1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja di fasyankes yang sehat, aman, dan nyaman melalui pengelolaan dan pengendalian risiko serta peningkatan mutu dan kualitas pelayanan fasyankes."
3. Tulang punggung
keluarga
Aset perusahaan/
negara
Penggerak ekonomi
bangsa
Pencetak generasi
penerus bangsa
Keluarga
Sehat,
Pekerja
Se=
hat
Keluarga
Bahagia
Keluarga
Sakit,
Pekerja
Se=
hat
Beban
Keluarga
Keluarga
Sehat,
Pekerja
Sakit
=
Masalah
Keluarga
Keluarga
Sakit,
Pekerja
Sakit
=
Bencana
Keluarga
4. REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Pekerjaan di
Indonesia
berpotensi
akan
tergantikan
52.6
JUTA
30%
Pekerjaan di
60% dunia akan
mengalami
otomatisasi
Pekerjaan di
dunia akan
digantikan
dengan mesin
teknologi tinggi
Indikasi Studi McKinsey
(2016)**:
**McKinsey (forthcoming 2018): 27 Juta pekerjaan hilang, 47 Juta pekerjan baru, Net Gain 20 Jutapekerjaan.
Indikasi Studi yang Sama
3.7
JUTA
Lapangan kerja
baru seiring
pertumbuhanekonomi
digital dalam 7 tahunke
depan di Indonesia
Teknologi Digital
Menstimulasi
pergeseran risiko
kesehatan
5. DATA PEKERJA INDONESIA
268
JUTA Penduduk
Indonesia
4
J
1
UT
2
A
Pekerja
46,26%
Data Pekerja Formal
42,16 %
Data Pekerja Informal
56,84 %
BPS, 2018
6. Kasus Infeksi Akibat Tertusuk Jarum Suntik
1
178
KASUS
Petugas medis
terkena HIV
Data Dit. P2PML
(1987-2016)
84,2%
Petugas
Puskesmas
pernah tertusuk
jarum bekas
Penelitian di Jakarta
Timur , Sri Hudoyo
2004
32% Hepatitis B
5%HIV
30% Hepatitis C
7. Permasalahan kesehatan pada tenaga
kesehatan Fasyankes (Dit. Kesjaor, 2018)
50% Stress
49,3%
Kelelahan
36,7% Muskuloskeletal
43,7% Insomnia
8.
9. PP 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan SMK3
Permenkes No. 70 Tahun 2016
Tentang Standar dan Persyaratan
Lingkungan Kerja Industri
Permenkes No. 56 Tahun 2016
Tentang Penyelenggarakan PAK
UUD 1945, Pasal 28 H
UU No. 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja
UU No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan UU No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
Permenkes No. 66 Tahun 2016
Tentang K3RS
Permenkes No. 52 Tahun 2018
Tentang K3 di Fasyankes
Permenkes No. 46 Tahun 2015 Tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama,
Tempat kerja Praktek Mandiri, Dokter,
Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
10. Pengelola tempat kerja wajib mentaati standar kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat 5, menjamin lingkungan yang sehat serta bertanggung
jawab atas terjadinya kecelakaan kerja
UU No. 36
Tahun 2009,
Pasal 164
1. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pet
m
en
ua
lig
han
ke
br
a
ja
g.
i
2. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat,
mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja.
UU No. 36
Tahun 2009,
Pasal 165
11. Tempat kerja paling sedikit 100 orang pekerja atau mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatand
an kesehatan kerja
PP No. 50
Tahun 2012
Pasal 2, Pengaturan akreditasi Puskesmas, klinik Pratama, tempat praktik
mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi, bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
2. Meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan,
masyarakat, dan lingkungannya
3. Meningkatkan kinerja Puskesmas, klinik pratama, tempat
prkatik mandiri dokter, dan tempat prkatik mandiri dokter
gigidalam
pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat.
