Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan HIV dan AIDS di sektor konstruksi dengan menjelaskan pengetahuan dasar tentang HIV dan AIDS, cara penularannya, populasi berisiko tinggi, karakteristik pekerja konstruksi yang berisiko, serta langkah-langkah pencegahan yang ditempuh oleh Kementerian Pekerjaan Umum."
2. HIV = AIDS ????
Human Immunodeficiency Virus
Virus merusak/menurunkan kekebalan tubuh
Belum bisa disembuhkan.
Acquired Immunodeficiency Syndrome
Kumpulan gejala penyakit akibat infeksi HIV
ODHA Orang dengan HIV/AIDS rendah kekebalannya
Belum dapat disembuhkan
5. Masa Hamil
Proses kelahiran
Setelah kelahiran
Air susu ibu
6. Lewat alat dan jarum suntik
• Pemakaian jarum suntik – secara bergantian
– Tanpa sterilisasi
• Layanan kesehatan – menggunakan alat
tajam/jarum
• Pengguna NAPZA – pakai silet
7. POPULASI yang RISIKO TINGGI
terkena :
a) Pekerja Seks Komersil (PSK)
b) Pengguna Narkoba Suntik
c) Orang berganti-ganti pasangan
d) Homoseksual (Gay)
POPULASI yang RAWAN terkena :
a) Penerima donor darah
b) Bayi dalam kandungan
c) Pasangan
d) Paramedis
e) Cukur/pembuatan tattoo
10. AGENDA
KEMENTERIAN PU
A. Karakteristik Sektor Konstruksi
B. Besaran Masalah Penanggulangan HIV &
AIDS di Sektor Konstruksi
C. Rencana Kebijakan Penanggulangan HIV &
AIDS Sektor Konstruksi
D. Rencana Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
12. Merupakan unsur penting dalam pembangunan di
Indonesia;
Belanja infrastruktur sebesar 7% dari GDP
diperkirakan akan mendorong laju pertumbuhan GDP
sebesar 8% (Bappenas, 2011);
Pemerintah memproyeksikan besarnya nilai
investasi dalam infrastruktur selama kurun 2010 –
2014 sebesar Rp1.923,7 triliun. (Bappenas 2011) .
Kementerian PU thn 2012: Rp. 62,5 triliun (2 x lipat
dari thn 2010).
17. Hasil Survey BPKonstruksi
• Membeli seks merupakan hal biasa terjadi
saat melakukan pekerjaan konstruksi
• 18% pernah membeli seks
• 3% membayar untuk hubungan seks di proyek
tersebut
• 7% pernah berhubungan seks dalam
pengaruh alkohol
18. Rapid Assesment oleh LSM
Peduli AIDS di 7 lokasi, sumber
dana EINRIP (2011)
INDIKATOR STAF PEKERJA
Pernah mendengan
tentang HIV & AIDS
71,40% – 100 % 39,1 %– 86,2%
antibiotik dapat mencegah
penularan HIV
30,4 - 63% 41,7 - 63,5%
berhubungan seks bukan
dengan istri.
10,7 - 25,9% 12,5 - 18,5%
berhubungan seks tanpa
menggunakan kondom.
33,3– l00% 35 – 82 %
Pernah mengkonsumsi
narkoba suntik.
0 – 11,1% 0 – 7,4%
19. Assesment oleh LSM Peduli AIDS
di 1 Proyek , sumber dana JICA
INDIKATOR Hasil Survey
responden adalah pekerja migran 40 – 42%
berhubungan seks dengan Pekerja Seks. 11 – 25%
Yang berhubungan seks dengan Pekerja
Seks, tidak menggunakan kondom.
5 – 23%
paham tentang HIV dan AIDS 1 – 3 %
pernah terinfeksi IMS 4 – 7%
23. B. Besaran Masalah Penanggulangan
HIV & AIDS di Sektor Konstruksi (1)
Sifat pekerjaan pada lingkungan pekerjaan konstruksi membuat para personil dan
lingkungan sekitar rentan terinfeksi oleh HIV/AIDS, antara lain karena:
1. Pengetahuan yang rendah mengenai HIV/AIDS;
2. Pengertian yang salah mengenai cara penularan HIV/AIDS;
3. Adanya perilaku berisiko;
4. Pekerja dipisahkan dari norma-norma tradisional, agama, dan budaya;
5. Tidak adanya ketentuan untuk pendidikan pencegahan HIV/AIDS dalam kebijakan
manajemen Occupation Safety and Health (OSH);
6. Tidak ada kebijakan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan
pendekatan proaktif dan berkelanjutan dalam pelaksanaan program pencegahan
HIV/AIDS di sektor konstruksi.
