1. Teori modernitas kontemporer membahas pandangan para teoris klasik seperti Marx, Weber, dan Durkheim tentang modernitas. 2. Giddens menggambarkan modernitas sebagai "panser raksasa" yang bergerak tanpa kendali dengan perubahan mendalam. 3. Beck menyoroti munculnya "masyarakat berisiko" akibat modernitas yang memperkenalkan parameter risiko baru.
1. TEORI MODERNITAS KONTEMPORER
Pengantar
Tulisan ini merupakan ringkasan dari bab 12 Buku Teori Sosiologi Modern yang ditulis oleh
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. Secara khusus bab 12 bicara tentang Teori
Modernitas Kontemporer. Beberapa bagian yang termuat dalam bab ini adalah: Teorisi Klasik
Tentang Modernitas, Modernitas Juggernaut, Masyarakat Beresiko, McDonalisasi dan Alat
Konsumsi Baru, Modernitas dan Holocaust, Modernitas; Proyek yang Belum Selesai,
Infomalisme dan Masyarakat Jaringan, Teori Globalisasi dan diakhiri dengan Ringkasan.
Bagian-bagian ini akan diulas secara ringkas dalam tulisan ini.
1.TEORISI KLASIK TENTANG MODERNITAS.
Kajian tentang modernitas bukan melulu menjadi dominasi para pemikir kontemporer.
Beberapa sosiolog besar sebetulnya juga telah memulai dalam analisa-analisa dan kritik
terhadap kehidupan masyarakat modern. Beberapa diantaranya adalah Karl Marx. Menurut
Marx, modernitas ditentukan oleh ekonomi kapitalis dan mengakui adanya transisi
masyarakat dari yang sebelumnya ke masyarakat kapitalisme namun dalam banyak karyanya
dia selalu mengkritik system ekonomi kapitalis dan kecacatannya. Selanjutnya Webber.
Persoalan utama kehidupan modern adalah perkembangan rasionalisasi formal. Hal ini
membuat manusia terpenjara dalam kerangkeng rasionalitas dan tidak mampu
mengungkapkan ciri kemanusian yang paling mendasar. Dia menghargai perkembangan
rasionalitas, tapi juga care terhadap masalah yang dihadapi oleh rasionalitas. Sedangkan
Durkheim, menegaskan bahwa modernitas ditentukan oleh solidaritas organik dan
pelemahan kesadaran kolektif. Solidaritas organic memang menghasilkan kebebasan yang
lebih besar dan produktivitas yang tinggi, namun juga menghadapi masalah misalnya
lemahnya moralitas bersama dan degradasi makna diri dalam hidup modern. Terorisi terahir
adalah Simmel. Dia memulai kajiannya tentang modernitas dengan meneliti tentang kota dan
ekonomi uang. Menurutnya, kota adalah tempat dimana modernitas dipusatkan atau
diintensifkan, sedangkan ekonomi uang menyebabkan penyebaran modernitas dan
perluasannya. Dalam bukunya Philosophy of Money yang dikutip oleh Poggy, Simmel
mengungkapkan tiga pandangannya. Pertama, modernisasi memberikan keuntungan bagi
manusia. Modernisasi memberikan peluang bagi manusia untuk mengungkapkan berbagai
potensi yang belum terungkapkan atau tersembunyi pada waktu pramodern. Baginya
2. modernitas adalah “epiphany” atau tanda manifestasi kekuatan intrinsic manusia yang
sebelumnya tak terjelmakan. Kedua, pengaruh uang dalam dunia modern sangat besar.
Ketiga, salah satu pengaruh negative uang dalam modernitas adalah alienasi. Ini adalah
masalah sentral dalam sosiologi Simmel tentang modernitas “tragedy kultur” yaitu
melebarnya jurang pemisah antara kultur obyektif dan kultur subyektf atau terhentinya kultur
individual dan pesatnya pertumbuhan kultur obyektif.
2.MODERNITAS JUGGERNAUT
Juggernaut (panser raksasa) adalah istilah yang digunakan oleh Anthony Giddens
untuk melukiskan kehidupan modern, khususnya tahap kemajuan modernitas. Terminologi
“panser raksasa” digunakan untuk menentang pendapat bahwa kita telah memasuki era post
modern, meskipun dia tidak menafikan munculnya tipe post modern dimasa depan.
Modernitas dalam bentuk panser raksasa ini menurut Giddens, adalah sebuah dunia yang
dinamis dan “dunia yang tak terkendali” (runaway world) dengan cakupan dan kedalaman
perubahan yang jauh lebih besar dari system sebelumnya. Gagasan panser raksasa ini
mengungkapkan tentang sesuatu yang bergerak melalui rentang waktu dan ruang fisik.
Berikut kajian lengkap Giddens tentang modernitas.