Permenkes No. 46
Tahun 2015 Tentang
Akreditasi
Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat
kerja Praktek
Mandiri, Dokter,
Dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi
12. ARAH KEBIJAKAN KESEHATAN KERJA
Membangun masyarakat yang
sehat bugar dan produktif dengan
menitikberatkan upaya
promotif dan preventif
Memperkuat kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat
Penyelenggaraan program
kesehatan kerja secara
bertahap, terpadu dan
berkesinambungan
Pengembangan program
kesehatan kerja melibatkan
LP/LS, dunia usaha, swasta
dan masyarakat
Penyelenggaraan program
kesehatan kerja sesuai standar
p
dr
ao
nfe
Ss
P
iO
, standar pelayanan,
15. 1. Pengelolaan dan
pengendalian
risiko Fasyankes
tercipta kondisi
lingkungan
Fasyankes Sehat,
Aman, dan
Nyaman
2. Peningkatan
Mutu dan
Kualitas
Pelayanan
Fasyankes.
Pembudayaan
K3 Fasyankes
1. Padat karya
2. Padat modal
3. Padat teknologi
4. Tempat berkumpulnya
penyakit menular dan
emerging disease
5. Terdapat penggunaan
B3
KARAKTERISTIK
FASYANKES
OUTPUT
1. Petugas selamat,
sehat dan
Produktif
2. Pasien dan
pengunjung
Seh
lam
t a
dtas
nelama
berada di
lingkungan
Fasyankes dan
jaminan mutu
layanan Fasyankes
OUTCOME
20. Bab III (psl 7 – 8)
STANDAR K3 DI FASYANKES
Bab IV (psl 9)
PELATIHAN
Bab VII (psl 12)
PEMBINAAN & PENGAWASAN
Bab I (psl 1 –
4)
KETENTUAN UMUM
Bab V (psl 10)
PENCATATAN & PELAPORAN
Bab VIII (psl 13)
KETENTUAN PERALIHAN
Bab II (psl 5 –
6)
SMK3 DI FASYANKES
Bab VI (psl 11)
PENILAIAN K3 DI FASYANKES
Bab IX (psl 14)
KETENTUAN PENUTUP
28. Penerapan Kewaspadaan Standar
K O M P O N EN
U T A M A KS
Mencuci tangan
2. APD
6.
Penatalaksanaa
n linen
8. Penempatan
pasien
3. Dekontaminasi
peralatan dan
perawatan pasien
9. Hygiene
respirasi/ etika
batuk dan bersin
7. Perlindungan
Kesehatan
Petugas
4. Kesehatan
Lingkungan
5. Pengelolaan
limbah
10. Praktik 1. Kebersihan tangan
menyuntik
yang aman
29.
30. No. Bahaya Ergonomi Lokasi Pekerja Yang Paling Berisiko
1 Pekerjaan yang
dilakukan secara
manual
Area pasien dan tempat
penyimpanan barang
(gudang)
Petugas yang menangani pasien
(mengangkat dan memindahkan
pasien) dan barang
2 Postur yang salah
dalam melakukan
pekerjaan
Kantor/administrasi Postur tubuh yang salah saat duduk
lama di kantor
Poli Gigi Dokter gigi saat melakukan
pemeriksaan rongga mulut
3 Pekerjaan yang
berulang
Semua area Dokter gigi, petugas pembersih,
fisioterapis, sopir, operator komputer,
yang berhubungan dengan pekerjaan
juru tulis
31. • Sesuai
hazard
• Sesuai
tujuan
Parameter
MCU
• Penemuan
dini kasus
(PAK dan non
PAK)
• Penemuan
pola penyakit
per area
MCU
• Penilaian
status
kesehatan
• Kelayakan
bekerja
Analisis
hasil
MCU
• Tatalaksana
medis
• Tatalaksana
okupasi
Pengobatan
individu
(FKTP/
rujukan)
• Hirarki
pengendalian
terjadinya KAK/
PAK
Perbaikan
Lingkungan
Kerja
32. • Upaya yang dilakukan untuk pencegahan
(preventif) terjadinya penyakit akibat
tertular penyakit infeksi
• Pekerja yang bekerja di tempat kerja yang
berisiko wajib mendapat imunisasi atau
profilaksis terlebih dahulu.
