SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Era Globalisasi
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS
(Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Era Globalisasi)
Disusun Oleh:
AHMAD ROBIHAN, S.Pd.I
DKK
PENDIDIKAN PESANTREN DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI
A. PENDAHULUAN
Istilah globalisasi diambil dari kata “global”. Kata ini melibatkan kesadaran baru bahwa
dunia adalah sebuah kontinuitas lingkungan yang terkonstruksi sebagai kesatuan utuh.
Marshall McLuhan menyebut dunia yang diliputi kesadaran globalisasi ini global village
(desa buana). Dunia menjadi sangat transparan sehingga seolah tanpa batas
administrasi suatu negara. Batas-batas geografis suatu negara menjadi kabur.
Globalisasi membuat dunia menjadi transparan akibat perkembangan pesat ilmu
pengetahuan dan teknologi serta adanya sistem informasi satelit.
Arus globalisasi lambat laun semakin meningkat dan menyentuh hampir setiap aspek
kehidupan sehari-hari. Globalisasi memunculkan gaya hidup kosmopolitan yang ditandai
oleh berbagai kemudahan hubungan dan terbukanya aneka ragam informasi yang
memungkinkan individu dalam masyarakat mengikuti gaya-gaya hidup baru yang
disenangi.
Globalisasi menjadi kekuatan yang terus meningkat, dan dapat menimbulkan aksi dan
reaksi dalam kehidupan. Globalisasi melahirkan dunia yang terbuka untuk saling
berhubungan, terutama dengan ditopang teknologi informasi yang sedemikian canggih.
Topangan teknologi ini pada gilirannya dapat mengubah segi-segi kehidupan, baik
kehidupan material maupun kehidupan spiritual.[1]
Pada era globalisasi saat ini, kesadaran global tentang peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM) melalui pendidikan dan menempatkan manusia sebagai titik sentral
pembangunan tampak semakin jelas. Maklum, globalisasi telah
menampilkan perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat, teknologi informasi dan
komunikasi yang semakin canggih, serta pengaruh budaya global dalam kehidupan yang
sangat dominan. Kondisi demikian ini meniscayakan adanya kualitas SDM yang
memadai bagi siapapun supaya ia mampu bekerjasama dan mampu berkompetisi
dengan bangsa lain yang pada akhirnya setiap individu atau suatu bangsa dapat eksis
dalam percaturan global ini.[2]
Dalam konteks ini, bidang-bidang kehidupan umat manusia yang khususnya ada dalam
ruanglingkup pesatren yang kurang siap dalam menghadapi era globalisasi perlu
berbenah diri. Ditilik dari sejarah pendidikan Islam Indonesia, pesantren sebagai sistem
pendidikan Islam tradisional memainkan peranan penting dalam membentuk kualitas
sumber daya manusia (SDM) Indonesia.[3] Jika globalisasi adalah suatu keniscayaan
maka mau tidak mau harus dikontekskan dengan piranti-piranti globalisasi tersebut.
Artinya, pendidikan pesantren sudah semestinya memiliki kepentingan untuk membentuk
SDM yang siap bergulat dan bertarung untuk menghadapi arus deras globalisasi.
Apabila kita menilik pendidikan pesantren yang telah berjalan di Indonesia, sungguh
banyak sekali sistemnya yang harus di rombak, mulai dari cara pandang yang dipakai
(paradigma), model pembelajaran, penekanan tujuan pendidikan pesantren, dan masih
banyak yang lain. Dalam pusaran arus globalisasi, pada kenyataannya pendidikan
pesantren belum mampu menciptakan anak didik (santri) yang kritis dan memiliki
kemampuan dalam menghadapi arus globalisasi yang menindas dan mencengkram.
Dalam keadaan inilah pendidikan pesantren semestinya tidak bebas nilai(value free),
sebaliknya pendidikan pesantren harus berkepentingan untuk menciptakan santri yang
kritis dan memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya.
B. PEMBAHASAN
1. Era Globalisasi
Istilah globalisasi dipopulerkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985 dan kini telah
menjadi slogan magis di dalam setiap topik pembahasan. Substansi globalisasi adalah
ideoligi yang menggambarkan proses interaksi yang sangat luas dalam berbagai bidang.
Globalisasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses
multilapis dan multidimensi dalam realitas kehidupan yang sebagian besar dikonstruksi
oleh barat, khususnya oleh kapitalisme dengan nilai-nilai dan pelaksanaannya. Di dalam
dunia global, bidang-bidang di atas terjalin secara luas, erat dan dengan proses yang
cepat. Hubungan ini ditandai dengan karakteristik hubungan antara penduduk bumi yang
melampui batas-batas konvensional, seperti bangsa dan negara. Keadaan demikian ini
menunjukkan bahwa relasi antara kekuatan bangsa-bangsa di dunia akan mewarnai
barbagai hal, yaitu sosial, hukum, ekonomi, dan agama.
Globalisasi berasal dari kata “the globe” (Inggris) atau “la monde” (Prancis) yang berarti
bumi, dunia ini. Maka globalisasi atau mondialisation secara sederhana dapat diartikan
sebagai proses menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia. Secara lebih lengkap
globalisasi banyak didefinisikan oleh para ilmuwan dunia. Baylis dan Smith misalnya,
mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses meningkatnya keterkaitan antara
masyarakat sehingga satu peristiwa yang terjadi diantara wilayah tertentu semakin lama
akan kian berpengaruh terhadap manusia dan masyarakat yang hidup di bagian lain di
muka bumi ini. Anthony Giddens memandang globalisasi sebagai sebuah proses yang
ditandai dengan semakin intensifnya hubungan sosial yang menggelobal. Artinya
kehidupan manusia disuatu wilayah akan berpengaruh kepada kehidupan manusia di
wiliyah lain dan begitupun sebaliknya.[4]
Dalam dimensi lain Wallerstain seorang pelopor teori sistem dunia memandang tidak
sebatas hubungan lintas batas negara, namun globalisasi merupakan wujud ekonomi
kapitalis dunia yang digerakkan oleh logika akumulasi kapital. Senada dengan
Wallerstain, Jin Young Chun ilmuwan politik asal Korea mendefinisikan globalisasi
sebagai suatu proses integrasinya dunia melalui peningkatan arus kapital, hasil-hasil
produksi, jasa, ide dan manusia yang lintas batas negara. Proses ini merupakan hasil
dari perkembangan-perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang
revolusioner, serta liberalisasi perdagangan dan keuangan di negara-negara besar.
Dari definisi-definisi tersebut persoalannya akan menjadi lain ketika globalisasi dikaitkan
dengan masalah ekonomi, politik-ideologi, ilmi pengetahuan, teknologi dan budaya.
Mengaitkan globalisasi dengan presoalan tersebut akan menjadi rumit dan semakin
spesifik meskipun terdapat keterkaitan yang erat. Hal ini juga yang akan memengaruhi
sikap seseorang dalam merespon globalisasi. Globalisasi dalam pengetian ekonomi
misalnya, ia berarti proses internasionalisasi produk, mobilisasi yang semakin
membengkak dari modal dan masyarakat internasional, penggandaan dan intensifikasi
ketergantungan ekonomi. Secara lebih kongkrit hal ini berarti reorganisasi sarana-sarana
produksi, penetrasi lintas negara dari industri, perluasan pasar uang, penjajahan bahan-
bahan konsumsi, sampai ke negara-negara dunia ke tiga dari dunia pertama, dan
penggusuran penduduk lintas negara secara besar-besaran. Sedangkan sebagai
pengertian politik-ideologi, globalisasi dirumuskan sebagai liberasi perdagangan dan