Modernitas dan Konsekwensinya. Ada 4 institusi yang digunakan Giddens dalam
mendefinisikan modernitas. Pertama, Kapitalisme yang nampak dalam produksi komoditi,
kepemilikan pribadi atas modal, tenaga kerja tanpa property dan system kelas. Kedua,
Industrialisme yang melibatkan yang melibatkan penggunaan sumber daya alam dan mesian
untuk memproduksi barang. Ketiga, Kemampuan mengawasi (surveillance capacity) yaitu
kemampuan mengawasi pada aktivitas warga individual, khususnya dalam bidang politik.
Keempat, kekuatan militer atau pengendalian alat-alat kekerasan. Termasuk disini industri
alat-alat perang. Modernitas dalam teori strukturasi menurut Giddens memperoleh
dinamismenya dalam tiga aspek penting. Pertama, pemisahan waktu dan ruang atau
distanciation. Pemisahan ruang dan waktu ini penting karena memungkinkan tumbuhnya
organisasi rasional seperti birokrasi dan negara/bangsa, kehidupan modern ditempatkan
dalam pengertian radikal dalam sejarah dunia dan sebagai syarat utama bagi sumber kedua
dinamisme dalam modernitas. Kedua, keterlepasan (disembedding). Keterlepasan
menyebabkan hubungan social terangkat dari konteks local interaksi ke tingkat yang
melintasi ruang dan waktu yang tak terbatas. Ada 2 tipe mekanisme keterlepasan:1). Tanda
simbolik; UANG. Dengan uang kita dapat bertransaksi dengan orang yang jauh terpisah
3. dengan kita dalam ruang dan waktu. 2). Sistem keahlian (expert system): yakni sistem
kecakapan teknis atau keahlian professional yang mengorganisir bidang materi dan
lingkungan social dimana kita hidup, misalnya dokter dan pengacara. Sistem keahlian
memberikan jaminan pelaksanaan pekerjaan melintasi ruang dan waktu. Ciri dinamis ketiga:
modernitas dalam refleksivitasnya. Artinya ujian terhadap praktek social terus menerus dan
diubah berdasarkan informasi yang baru masuk yang paling praktis dan mengubah cirri
modernitas. Dalam hidup modern, apa saja terbuka untuk direfleksikan.
Namun demikian, Giddens melihat ada beberapa bahaya yang berkaitan dengan modernitas
yang mengancam dan akan menimbulkan ketidakamanan ontologism. Meskipun mekanisme
pemisahan memberi keamanan dalam berbagai bidang namun juga menciptakan “profil
resiko” tersendiri yang berskala global sepert perang nuklir, perubahan dalam pembagian
tenaga kerja diseluruh dunia. Ada pula resiko lain yang berasal dari pengelolaan lingkungan
material dan ciptaan institusional resiko lingkungan seperti pasar modal global. Selain itu
orang makin menyadari bahwa agama kurang penting. Resiko-resiko inilah yang membuat
modernitas seperti panser raksasa lepas kendali yang membuat tidak amal.
Ada beberapa alasan mengapa kita menderita akibat negative dari modernitas. Pertama,
karena kesalahan rencana dalam dunia modern. Kedua, kegagalan operatornya. Masalah
bukan berasal dari perencana, tapi dari mereka yang menjalankan dunia modern. Selain itu
meski menolak pendirian-pendirian yang selalu dikaitkan dengan post-modernisme, Giddens
melihat bahwa kehidupan post-modernisme ditandai dengan beberapa hal seperti teratasinya
kelangkaan system, makin meningkatnya demokratisasi, demiliterisasi, dan memanusiakan
teknologi.
Modernitas dan Identitas. Berhubungan dengan identitas, Giddens mendefinisikan
dunia modern sebagai “dunia refleksi yang meluas hingga ke inti diri….kedirian menjadi
sebuah proyek refleksif”. Artinya; diri menjadi sesuatu yang direfleksikan, diubah dan
dibentuk; tanggung jawab individu bukan hanya pada menciptakan dan memelihara kedirian
tetapi mencakup semua hal; diri juga merupakan produk dari eksplorasi dan produk dari
hubungan social yang intim. Dalam hidup modern, tubuh ditarik organisasi refleksi
kehidupan social. Manusia bukan hanya merencanakan diri tapi juga tubuh. Akibatnya tubuh
pun tunduk pada berbagai jenis rezim seperti buku diet, fitness dll yang tak hanya membantu
individu membentuk tubuh mereka tapi juga memberikan kontribusi terhadap refleksivitas
modernitas pada umumnya.