• Tempat yang berisiko adalah area tempat
pekerja melakukan kegiatan yang
berpotensi menularkan penyakit berasal
dari agen lingkungan kerja berupa orang,
hewan maupun spesimen tubuh seperti
darah, liur, dahak dan lainnya.
33. • SDM Fasyankes berisiko tertular penyakit
infeksi seperti hepatitis, influenza,
varicella, dan lain-lain
• Profilaksis diberikan pada pekerja apabila
ada kontraindikasi dengan pemberian
v
te
ar
ksse
in
b,ub
t.elum ada vaksin untuk penyakit
• SDM Fasyankes yang memiliki risiko tinggi
harus mendapatkan imunisasi hepatitis B,
karena tingginya risiko penularan hepatitis
B pada SDM kesehatan. Imunisasi hepatis
B mampu memberikan perlindungan
terhadap hepatitis B selama lebih dari 20
tahun.
35. Kegiatan Sarana dan Prasarana Program Kerja
Advokasi kepada pimpinan
Fasyankes Sarana olahraga Edukasi kepada SDM tentang PHBS
Pengawasan terhadap
terlaksananya PHBS
Instalasi air bersih Tempat kerja tanpa asap rokok
Pengawasan instalasi air bersih
Pengawasan ketertiban tidak
merokok
Pengawasan terhadap kantin
Toilet bersih Olahraga bersama
Tes narkoba
Media promosi, rambu dilarang merokok
Gizi SDM
Air bersih
Sarana olahraga: jogging track, penyediaan
instruktur senam, video olahraga Penyuluhan PHBS
Pemeriksaan narkoba pada kondisi
tertentu
Pelatihan jumantik
Jadual inspeksi (mis JSHEI, joint safety,
health and envoronment inspection)
Kantin sehat
Instalasi air bersih yang diawasi
Tes narkoba
37. Manajemen risiko K3
Suatu keadaan tidak normal/tidak
diinginkan yang terjadi pada suatu tempat
memba
/ h
ka
ey
ga
ia
k
tan,b
y
ag
n
ig
m
c
a
e
nu
d
s
e
ia
ru
, n
m
gerusak
peralatan/harta-benda, atau merusak
lingkungan sekitarnya.
Suatu kejadian yang didalam daerah unit
itu sendiri yang disebabkan oleh sesuatu
dari dalam/luar,.
38. FASYANKES memiliki proses
emergensi untuk melindungi
penghuni rumah sakit dari kejadian
terganggunya system pengadaan
air minum, listrik, gas medis dan
tata udara jika terjadi kontaminasi
atau kegagalan
40. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG TERKAIT KESELAMATAN
•
• Terdapat Jalur dan arah evakuasi serta rambu evakuasi
Terdapat Denah Titik Kumpul Aman dan Rambunya
41.
42. Kesiapsiagaan dan Penanggulangan kebakaran :
Tersedianya alat proteksi kebakaran ringan yang efektif digunakan untuk
memadamkan api → Tersedia APAR ( cara penggunaan, pemeliharaan dan
Pelatihan penggunaan APAR bagi seluruh petugas berikut Dokumen pelatihan ).
44. Robohnya lisplank karena lapuk.
Tertukarnya Outlet gas medik.
Terjebaknya pasien di dalam lift.
Tidak berfungsinya Genset.
Terbakarnya lengan bayi di dalam Inkubator.
Meledaknya panel listrik / panel TM oleh binatang
Kebakaran di power house, AC, dll.
Penggunaan motor AC untuk tempat tidur listrik.
45. Kasus lainnya yang tidak dilaporkan
Keandalan Bangunan Mencakup :
1. Keselamatan
2. Kemudahan
3. Kesehatan
4. Kenyamanan
Bangunan
Proteksi Petir
Proteksi Kebakaran
Proteksi Listrik
Transportasi dlm Gedung.