investasi, deregulasi, privatisasi, adopsi sistem politik demokrasi dan otonomi daerah.
Sebagai pengetian ilmu pengetahuan, globalisasi tidak hanya berarti dipakainya kaidah
kebenaran ilmu yang bersumber kepada empirisme dan cara penalaran konteks
masyarakat dan alam negara-negara maju bagi negara-negara tertinggal tanpa
memperhatikan ke-khasan masyarakat dan alamnya, tetapi juga termasuk juga usaha-
usaha untuk membangun kebenaran ilmu untuk tujuan pemanusiaan manusia termasuk
mencari keterangan ilmiah, pengetahuan lokal dan tradisional.
Sebagai pengertian teknologi, globalisasi berarti penguasaan dunia melalui penguasaan
teknologi, tidak hanya teknologi komunikasi dan informasi, namun juga teknologi
penghancur lingkungan serta bioteknologi pengancam manusia tanpa kendali. Dan
sebagai pengertian budaya, globalisasi tidak hanya proses harmonisasi ide-ide dan
norma-norma, seperti pluralitas keberagaman, HAM, namun juga gaya hidup
konsumerisme dan pornografi. Proses seperti ini merupakan gerakan menuju
kewarganegaraan dunia universal yang melampui batasan negara-kebangsaan.
Globalisasi, dengan demikian ditandai dengan berbagai hal, yaitu : pertama, globalisasi
terkait erat dengan kemajuan dan inovasi teknologi, arus informasi atas komunikasi yang
lintas batas negara. Kedua, globalisasi tidak dapat dilepaskan dari akumulasi kapital,
semakin tingginya intensitas arus investasi, keuangan, dan perdagangan global. Ketiga,
globalisasi berkaitan dengan semakin tingginya intensitas perpindahan manusia,
pertukaran budaya, nilai dan ide yang lintas batas negara. Keempat, globalisasi ditandai
dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak hanya antar
bangsa namun juga antar masyarakat.[5]
2. Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Dari definisi-definisi yang penulis jelaskan, jelaslah bahwa globalisasi membawa akibat
dan manfaat bagi kehidupan manusia. Dua hal yang paradok ini memaksa seseorang
untuk besikap dan menentukan terhadap globalisasi.[6] Idealnya, kita tidak mengambil
posisi sebagai pendukung atau penentang globalisasi, tetapi kita harus menyikapi
globalisasi (juga pemikiran luar lainnya) secara kritis.[7] Inilah realitas globalisasi yang
ada di hadapan kita. Maka, kewajiban kita adalah bagaimana berinteraksi dengannya
secara positif. Toh, realitas globalisasi ini tidak semuanya buruk, dan tidak pula
semuanya baik. Karena itu, kita harus menyikapinya lewat berbagai bentuk artikulasi
yang kritis namun proporsional.[8]
Banyak kalangan, terutama kaum cendikiawan, sudah menyadari akan fenomena di atas
dan kebutuhan bangsa atasnya. Kesadaran ini diwujudkan dalam bentuk pembentukan
lembaga pendidikan, sebagai salah satu alternatif menghadapi era globalisasi. Mereka
berkompetisi satu sama lain dengan menawarkan penciptaan SDM yang berkualitas
untuk menghadapi era globalisasi.[9]
Dalam hal ini, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam kiranya perlu
meningkatkan peranannya karena Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
sebagai agama yang berlaku seantero dunia sepanjang masa. Ini berarti ajaran Islam
adalah global dan melakukan globalisasi untuk semua (lihat Q.S. Al-Hujurat:13).[10]
‫وا‬ُ‫ف‬َ‫ار‬َ‫ع‬َ‫ت‬ِ‫ل‬ َ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ق‬ َ‫و‬ ‫ًا‬‫ب‬‫و‬ُ‫ع‬ُ‫ش‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ث‬ْ‫ن‬ُ‫أ‬ َ‫و‬ ٍ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ذ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal….” ( QS. Al-Hujurat:13).[11]
Globalisasi dalam perspektif Islam adalah sunatullah Karena Islam adalah agama yang
bersifat universal, yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW. Sebagai
rahmat bagi semesta alam (rahmah li al-álamin). (lihat Q.S. Al-Anbiya’ : 107).[12]
َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ً‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫َاك‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫س‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam”. (QS. Al-Anbiya’ : 107)[13]
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan mau tak mau harus turut pula ambil
bagian, memposisikan diri dan membuktikan sebagai lembaga yang juga mampu
mengakomodasi tuntutan di era globalisasi, yaitu menciptakan manusia yang tidak hanya
bertakwa tetapi juga berilmu, memiliki SDM tinggi plus berakhlakul karimah.[14]
Hal tersebut sesuai dengan dua potensi yang ada pada pesantren itu sendiri, yaitu:
pertama, potensi pengembangan masyarakat. Pesantren dilahirkan untuk memberikan
respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan
pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang ditawarkannya (amar
ma’ruf nahi munkar). Kehadirannya dengan demikian bisa disebut sebagai agen
perubahan sosial (agent of social change) yang selalu melakukan kerja-kerja
pembebasan pada masyarakatnya dari segala keburukan moral, penindasan politik,
pemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan dari pemiskinan ekonomi.
Kedua, potensi pendidikan. Salah satu misi awal didirikannya pesantren adalah
menyebarluaskan informasi ajaran tentang universalitas Islam ke seluruh plosok
Nusantara yang berwatak pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun
kondisi sosial masyarakat.[15]
Penciptaan out put seperti itulah membuat pesantren mempunyai peran dan kesempatan
yang lebih besar dalam mengawal bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi.
Minimal ada tiga alasan mengapa pesantren mempunyai peran dan kesempatan yang
lebih besar dibandingkan dengan lembaga yang lain. Pertama, pesantren yang
ditempati para generasi penerus bangsa, dengan pendidikannya yang tidak terbatas oleh
waktu sebagai mana di lembaga pendidikan umum, akan semakin menyemaikan ajaran-
ajaran Islam, yang itu dapat dijadikan sebagai benteng dalam menghadapi
globalisasi.[16]
Kedua, pendidikan pesantren yang mencoba memberikan keseimbangan antara
pemenuhan lahir dan batin, pendidikan agama dan umum, merupakan usaha yang
sangat sesuai dengan kebutuhan pendidikan di era globalisasi yang membutuhkan
keseimbangan antara kualitas SDM dan keluhuran moral. Pendidikan pesantren yang
berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam, menjadikan keluhuran moral dan akhlakul
karimah sebagai salah satu fokus bidang garapan pendidikannya. Hal ini tetap menjadi
nilai lebih pendidikan pesantren yang tidak atau sulit didapatkan dalam pendidikan luar
pesantren dan akan menjadi pelarian masyarakat yang mulai resah dengan dekadensi
moral yang telah mewabah. Pesantren akan menjadi tujuan masyarakat disaat orang-
orang telah kehilangan kepercayaan dan mulai hampa akan norma-norma. Sebagaimana
dikatakan oleh Durkheim, hanya agamalah yang mempu mengatasi di saat seperti itu.
Ketiga, paparan Nur Cholis Madjid yang memberikan contoh masyarakat yang terkena
“diskolasi”, yaitu kaum marginal atau pinggiran di kota-kota besar, seharusnya
menyadarkan pesantren. Mengingat pesantren adalah kaum pinggiran atau pedesaan
yang ekonominya berada pada posisi menengah ke bawah yang juga rentan akan
dihinggapi “diskolasi”, sehingga dalam hal ini pesantren tentu lebih mempunyai
