4. ETIMOLOGI
• Deuteronomy, Hebrew Devarim, (“Words”), fifth book of the Old
Testament, written in the form of a farewell address by Moses to
the Israelites before they entered the Promised Land of Canaan.
• The title Deuteronomy, derived from Greek, thus means a “copy,” or a
“repetition,” of the law rather than “second law,” as the word’s
etymology seems to suggest.
• https://www.britannica.com/topic/Deuteronomy
5. PERKATAAN TERAKHIR MUSA
• The biblical book Deuteronomy (lit. “second law”) presents itself as an account of
the last day of Moses (according to Deut 1:3, this is the first day of the eleventh
month in the fortieth year [after the Exodus]).At the end of this day Moses dies (Deut
34).
• However, the main task of the book’s narrator is to introduce the (long) speeches
of Moses. Moses speaks to the people of Israel on the plains of Moab just prior to their
entry into the Promised Land.Above all, Moses teaches Israel a law (Deut 12:1—26:16).
• http://www.oxfordbiblicalstudies.com/article/opr/t467/e53?_hi=1&_pos=6
6. PERKATAAN TERAKHIR MUSA
• Tujuan dari perkataan / pidato Musa
• 1) mengingat masa lalu Israel,
• 2) mengulangi hukum yang telah dikomunikasikan Musa kepada orang-
orang di Horeb (Sinai), dan menekankan bahwa
• 3) kepatuhan terhadap hukum-hukum ini sangat penting untuk
kesejahteraan orang-orang di tanah yang akan mereka miliki.
• https://www.britannica.com/topic/Deuteronomy
7. TUJUAN
• Umat Israel harus mempelajari hukum ini
dan menaati perintah-perintahnya di negeri
Terjanji. Hanya dengan begitu mereka dapat
tinggal di sana secara permanen dan tidak
dihancurkan atau dipaksa ke pengasingan.
8. SIGNIFIKANSI
• Deuteronomy is arguably one of the most significant books of the Old Testament. It is the
culmination of the Pentateuch, and it throws the shadow of its distinctive theological
perspective on the rest of the Old Testament—history (particularly Samuel-Kings) and
prophets (e.g., Jeremiah) alike. For good rea son, Wenham (1985) has called Deuteronomy
the linchpin of the Old Testament.
• Ulangan bisa dikatakan sebagai salah satu kitab paling penting dalam Perjanjian Lama. Ini
adalah puncak dari Pentateukh, dan memberikan bayangan perspektif teologisnya yang
khas pada bagian lain dalam Perjanjian Lama— kitab sejarah (khususnya Samuel-Kings) dan
para nabi (misalnya, Yeremia). Untuk alasan yang baik, Wenham (1985) telah menyebut
Kitab Ulangan sebagai kunci utama dari Perjanjian Lama.
• Tremper Longman III – Raymond B. Dillard, An Introduction to the Old Testament, Grand
Rapids Michigan Zodervan, 2009, 102
9. KITAB ULANGAN SEBAGAI BAGIAN
PERTAMA KISAH SEJARAH SELANJUTNYA.
• To this original core of materials other materials were added by interested
parties in the years following the reforms instituted by King Josiah (reigned c.
640–609 BC).
• The final form is due to the work of a historian who added, among other things,
a second introduction (chapters 1–4) and made Deuteronomy the book of
first principles for his history of the Israelite people in the land of
Canaan.
10. KITAB ULANGAN SEBAGAI BAGIAN
PERTAMA KISAH SEJARAH SELANJUTNYA
• Deuteronomy might thus be viewed as the first part of the
history that follows, rather than as the last book of the
Pentateuch, the generally accepted order most scholars
prefer.
• Dengan demikian kitab Ulangan dapat dilihat sebagai bagian
pertama dari sejarah yang mengikutinya, daripada sebagai
buku terakhir dari Pentateukh, urutan yang diterima secara
umum yang disukai kebanyakan sarjana.
• https://www.britannica.com/topic/Deuteronomy
14. TEOLOGI KITAB ULANGAN : (ULANGAN
30:19-20 ITB)
• 19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu
pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian,
berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik
engkau maupun keturunanmu,
• 20 dengan mengasihi TUHAN,Allahmu, mendengarkan suara-
Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan
lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN
dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham,
Ishak danYakub, untuk memberikannya kepada mereka." (Deut.