4. Intinya: Giddens hendak menegaskan bahwa dunia modern mengakibatkan
“keterasingan pengalaman” (sequestration of experience) atau proses yang berkaitan dengan
penyembunyian yang memisahkan rutinitas kehidupan sehari-hari dari fenomena sehari-hari
seperti kegilaan, kriminalitas, penyakit, kematian dan seksualitas. Ada keterasingan yang
terjadi akibat meningkatnya peran system abstrak dalam kehidupan sehari-hari yang pada
gilirannya membawa manusia pada resiko mengesampingkan kehidupan social dari masalah
eksistensial fundamental yang menimbulkan dilema moral bagi umat manusia. Menurut
Giddens, modernitas membawa ancaman pada “ketidakberartian pribadi”. Segala sesuatu
yang bernilai telah diasingkan dalam hidup sehari-hari, segala sesuatu yang semula berarti
dalam kehidupan, kini telah ditindas. Tetapi semakin tinggi refleksi kedirian, semakin
meningkat kemungkinan untuk kembali kepada sesuatu yang ditindas sebelumnya.
Modernitas dan intimasi. Pada bagian ini Giddens mengkaji tentang transfomasi
keintiman yang bergerak pada konsep hubungan murni yaitu situasi dimana hubungan social
berlangsung demi kepentingan hidup social itu sendiri, demi sesuatu yang bakal didapatkan
oleh setiap orang dari meneruskan hubungan dengan orang lain; hubungan itu hanya akan
dilanjutkan sejauh diperkirakan oleh kedua belah pihak dapat memberikan kepuasan yang
cukup bagi setiap orang yang berhubungan tersebut. Dalam hal keintiman, hubungan murni
ditandai oleh komunikasi emosional dengan diri sendiri dan orang lain dalam konteks
hubungan seksual dan kesamaan emosinal. Giddens tidak bermaksud mengusulkan kebebasan
seksual atau pluralism seksual, tetapi mendesak perubahan moral dan etika yang lebih besar.
Emansipasi seksual dapat menjadi perantara dalam mereorganisasi emosional kehidupan
social.
3.MASYARAKAT BERESIKO
Modernitas adalah kultur yang beresiko. Bagian ini merupakan uraian lanjutan dari
pembahasan sebelumnya mengenai modernitas dan konsekwensi. Modernitas memang
mengurangi resiko menyeluruh namun disatu pihak juga memperkenalkan parameter resiko
baru yang sebagian besar atau seluruhnya belum dikenal dalam era sebelumnya. Giddens
dengan sangat tepat menjelaskan tentang pandangan dari Ulrich Beck tentang Risk Society:
Toward a New Modernity. Beck sependapat dengan Giddens bahwa kita masih berada dalam
masa modern meskipun dalam bentuk modernitas baru. Masyarakat beresiko merupakan
“pintu masuk” post modern, sementara kita masih berada dalam tahap industry yang
merupakan “tahap klasik” yang ditandai dengan industry. Masyarakat sekarang belum hidup
5. dalam masyarakat beresiko tapi juga sudah tidak hidup lagi dalam masyarakat industry
semata. Artinya kehidupan masyarakat mempunyai kedua unsure tersebut. Modernitas
melarutkan masyarakat industry dan melahirkan tipe masyarakat baru. Oleh Beck masyarakat
baru ini dinamakan Modernitas Refleksif artinya sebuah proses individualisasi yang membuat
agen-agen semakin bebas dari paksaan structural sehingga mampu menciptakan secara
refleksif diri mereka dan masyarakat dimana mereka hidup.
Dalam konteks masyarakat beresiko, Beck melihat bahwa bagaimana mencegah resiko,
meminimalkannya dan kemudian menyalurkannya. Disini solidaritas bersama ditentukan
dengan upaya pencarian tujuan untuk menghindari. Jadi mereka menciptakan resiko,
khususnya dari industry dan pengaruh sampingnya yang membahayakan dan mematikan,
namun mereka juga mampu mengatasi resiko.
4.McDONALDISASI DAN ALAT KOMSUMSI BARU
Gagasan utama dalam McDonaldisasi adalah rasionalitas formal dan pada fakta
bahwa restoran cepat saji mencerminkan paradigm masa kini dari rasionalitas formal. Bagi
Ritzer, rasionalitas formal merupakan komponen kunci dari kehidupan modern. Ada empat
dimensi rasonalitas formal yaitu efisiensi, kemampuan untuk di prediksi (predictability), lebih
menekankan pada kuantitas daripada kualitas dan penggantian tekhnologi non manusia
untuk tekhnologi manusia. Keempat komponen ini secara sangat tepat dan jelas di praktekan
dalam restoran cepat saji atau fast food. Selain restoran cepat saji, Ritzer juga meneliti
tentang kartu kredit. Kartu kredit berperan dalam me-McDonal-kan penerimaan dan
berbelanja dengan kredit. Menurut Ritzer, keempat komponen rasionalitas formal tadi juga
terjadi dalam bisnis kartu kredit. Namun Ritzer menambahkan bahwa kartu kredit dapat
menimbulkan dehumanisasi yang berkaitan dengan nonteknologi manusia dan pegawa bank
menyerupai robot yang terlibat dalam interaksi dengan nasabah hanya melalui tulisan
dikomputernya.
Jadi restoran cepat saji dan kartu kredit dipandang sebagai me-McDonal-kan
kehidupan manusia serta merasionalkan secara formal kehidupan manusia.