kesempatan untuk memberdayakan dan mengangkat kaum tersebut.[17]
Perlunya suatu keseimbangan dan perpaduan yang sepadan antara penciptaan manusia
yang bertakwa dan berilmu adalah dalam rangka merombak anggapan masyarakat
terhadap pendidikan pesantren, yang hanya dikenal sebagai lembaga yang lebih
berorientasikan pada pembentukan manusia yang bermoral atau bertakwa saja, tetapi
tidak mempunyai SDM tinggi. Selain itu juga untuk meminimalisir beberapa
permasalahan yang akan timbul dalam transformasi masyarakat agraris menuju
masyarakat industrialis sebagaimana diprediksikan oleh Nur Cholis Madjid dan
Durkheim.
Pesantren sudah saatnya untuk tidak menutup diri terhadap perubahan, karena
keengganan pesantren untuk menyesuaikan dengan perubahan sebenarnya dengan
sendirinya telah memposisikan pesantren sebagai lingkungan yang terisolir dari
pergaulan dan pada akhirnya akan ditinggalkan kebanyakan orang, karena sudah tidak
lagi sesuai atau tidak dapat mengakomodasi keadaan zaman. Dengan demikian secara
tak langsung pesantren telah ikut juga menciptakan permasalahan dalam era globalisasi,
yaitu perasaan teringkari, tersisihkan atau tertinggal dari orang lain dan kalangan tertentu
dalam masyarakat, akibat tidak dapat mengikuti dan tidak dapat menyesuaikan dengan
perubahan.
Perubahan yang dimaksud disini bukan berarti pesantren merombak total ataupun
membuang jauh-jauh sistem yang selama ini telah menjadi ciri khasnya. Penerimaan
pesantren terhadap berbagai perubahan juga disertai dengan mempertahankan dan
tetap memberikan tempat terhadap nilai-nilai lama, karena perubahan bukan berarti
harus menghilangkan atau menggusur nilai-nilai lama. Perubahan justru akan semakin
memperkaya sekaligus mendukung upaya transmisi khazanah pengetahuan Islam
tradisional dan melebarkan jangkauan pelayanan pesantren terhadap tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Apa yang dilakukan pesantren dalam perubahan dirinya
merupakan salah satu bentuk modernisasi pesantren, baik sebagai lembaga pendidikan
maupun sebagai lembaga sosial.[18]
Kemungkinan-kemungkinan pesantren untuk dapat berkembang dan menjadi
alternatif bagi pendidikan Islam masa depan, sangat tergantung pada dunia pesantren
itu sendiri, faktor-faktor (dukungan) dari luar. Faktor dari dalam tersebut antara lain
adalah; kepemimpinan pesantren, sikap keluarga pemilik pesantren, sikap dan
pandangan para kiai, ustadz dan santri, serta ada tidaknya kemampuan santri untuk
berorganisasi secara maju. Sedangkan faktor luar yang turut mempengaruhi dapat
disebutkan misalnya; respon masyarakat terhadap pesantren, bantuan pemerintah atau
lembaga-lembaga modern lainnya, partisipasi masyarakat serta penelitian dan kajian
agama yang datangnya dari luar untuk meningkatkan kualitas dan mempromosikan
keberadaan suatu pesantren.
Pesantren sebagai perintis pendidikan Islam di Indonesia, sudah sewajarnya menjadi
panutan bagi pendidikan Islam secara makro. Pesantren sudah seharusnya melakukan
rekonstruksi potensi strategisnya yang diperlukan bagi transformasi sosio-budaya
bangsa.[19] Menurut K.H. Said Aqil Siradj, ada tiga kekurangan pesantren yang harus
dibenahi, bila pesantren ingin menjadi lembaga pendidikan alternatif. Pertama, pesantren
harus melepaskan diri dari kesan dan citra kerajaan kecil. Artinya, dalam pesantren harus
ditumbuhkan keterbukaan, kebebasan berfikir dan berpendapat, kemandirian,
kolektifitas, dan menerima secara ofensif berbagai gagasan pembaharuan dari luar.
Kedua, indenpendensi dan otonomi pesantren yang selama ini ada perlu diperkuat dan
diarahkan sebagai basis dan pemberdayaan serta penguatan masyarakat untuk
mengimbangi kekuatan negara. Ketiga, kurikulum pesantren harus di rombak. Metodologi
pemikiran harus menjadi fokus utama. Santri harus dikembalikan kepada literatur.
Personifikasi ilmu kepada kiai atau guru harus dikurangi melalui metode dialogis, kritis
untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Karena itu perpustakaan yang memadai menjadi
keniscayaan dalam pembaharuan. Pelajaran-pelajaran filsafat, logika, estetika, sejarah
sosiologi, antropologi dan sebagainya, sudah harus dipertimbangkan menjadi kurikulum
pesantren.[20]
Melalui tiga tawaran tersebut, minimal dapat dilakukan apresiasi ulang terhadap landasan
pendidikan pesantren, visi kemanusiaan yang ingin dicapai, maupun pola pendidikan
yang dipakai untuk merealisasikan visi tersebut. Tentunya semua berpulang kepada
pengelola atau pengasuh pondok pesantren, serta kreativitas, rasa percaya diri dan
tanggung jawab masyarakat pendukung pesantren secara menyeluruh.
C. Kesimpulan
Pesantren didirikan lantaran tuntutan kebutuhan zaman dan oleh karenanya, pesantren
senantiasa dituntut mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, tanpa tercabut dari
akar tradisi serta khasanah keagamaannya. Sebagai lembaga pendidikan keagamaan
sekaligus lembaga kemasyarakatan, pesantren diharapkan mampu berfungsi sebagai
pelopor pembaharuan (agent of change).
Dalam arti, keberadaannya diharapkan mampu memberikan altearnatif pemikiran dan
tindakan. Apa yang dibutuhkan dalam hal ini, adalah suatu komitmen pencarian jalan
tengah, tradisi keagamaan yang seimbang dengan tuntutan-tuntutan praktis yang dalam
merespon modernitas dan kebutuhan akan kemajuan. Salah satu kunci untuk berhasil
dalam hal ini, adalah menempatkan kalangan muda dalam kepemimpinan pesantren dan
rekonstruksi total terhadap kurikulum dan materi-materi pengajaran. Pengembangan
pendidikan pesantren diantaranya: kelompok pembinaan pimpinan pesantren, kelompok
pembinaan mutu pengajaran di pesantren, kelompok pembinaan pola-pola hubungan
pesantren dengan lembaga kemasyarakatan yang lainnya, dan kelompok pembinaan
ketrampilan bagi para santri. Selain itu, juga megembangkan kurikulum pesantren secara
lebih dinamis.
Secara individual, setiap pesantren memerkirakan kesulitan yang dihadapinya, dan
kemudian memilih salah satu di antara tawaran yang telah digolongkan di atas. Pesantren
itu di ajak berlatih untuk mengadakan penilaian sendiri atas kemampuan sendiri, melalui
pilihan yang akan digarap. Hanya dengan sistem bertahap pesantren dapat digugah
perhatiannya secara kongkret terhadap kebutuhan akan perbaikan yang bersifat
menyeluruh.
Daftar Pustaka
Aqiel Siradj, Sa’id, et. al. Pesantren Masa Depan, Pustaka Hidayah,
Bandung, Cet. I, 1999.
Depag. RI Al-Qurán Al-Karim dan Terjemah Makna ke
Dalam Bahasa Indonesia, Mushaf Ayat Sudut, Menara Kudus, Kudus, 2006.
Djohar, Prof. Dr. Pengantar Pendidikan Transformatif. Teras,
Yogyakarta, 2008.
Hamdi Zaqzuq, Mahmud Reposisi Islam Di Era Globalisasi, LKiS,
Yogyakarta, Cet. I, 2004.
Imam Machali dan Musthofa Pendidikan Islam Dan Tantangan Globalisasi,
Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, Cet. I, 2004.
M. Affan Hasyim, et. al. Menggagas Pesantren Masa Depan, Qirtas,
Yogyakarta, Cet. I, 2003.
Muhtarom, Dr. H.M., H. Reproduksi Ulama di Era globalisasi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2005.
Nurcholis Madjid Islam Kerakyatan Dan KeIndonesiaan, cet.
Ke-3, Mizan, Bandung, 1996.
Zainal Arifin Thoha Runtuhnya Singgasana Kiai, Kutub,
Yogyakarta, Cet. II, 2003.