30:19-20 ITB)
15. GARIS BESAR KITAB ULANGA
SEBUAH ALTERNATIF
• Recap of Israel’s journey from Egypt (Dt 1–3)
• Recap of Israel’s relationship with God (Dt 4–10)
• How to love God and keep His commandments (Dt 11–26)
• Blessings, curses, and restoration (Dt 27–30)
• The death of Moses (Dt 31–34)
https://overviewbible.com/deuteronomy/
16. SUSUNAN KONSENTRIS KITAB
ULANGAN
• Pembukaan (1-11) – Wejangan Musa
• (inti) Undang-Undang dalam bab 12-
26.
• Penutup 27-30 - Wejangan Musa
• Kisah kematian Musa (31-34) (tambahan)
17. WEJANGAN MUSA PERTAMA
• Angkatan lama yang tidak percaya kepada janji Tuhan, tidak
diperbolehkan masuk negeri terjanji (1:19-2:15; termasuk Musa
sendiri, 3:23-29).
• Namun, angkatan baru, yang kini sudah mulai mengalami
perwujudan janji Tuhan, yakni pemberian wilayah di sebelah timur
sungaiYordan (2:16-3:23), hendaknya menepati ketetapan dan
peraturan Tuhan agar dapat memasuki negeri terjanji itu
sepenuhnya (4:1-22). Kalau mereka lupa akan Perjanjian Tuhan,
mereka sebaliknya akan dibuang dari negeri itu (4:23dst).
18. WEJANGAN MUSA KEDUA
• Wejangan Musa yang kedua mulai dengan mengingatkan orang
Israel akan pengikatan Perjanjian di Horeb yang diikat Tuhan
bukan hanya dengan moyang mereka tetapi juga dengan setiap
generasi. Dalam kaitan ini dikutip kembali Sepuluh Firman
(5:6-21), yang juga dalam kitab Ulangan berlaku sebagai
ketetapan dasar untuk segala peraturan lain (bdk. posisi Sepuluh
Firman dalam Kel 20 dalam konteks Kel 19- Bil 9).
• Seluruh wejangan yang kedua ini merupakan himbauan dan
memberi dorongan kepada Israel untuk mengasihi Tuhan
dengan cara menepati hukum dan ketetapan-Nya.
19. BERKAITAN DENGAN MASA LAMPAU
• Untuk memberi motivasi kepada Israel, mereka terus
menerus diingatkan akan masa lampau yang positif maupun
negatif; diingatkan akan sejarah kebaikan Tuhan, sumpah
setianya kepada nenek moyang bangsa (mis. 6:10),
pembebasan dari Mesir (mis. 6:21ii), penyelenggaraan ilahi
sepanjang perjalanan di padang gurun (mis. 8:2ii,15i), tetapi
diingatkan juga akan sejarah amarah-Nya ketika Israel
murtad di Horeb (9:7-10:11).
20. BERKAITAN DENGAN MASA DEPAN
• Untuk menambah motivasi Israel, mata mereka
diarahkan pula ke masa depan, yakni ke berkat yang
dijanjikan Tuhan, hidup sejahtera dalam sebuah
negeri yang sangat baik (7:13, 8:7-10, 11:8), tetapi
juga kepada kutukan Tuhan kalau mereka akan
melanggar ketetapan dan peraturannya (7:4,10,
11:28).
21. UNDANG-UNDANG ULANGAN
(12-26)
• Bagian sentral dari wejangan Musa. Undang-Undang ini
kurang bersifat sebagai kitab hukum biasa, sebab pera-
turan-peraturannya terus menerus diselingi himbauan
dan bahkan renungan teologis.
• Ciri persuasif itu membedakannya dari Kitab Perjanjian,
koleksi hukum yang terdapat dalam Kel 20:22-23:19
dan yang sering dihubungkan dan dibandingkan dengan
Undang-Undang Ulangan.
22. SENTRALISASI PERIBADATAN – TEOLOGI
SENTRAL
PENDEKATAN WELLHAUSEN
• Dalam bagian pertama Undang-undang Ulangan sering diulang peraturan yang sangat
khas Deuteronomis, yang menyangkut sentralisasi ibadat “di tempat yang dipilihTuhan,
Allahmu, untuk membuat namanya tinggal di sana”, yaitu di Bait Allah diYerusalem.
• Perintah sentralisasi ibadat itu diterapkan kepada segala macam korban persembahan
(Ul 12:5,11,13i,18, 21,26), persembahan persepuluhan (14:22 dst), penyembelihan
anak sulung (15:19i), dan tiga Hari Raya utama (Ul 16
23. LANJUTAN
• Sentralisasi ibadat ini muncul sekali lagi dalam sebuah liturgi yang dibicarakan pada
akhir Undang-Undang Ulangan, yakni persembahan hasil pertama (26:1-11). Di antara
peraturan sentralisasi pada bagian pertama dan pada akhir itu terdapat aneka ragam
hukum pidana, sipil dan sosial.
