Kitab Sejarah Deuteronomistis merupakan karya tunggal yang disusun oleh pengarang Deuteronomis untuk menjelaskan sejarah bangsa Israel sejak zaman Musa hingga masa Pembuangan ke Babel melalui kitab-kitab Yosua, Hakim-Hakim, Samuel dan Raja-Raja."
Sesi 10. Kitab Raja-Raja dan figur Salomo dan proyek mercusuar kerajaan Israe...
Sesi 2. Kitab Sejarah Deuteronomistis (KSDtr).pdf
1. 2. KITAB SEJARAH DEUTERONOMISTIS (KSDTR)
SESI 2
ALBERTUS PURNOMO, OFM (SSL)
2. SEJARAH DEUTERONOMISTIS
The Deuteronomistic History (DH) is a modern theoretical
construct holding that behind the present forms of the books
of Deuteronomy and Joshua, Judges, Samuel, and Kings (the
Former Prophets in the Hebrew canon) there was a single
literary work. [satu kesatuan karya)
https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-
9780195393361/obo-9780195393361-0028.xml
3. SEJARAH DEUTERONOMISTIS
“Deuteronomic history” is a term used by biblical scholars for
a hypothetical work composed in ancient times that consisted
of the books of Deuteronomy through 2 Kings.
A variant form used by some scholars is “Deuteronomistic
history.” Russell Fuller
4. PARA PENULISYANG DIBERI NAMA DEUTERONOMIS
Either a single preacher or a group of like‐minded teachers
in Judah who imposed a theological view with a distinctive
oratorical style on the books of the OT, especially from
Deuteronomy to 2 Kings which are often called ‘the
Deuteronomistic History’, from the death of Moses in Deut. 34
to King Jehoiachin's release from prison in 561 BCE and the
reversal of fortune in Babylon (2 Kgs. 25).
5. TUJUAN PARA PENULIS DEUTERONOMIS
The intention was to explain the nation's fate as due to its apostasy
from the true worship of God.There was a covenant (Deut. 7: 12)
which God for his part would keep, but peace and prosperity for the
people depended on their faithfulness.The prophecies of Jeremiah (and
some would add many other prophetic collections) seem to have been
edited to express the Deuteronomist point of view.The collapse of Judah
in 586 BCE and the Exile are interpreted as vindicating Deuteronomy's
prophecy of punishment if they were faithless (Jer. 36: 29).
http://www.oxfordbiblicalstudies.com/article/opr/t94/e523
6. BERBERAPA KITAB, SATU KARYA
Satu Karya: Kitab-kitabYosua, Hakim-Hakim, Samuel dan
Raja-Raja masing-masing dapat dipandang sebagai satu karya
dari satu karangan, dengan coraknya dan batas-batasnya
tersendiri.
Berbeda: bahan tradisi yang dipakai, yang berasal dari
pelbagai bidang kehidupan Israel, mis. kehidupan marga atau
suku, hubungan antar suku, urusan kenegaraan, proses
pengadilan, perayaan ibadat, dll.
7. PERBEDAAN ANTAR KITAB
dari segi isinya: kisah tentang tokoh yang berbeda satu
sama lain atau dari zaman yang berlainan.
dari segi bentuknya: kisah saga, legenda atau sejarah,
undang-undang, syair-syair, daftar-daftar, kronik-kronik.
8. KEKHASAN SETIAP KITAB
Kitab Isi
KitabYosua pelbagai kisah kerakyatan tentang gejala-gejala di daerah Benyamin
(Yos 2-9) dan daftar-daftar batas dan kota (Yos 13-21).
Kitab Hakim-
Hakim
epos-epos populer tentang sejumlah pemimpin berkharisma di Israel
kuno.
Kitab Samuel beberapa siklus lingkaran kisah tentang tokoh-tokoh nasional seperti
Samuel, Saul dan Daud.
