP PADA KLIEN DENGAN PREOPERASI DAN POSTOPERASI SISTEM PERNAPASAN DAN KARD...Pangestu S
 
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Pangestu S
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasiUlfa Pradipta
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitisWarnet Raha
 
Nanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepNanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepChristine Aie
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutTenri Ashari Wanahari
 
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummLaris Manik
 

What's hot (19)

Perioperative
PerioperativePerioperative
Perioperative
 
ASKEP PADA KLIEN DENGAN PREOPERASI DAN POSTOPERASI SISTEM PERNAPASAN DAN KARD...
ASKEP PADA KLIEN DENGAN PREOPERASI DAN POSTOPERASI SISTEM PERNAPASAN DAN KARD...ASKEP PADA KLIEN DENGAN PREOPERASI DAN POSTOPERASI SISTEM PERNAPASAN DAN KARD...
ASKEP PADA KLIEN DENGAN PREOPERASI DAN POSTOPERASI SISTEM PERNAPASAN DAN KARD...
 
5. asuhan keperawatan pada hernia
5. asuhan keperawatan pada hernia5. asuhan keperawatan pada hernia
5. asuhan keperawatan pada hernia
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
 
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasi
 
Perawatan bedah kebidanan1
Perawatan bedah kebidanan1Perawatan bedah kebidanan1
Perawatan bedah kebidanan1
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
Nanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepNanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hep
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
 
Apendesitis kelompok AKPER PEMKAB MUNA
Apendesitis kelompok    AKPER PEMKAB MUNA Apendesitis kelompok    AKPER PEMKAB MUNA
Apendesitis kelompok AKPER PEMKAB MUNA
 
Nic noc 2007
Nic noc 2007Nic noc 2007
Nic noc 2007
 
Apendesitis kelompok AKPER PEMKAB MUNA
Apendesitis kelompok AKPER PEMKAB MUNA Apendesitis kelompok AKPER PEMKAB MUNA
Apendesitis kelompok AKPER PEMKAB MUNA
 
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes umm
 
Kmb1 pnemonia
Kmb1  pnemoniaKmb1  pnemonia
Kmb1 pnemonia
 
post op Tur-p
post op Tur-ppost op Tur-p
post op Tur-p
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Askep faringitis
Askep faringitisAskep faringitis
Askep faringitis
 

Similar to BPH dan Hipospadia (20)

Inkontenensia urin
Inkontenensia urinInkontenensia urin
Inkontenensia urin
 
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
 
Retensi urine
Retensi urineRetensi urine
Retensi urine
 
ASKEP Infeksi saluran kemih
ASKEP Infeksi saluran kemihASKEP Infeksi saluran kemih
ASKEP Infeksi saluran kemih
 
Askep inkontinensia urine (2)
Askep inkontinensia urine (2)Askep inkontinensia urine (2)
Askep inkontinensia urine (2)
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 
Rentensi urine
Rentensi urineRentensi urine
Rentensi urine
 
52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan bph (5)
Asuhan keperawatan pada klien dengan bph (5)Asuhan keperawatan pada klien dengan bph (5)
Asuhan keperawatan pada klien dengan bph (5)
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
PPT Gerontik Kelompok 2.pptx
PPT Gerontik Kelompok 2.pptxPPT Gerontik Kelompok 2.pptx
PPT Gerontik Kelompok 2.pptx
 
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
 
Askep appendix 1
Askep appendix 1Askep appendix 1
Askep appendix 1
 
Askep askep fr.cervical
Askep askep fr.cervicalAskep askep fr.cervical
Askep askep fr.cervical
 