(sumber: Field Assesment Kementerian Pekerjaan Umum, 2010)
24. B. Besaran Masalah Penanggulangan
HIV & AIDS di Sektor Konstruksi (2)
Faktor yang memberi andil terhadap kerentanan sektor konstruksi terhadap
resiko penularan HIV/AIDS:
1) Mayoritas Pria;
2) Tinggal jauh dari pasangan mereka untuk jangka waktu lama di satu
lokasi dan kemudian pindah ke lokasi lain;
3) Terlibat dalam kondisi yang terisolasi dan pekerjaan yang sulit dengan
jadwal yang ketat;
4) Kemudahan akses dan tersedianya pekerja seks dekat dengan lokasi
konstruksi;
5) Budaya macho: berdasarkan norma sosial masih menerima pria untuk
memiliki banyak pasangan seks;
6) Tekanan dari rekan kerja: Ajakan untuk mengunjungi pekerja seks yang
tinggi dalam beberapa kelompok pria.
25. C. Rencana Kebijakan Penanggulangan
HIV/AIDS di Sektor Konstruksi (2)
2) 4 Pilar Program Pencegahan HIV & AIDS di Sektor
Konstruksi:
a. Peningkatan pengetahuan & kesepahaman pada semua
level (di sektor konstruksi).
b. Ketentuan pada dokumen Procurement & Contract dan
Project Design Phase.
c. Integrasi pada sistem Kesehatan & Keselamatan Kerja
(K3).
d. Intervensi program untuk perubahan perilaku bagi
pekerja yang beresiko.
26. 3) Untuk mewujudkan 4 pilar tersebut diperlukan:
a. Kebijakan kementerian PU (National, Industry, & Project
Level)
b. Peningkatan kapasitas SDM Kementerian Pekerjaan
Umum untuk setiap tingkatan manajemen (Top, Middle
dan Lower Management))
c. Integrasi pada sistem Kesehatan & Keselamatan Kerja
(K3).
d. Intervensi program untuk perubahan perilaku bagi
pekerja yang beresiko.
C. Rencana Kebijakan Penanggulangan
HIV/AIDS di Sektor Konstruksi (3)
28. NO MILESTONE 2010 2011 2012 2013 2014
TINGKAT NASIONAL
1 Formulasi Kebijakan HIV/AIDS
2 Penerbitan Peraturan Menteri tentang
Penerapan HIV/AIDS yang diinternalisasikan
dalam Dokumen Pengadaan Barang/Jasa
3 Pelaksanaan Training for Trainer HIV/AIDS
4 Peningkatan Kapasitas untuk Ahli dan Petugas
K3 Konstruksi
TINGKAT PROYEK
1 Adovakasi Penerapan Kebijakan Pencegahan
HIV/AIDS
2 Penerapan Kebijakan Pencegahan HIV/AIDS
pada Proyek Konstruksi di Lingkungan Kem PU
1. Milestones &Jadwal Pelaksanaan 2010 - 2014
29. SURAT EDARAN MENTERI PU
NOMOR 13/SE/M/2012 perihal
Program Penanggulangan HIV dan
AIDS Pada Sektor Konstruksi di
Lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum tanggal 28 Desember 2012
30. Maksud dan Tujuan SE
13/2012
• Maksud: untuk menjadi acuan teknis bagi
pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS pada
sektor kontruksi di Iingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum yaitu pada proyek-proyek
konstruksi bersumber dana APBN.
• Tujuan: agar program penanggulangan HIV dan AIDS
pada sektor konstruksi di lingkungan Kementerian
Pekerjaan umum dilaksanakan mengikuti langkah-
langkah dan upaya yang standar sesuai dengan Surat
Edaran ini.