Alat-alat Konsumsi Baru. Ritzer belakang ini telah membahas munculnya “alat
konsumsi” baru. Konsep ini diturunkan dari pandangan Karl Marx mengenai alat-alat
produksi. Berdasarkan realitas yang dihadapinya masa-masa awal revolusi industri dan
6. kapitalisme-fokus pada produksi pada umumnya dan alat-alat produksi pada khususnnya.
Akan tetapi, ditahun-tahun belakang ini, sepanjang produksi dan konsumsi dapat dipilah
dengan tegas, produksi telah tumbuh menjadi kurang penting, sedangkan konsumsi menjadi
semakin penting. Dalam masyarakat seperti itu adalah beralasan untuk mengeser fokus kita
dari alat-alat produksi kealat-alat konsumsi.
Marx mendefiniskan alat-alat produksi sebagai komoditas yang memiliki sutau bentuk
di mana komoditas itu memasuki konsumsi produktif. Alat-alat konsumsi didefiniskian
sebagai komoditas yang memiliki suatu bentuk di mana komoditas itu memasuki konsumsi
indivuisal dari kelas kapitalis dan pekerja. Marx membedakan kosumsi subsisten dan
konsumsi mewah. Di satu sisi adalah alat-alat konsumsi mewah yang hanya memasuki
konsumsi kelas kapitalis yaiu dapat dipertukarkan hanya untuk pengeluaran dari nilai surplus.
Alat-alat produksi menepati posisi intermediate antar pekerja dan produk, mereka
adalah alat-alat yang memungkinkan produksi komoditas serta control dan eksploitasi atas
pekerja. Sebaliknya dalam cara marx menggunakan ide, alat –alat konsumsi bukanlah alat
tetapi produk akhir dalam konsumsinya, mereka adalah barang-barang yang dikonsumsi.
Dengan kata lain, dalam karya marx tidak ada perbedaan antara barang-barang konsumen
dengan apa yang kita sebut disini sebagai alat-alat konsumsi. Ketika marx menggunakan
istilah alat-alat konsumsi dia menggunakan dengan cara yang tidak tepat secara logika dan
berbeda dengan cara yang dipakai disini. Semua alat-alat konsumsi baru itu adalah modern
dalam pengertian bahwa alat-alat itu sebagian besar adalah inovasi baru yang muncul dan
berkembang pada paruh akhir abad dua puluh. Alat konsumsi baru adalah bersifat modern
dalam pengertiannya yang lebih penting, yakni alat-alat itu sangat rasional atau
terMcDonaldisasikan berupa; efisiensi, kalkulabilitas, Prediktabilitas, control melalui
teknologi nonmanusia, bukannya teknologi manusia.
5.MODERNITAS DAN HOLOCAUST
Menurut Ritzer paradigma modern rasionalitas formal adalah restoran cepat saji,
menurut Bauman paradigma modern adalah Holocaust, penghancuran sistematis orang
Yahudi oleh NAZI. Holocaust itu dapat dipandang sebagai paradigma modern rasionalitas
birokrasi, ada batas yang jelas dalam pemikiran sosiologi tentang rasionalitas modern dari
birokrasi ke Holocaust dan kemanusian ke restoran saji. Prinsip rasionalitas Webber dapat
diterapkan terhadap ketiga bidang itu secara bermakna dan bermanfaat. Pelaku holocaust
7. menggunakan birokrasi sebagai salah satu alat utama mereka. Kondisi yang memungkinkan
terciptanya holocaust itu terutama system rasional formula, terus ada hingga kini, proses
mcdonaldisasi tak hanya menunjukkan lestarinya system rasional formal, tetapi juga
menujukkan bahwa system ini berkembang secara dramatis.
Produk Modernitas. Menurut bauman, holocaust adalah produk modernitas dan
bukan akibat kerusakan modernitas seperti pandangan kebanyakan orang. Sebagai contoh,
holocaust memerlukan penerapa prinsip dasar industrilisasi pada umumnya dan penerapan
system pabrik pada khususnya untuk menghancurkan umat manusia.
Apa yang berhasil dilakukan nazi adalah menggabungkan prestasi rasional industri
dan birokrasi rasional dan kemanusian menggunakannya dengan tujuan untuk
menghancurkan manusia. Tanpa modernitas dan rasionalitas “holocaust tak mungkin terjadi”
Peran Birokrasi. Bauman menyatakan bahwa holocaust bukanlah akibat irasionalitas
atau akibat kebiadaban pra-modern, tetapi lebih merupakan produk birokrasi rasional yang
modern. Bukanlah orang gila yang menciptakan dan mengelola holocaust itu melainkan
birokrat yang sangat rasional dan sangat normal. Bauman tak melihat birokrasi sebagai alat
netral yang dapat ditegakkan kesetiap arah, lebih menyerupai dadu. Meski dapat digunakan
baik untuk tujuan kekejaman maupun kemanusiaan, birokrasi lebih besar kenumbuhkan dan
menyokong proses yang berperikemanusiaan. Birokrasi diprogramkan untuk bertindak
optimum dalam arti seperti tak dapat membedakan antara tujuan seorang manusia dan tujuan
manusia lainnya atau tujuan yang berperikemanusiaan dan tujuan yang tak
berperikemanusiaan.