Kitab Raja-Raja catatan kronik singkat tentang semua raja Israel danYehuda,
berselang-seling dengan kisah-kisah tentang nabi-nabi.
9. BATAS-BATAS KITAB:TIDAK JELAS
Jelas: antara kitabYosua dan kitab Hakim-hakim. KitabYosua berakhir dengan
kematianYosua; kitab Hakim-hakim memulai suatu zaman baru dalam sejarah
suku-suku Israel (Hak 2:10).
Tidak jelas: antara kitab Hakim-hakim dan kitab Samuel. Zaman para Hakim
itu ternyata tidak berakhir pada akhir kitab, melainkan masih berlanjut dalam
kisah tentang Eli dan Samuel (sampai 1Sam 7). Samuel pun sering disebut
sebagai hakim terakhir dan terbesar.
makin tidak jelas, bahkan hampir tidak ada, antara kitab Samuel dan Raja-
Raja. Kisah tentang Daud dari akhir 2Samuel masih berkelanjutan dalam 1Raj 1-
2 yang bercerita tentang akhir hidup Daud.
10. CATATAN INTERLUDE
Persoalan ketidakjelasan batas
antar kitab ini membuat Alkitab
Yunani (Septuaginta) melihat kitab
Samuel dan Raja-Raja sebagai satu
kesatuan yang disebutnya sebagai
1, 2, 3, dan 4 Raja-Raja / Kerajaan .
Ἰησοῦς Nαυῆ Iêsous Nauê Joshua KitabYosua
Κριταί Kritaí Judges
Kitab Hakim-
hakim
Ῥούθ Roúth Ruth Kitab Rut
Βασιλειῶν Αʹ I Reigns I Samuel Kitab 1 Samuel
Βασιλειῶν Βʹ II Reigns II Samuel Kitab 2 Samuel
Βασιλειῶν Γʹ III Reigns I Kings Kitab 1 Raja-raja
Βασιλειῶν Δʹ IV Reigns II Kings Kitab 2 Raja -Raja
11. SKEMA KITAB SEJARAH DEUTERONOMISTIS: SEBUAH ALTERNATIF
---------------------------------------------------------
Yos 1-Hak 1 Menduduki negeri
Hak 2 - 21 dan mempertahankannya
--------------------------------------------------------------------
1Sam 1-31 Samuel dan raja Saul
2Sam 1-24 R A J A D A U D
1Raj 1-11 Raja Salomo
--------------------------------------------------------------------
1Raj 12-14 Perpecahan Kerajaan
1Raj 15-2Raj 17 Dua kerajaan sampai 721SM
2Raj 18-25 Yehuda sampai Pembuangan;
------------------------------------------------------------
13. MARTIN NOTH
The architect of the modern theory, which holds to greater unity within the work, was
Martin Noth who built upon older theories (see Noth’s Theory [Single Literary Work]). He
noted similarities in language, style, and content among these biblical books in his
Überlieferungsgeschichtliche and suggested that an originally unified work was composed
during the exilic period by an individual—the “Deuteronomist” (Dtr)—reflecting on the loss
of the kingdoms soon after the Babylonian conquest of Jerusalem in 587–586 BCE following
the conclusion of 2 Kings.
Karya M. Noth yang lain:“Das Deuteronomischen Geschichtswerk”,“Karya Sejarah
Deuteronomis” (selanjutnya disingkatkan KSDtr)
Kesamaan dalam bahasa, gaya, dan isi dari beberapa kitab tersebut.
14. MARTIN NOTH
This author compiled already existing traditions and supplied his own framework and
connecting material, as well as speeches for key characters (e.g., Josh. 24; 1 Sam. 8; 12), to
express his view of the history of the people of Israel from the time of Moses to the exile in
Babylon.
The book of Deuteronomy forms a kind of theological preface for the history, with an
introduction (chaps. 1–3) and a conclusion (31.1–13 and parts of chap. 34) supplied.