More Related Content

What's hot

Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianModul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Dadang DjokoKaryanto
 
Rumusan dan pengembangan indikator
Rumusan dan pengembangan indikatorRumusan dan pengembangan indikator
Rumusan dan pengembangan indikatorAerwant Lanut
 
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Dhiekha Nak Minang
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clismartinrusmaja
 
Perubahan kurikulum
Perubahan kurikulumPerubahan kurikulum
Perubahan kurikulumsyahriani612
 
Analisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaAnalisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaPristiadi Utomo
 
PPT MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD
PPT MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SDPPT MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD
PPT MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SDFitriadina1
 
Berikut perbandingan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013
Berikut perbandingan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013Berikut perbandingan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013
Berikut perbandingan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013heru anto
 
Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21
Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21
Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21Aisyah Turidho
 
Kompetensi inti-dan-kompetensi-dasar-smp-rev9feb-130219051037-phpapp02
Kompetensi inti-dan-kompetensi-dasar-smp-rev9feb-130219051037-phpapp02Kompetensi inti-dan-kompetensi-dasar-smp-rev9feb-130219051037-phpapp02
Kompetensi inti-dan-kompetensi-dasar-smp-rev9feb-130219051037-phpapp02Hendrijanto Mazhend
 
Model dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumModel dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumidhessara
 
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasionalPendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasionalNeng Pupu Rohilah
 

What's hot (20)

Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianModul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
 
Laporan praktikum ipa makhluk hidup
Laporan praktikum ipa makhluk hidupLaporan praktikum ipa makhluk hidup
Laporan praktikum ipa makhluk hidup
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
 
Rumusan dan pengembangan indikator
Rumusan dan pengembangan indikatorRumusan dan pengembangan indikator
Rumusan dan pengembangan indikator
 
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan AjarPengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan Ajar
 
Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelasPengelolaan kelas
Pengelolaan kelas
 
Karya ilmiah ut
Karya ilmiah utKarya ilmiah ut
Karya ilmiah ut
 
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clis
 
Pusat sumber belajar
Pusat sumber belajarPusat sumber belajar
Pusat sumber belajar
 
Perubahan kurikulum
Perubahan kurikulumPerubahan kurikulum
Perubahan kurikulum
 
Analisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaAnalisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswa
 
PPT MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD
PPT MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SDPPT MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD
PPT MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD
 
Komponen Kurikulum PPT
Komponen Kurikulum PPTKomponen Kurikulum PPT
Komponen Kurikulum PPT
 
Berikut perbandingan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013
Berikut perbandingan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013Berikut perbandingan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013
Berikut perbandingan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013
 
Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21
Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad   21
Tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21
 
Kompetensi inti-dan-kompetensi-dasar-smp-rev9feb-130219051037-phpapp02
Kompetensi inti-dan-kompetensi-dasar-smp-rev9feb-130219051037-phpapp02Kompetensi inti-dan-kompetensi-dasar-smp-rev9feb-130219051037-phpapp02
Kompetensi inti-dan-kompetensi-dasar-smp-rev9feb-130219051037-phpapp02
 