Memang birokrasi dan para pejabat tidak dapat menciptakan holocaust berdasarkan
kemauannya sendiri, masih ada factor lain yang diperlukan, pertama, adanya control mutlak
aparatur Negara yang memegang monopoli untuk melakukan tindakan kekejaman terhadap
anggota masyarakat lain. Kedua adalah paham antisemitisme. Berdasarkan paham ini orang
Yahudi secara sistematis dipisahkan dari masyarakat lainnya dan diprogandakan seolah-olah
mereka menghalang-halang Jerman menjadi masyarakat sempurna.
Faktor lainnya adalah bahwa didalam struktur masyarakat modern, seperti birokrasi
tidak ada tempat bagi pertimbangan moral.
8. Holocaust dan McDonaldisasi. Holocaust memiliki seluruh ciri-ciri McDonaldisasi.
Holocaust mempunyai garis perakitan dengan deretan panjang gerbong kereta api yang
mengangkut Yahudi ke kamp kematian, dengan barisan panjang manusia berjejal di bawah
pancuran dan produknya adalah anggota yang harus dibuang dipenghujung proses. Holocaust
ini menggunakan teknologi non manusia seperti kekuasaan dan peraturan tentang kamp-
konsentrast dan pelaksanan garis perakitan dari jalur, untuk mengontrol para tahanan dan
penjaga
Ciri-ciri McDonaldisasi yang paling sesuai dengan holocaust adalah irasionalitas dari
rasionalitas, terutama dehumanisasi. Bauman menggunakan gagasan tentang pemisahan
untuk menunjukan bahwa korban tak dianggap manusia karena birokrat membuat keputusan
mengenai nasib mereka tanpa melalui kontak pribadi dengan mereka. Untuk mencegah
holocaust lain dibutuhkan moralitas yang kuat dan kekuatan politik pluralistis. Tetapi
mungkin pada suatu masa ada kekuatan tunggal yang mendominasi dan tak banyak hal yang
membuat kuat percaya bahwa ada system moral yang cukup kuat untuk mencegah pertemuan
pemimpin yang kuat dengan birokrasi.
6.MODERNITAS: PROYEK YANG BELUM SELESAI
Habbermas melihat modernitas sebagai proyek yang belum selesai dalam arti masih
banyak yang harus dikerjakan dalam kehidupan modern sebelum kita mulai berpikir
mengenai kemungkinan kehidupan post modern. Habbermas menganggap modernitas
berbeda dengan dirinya sendiri. Maksudnya adalah rasionalitas yang mencirikan system
social berbeda dan bertentangan dengan rasionalitasnya yang menandai kehidupan sehari-
hari. System berkembang semakin kompleks, terdiferensiasi, terintegrasi dan ditandai oleh
pertimbangan instrumental. Kehidupan dunia juga telah menyaksikan peningkatan deferiansi
dan kondensi, sekularisasi dan institusionalisasi norma refleksif dan kritik. Masyarakat
rasional akan menjadi sebuah masyarakat di mana system dan kehidupan dunia mungkin akan
menjadi rasional menurut caranya sendiri, mengikuti logikanya sendiri. Rasionalisasi system
dan kehidupan dunia dapat menimbulkan kemakmuran dan pengendalian terhadap
lingkungannya sebagai system rasional dan sistem kebenaran, kebijakan dan keindahan yang
berasal dari kehidupan dunia yang rasional. Akibatnya adalah bahwa meski kita menikmati
buah sistem rasionalisasi kita rampas dari kekayaan kehidupan yang berasal dari kehidupan
dunia yang mungkin berkembang, gerakan sosial yang telah musnah di perbatasan antar
9. kehidupan dunia dan system dalam beberapa dekade terakhir yang bersumber dari upaya
menentang penjajahan dan pemiskinan kehidupan dunia.
Salah satu masalah yang dibahas Habbermas adalah makin bertambahnya masalah
yang digapai oleh negara kesejahteraan sosial yang birokratis dan modern. Menurut
Habbermas masalah yang dihadapi takkan terselesaikan dengan cara seperti itu. Masalah
tersebut harus diselesaikan dalam rangka hubungan antara sistem terhadap kehidupan dunia,
pertama, rintangan pengendali harus digunakan untuk mengurangi pengaruh sistem terhadap
kehidupan dunia, kedua sensor harus dibangun untuk meningkatkan pengaruh kehidupan
dunia terhadap sistem. Habermas menyimpulkan bahwa masalah kontemporer tak dapat
diselesaikan dengan system pembelajaran untuk berfungsi secara lebih baik.