Noth dated this Deuteronomic history to the exilic period because it concludes (2
Kings 25.27–30) with the release of the Judean king Jehoiachin from prison in Babylon (561
BCE).
According to Noth, the PURPOSE of the history was to show the exiles that their situation
was the result of infidelity to the covenant as set forth in the Deuteronomic laws.
15. MARTIN NOTH
Noth's theory has been widely accepted.
It explains why the literary traditions (J, E, and P) found in the first four books
of the Pentateuch are absent in subsequent books, and why those traditions
end with some abruptness without the fulfillment of the promises made in
them.
As the biblical books were collected, edited, and arranged, the Deuteronomic
history replaced the original endings of the Pentateuchal traditions.
Russell Fuller. http://www.oxfordbiblicalstudies.com/article/opr/t120/e0187
16. F.M CROSS
Cross argued that the Deuteronomic history had two editions, the first during that
king's reign in the late seventh century BCE, serving as a support for his political and
religious programs.
After Josiah's untimely death in 609 and the fall of Jerusalem in 587/586, the first
edition was rewritten to explain and even to justify the exile, as Noth had originally
suggested.
Other modifications of Noth's hypothesis continue to be proposed, implicitly
demonstrating the strength of his original insight.
Russell Fuller. http://www.oxfordbiblicalstudies.com/article/opr/t120/e0187
17. MAYES
A.D.H. Mayes, 1983,The Story of Israel between Settlement and Exile,A
Redactional Study of the Deuteronomistic History, London: SCM
A. Dalam setiap kitab ditemukannya sekurang-kurangnya dua lapisan
penyusunan deuteronomistis, masing-masing dengan minat dan tekanan
tersendiri.
B.Ada dua tahap utama dalam peredaksian deuteronomistis, yakni 1)
penyusunan sejarah deuteronomistis sebelum masa Pembuangan, dan 2) re-
edisi atau revisi pada masa Pembuangan
19. PENGARANG DEUTERONOMIS
Pengarang KSDtr pada masa reformasi Yosia - pertama kali merangkaikan
kisah-kisah Musa, Yosua, para hakim dan penyelamat, raja-raja pertama serta
semua raja Israel dan Yehuda selanjutnya, ke dalam satu gambaran
menyeluruh sejarah bangsa Israel, mulai dari pendudukan negeri sampai
kepada pembuangan.
Tradisi Deuteronomis [berakar dalam Kerajaan Utara] – beberapa undang-
undang Deuteronomis lebih cocok dengan keadaan kerajaan Israel daripada
keadaan kerajaan Yehuda – dekat pandangan Hosea, nabi Kerajaan Utara
pada abad ke-8.
20. PENGARANG DEUTERONOMIS
Setelah jatuhnya Kerajaan Utara (722), tradisi Deuteronomis itu
kiranya dibawa ke Yehuda dan Yerusalem.
Para penganut Tradisi Deut mendorong pembaharuan ibadat (700
SM) dilancarkan oleh raja Hizkia. Mereka didiamkan pada masa
kelaliman raja Manase, tetapi sesudah itu mereka kembali menjadi
penggerak penting dalam usaha pembaharuan yang dijalankan oleh
raja Yosia.
23. Level I – zamanYosia (glorifikasiYosia) – happy ending
Level II – zaman pembuangan – pasca – pembuangan (refleksi kejatuhanYehuda) – kehancuranYehuda dan
pembuangan (sad-ending)
24. Ia memulai kisah sejarah bangsa Israel itu dari peristiwa
gunung Horeb (sebutan deuteronomis untuk Sinai), yang ia
gambarkan sebagai awal dan dasar keberadaan bangsa
Israel (bdk. Ul 1-11). Ia menyajikan kembali hukum yang
diterima Musa di Horeb, sebagai sumber kesejahteraan
bagi kehidupan bangsa di dalam negeri terjanji (Ul 12-26).