B
BB
B
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 

BPH dan Hipospadia

  • 1. MINGGU 2 1. HIPOSPADIA Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). ETIOLOGI 1. Embriologi. 2. Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel intersitisial testis. 3. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon 4. Genetika  Terjadi karena gagalnya sintesis androgen, sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. 5. Lingkungan  polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. MANIFESTASI KLINIS 1. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK. 2. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas. 3. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok. 4. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi. 5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus. 6. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar. 7. Kulit penis bagian bawah sangat tipis. 8. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada. 9. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum). 10. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal. 11. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis 12. Penis melengkung ke bawah 13. Jika berkemih, anak harus duduk
  • 2. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Intervensi a. Pra Operasi 1) Kecemasan/ansietas b/d kurangnya pengetahuan mengenai kondisi,prognosis, dan kebutuhan pengobatan Tujuan Kecemasan/ansietas hilang/berkurang satelah dilakukan asuhan keperawatan dalam1x20 menit, dengan criteria hasi, klien akan : Mengutarakan proses penyakit/proses preoperasi dan harapan pasca operasi melakukan prosedur yang diperlukan untuk menjelaskan alasan dari suatu tindakan memulai perubahan gaya hidup yang dperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan Intervensi a) Kaji tingkat pemahaman pasien Rasional: Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran b) Gunakan sumber-sumber pengajaran, sesuai keadaan Rasional: Media khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasian untuk belajar c) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual Rasional: Meningkatkan pemahaman atau kontrol pasien dan memungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi d) Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikasi dokter/orang terdekat Rasional: Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar operasi, mencegah keraguan dan kebingungan akan kesehatan pasian, dan prosedur yang akan dilakukan b. Post Operasi 1) Gangguan rasa Nyaman :Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan Tujuan : nyeri berkurang
  • 3. K/H : Menyatakan nyeri terkontrol Menunjukkan nyeir hilang, mampu tidur/istirahat dengan tepat Intervensi : a. Kaji nyeri, catat lokasi, karekteristik, intensitas (skala 0-10) Rasional: Membantu mengevaluasi : derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik b. Berikan tindakan kenyaman misal : ubah posisi Rasional: Mencegah ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkat kemampuan koping. c. Dorong penggunaan teknik relaksasi Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan d. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi mil : narkotik, anlagen Rasional: Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan 2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas Tujuan : jalan napas efektif, tidak ada sumbatan. Kriteria hasil: Tidak ada bunyi napas tambahan. Nafas efektif, pasien tidak gelisah Intervensi: a. Auskultasi bunyi napas, Rasional: untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan seperti, mengi b. Kaji, pantau frekuensi pernapasan. Rasional: untuk mengetahui tingkat pengembangan paru c. Berikan posisi yang nyaman, seperti mengekstensikan kepala Rasional: untuk membebaskan jalan napas d. Lakukan pengisapan lendir bila perlu. Rasional: Untuk melegakan pernafasan. 3) Resiko tingggi infeksi b.d invasi kateter
  • 4. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi Intervensi a. Ajarkan pasien & kelurga cara mencucitangan yang benar Rasional: menghindari kuman b. Ajarkan pada pasien & keluarga tanda gejala infeksi & kapan harus melaporkan kepada petugas Rasional: memberi peringatan ketika terjadi infeksi c. Batasi pengunjung Rasional: membuat pasien merasa nyaman d. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah digunakan pasien Rasional: menetralisir kuman yang ada disekitar e. Kaji faktor yang dapat meningkatkan infeksi Rasional: meminimalkan resiko infeksi 4) Perubahan eliminasi urine b.d bedah diversi, trauma jaringan Tujuan : Eliminasi urine normal / menjadi seperti sebelum sakit K/H : Menunjukkan aliran urine terus menerus dengan haluaran urine adekuat untuk situasi individu. Intervensi : a. Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urien tiba-tiba b. Observasi dan catat warna urin c. Tunjukkan teknik katerisasi sendiri d. Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akura e. Awasi tanda vital Rasional a. Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan abstuksi / disfungsi b. Urine dapat agak kemerahmudaan, yang seharusnya jernih sampai 2-3 hari c. Kateterisasi periodik mengosongkan wadah d. Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik e. Indikator keseimbangan cairan menunjukkan tingkat hidrasi dan keefektifan terapi penggantian caira