Model dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumModel dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulum
 
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasionalPendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
 

Similar to Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globalisasi

Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 
Makalah globalisasi dalam budaya
Makalah globalisasi dalam budayaMakalah globalisasi dalam budaya
Makalah globalisasi dalam budayaWarnet Raha
 
Pendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiPendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiMuhamad Yogi
 
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi agustinvidya
 
Globalisasi
GlobalisasiGlobalisasi
GlobalisasiKang Is
 
Pengaruh Globalisasi di Indonesia
Pengaruh Globalisasi di Indonesia Pengaruh Globalisasi di Indonesia
Pengaruh Globalisasi di Indonesia Siti Hardiyanti
 
Tugas pkn xii ips 1 sman 3 kandangan (isi)
Tugas pkn xii  ips 1  sman 3 kandangan (isi)Tugas pkn xii  ips 1  sman 3 kandangan (isi)
Tugas pkn xii ips 1 sman 3 kandangan (isi)Muhammad Maulana
 

Similar to Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globalisasi (20)

Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
 
Bab i globalllllllllllll
Bab i globalllllllllllllBab i globalllllllllllll
Bab i globalllllllllllll
 
Bab i globalllllllllllll
Bab i globalllllllllllllBab i globalllllllllllll
Bab i globalllllllllllll
 
Makalah globalisasi1234
Makalah globalisasi1234Makalah globalisasi1234
Makalah globalisasi1234
 
Globalisasi
GlobalisasiGlobalisasi
Globalisasi
 
Globalisasi
GlobalisasiGlobalisasi
Globalisasi
 
Makalah globalisasi dalam budaya
Makalah globalisasi dalam budayaMakalah globalisasi dalam budaya
Makalah globalisasi dalam budaya
 
Pengenalan globalisasi pendidikan
Pengenalan globalisasi pendidikanPengenalan globalisasi pendidikan
Pengenalan globalisasi pendidikan
 
Kb 1 modul 1
Kb 1 modul 1Kb 1 modul 1
Kb 1 modul 1
 
Pendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiPendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan Globalisasi
 
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
 
Makalah pengaruh globaliasi
Makalah pengaruh globaliasiMakalah pengaruh globaliasi
Makalah pengaruh globaliasi
 
Makalah pengaruh globalisasi di bidang pertahanan indonesia 2
Makalah pengaruh globalisasi di bidang pertahanan indonesia 2Makalah pengaruh globalisasi di bidang pertahanan indonesia 2
Makalah pengaruh globalisasi di bidang pertahanan indonesia 2
 
Globalisasi
GlobalisasiGlobalisasi
Globalisasi
 
Pertemuan 2.pdf
Pertemuan 2.pdfPertemuan 2.pdf
Pertemuan 2.pdf
 
MYHES
MYHESMYHES
MYHES
 
Pengaruh Globalisasi di Indonesia
Pengaruh Globalisasi di Indonesia Pengaruh Globalisasi di Indonesia
Pengaruh Globalisasi di Indonesia
 
Makalah globalisasi dalam budaya
Makalah globalisasi dalam budayaMakalah globalisasi dalam budaya
Makalah globalisasi dalam budaya
 
Bab i golbal
Bab i golbalBab i golbal
Bab i golbal
 
Tugas pkn xii ips 1 sman 3 kandangan (isi)
Tugas pkn xii  ips 1  sman 3 kandangan (isi)Tugas pkn xii  ips 1  sman 3 kandangan (isi)
Tugas pkn xii ips 1 sman 3 kandangan (isi)
 

More from Haristian Sahroni Putra

Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanTelaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesMicro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesHaristian Sahroni Putra
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKHaristian Sahroni Putra
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTKHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil BelajarHaristian Sahroni Putra
 
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMATelaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMAHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Haristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Haristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingMicro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingHaristian Sahroni Putra
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Haristian Sahroni Putra
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratHaristian Sahroni Putra
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Haristian Sahroni Putra
 

More from Haristian Sahroni Putra (20)

Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanTelaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
 
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
 
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesMicro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
 
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMATelaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
 
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
 
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingMicro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
 