Habbermas Versus Post Modernis. Habermas pun mengkritik pemikir post
modernisme. Habermas jelas tak setuju mengorbankan pencerahan modernitas. Ia lebih
memilih untuk memusatkan perhatian pada kesalahan pemikiran orang yang menolak
modernitas salah satu kesalahan terpenting adalah keinginan mereka untuk mengorbankan
ilmu, terutama ilmu tentang kehidupan dunia.
Holub telah menyajikan rangkuman kritik terpenting Habermas terhadap pemikir post
modernis, pertama, pemikir pots modernist kurang tegas menangani akankah mereka
menciptankan teori yang serius atau kesustraan. Bila kita menganggap mereka menciptakan
teori yang serius maka mereka menjadi tak dapat dipahami karena penolakan mereka terlibat
dalam vocabularies yang terbangun secara institusional, kedua Habermas merasa bahwa
pemikir post modern dijiwai oleh sentiment normatif, ketiga Haberman menuduh post
modernisme sebagai prespektif yang membedakan fenomena dan praktik yang terjadi dalam
masyarakat modren. Keempat, pemikir post modern dituduh mengabaikan praktik kehidupan
dunia, yang justru menjadi sasaran perhatian mutlak Habermas.
7.INFORMASIONALISME DAN MASYARAKAT JARINGAN
Salah satu kontribusi untuk teori sosiologi modern adalah sebuah trilogi yang di tulis
oleh Manuel Castells mengartikulasikan pandangan yang bertentangan dengan teori post
moderen yang dianggap senang merayakan akhir dari sejarah dan sampai tingkat tertentu,
akhir nalar dan melemahkan kapasitas kita untuk memahami dan mengerti
10. Castells memeriksa kemunculan masyarakat, kultur dan ekonomi baru dari sudut pandang
revolusi teknologi informasi yang juga muncul adalah masyarakat informasional dimana
keduanya didasarkan pada informasionalisme (sebuah mode perkembangan dimana sumber
utama produktifitas adalah kapasitas kualitatif untnuk mengoptimalkan kombinasi dan
penggunaan faktor-faktor produksi berbasis pengetahuan dan informasi)
Analisis Castells adalah paradigma teknologi informasi dengan 5 karakteristik dasar; 1.
teknologi yang raksi berdasarkan informasi, 2. informasi adalah bagian dari aktifitas manusia,
teknologi ini mempunyai efek perpasif, 3. semua system yang menggunakan teknologi
informasi didefinisikan oleh logika jaringan yang membuatnya bisa mempengaruhi berbagai
proses dan organisasi, 4. teknologi baru bersifat fleksibel membuatnya bisa beradaptasi dan
berubah secara konstan, 5. teknologi spesifik yang di asosiasikan dan informasi terpandu
dengan sistem yang terintegrasi.
Castells mengatakan bahwa bentuk organisasi baru telah muncul sebagai karakteristik dari
ekonomi global atau informasional yakni perusahaan jaringan yang didefinisikan sebagai
bentuk perusahaan spesifik yang system alatnya terdiri dari interseksi dari sekmen system
tujuan otonom. Perusahaan jaringan adalah perwujudan dari kultur ekonomi informasional
global dan ia memungkinkan terjadi tansformasi tanda-tanda komoditas melalui proses
pengetahuan akibatnya sifat dari pekerjaan di transformasikan, meski sifat sesungguh system
tansformasi ini berbeda dari satu bangsa dengan bangsa yang lain. Custtells mengatakan
bahwa fungsi dalam proses dominant dalam abad informasi semakin tertata di seputar
jaringan yang didefinisikan sebagai perangkat node yang saling terhubung. Menurut Custells,
negara semakin tak berdaya di era globalisasi ekonomi ini dan semakin tergantung kepada
pasar capital global.
Berdasarkan orientasi kritisnya, khususnya kepada kapitalisme informasional dan
ancamannya terhadap diri, identitas, kesejahteraan, dan ekslusinya terhadap sebagian besar
belahan dunia, Castells menyimpulkan bahwa ketika kapitalisme dan ancamannya terwujud
maka ekonomi kita masyarakat dan kebudayaan kita akan membatasi kreatifitas kolektif,
mengambil alih hasil teknologi indormasu, dan membelokkan energi kita kearah
penghancuran diri sendiri. Akan tetapi hal itu tak mesti terjadi karena tak ada yang tak dapat
diubah oleh tindakan sosial yang sadar dan bertujuan.
11. Castells menawarkan analisis sosiologi pertama tentang dunia semakin computerized.
Ada dua kelemahan utama, pertama dalam studi empiris dan Castells berusaha keras
menghindari pengunaan sederatan sumber teoritis yang bisa memperkaya karyanya. Kedua
dia terjebak dalam perspektif produktivitas dan gagal untuk menangani implikasi dari
analisisnya terhadap konsumsi.