  • 5. 2. BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA BPH (Benigna Prostat hyperplasia) adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. (Smeltzer dan Bare, 2002) ETIOLOGI Penyebab BPH belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga akibat pengaruh hormone, yaitu terjadi perubahan keseimbangan antara hormone estrogen dan testoteron. Sebagian besar dihasilkan oleh kedua testis, kira-kira 90 % dan sisanya diproduksi oleh kelenjar adrenal, dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan keseimbangan testoteron dan estrogen, hal ini disebabkan oleh berkurangnya produksi testoteron dan konvensi testoteron menjadi estrogen pada jaringan perifer, estrogen inilah yang emudian menyebabkan hyperplasia. MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining, kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow. Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Arif Mansjoer, 2000) Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium : 1. Stadium I Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis. 2. Stadium II
  • 6. Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa tidak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia. 3. Stadium III Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc. 4. Stadium IV Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara periodik (over flow inkontinen). ASUHAN KEPERAWATAN a. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung kemih, infeksi urinaria. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Nyeri klien dapat berkurang sampai dengan hilang ditandai dengan ekspresi wajah tampak rileks. Kriteria Hasil : Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol Klien menunjukkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu. Klien Tampak rileks, tidur / istirahat dengan tepat. Intervensi dan Rasional 1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 0 – 10 ). Rasional : Nyeri tajam, intermitten dengan dorongan berkemih / masase urin sekitar kateter menunjukkan spasme buli-buli, yang cenderung lebih berat pada pendekatan TURP ( biasanya menurun dalam 48 jam ). 2) Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan Rasional : Meminimalisikan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih 3) Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih Rasional : Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal kemih dari pertumbuhan bakteri 4) Bantu eliminasi urine dengan pemasangan kateter. Rasional : Mengurangi nyeri saat berkemih
  • 7. 5) Kaji karakteristik nyeri (sifat, intensitas, lokasi dan lama). Rasional : Mengetahui karakteristik nyeri sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya. 6) Ajarkan teknik relaksasi : tarik napas dalam. Rasional : Mengurangi nyeri. Kolaborasi 7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik Rasional : Menghilangkan nyeri b. Gangguan Eliminasi Urine : disuria berhubungan dengan Retensi urine, pembesaran prostat. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat. Terjadinya Pengosongan kandung kemih yang lancar. Kriteria Hasil : Pola eliminasi urine normal tanpa terjadi retensi. Jumlah urine 2000-3000 cc/hari Tidak ada distensi kandung kemih Intervensi dan Rasional 1) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria 2) Kaji keluaran urine (warna, jumlah, kekuatan). Rasional : Mengidentifikasi adanya obstruksi dan perdarahan, palpasi kandung kemih setiap menit. 3) Anjurkan pasien untuk berkemih saat ada rasa ingin berkemih. Rasional : Mempertahankan pola eliminasi dengan normal. 4) Ajarkan Klien Untuk senam kegel Rasional : mengotrol pengeluaran untuk berkemih pada pasien 5) Observasi TTV tiap 4 jam. Rasional : Mengetahui keadekuatan fungsi ginjal. Kolaborasi 6) Berikan obat anti spasmodik sesuai indikasi.
  • 8. Rasional : Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh kateter. c. Ansietas/kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Kecemasan klien dapat berkurang sampai dengan hilang. Kriteria Hasil : Klien Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi Menunjukkan rentang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut. Intervensi Rasional : 1) Kaji tingkat kecemasan klien. Rasional : Untuk mengetahui seberapa jauh kecemasan yang dirasakan klien 2) Beri kesempatan klien mengungkapkan kecemasan yang dirasakan. Rasional : Untuk mengetahui hal-hal apa yang menyebabkan cemas. 3) Ajarkan teknik relaksasi dengan tarik napas dalam. Rasional : Membantu klien mengontrol emosinya