Recently uploaded

Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globalisasi

  • 1. Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Era Globalisasi LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS (Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Era Globalisasi) Disusun Oleh: AHMAD ROBIHAN, S.Pd.I DKK PENDIDIKAN PESANTREN DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI A. PENDAHULUAN Istilah globalisasi diambil dari kata “global”. Kata ini melibatkan kesadaran baru bahwa dunia adalah sebuah kontinuitas lingkungan yang terkonstruksi sebagai kesatuan utuh. Marshall McLuhan menyebut dunia yang diliputi kesadaran globalisasi ini global village (desa buana). Dunia menjadi sangat transparan sehingga seolah tanpa batas administrasi suatu negara. Batas-batas geografis suatu negara menjadi kabur. Globalisasi membuat dunia menjadi transparan akibat perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya sistem informasi satelit. Arus globalisasi lambat laun semakin meningkat dan menyentuh hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari. Globalisasi memunculkan gaya hidup kosmopolitan yang ditandai oleh berbagai kemudahan hubungan dan terbukanya aneka ragam informasi yang memungkinkan individu dalam masyarakat mengikuti gaya-gaya hidup baru yang disenangi. Globalisasi menjadi kekuatan yang terus meningkat, dan dapat menimbulkan aksi dan reaksi dalam kehidupan. Globalisasi melahirkan dunia yang terbuka untuk saling berhubungan, terutama dengan ditopang teknologi informasi yang sedemikian canggih. Topangan teknologi ini pada gilirannya dapat mengubah segi-segi kehidupan, baik kehidupan material maupun kehidupan spiritual.[1] Pada era globalisasi saat ini, kesadaran global tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan tampak semakin jelas. Maklum, globalisasi telah menampilkan perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat, teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih, serta pengaruh budaya global dalam kehidupan yang sangat dominan. Kondisi demikian ini meniscayakan adanya kualitas SDM yang
  • 2. memadai bagi siapapun supaya ia mampu bekerjasama dan mampu berkompetisi dengan bangsa lain yang pada akhirnya setiap individu atau suatu bangsa dapat eksis dalam percaturan global ini.[2] Dalam konteks ini, bidang-bidang kehidupan umat manusia yang khususnya ada dalam ruanglingkup pesatren yang kurang siap dalam menghadapi era globalisasi perlu berbenah diri. Ditilik dari sejarah pendidikan Islam Indonesia, pesantren sebagai sistem pendidikan Islam tradisional memainkan peranan penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.[3] Jika globalisasi adalah suatu keniscayaan maka mau tidak mau harus dikontekskan dengan piranti-piranti globalisasi tersebut. Artinya, pendidikan pesantren sudah semestinya memiliki kepentingan untuk membentuk SDM yang siap bergulat dan bertarung untuk menghadapi arus deras globalisasi. Apabila kita menilik pendidikan pesantren yang telah berjalan di Indonesia, sungguh banyak sekali sistemnya yang harus di rombak, mulai dari cara pandang yang dipakai (paradigma), model pembelajaran, penekanan tujuan pendidikan pesantren, dan masih banyak yang lain. Dalam pusaran arus globalisasi, pada kenyataannya pendidikan pesantren belum mampu menciptakan anak didik (santri) yang kritis dan memiliki kemampuan dalam menghadapi arus globalisasi yang menindas dan mencengkram. Dalam keadaan inilah pendidikan pesantren semestinya tidak bebas nilai(value free), sebaliknya pendidikan pesantren harus berkepentingan untuk menciptakan santri yang kritis dan memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya. B. PEMBAHASAN 1. Era Globalisasi Istilah globalisasi dipopulerkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985 dan kini telah menjadi slogan magis di dalam setiap topik pembahasan. Substansi globalisasi adalah ideoligi yang menggambarkan proses interaksi yang sangat luas dalam berbagai bidang. Globalisasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses multilapis dan multidimensi dalam realitas kehidupan yang sebagian besar dikonstruksi oleh barat, khususnya oleh kapitalisme dengan nilai-nilai dan pelaksanaannya. Di dalam dunia global, bidang-bidang di atas terjalin secara luas, erat dan dengan proses yang cepat. Hubungan ini ditandai dengan karakteristik hubungan antara penduduk bumi yang melampui batas-batas konvensional, seperti bangsa dan negara. Keadaan demikian ini menunjukkan bahwa relasi antara kekuatan bangsa-bangsa di dunia akan mewarnai barbagai hal, yaitu sosial, hukum, ekonomi, dan agama. Globalisasi berasal dari kata “the globe” (Inggris) atau “la monde” (Prancis) yang berarti bumi, dunia ini. Maka globalisasi atau mondialisation secara sederhana dapat diartikan
  • 3. sebagai proses menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia. Secara lebih lengkap globalisasi banyak didefinisikan oleh para ilmuwan dunia. Baylis dan Smith misalnya, mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses meningkatnya keterkaitan antara masyarakat sehingga satu peristiwa yang terjadi diantara wilayah tertentu semakin lama akan kian berpengaruh terhadap manusia dan masyarakat yang hidup di bagian lain di muka bumi ini. Anthony Giddens memandang globalisasi sebagai sebuah proses yang ditandai dengan semakin intensifnya hubungan sosial yang menggelobal. Artinya kehidupan manusia disuatu wilayah akan berpengaruh kepada kehidupan manusia di wiliyah lain dan begitupun sebaliknya.[4] Dalam dimensi lain Wallerstain seorang pelopor teori sistem dunia memandang tidak sebatas hubungan lintas batas negara, namun globalisasi merupakan wujud ekonomi kapitalis dunia yang digerakkan oleh logika akumulasi kapital. Senada dengan Wallerstain, Jin Young Chun ilmuwan politik asal Korea mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses integrasinya dunia melalui peningkatan arus kapital, hasil-hasil produksi, jasa, ide dan manusia yang lintas batas negara. Proses ini merupakan hasil dari perkembangan-perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang revolusioner, serta liberalisasi perdagangan dan keuangan di negara-negara besar. Dari definisi-definisi tersebut persoalannya akan menjadi lain ketika globalisasi dikaitkan dengan masalah ekonomi, politik-ideologi, ilmi pengetahuan, teknologi dan budaya. Mengaitkan globalisasi dengan presoalan tersebut akan menjadi rumit dan semakin spesifik meskipun terdapat keterkaitan yang erat. Hal ini juga yang akan memengaruhi sikap seseorang dalam merespon globalisasi. Globalisasi dalam pengetian ekonomi misalnya, ia berarti proses internasionalisasi produk, mobilisasi yang semakin membengkak dari modal dan masyarakat internasional, penggandaan dan intensifikasi ketergantungan ekonomi. Secara lebih kongkrit hal ini berarti reorganisasi sarana-sarana produksi, penetrasi lintas negara dari industri, perluasan pasar uang, penjajahan bahan- bahan konsumsi, sampai ke negara-negara dunia ke tiga dari dunia pertama, dan penggusuran penduduk lintas negara secara besar-besaran. Sedangkan sebagai pengertian politik-ideologi, globalisasi dirumuskan sebagai liberasi perdagangan dan investasi, deregulasi, privatisasi, adopsi sistem politik demokrasi dan otonomi daerah. Sebagai pengetian ilmu pengetahuan, globalisasi tidak hanya berarti dipakainya kaidah kebenaran ilmu yang bersumber kepada empirisme dan cara penalaran konteks masyarakat dan alam negara-negara maju bagi negara-negara tertinggal tanpa memperhatikan ke-khasan masyarakat dan alamnya, tetapi juga termasuk juga usaha- usaha untuk membangun kebenaran ilmu untuk tujuan pemanusiaan manusia termasuk mencari keterangan ilmiah, pengetahuan lokal dan tradisional. Sebagai pengertian teknologi, globalisasi berarti penguasaan dunia melalui penguasaan teknologi, tidak hanya teknologi komunikasi dan informasi, namun juga teknologi penghancur lingkungan serta bioteknologi pengancam manusia tanpa kendali. Dan sebagai pengertian budaya, globalisasi tidak hanya proses harmonisasi ide-ide dan norma-norma, seperti pluralitas keberagaman, HAM, namun juga gaya hidup