8.TEORI GLOBALISASI
Teori globalisasi juga muncul sebagai akibat dari serangkain perkembangan internal
teori sosial, khususnya reaksi terhadap prespektif seperti teori modernisasi. Diantara
karakteristik dari teori ini adalah bias Westren-nya disesuaikan dengan perkembangan di
barat dan bahwa ide di luar dunia barat tak punya pilihan kecuali menyesuiakan ide dengan
ide barat.
Globalisasi data dianalisi secara kultural ekonomi, polemik dan atau institusioanl.
Dalam masing-masing kasus, perbedaan kuncinya adalah apakah seseorang melihat
homogenitas atau heterogenitas. Pada titik ekstrem, globalisasi kultur dapat dilihat sebagai
ekspansi transnasional dari kode dan praktik (homogenitas) atau sebagai proses di mana
banyak input kultul; l. local dan global saling berinteraksi untuk menciptakan semacam
perpaduan yang menorah ke pencangkokan kultur (heterogenitas). Teoritis yang
memfokuskan pada faktor-faktor ekonomi cenderung menekankan arti penting dan efeknya
yang bersifat homogenizing terhadap dunia. Mereka umumnya melihat globalisasi sebagai
penyebaran ekonomi pasar ke seluruh kawasan dunia yang berbeda-beda.
Perspektif Neo-Marxian Kellner tentang Globalisasi. Kellner menfokuskan pada
realitas kapitalisme sekarang dimana teknologi memegang peranan yang semakin penting,
kellner mengalihkan perhatiannya kepada globalisasi dari perspektif ini dan yang lebih
umum, beralih orientasi neo Marxian yang kritis, kunci untuk memahami globalisasi adalah
menyusun teori tentangnya sebagai produk dari revolusi teknologi sekaligus restruktuisai
global kapitalisme. Perspektif dialektis juga menjelaskan bahwa ada ciri-ciri progresif dan
emansipatoris dari globalisasi dan kita harus mempertimbangkan keduanya. Perbedaan
kuncinya dari perspektif dialektis, adalah perbedaan antara globalisasi yang dipaksakan dari
atas dan globallisasi yang muncul dari bawah. Yang merupakan hal penting buat Kellner, dan
refleksi dari prespektif dialektisnya, adalah pemikirannya tentang internet. Teknologi baru ini
12. dipakai dengan berbagai macam cara untuk mempromosikan globalisasi kapitalis. Akan
tetapi intentiv juga dipakai untuk memobilisasi orang-orang yang menentang globalisasi.
Giddens tentang “Runaway World” dan Globalisasi. Pandangan Giddens tentang
globalisasi jelas terkait erat dan tumpang tindih dengan pemikirannya tentang juggernaut
modernitas. Globalisasi juga mengandung dampak besar terhadap isu-isu yang merupakan
perhatian utama giddens dan isu-isu yang telah didiskusikan seperti keintiman dan aspek lain
dari kehidupan sehari-hari. Dan Giddens melihat keterkaitan erat antara globalisasi dan
risiko, khususnya munculnya apa yang dia namakan manufactured risk. Dia juga mengakui
bahwa globalisasi adalah proses dua arah dengan amerika dan barat sebagai kawasan yang
paling banyak terkena pengaruhnya. Lebih jauh dia mengatakan, globalisasi menjadi semakin
decentred, dengan bangsa-bangsa di luar barat memainknan peran yang semakin besar
didalamnya. Dia juga mengakui bahwa globalisasi melemahkan kultur local sekaligus
membangkitkan kembali. Dia mengatakan bahwa globalisasi menyelinap kesamping
menghasilkan area baru yang mungkin melintasi bangas-bangsa. Perbenturan utama yang
terjadi ditingkat global dewasa ini adalah antara fundamental dengan kosmopolitanisme, pada
akhirnya Giddens melihat munculnya masyarakat cosmopolitan global. Tetapi bahkan
kekuatan utama yang menentangnya tradisionlisme merupakan produk dari globalisme.
Fundamentalis dapat mengambil bermacan-macam bentuk, agama etnis, nasionalis, politik
tetapi apapun bentuknya menurut Giddens bahwa benar untiuk menganggap fundamentalisme
sebagai sebuah problem. Fundamentalisme dekat kemungkinan kekerasan dan
fundamentalisme adalah lawan dari nilai-nilai cosmopolitan.