31. Ruang Lingkup:
Program penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan secara
terintegrasi dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
meliputi upaya sbb:
a. Executiue Brief untuk Tim Pengelola Proyek (Satker, PPK Konsultan,
dan/atau Kontraktor.
b. Pertemuan Koordinasi Pra-Implementasi Program yang dilaksanakan
di lokasi proyek, dengan menyertakan/mengundang Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA), Dinas Kesehatan dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) setempat.
c. Orientasi tentang penanggulangan HIV dan AIDS bagi staf K3 dan
staf proyek lainnya yang dilaksanakan oleh ahli K3 atau jika tidak
tersedia maka dapat memanfaatkan/melibatkan KPA, Dinas
Kesehatan atau LSM setempat.
32. Ruang Lingkup (lanjutan):
d. Orientasi tentang penanggulangan HIV dan AIDS bagi mandor atau
selected peer di lokasi proyek yang dilaksanakan oleh ahli K3 atau
jika tidak tersedia maka dapat memanfaatkan/melibatkan KPA,
Dinas Kesehatan atau LSM setempat.
e. Safety falk/diskusi edukasi HIV dan AIDS oleh staf K3 dan mandor
/peer educator kepada pekerja di lokasi proyek.
f. Pemasangan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) berupa
spanduk, poster dan pembagian leafletkepada pekerja dan staf di
lokasi proyek.
g. Monitoring, Evaluasi serta Pelaporan pelaksanaan
programpenanggulangan HIV dan AIDS di lokasi proyek oleh PPK.
33. Ketentuan lainnya
• Segala pembiayaan terkait dengan pelaksanaan surat edaran
ini dibiayai oleh DIPA Satuan Kerja di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum.
• Teknis Pelaksanaan diatur dan dimuat dalam lampiran SE
13/2012
• Program Penanggulangan HIV dan AIDS yang sedang berjalan
diselesaikan berdasarkan ketentuan dan pedoman yang
sudah ada.
• Surat Edaran ini agar dilaksanakan pada semua proyek yang
berkenaan (eligible), paling lambat enam bulan sejak
ditetapkan.
34. Pencegahan pada kegiatan konstruksi
• Pendekatan Agama
• Edukasi, Sosialisasi
• Fasilitas olah raga/hiburan yang mendidik,
nonton bola bareng,
• Penyediaan Kondom sebagai upaya paling
akhir
35. Stage 1 - Primary
Short, flu-like illness - occurs one to six weeks after infection
no symptoms at all
Infected person can infect other people
36. Stage 2 -
Asymptomatic
Lasts for an average of ten years
This stage is free from symptoms
There may be swollen glands
The level of HIV in the blood drops to very low levels
HIV antibodies are detectable in the blood
37. Stage 3 - Symptomatic
The symptoms are mild
The immune system deteriorates
emergence of opportunistic infections and
cancers
38. Stage 4 - HIV AIDS
The immune
system weakens
The illnesses
become more
severe leading to
an AIDS diagnosis
40. 4 cara melindungi diri
• A-Abstinence – tolak – katakan “No”
• B-Monogamous Relationship – satu/setia
• C-Protected Sex - pengaman
• D-Sterile needles – sterilisasi alat
41. A – Abstinence (tolak)
• It is the only 100 % effective method of not acquiring HIV/AIDS.
• Tolak hubungan yang belum SAH, hindari BAIK upaya coba-
coba… melalui gesekan: mulut, dubur, atau vaginal.
• Hindari nafza
42. B - be faithfull - Monogamous relationship
SETIA
• hanya satu pasangan/resmi berhubungan dengan
orang yang negatif HIV
• Jika jauh dari pasangan “Puasa” – tahan dulu –
cari kegiatan positif lain (pengalihan)
43. Hubungan yg aman - Pengaman
gunakan pelindung (female or male) setiap
berhubungan
always use latex or polyurethane condom
44. Sterile Needles – alat …steril
Peralatan diruang jasa-publik, harus
disterilkan dulu:
Bersihkan and tunggu minimal 30 detik.
Cuci dengan sabun dan air mengalir
Hindari penggunaan berulang-jika mungkin
45. Penggunaan alat “steril”
• Jarum/Silet/benda tajam- yang baru
• Proses sterilisasi – lihat langsung
• Pakai sarung tangan
• Luka terbuka – jangan terkena
46. TERIMA KASIH
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat
Gedung Utama lt.10 Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan-Indonesia-12110
Telp. (+6221) 7279 7847
http://binakonstruksi.pu.go.id