• Rumusan sentralisasi juga masih muncul dalam kaitan dengan pengadilan tertinggi
(17:8ii), dan penghidupan orang-orang Lewi (18:6ii).
24. BEBERAPA HUKUM BAB 16-25
PENDEKATAN WELLHAUSEN
• 16:18 - 18:22 Hukum tentang yang berwenang: hakim, raja, imam,
nabi
• 19:1 - 21:9 Hukum Pidana
• 21:10 - 22:30 Hukum Keluarga
• 23:1-14 Hukum Ketahiran
• 23:15 - 25:4 Hukum Perikemanusiaan
• 25:5-19 Aneka ragam tambahan
25. WEJANGAN PENUTUP BAG 1
• Dalam Ul 27-28 disampaikan ucapan berkat dan lebih
banyak lagi ucapan kutuk untuk mendorong Israel agar
melakukan ketetapan dan peraturanTuhan yang baru saja
diuraikan dalam Undang-Undang Ulangan, dan jangan
mengabaikannya.
26. BLESSINGS AND CURSES IN ANCIENT NEAR
EAST
• In the Levant, blessings and curses took the form of intentional, future-
oriented, performative speech acts spoken by deities and humans to
promote good or evil, flourishing or injury for individuals and nations.
• Although some argue that the words themselves carried a semimagical,
automatic power, deity was seen as the ultimate source and executor.
• When human agents offered public acknowledgment of the deity’s favor, often
accompanied by song, dance, and feasting, blessing became an act of praise.
• http://www.oxfordbiblicalstudies.com/article/opr/t467/e27
27. WEJANGAN PENUTUP BAG 2
• Dalam Ul 29-30 disajikan “perkataan Perjanjian yang diikat Musa dengan Israel di tanah
Moab” (Ul 29:1), suatu wejangan dalam rangka pembaharuan Perjanjian di Moab.
Perkataan Perjanjian itu memuncak dalam peringatan keras bahwa pelanggaran pasti
akan membawa hukuman berupa pembuangan (Ul 29:21dst), tetapi juga disampaikan
bahwa masih ada kemungkinan untuk berbalik kepada Tuhan dan mengalami kebaikan-
Nya (Ul 30:1-10).
28. KISAH PENUTUP 31-34
• Ul 31 menyambung dan melanjutkan riwayat sejarah yang terputus sejak Bil 32 atau
Ul 3. Musa tidak diperbolehkan menyeberangi sungaiYordan, maka kepemimpinan
dialihkan kepadaYosua yang — dengan disertai Tuhan — akan menyeberang di depan
umat Israel (Ul 31:1-8, bdk Ul 3:23-29). Untuk menjaga kelangsungan Perjanjian,
ditetapkan pembacaan ulang hukumTaurat pada hari Raya Pondok Daun, sekali
setiap tahun ketujuh (Ul 31:9-13). HukumTaurat dituliskan dalam sebuah kitab, dan
diberi tempat di samping Tabut Perjanjian yang memuat 10 Firman (Ul 31:24ii).
29. DUA SAJAK 32-33
• Di tengah kisah penutup ini disisipkan dua sajak:
sebuah mazmur (Nyanyian Musa, Ul 32) dan sebuah
koleksi ucapan berkat untuk masing-masing suku
(Berkat Musa, Ul 33). Kedua sajak itu diletakkan dalam
mulut Musa sebagai peringatan maupun janji untuk
masa mendatang.
30. ULANGAN 34
• Dalam Ul 34 riwayat Musa dibulatkan dengan berita tentang
kematiannya. Setelah diberi melihat negeri terjanji, Musa mati di
ambang pintu negeri itu. Kisah terakhir ini bukan hanya berperan
sebagai penutupan kitab Ulangan, melainkan juga berfungsi sebagai
kisah penutupan untuk seluruhTaurat Musa.
32. KITAB ULANGAN YANG ASLI?
• Apa yang lazim disebut kitab Ulangan asli perlu dicari di
dalam bab (6-11)12-25. Karangan itu aslinya berupa sebuah
koleksi undang-undang, yang dijiwai oleh gagasan
sentralisasi ibadat. Koleksi yang dikenal sebagai torah Mošè,
sudah diawali beberapa himbauan yang ditujukan kepada
Israel yang dilukiskan sedang berada dalam perjalanan
masuk ke negeri.