  • 4. konsumerisme dan pornografi. Proses seperti ini merupakan gerakan menuju kewarganegaraan dunia universal yang melampui batasan negara-kebangsaan. Globalisasi, dengan demikian ditandai dengan berbagai hal, yaitu : pertama, globalisasi terkait erat dengan kemajuan dan inovasi teknologi, arus informasi atas komunikasi yang lintas batas negara. Kedua, globalisasi tidak dapat dilepaskan dari akumulasi kapital, semakin tingginya intensitas arus investasi, keuangan, dan perdagangan global. Ketiga, globalisasi berkaitan dengan semakin tingginya intensitas perpindahan manusia, pertukaran budaya, nilai dan ide yang lintas batas negara. Keempat, globalisasi ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak hanya antar bangsa namun juga antar masyarakat.[5] 2. Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Era Globalisasi Dari definisi-definisi yang penulis jelaskan, jelaslah bahwa globalisasi membawa akibat dan manfaat bagi kehidupan manusia. Dua hal yang paradok ini memaksa seseorang untuk besikap dan menentukan terhadap globalisasi.[6] Idealnya, kita tidak mengambil posisi sebagai pendukung atau penentang globalisasi, tetapi kita harus menyikapi globalisasi (juga pemikiran luar lainnya) secara kritis.[7] Inilah realitas globalisasi yang ada di hadapan kita. Maka, kewajiban kita adalah bagaimana berinteraksi dengannya secara positif. Toh, realitas globalisasi ini tidak semuanya buruk, dan tidak pula semuanya baik. Karena itu, kita harus menyikapinya lewat berbagai bentuk artikulasi yang kritis namun proporsional.[8] Banyak kalangan, terutama kaum cendikiawan, sudah menyadari akan fenomena di atas dan kebutuhan bangsa atasnya. Kesadaran ini diwujudkan dalam bentuk pembentukan lembaga pendidikan, sebagai salah satu alternatif menghadapi era globalisasi. Mereka berkompetisi satu sama lain dengan menawarkan penciptaan SDM yang berkualitas untuk menghadapi era globalisasi.[9] Dalam hal ini, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam kiranya perlu meningkatkan peranannya karena Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai agama yang berlaku seantero dunia sepanjang masa. Ini berarti ajaran Islam adalah global dan melakukan globalisasi untuk semua (lihat Q.S. Al-Hujurat:13).[10] ‫وا‬ُ‫ف‬َ‫ار‬َ‫ع‬َ‫ت‬ِ‫ل‬ َ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ق‬ َ‫و‬ ‫ًا‬‫ب‬‫و‬ُ‫ع‬ُ‫ش‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ث‬ْ‫ن‬ُ‫أ‬ َ‫و‬ ٍ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ذ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal….” ( QS. Al-Hujurat:13).[11]
  • 5. Globalisasi dalam perspektif Islam adalah sunatullah Karena Islam adalah agama yang bersifat universal, yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW. Sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmah li al-álamin). (lihat Q.S. Al-Anbiya’ : 107).[12] َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ً‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫َاك‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫س‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. (QS. Al-Anbiya’ : 107)[13] Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan mau tak mau harus turut pula ambil bagian, memposisikan diri dan membuktikan sebagai lembaga yang juga mampu mengakomodasi tuntutan di era globalisasi, yaitu menciptakan manusia yang tidak hanya bertakwa tetapi juga berilmu, memiliki SDM tinggi plus berakhlakul karimah.[14] Hal tersebut sesuai dengan dua potensi yang ada pada pesantren itu sendiri, yaitu: pertama, potensi pengembangan masyarakat. Pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang ditawarkannya (amar ma’ruf nahi munkar). Kehadirannya dengan demikian bisa disebut sebagai agen perubahan sosial (agent of social change) yang selalu melakukan kerja-kerja pembebasan pada masyarakatnya dari segala keburukan moral, penindasan politik, pemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan dari pemiskinan ekonomi. Kedua, potensi pendidikan. Salah satu misi awal didirikannya pesantren adalah menyebarluaskan informasi ajaran tentang universalitas Islam ke seluruh plosok Nusantara yang berwatak pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat.[15] Penciptaan out put seperti itulah membuat pesantren mempunyai peran dan kesempatan yang lebih besar dalam mengawal bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Minimal ada tiga alasan mengapa pesantren mempunyai peran dan kesempatan yang lebih besar dibandingkan dengan lembaga yang lain. Pertama, pesantren yang ditempati para generasi penerus bangsa, dengan pendidikannya yang tidak terbatas oleh waktu sebagai mana di lembaga pendidikan umum, akan semakin menyemaikan ajaran- ajaran Islam, yang itu dapat dijadikan sebagai benteng dalam menghadapi globalisasi.[16] Kedua, pendidikan pesantren yang mencoba memberikan keseimbangan antara pemenuhan lahir dan batin, pendidikan agama dan umum, merupakan usaha yang sangat sesuai dengan kebutuhan pendidikan di era globalisasi yang membutuhkan keseimbangan antara kualitas SDM dan keluhuran moral. Pendidikan pesantren yang berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam, menjadikan keluhuran moral dan akhlakul karimah sebagai salah satu fokus bidang garapan pendidikannya. Hal ini tetap menjadi