25. Kesejahteraan itu menurut pengarang KSDtr terwujud
sepenuhnya pada zamanYosua, yang digambarkan sebagai zaman
ideal. Seluruh negeri dapat diduduki oleh aksiYosua bersama-sama
dengan kedua belas suku Israel di bawah pimpinanYHWH.
Seluruh janjiYHWH kepada Musa terpenuhi secara lengkap pada
zaman itu, karenaYosua senantiasa bertindak menurut perintah
Allah yang dituliskan oleh Musa.
26. Akan tetapi setelahYosua, negeri yang sudah diduduki itu mulai terancam
oleh bangsa-bangsa dari luar karena Israel meninggalkanYHWH dan
mengikuti Baal. Kendatipun setiap kali diberikan seorang hakim sebagai
penyelamat dan pemulih keadaan, namun ketidak-setiaan yang sama
terulang terus menerus (Hak 2:19).
Zaman para hakim/penyelamat itu dilanjutkan dalam sejarah Samuel dan
Saul yang keduanya digambarkan pula sebagai tokoh penyelamat (1Sam 7
dan 11).
27. Tetapi monarki Saul, orang Benyamin yang oleh Samuel diangkat
menjadi raja pertama dan kemudian ditolak lagi, oleh pengarang
ini tidak dinilai sebagai monarki yang dikehendaki Allah.
Kerajaan yang dikehendaki Allah sesungguhnya baru mulai
terwujud dengan Daud dan dinastinya. Keluarga inilah yang
mendapat janji kekal dariYHWH bahwa akan bertahan untuk
selama-lamanya.
28. Setelah kerajaan terpecah, monarki Israel Utara se¬lu-ruhnya dinilai
negatif dan lebih cepat menemui kehancuran (721; lih. 2Raj 17), karena
terus melan¬jutkan dosaYerobeam di tempat-tempat suci Betel dan Dan,
di manaYerobeam telah mendirikan sapi-sapi emas. Sedangkan raja-raja
Yehuda /Yerusalem masing-masing diukur menurut model Daud.
Kendatipun kebanyakan raja itu tidak memenuhi standard, namunYHWH
tetap mendukung kerajaanYehuda karena kebenaran Daud serta janji
yang diberikan kepadanya dan wangsanya.
29. SejarahYehuda itu akhirnya memuncak dalam pemerintahan
seorang raja muda yang bernamaYosia, yang sepenuhnya
memenuhi model Daud, dan membaharui kehidupan bangsa
sesuai dengan apa yang difirmankan Allah melalui Musa.
Versi pertama KSDtr ini berakhir dengan sebuah happy end.
31. Re-edisi KSDtr pada masa Pembuangan tidak hanya melengkapi apa yang terjadi
setelah reformasi rajaYosia sampai dengan peristiwa Pembuangan (2Raj 24-25), tetapi
merupakan suatu relectura, yakni suatu pembacaan ulang seluruh KSDtr dalam
terang peristiwa yang telah menimpa bangsaYehuda, yakni hancurnya kerajaan, kota
Yerusalem dan Bait Allah, serta Pembuangan ke Babel.
Editor ini mengembangkan secara lebih ekplisit suatu tema yang sudah tersirat dalam
KSDtr, yakni bahwa hukum Musa dalam Ul 12-26 adalah hukum Perjanjian, hukum
yang menjadi syarat dalam hubungan Perjanjian Allah dengan Israel, dengan segala
konsekuensinya yang berupa kutukan dan berkat (Ul 4 dan 27-30).
32. Pendudukan negeri terjanji pada zamanYosua oleh editor ini tampak
dipandang belum lengkap, dan baru akan dibuat lengkap olehYHWH
apabila Israel dengan setia berpegang pada hukum Perjanjian itu (Yos 23).
Akan tetapi yang sebaliknya yang terjadi.