33. KITAB ULANGAN YANG ASLI?
• Asal mula dari kitab Ulangan asli ini masih diperdebatkan.
Apakah juga berasal dari masa rajaYosia? Ataukah gerakan
deuteronomis serta kitab mereka sudah ada lebih dahulu;
berasal dari masa raja Hizkia (kl. 700SM), dan kitab itu —
setelah hilang pada masa raja Manasye — sungguh
ditemukan kembali pada masaYosia?
•
34. PENGARANG SEJARAH
DEUTERONOMISTIS
• Ulangan asli itu selanjutnya oleh pengarang sejarah
deuteronomistis dimasukkan ke dalam karyanya yang besar
tentang sejarah bangsa Israel, sebagai bagian pengantarnya.
35. PENGARANG SEJARAH
DEUTERONOMISTIS
• pengarang KSDtr melengkapi Ulangan asli dengan suatu kerangka
kisah sejarah, yakni kisah perjalanan Israel dari Horeb sampai ke
perbatasan negeri terjanji (Ul 1-3), lagi kisah tentang pengadaan
Perjanjian serta pemberian Sepuluh Firman di Horeb (Ul 5) dan kisah
tentang pelanggaran Perjanjian itu (Ul 9:2-10:10). Kerangka kisah
sejarah itu kemudian disambung lagi dengan penunjukkanYosua
sebagai pengganti Musa (Ul 31) dan kematian Musa (34:1-6).
36. EDITOR DI MASA SELANJUTNYA
• Hubungan antara hukum Musa dan Perjanjian Horeb itu ditingkatkan
lebih jauh oleh editor yang kemudian.Tangan editor itu paling kentara
dalam Ul 4, (6-8), 10:12-11:32, 26-30.Apa yang sudah diceriterakan oleh
pengarang sejarah, yakni penyampaian hukum Musa dalam kerangka
sejarah Perjanjian Horeb, diungkapkan lebih tegas lagi oleh editor yang
kemudian. Menurut edisinya bahkan penyampaian hukum oleh Musa
kepada bangsa diadakan dalam rangka pengikatan Perjanjian, yakni
Perjanjian di tanah Moab (29:1).
38. In some respects Deuteronomy portrays what an
ideal Israel would be. It presents an Israel with “one
God, one people, one land, one sanctuary, and one
law.” Its theological contributions are intimately
bound up with some of the distinctive concerns that
set it apart from the remainder of the Pentateuch.
An Introduction to the OT, 114
40. UMAT PERJANJIAN
• The covenant between God and Israel made at Sinai and renewed on
the plains of Moab before Moses’ death presumes an Israel that is a
united, unified people.
• The nation exists—it receives its national identity—as a people in
covenant withYahweh. It is a nation set apart and defined by its
adherence to this covenant (Deut. 5:1–3; 6:1–25)
41. UMAT DALAM RELASI DENGAN TUHAN
• The covenant into which Israel had entered was not simply the legal
acquiescence to a detailed contract, but rather a living relationship that
required the loving commitment of both parties (6:5; 7:9, 12–13; 11:1,
13, 22; 13:3; 33:3).
• Israel’s unified existence is reflected also in the book’s practice of
referring to members of the people as “brothers” (NIV; Hebrew
’ahîm;for example, 1:16; 3:18, 20; 10:9; 15:3, 7, 9, 11; 17:20; 18:15, 18.
42. UMAT ISRAEL
• Israel sebagai keseluruhan: sapaan Israel (“Dengarlah, Israel...,” 6:4, 4:1), juga sering
disebut “seluruh orang Israel” (kolYisrael, 1:1, 5:1).
• Umat pilihan, dipilih oleh Allah (4:37)
• Umat yang dibentukTuhan (Am, bukan Goy) “umat milikmu sendiri yang Kautebus...,”
9:26,29).
• umat yang kudus : suatu umat yang oleh Tuhan dikhususkan bagi diri-Nya.
• Umat kesayangan: ‘am segulah, umat kesayangan, bangsa yang mempunyai nilai
khusus bagi Tuhan (7:6).
44. KARAKTER ALLAH
• Sebutan Allah: YHWH Allahmu [kedekatan] = Allah Perjanjian
• Transendensi: YHWH digambarkan besar, dahsyat dan tanpa
tandingan dalam karya-Nya (7:21, 4:32-39). == menghindari
antrophomorfisme
• Imanensi: Allah Israel yang sangat dekat pada umat-Nya
• Keesaan (Ekhad)
• Allah yang cemburu (El Kanna)
45. NAMA ALLAH
• Deuteronomy refers to the name of God twenty-one times.