Beck dan Politik Globalisasi. Globalisme adalah pandangan bahwa dunia didominasi
oleh perekonomian dan kita menyaksikann munculnya hegemoni pasar dunia kapitalis dan
ideologi neoliberalis yang menopangnya, menurut beck, ini melibatkan pemikiran line dan
monokausal. Multi dimensionalitas dari perkembangan global, ekologi, politik kultur, dan
masyarakt sipil. Sementara beck mengkritik globalisme, dia melihat bnayak kebaikan dalam
ide globalitas dimana ruang-ruang tertutup, khususnya yang diasosiasikan dengan bangsa,
semakin ilusif. Ruang-ruang itu menjadi ilusif karena globalisasi atau proses-proses
melaluinya negara yang berdaulat dimasuki dan dilemahkan oleh actor-aktor transnasional,
dengan berbagai macam prospek kekuasaan , orientasi, identitas dan jaringan. Globalitas
adalah proses baru setidaknya karena tiga alasan. Pertama, pengaruhnya atas ruang geografis
jauh lebih ekstensif. Kedua pengaruhnya atas waktu jauh lebih stabil dan terus berlanjur dari
13. waktu ke waktu, ketiga ada densitas yang lebih besar untuk jaringan transnasional, hubungan
dan arus pekerjaan jaringan. Beck juga mendaftar sejumlah hal lainnya yang mencolok yang
berkaitan dengan globalitas ketika membandingkannya dengan manifestasi lain dari
transnasional. Ini membuat Beck memperbaiki yang terdahulu tentang modernitas dan
menyatakan globalitas, bersama dengan ketidakmampuan untuk membalikannya,
diasosiasikan dengan apa yang dia sebut sebagai second modernity.
Bauman tentang Konsekwensi Globalisasi. Bauman melihat globalisasi dari segi
perang ruang. Pemenang dari perang ruang ini adalah mereka yang mobile, mampu untuk
bergerak secara bebas keseluruh dunia dan dalamproses untuk menciptakan makna bagi diri
mereka sendiri. Mereka dapat mengambang relative bebas di atas ruang dan ketika mereka
harus mendarat diatas tempat, mereka mengisolasikan diri mereka dalam ruang yang tertutup
dan terjaga di mana mereka aman dari ganguan orang-orang yang kalah dalam peperangan
ruang tersebut.
Akan tetapi adalah penting untuk membedakan di antara orang-orang yang setidaknya
memiliki mobilitas, contoh turis adalah mereka yang bergerak karena mereka menginginkan.
Kemanusian para pengembara yang berefek karena merasa lingkunganya tak tertahan dan tak
bersahabat karena sejumlah alasan..
Bauman menempatkan perbedaan ini dalam konteks perjanjian utama kita apa yang
sekarang diklaim sebagai globalisasi disesuaikan dengan mimpi-mimpi dan keinginan turis,
akan tetapi sebagian besar orang berada di antara dua titik ekstrem ini dan merasa tidak
sebagai besar orang berbeda diantara dua titik esktrem ini dan merasa tidak berasal. Pada saat
itu bahkan pasti bahwa mereka akan bisa melihat cahaya esok hari. Jadi globalisasi berarti
kegelisahan bagi semua orang.
Ritzer tentang “Globalization of Nothing”. Sesuatu bukan akibat dari sesuatu yang
lain, tetapi cenderung bervariasi bersama-sama. Jadi globalisasi cenderung menyebarkan
nothing ke seluruh dunia. yang nothing oleh Ritzer adalah bentuk yang dibayang dan di
control secara sentral yang kosong dari isi yang distintif dan semua sebagian besar kosong
dari distintif dan sedang mengglobal. Ke empat tipe itu adalah non-place, nothing, non-
people, non-service jadi argument dasarnya adalah bahwa globalisasi membawa penyebaran
nothingness ke seluruh dunia.
14. “Landscape” Appadurai. Dalam bukunya “Modernity at Large: Cultual
Dimensional of Globalization” Appadurai mengemukakan tentang lima inti pemikirannya
yang menjadi lima arus global yaitu; Ethnoscapes adalah kelompok atau aktor yang mobile,
yang memainkan peranan penting dalam duni ayang kita tinggal. Technoscapes adalah
konfigurasi global dari tekhnologi dan fakta bahwa baik teknologi tinggi maupun rendah,
baik yang mekanistis maupun informasional kini bergerak dalam kecepatan tinggi melintasi
berbagai batasan yang dulu ada. Financescapes adalah proses yang dengannya pasar, bursa
saham nasional dan spekulasi komoditas menggerakan megamonies melalui batas-batas
nasional dengan kecepatan tinggi. Mediascapes yang terlibat distribusi kapabilitas elektronik
untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi yang tersedia bagi kepentingan public dan
swasta yang semakin banyak. Ideoscapes serangkaian imaji tetapi bersifat politis dan
berhubungan langsung dengan ideology negara dan kontra ideology dari gerakan-gerakan
yang secara explicit berorientasi untuk merebut kekuasaan negara atau sebagian dari
kekuasaan itu.
Penutup.
Demikian hasil studi dan rringkasan tentang Teori Modernitas Kontemporer. Harus diakui
bahwa tidak semua hal yang dibaca dan ditulis dalam ringkasan ini dapat dimengerti dengan
baik. Oleh karena itu arahan dan katerangan dari dosen dalam rangka peningkatan
pemahaman yan lebih komprehensif sangat diharapkan. Kesadaran bahwa ringkasan ini jauh
dari kesempurnaan membuat saya siap menerima saran dan masukand dari pembaca sekalian.