Ventilasi, Sanitasi
Drainase dan Plumbing
Kondisi Termal Ruang
DASAR
HUKUM
46. Getaran
TUJUAN Program K3
Pada Bangunan Gedung dan prasarana Fasyankes :
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko
2. Memastikan bahwa gedung/ bangunan, peralatan dan
sistem yang digunakan tidak menimbulkan bahaya
bagi penghuni
3. Mencegah terjadinya kecelakaan / cidera / PAK
4. Menciptakan kondisi yang menjamin keselamatan dan
keamanan bagi pasien, staf, pengunjung dan lainnya
5. Terwujudnya bangunan gedung fasyankes sesuai
fungsi yang ditetapkan
6. Memenuhi persyaratan teknis: keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta
47. kelestarian lingkungan di fasyankes
CONTOH KASUS
• Luka bakar pada alat misalkan ESU,microwave diathermi, alat laser kulit
• Dosis radiasi sinar x yang melebihi ambang batas yang diijinkan pada alat radiologi
• Tersengat listrik karena bocornya sistem pembatasan arus bocor
• Terjatuh pasien saat menggunakan alat seperti: treadmill dan tempat tidur
• Terpotongnya bagian tubuh yang tidak diinginkan saat melakukan tindakan operasi
misalkan pada alat ESU dan Bor
•
Tidak baiknya proses sterilisasi pada alat autoclave sehingga tidak terpenuhinya
proses sterilisasi alat atau instrument bedah.
• Salah diagnosa karena faktor pemeliharaan alat medik yang kurang baik (misalkan
tidak dilakukan kalibrasi secara teratur) misalkan timbangan, ECG, tensimeter,
pasien monitor dll
• Tidak ada kesesuaian antara seting dengan output dari suatu alat medik misalkan
pada vaporizer
• Dukungan sistem keamanan internal alat medik tidak berfungsi dikarenakan adanya
kegagalan sistem pada alat tersebut saat penggunaan
• Faktor pendukung keselamatan yang tidak ditaati atau dijalankan oleh pekerja atau
48. pengguna alat medis.
• Inspeksi oleh user dan teknisi saat
pembelian alat dan saat akan digunakan
• Testing
Oleh user dan teknisi saat pembelian dan
saat akan digunakan
• Maintenance
Oleh user dan teknisi :
user saat melakukan Inspection
Teknisi saat melakukan PPM dan corective
maintenance
50. 1. Setiap Fasyankes wajib mencatat dan melaporkan setiap
kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 per semester.
2. Setiap Fasyankes wajib mencatat dan melaporkan seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan K3 setiap tahun .
3. Mekanisme pelaporan (Puskesmas) diselengarakan secara
berjenjang.
4. Mekanisme pelaporan dari Fasyankes lainnya yang bukan
Puskesmas dilaporkan ke Puskesmas Pembina di
wilayahnya kemudian mengikuti ke jenjan berikutnya sesuai
peraturan pemerintah
PENCATATAN & PELAPORAN
55. 17
1. K3 merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan
pelayanan di Fasyankes.
juga Petugas,
namun
karakter
2
. S
pe
asa
ngr
u
an
njuK
n3
g dta
id
nalk
ing
hk
a
u
nn
yg
aan
pa
ks
eir
e
jn
a,
.
3. K3 harus menjadi budaya dan
bukan hanya tugas tim/komite K3.
setiap pekerja,
4. Pelaksanaan K3 dilakukan secara bertahap dan
memerlukan komitmen semua pihak.
5. Budaya K3 di tempat kerja merupakan keberhasilan
56. 17
manajemen
1. K3 menjadi budaya kerja di fasyankes
2. K3 tidak hanya berfokus pada keselamatan pasien,
namun juga pada termasuk keselamatan petugas,
pengunjung, dan lingkungan.
3. Peran Pemerintah dan manajemen untuk
mendorong budaya K3 di fasyankes melalui r e w a r d
dan konsekuen, salah satu praktiknya melalui