• Deuteronomy is presented as in some way “demythologizing”
the divine presence—what is present is not God himself (for he
dwells in heaven), but his “name.” This theology is commonly
said to have developed in Israel after either the loss of the ark or
the division of the kingdom when the northern tribes no longer
had access to this important object
46. SABDA ALLAH
In Deuteronomy the word of God is authoritative and
it is written. As a covenant document, the words of
the “book of the law” that Moses wrote governed,
structured, and defined the nation’s relationship with
her suzerain Lord and with one another.
48. SENTRALISASI IBADAH
• Deuteronomy repeatedly describes Israel’s worship at “the place the LORD your
God will choose” (12:5, 11, 14, 18, 21, 26; 14:23–25; 15:20; 16:2, 6, 11,15; 17:8,
10; 18:6; 26:2). Ia telah memilih satu tempat untuk membuat nama-Nya diam di
sana (26:2, 12:5,11,21, dst).
• In critical scholarship this choice of a single place for Israel’s worship has
traditionally been associated with Josiah’s effort to centralize worship in
Jerusalem.
• Menghindari Sikretisme:
• Suasana Ibadat sukacita dan gembira
50. • Keistimewaan tanah (berlimpah susu dan madu)
• AnugerahTuhan yang “direbut”
• Tanah sebagai warisan ((nakhalah, 4:38, 12:9, 26:1).
• Syarat untuk tetap tinggal: harus melakukan perintah dan ketetapan
Allah di dalam negeri itu
• Tanah peristirahatan: menukhah. Kata itu pertama-tama menunjuk
kepada perhentian atau istirahat yang menyusul perjalanan (3:20);
tetapi juga kepada keamanan dari ancaman-ancaman bangsa-
bangsa
51. • The land was not simply a gift of God to Israel—it was the gift
that made God's power and presence in Israel's life
something real and tangible. It was an act of grace like no
other, for the gift of the land made it possible for the people of
Israel to survive.
• The land provided Israel with its food, clothing, and shelter.Without
it, Israel could not be a people.The land as God's gift to Israel was a
theme that was central to its faith. It was a motif that was at the
core of ancient Israel's stories, poetry, and prophecy.
53. HUKUM
• Ketaatan terhadap Undang-undang Ulangan (Ul 12-26).
==ketetapan-ketetapan (khuqqim, harafiah hal-hal yang sudah
ditetapkan dalam tulisan) dan peraturan-peraturan (mispatim,
harafiah keputusan-keputusan pengadilan), perintah-perintah
(mitswot), dan peringatan-peringatan (edot, harafiah tanda-tanda
peringatan).
• Tahap-tahap pemberian Hukum: Di Sinai:TUHAN Musa umat
Israel generasi sesudahnya
• Perjanjian Allah – Israel: mengikat
54. DECALOGUE (DEUT 5:6–21) AND
DEUTERONOMIC LAW (DEUT 12:1—26:16).
• It is not a coincidence that a law forms the center of Deuteronomy.
• Law is an excellent instrument to construct the identity of a
group.
• A growing number of scholars assume that the major topical units of
the Deuteronomic law are arranged according to the order of the
commandments of the Decalogue quoted in Deuteronomy 5 (e.g.,
Kaufman, 1978–1979; Braulik, 1991; Otto, 2005). However, there are too
many problems with this assumed correspondence (Rüterswörden, 2005).
56. The book of Deuteronomy provided the
theological principles that guided the telling of
the story of Israel in its land.
Among these principles was the importance of
serving the Lord alone by shaping one's
conduct according to the norms of traditional
Israelite morality, as found in the Torah that God
revealed to Moses.
57. KSDTR - KISAH TRAGIS
• It begins with Joshua and the Israelite tribes taking control of the land,
continues with stories about the judges who lead Israel in maintaining their
presence in the land, and concludes with the stories of Israel's kings, who
eventually lose control of that land.
• The story ends the same way it begins—with the Israelites outside the land.
• At the beginning they are ready to cross the Jordan and take control of the
land; at the end they are in exile from the land, wondering about their future.
• It is a sad story, a tragic story. It is a story that begins with much promise
and ends with great disappointment.
58. KOTBAH
• The story of Israel in the Promised Land turns
Israel's past into a sermon in order to provide the
exiles some basis for hope by affirming that Israel
can have a future, despite the terrible losses it
experienced when Jerusalem fell.