  • 6. nilai lebih pendidikan pesantren yang tidak atau sulit didapatkan dalam pendidikan luar pesantren dan akan menjadi pelarian masyarakat yang mulai resah dengan dekadensi moral yang telah mewabah. Pesantren akan menjadi tujuan masyarakat disaat orang- orang telah kehilangan kepercayaan dan mulai hampa akan norma-norma. Sebagaimana dikatakan oleh Durkheim, hanya agamalah yang mempu mengatasi di saat seperti itu. Ketiga, paparan Nur Cholis Madjid yang memberikan contoh masyarakat yang terkena “diskolasi”, yaitu kaum marginal atau pinggiran di kota-kota besar, seharusnya menyadarkan pesantren. Mengingat pesantren adalah kaum pinggiran atau pedesaan yang ekonominya berada pada posisi menengah ke bawah yang juga rentan akan dihinggapi “diskolasi”, sehingga dalam hal ini pesantren tentu lebih mempunyai kesempatan untuk memberdayakan dan mengangkat kaum tersebut.[17] Perlunya suatu keseimbangan dan perpaduan yang sepadan antara penciptaan manusia yang bertakwa dan berilmu adalah dalam rangka merombak anggapan masyarakat terhadap pendidikan pesantren, yang hanya dikenal sebagai lembaga yang lebih berorientasikan pada pembentukan manusia yang bermoral atau bertakwa saja, tetapi tidak mempunyai SDM tinggi. Selain itu juga untuk meminimalisir beberapa permasalahan yang akan timbul dalam transformasi masyarakat agraris menuju masyarakat industrialis sebagaimana diprediksikan oleh Nur Cholis Madjid dan Durkheim. Pesantren sudah saatnya untuk tidak menutup diri terhadap perubahan, karena keengganan pesantren untuk menyesuaikan dengan perubahan sebenarnya dengan sendirinya telah memposisikan pesantren sebagai lingkungan yang terisolir dari pergaulan dan pada akhirnya akan ditinggalkan kebanyakan orang, karena sudah tidak lagi sesuai atau tidak dapat mengakomodasi keadaan zaman. Dengan demikian secara tak langsung pesantren telah ikut juga menciptakan permasalahan dalam era globalisasi, yaitu perasaan teringkari, tersisihkan atau tertinggal dari orang lain dan kalangan tertentu dalam masyarakat, akibat tidak dapat mengikuti dan tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan. Perubahan yang dimaksud disini bukan berarti pesantren merombak total ataupun membuang jauh-jauh sistem yang selama ini telah menjadi ciri khasnya. Penerimaan pesantren terhadap berbagai perubahan juga disertai dengan mempertahankan dan tetap memberikan tempat terhadap nilai-nilai lama, karena perubahan bukan berarti harus menghilangkan atau menggusur nilai-nilai lama. Perubahan justru akan semakin memperkaya sekaligus mendukung upaya transmisi khazanah pengetahuan Islam tradisional dan melebarkan jangkauan pelayanan pesantren terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Apa yang dilakukan pesantren dalam perubahan dirinya merupakan salah satu bentuk modernisasi pesantren, baik sebagai lembaga pendidikan maupun sebagai lembaga sosial.[18] Kemungkinan-kemungkinan pesantren untuk dapat berkembang dan menjadi alternatif bagi pendidikan Islam masa depan, sangat tergantung pada dunia pesantren
  • 7. itu sendiri, faktor-faktor (dukungan) dari luar. Faktor dari dalam tersebut antara lain adalah; kepemimpinan pesantren, sikap keluarga pemilik pesantren, sikap dan pandangan para kiai, ustadz dan santri, serta ada tidaknya kemampuan santri untuk berorganisasi secara maju. Sedangkan faktor luar yang turut mempengaruhi dapat disebutkan misalnya; respon masyarakat terhadap pesantren, bantuan pemerintah atau lembaga-lembaga modern lainnya, partisipasi masyarakat serta penelitian dan kajian agama yang datangnya dari luar untuk meningkatkan kualitas dan mempromosikan keberadaan suatu pesantren. Pesantren sebagai perintis pendidikan Islam di Indonesia, sudah sewajarnya menjadi panutan bagi pendidikan Islam secara makro. Pesantren sudah seharusnya melakukan rekonstruksi potensi strategisnya yang diperlukan bagi transformasi sosio-budaya bangsa.[19] Menurut K.H. Said Aqil Siradj, ada tiga kekurangan pesantren yang harus dibenahi, bila pesantren ingin menjadi lembaga pendidikan alternatif. Pertama, pesantren harus melepaskan diri dari kesan dan citra kerajaan kecil. Artinya, dalam pesantren harus ditumbuhkan keterbukaan, kebebasan berfikir dan berpendapat, kemandirian, kolektifitas, dan menerima secara ofensif berbagai gagasan pembaharuan dari luar. Kedua, indenpendensi dan otonomi pesantren yang selama ini ada perlu diperkuat dan diarahkan sebagai basis dan pemberdayaan serta penguatan masyarakat untuk mengimbangi kekuatan negara. Ketiga, kurikulum pesantren harus di rombak. Metodologi pemikiran harus menjadi fokus utama. Santri harus dikembalikan kepada literatur. Personifikasi ilmu kepada kiai atau guru harus dikurangi melalui metode dialogis, kritis untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Karena itu perpustakaan yang memadai menjadi keniscayaan dalam pembaharuan. Pelajaran-pelajaran filsafat, logika, estetika, sejarah sosiologi, antropologi dan sebagainya, sudah harus dipertimbangkan menjadi kurikulum pesantren.[20] Melalui tiga tawaran tersebut, minimal dapat dilakukan apresiasi ulang terhadap landasan pendidikan pesantren, visi kemanusiaan yang ingin dicapai, maupun pola pendidikan yang dipakai untuk merealisasikan visi tersebut. Tentunya semua berpulang kepada pengelola atau pengasuh pondok pesantren, serta kreativitas, rasa percaya diri dan tanggung jawab masyarakat pendukung pesantren secara menyeluruh. C. Kesimpulan Pesantren didirikan lantaran tuntutan kebutuhan zaman dan oleh karenanya, pesantren senantiasa dituntut mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, tanpa tercabut dari akar tradisi serta khasanah keagamaannya. Sebagai lembaga pendidikan keagamaan sekaligus lembaga kemasyarakatan, pesantren diharapkan mampu berfungsi sebagai pelopor pembaharuan (agent of change). Dalam arti, keberadaannya diharapkan mampu memberikan altearnatif pemikiran dan tindakan. Apa yang dibutuhkan dalam hal ini, adalah suatu komitmen pencarian jalan tengah, tradisi keagamaan yang seimbang dengan tuntutan-tuntutan praktis yang dalam merespon modernitas dan kebutuhan akan kemajuan. Salah satu kunci untuk berhasil
  • 8. dalam hal ini, adalah menempatkan kalangan muda dalam kepemimpinan pesantren dan rekonstruksi total terhadap kurikulum dan materi-materi pengajaran. Pengembangan pendidikan pesantren diantaranya: kelompok pembinaan pimpinan pesantren, kelompok pembinaan mutu pengajaran di pesantren, kelompok pembinaan pola-pola hubungan pesantren dengan lembaga kemasyarakatan yang lainnya, dan kelompok pembinaan ketrampilan bagi para santri. Selain itu, juga megembangkan kurikulum pesantren secara lebih dinamis. Secara individual, setiap pesantren memerkirakan kesulitan yang dihadapinya, dan kemudian memilih salah satu di antara tawaran yang telah digolongkan di atas. Pesantren itu di ajak berlatih untuk mengadakan penilaian sendiri atas kemampuan sendiri, melalui pilihan yang akan digarap. Hanya dengan sistem bertahap pesantren dapat digugah perhatiannya secara kongkret terhadap kebutuhan akan perbaikan yang bersifat menyeluruh. Daftar Pustaka Aqiel Siradj, Sa’id, et. al. Pesantren Masa Depan, Pustaka Hidayah, Bandung, Cet. I, 1999. Depag. RI Al-Qurán Al-Karim dan Terjemah Makna ke Dalam Bahasa Indonesia, Mushaf Ayat Sudut, Menara Kudus, Kudus, 2006. Djohar, Prof. Dr. Pengantar Pendidikan Transformatif. Teras, Yogyakarta, 2008. Hamdi Zaqzuq, Mahmud Reposisi Islam Di Era Globalisasi, LKiS, Yogyakarta, Cet. I, 2004. Imam Machali dan Musthofa Pendidikan Islam Dan Tantangan Globalisasi, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, Cet. I, 2004. M. Affan Hasyim, et. al. Menggagas Pesantren Masa Depan, Qirtas, Yogyakarta, Cet. I, 2003. Muhtarom, Dr. H.M., H. Reproduksi Ulama di Era globalisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. Nurcholis Madjid Islam Kerakyatan Dan KeIndonesiaan, cet. Ke-3, Mizan, Bandung, 1996. Zainal Arifin Thoha Runtuhnya Singgasana Kiai, Kutub, Yogyakarta, Cet. II, 2003.