Pada zaman be¬rikut, zaman hakim-hakim, Israel terus menerus
melanggar Perjanjian dengan beribadah kepada allah-allah dari bangsa-
bangsa yang masih tinggal di dalam negeri terjanji, dan karenanya bangsa-
bangsa itu tidak pernah jadi diusir olehYHWH (Hak 2:20i,23).
33. Kedosaan Israel mencapai puncak baru dengan permohonan
akan seorang raja, kendati punYHWH sudah menjadi raja
mereka (1Sam 12).
Sikap negatif editor terhadap kerajaan –menurut Mayes –
menyangkut pula kerajaan dinasti Daud yang ternyata juga tidak
mampu menjamin bahwa Israel berpegang pada hukum
Perjanjian, khususnya pengabdian yang eksklusif kepadaYHWH.
34. Bangsa Israel menanggung hukuman atas ketidak-setiaannya itu,
berupa pembuangan dari negerinya (2Raj 17, 24-25, 23:26-27).
Akan tetapi penjelasan keras dan tajam mengapa kecelakaan itu
menimpa Israel, oleh editor tidak dilepaskan dari pemberian
setitik pengharapan kepada mereka yang kembali kepadaYHWH
.
35. Selalu masih ada waktu bagi umat untuk menyadari kesalahannya dan kembali kepada
Tuhan, seperti telah acap-kali dilakukan oleh angkatan-angkatan umat Israel pada masa
para hakim. Setiap kali mereka berseru kepadanya, maka Tuhan membangkitkan
seorang penyelamat bagi mereka. Sekarang juga Tuhan masih mau menyelamatkan
umatnya dari genggaman Babel, asalkan mereka mau mengikuti beberapa orang
teladan dahulu, yakni Daud danYosua; dan mau ber¬pegang teguh kepada perintah
Tuhan yang dituliskan Musa.
Tujuan terakhir editor deuteronomistis dalam kitabYosua s/d Raja-Raja ialah
mendorong pertobatan.
36. Hal ini sangat tampak dari kitab Raja-Raja. Sepanjang kisahnya pengarang
mengingatkan pembaca akan belaskasihanTuhan yang panjang sabar dan
selalu menunda pelaksanaan hukuman (1Raj 11:34 dst, 21:29, 2Raj 17:7
dst 22:19-20).Tuhan masih memberi waktu untuk penyesalan sehingga
malapetaka dapat dihindarkan. Dan bahkan setelah malapetaka itu terjadi
dan bangsa sudah dibuang, masih ada kesempatan untuk berkiblat ke Bait
Allah dan menyesal; dan Tuhan boleh diharapkan mendengarkan doa
orang yang terbuang jauh itu (1Raj 8:46-51).
38. Teologi sejarah Deuteronomis terlihat dengan sangat jelas dalam
kitab Hakim-hakim:“Jika bangsa ‘Perjanjian” tidak setia dan taat
kepadaYahweh, mereka akan menderita akibat dari ketidaktaatan,
apakah itu tindakan yang disengaja atau kelalaian yang tidak
terpikirkan Ketika menepati Perjanjian.
Deuteronomis menyusun rumusan untuk teologi sejarahnya yang
didasarkan pada peristiwa-peristiwa sejarah pada periode itu:
39. (1) Ketaatan kepadaYahweh membawa
kedamaian dan kesejahteraan;
(2) periode kesejahteraan sering membuat luntur niat
untuk mematuhi perintah-perintahYahweh atau
ketidaktaatan langsung;
40. (3) ketidaktaatan mengarah pada kelemahan iman yang telah mengikat
komunitas bersama dan dengan demikian membuat komunitas terbuka
terhadap represi/penindasan dan serangan dari musuh dari luar; dan
(4) penindasan eksternal memaksa bangsa Israel untuk menilai kembali
posisinya dan menanyakan asal usul bencana, sehingga mengarahkan
bangsa itu pada pertobatan dan akhirnya kekuatan Kembali bangkit untuk
melawan semua musuh.