  • 9. MINGGU 3 1. UROTILITIS Definisi Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth, 2002, hal. 1460). Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76). Etiologi Faktor intrinsik, meliputi: 1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi. 2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun 3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita. Faktor ekstrinsik, meliputi: 1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu) 2. Iklim dan temperatur 3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. 4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih. 5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life). Manifestasi Klinis 1. Batu di ginjal  Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih: a. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral. b. Hematuri dan piuria. c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. d. Mual dan muntah. e. Diare.
  • 10. 2. Batu di ureter (batu infeksi  terbentuk karena infeksi) a. Nyeri menyebar ke paha dan genitalia. b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar. c. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diametr batu 0,5-1 cm. 3. Batu di kandung kemih a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri. b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine. Diagnosis Perencanaan No Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1. Nyeri hebat Setelah dilakukan Independen a. Membantu mengevaluasi (kolik) yang tindakan a. Catat lokasi, lamanya tempat abstruksi dan berhubungan keperawatan selama intensitas (0-10) dan kemajuan gerakan kalkulus dengan: 1x 24 jam nyeri klien penyebaran b. Obstruksi lengkap ureter peningkatan hilang, dengan b. Perhatikan dapat menyebabkan frekuensi / criteria : keluhan/menetap perforasi dan ekstravasasi dorongan a. Melaporkan nyeri nya nyeri abdomen. urine ke dalam area kontraksi hilang/berkurang perineal. uretral. dengan spasme c. Dorong aktivitas c. Gerakan dapat terkontrol sesuai toleransi meningkatkan pasase dari b. Tampak rileks beberapa batu kecil dan mampu mengurangi urine statis. tidur/istirahat d. Kenmyamanan dengan tepat. d. Ajarkan klien teknik meningkatkan istirahat dan c. Skala nyeri 0 relaksasi (tarik nafas penyembuhan mual d. TTV dala batas dalam) disebabkan oleh normal peningkatan nyeri. Kolaborasi : Kolaborasi : Kolaborasi pemberian - Analgetik (gol. narkotik) obat sesuai program biasanya diberikan selama terapi: episode akut untuk - Analgetik menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi
  • 11. otot/mental. - Menurunkan refleks spasme, - Antispasmodik dapat menurunkan kolik dan nyeri. - Mungkin digunakan untuk - Kortikosteroid menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu. - Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal 2. Perubahan Setelah dilakukan a. Awasi pemasukan a. Memberikan informasi eliminasi urine tindakan dan keluaran serta tentang fungsi ginjal, dan berhubungan keperawatan selama karakteristik urine adanya komplikasi contoh dengan situasi 3x24 jam, pola infeksi dan perdarahan kandung kemih berkemih klien b. Dorong b. Peningkatan hidrasi oleh batu, iritasi kembali normal meningkatjkan membilas bakteri,darah dan ginjal atau dengan criteria : pemasukan cairan debris dan dapat membantu uretral a. Berkemih dengan lewatnya batu. jumlah normal dan c. periksa semua urine c. Penemuan batu pola biasanya catat adanya memungkinkan identifikasi b. Tidak mengalami keluaran batu tipe batu dan mempengaruhi tanda obstruksi pilihan terapi. Kolaborasi : Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi: - Menurnkan produksi asam - Asetazolamid urat. (Diamox), - Mungkin diperlukan bila ada Alupurinol ISK (Ziloprim) - Mengganti kehilangan yang - Hidroklorotiazid tidak dapat teratasi selama (Esidrix, Hidroiuril), pembuangan bikarbonat dan Klortalidon atau alkalinisasi urine, dapat (Higroton)
  • 12. mencegah pemebntukan batu. 3. Resiko Setelah dilakukan a. Awasi intake dan a. Membandingkan keluaran kekurangan tindakan Output actual Volume cairan keperawatan selama b. Catat dan perhatikan b. Mual / muntah, diare secara berhubungan 2x24 jam kebutuhan karakteristik dan umum berdasarkan baik dengan mual cairan klien frekuensi mual / kolik ginjal karena saraf dan muntah. terpenuhi dengan muntah dan diare. ganglion seliaka pada kedua kriteria ginjal dan lambung. c. Awasi Hb /Ht, c. Mengkaji hidrasi dan a. Mempertahankan elektrolit efektifian / kebutuhan keseimbangan cairan. intervensi. b. Membran mukosa d. Mempertahankan volume d. Berikan cairan IV lembab sirkulasi / bila pemasukan c. Turgor kulit baik oral tidak cukup,/ menaik Kolaborasi : fungsi ginjal. Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan Kolaborasi : klien. Antiemetik mungkin diperlukan untuk menurunkan Berikan obat sesuai mual/muntah. program terapi (antiemetik misalnya Proklorperasin/ Campazin).
  • 13. 2.