SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
TUGAS KELOMPOK III 
MAKALAH 
MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAERAH 
Disajikan Pada Materi Ajar 
MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH 
Dosen Pengajar 
Dr. H. S MUSTAKIM . M.Si 
Oleh : 
1. ROHIM PAUZI 
2. MARDIANSYAH 
3. IDON TOBRONI 
4. SAIFUL ANWAR 
5. SEFRIKA YUDI 
6. NOVIYANTI 
7. DIAN EKAWATI 
8. BEN BELLA 
9. MULAT SUSIYATI 
10. SUMARDI 
11. DANI SEPRIYANSYAH 
12. FITRI AGUSTINA SARI 
13. RETSI SAPITRI 
136 11011 393 
136 11011 420 
136 11011 421 
136 11011 441 
136 11011 445 
136 11011 444 
136 11011 442 
136 11011 399 
136 11011 415 
136 11011 443 
136 11011 397 
136 11011 396 
136 11011 371 
PROGRAM PASCASARJANA 
UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI 
(USBRJ) BANDAR LAMPUNG 2014 
JL. IMAM BONJOL NO.468 BANDAR LAMPUNG TELP.(0721) 262654 , 261397 ,FAX. (0721) 261397
KATA PENGATAR 
Alhamdulillah Penulis Ucapkan Syukur Kepada Allah SWT karena berkat limpahan 
Karunia-Nya sehingga penulis Dapat menyusun dan Menyelesaikan makalah ini tepat pada 
waktunya. 
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan 
tetapi dengan bantuan berbagai pihak tantangan itu bisa Diatasi. Oleh Karna itu, penulis 
mengucapkan terima kasih Banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam 
Menyusun makalah ini,semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT 
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari 
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan 
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 
Akhir nya semoga makalah ini dapat memberikan manfaat Bagi Kita Semua aamiiin. 
Bandar Lampung , September 2014 
Penulis
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL.................................................................. .............................. 
KATA PENGATAR................................................................................................. 
DAFTAR ISI............................................................................. ................................ 
BAB I PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang.................................................................... ............................... 
1.2 Rumusan Masalah............................................................... ...................,........... 
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 
BAB II PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian Manajemen Pembiayaan Daerah....................................................... 
2.2 Konsep Keuangan Daerah Di Indonesia................................................................ 
2.3 Macam-Macam Pembiyaan Dan Silpa ................................................................ 
2.4 Konsepsi Dan Kreteria Pembiyaan Defisit Anggaran……………………….. 
2.5 Pembiyaan Kebijakan Fiskal………………………………………………… 
BAB III PENUTUP 
KESIMPULAN ....................................................................................... ................... 
DAFTAR PUSTAKA
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang Masalah 
Pembiayaan Daerah Dikelola Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah.Harus Dilakukan 
Secara Efisien, Efektif, Transparan, Akuntabel, Tertib, Adil,Patut Dan Taat Pada Peraturan 
Perundang-Undangan 
Pembiayaan Daerah Adalah Semua Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau 
Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan 
Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiayaan Daerah Meliputi Semua Transaksi 
Keuangan Untuk Menutup Defisit Atau Untuk Memanfaatkan Surplus.Yang Diperoleh 
Pemerintah Daerah ,Dari Berbagai Sumber Yang Ditetapkan Berdasarkan Peraturan 
Perundang-Undangan Untuk Membiayai Pelaksanaan Pemerintah Daerah. 
Penyajian Makalah Ini Membahas Mengenai Manajemen Pembiyaan Daerah Yang Akan 
Disajikan Ke Dalam Bab Selanjutnya 
1.2 Rumusan Masalah 
Berdasarkan Latar Belakang Di Atas, Maka Makalah Ini Dirumuskan Ke Dalam 
Beberapa Bagian Menyangkut Manajemen Pembiayaan Daerah, Yaitu: 
1. Apakah Pengertian Manajemen Pembiyaan Daerah? 
2. Bagaimanakah Konsep Keuangan Daerah Di Indonesia? 
3. Apakah Macam-macam Pembiayaan Dan Silpa? 
4. Bagaimanakah Konsepsi Dan Kreteria Pembiyaan Defisit Anggaraan? 
5. Bagaimanakah Pembiyaan Kebijakan Fiskal? 
1.3 Tujuan Penulisan 
Berdasarkan Latar Belakang Dan Rumusan Masalah Di Atas, Penyusunan Makalah Ini 
Bertujuan Untuk: 
1. Mengetahui Pengertian Manajemen Pembiyaan Daerah 
2. Mengetahui Konsep Keuangan Daerah Di Indonesia 
3. Mengetahui Macam-macam Pembiayaan Dan Silpa 
4. Mengetahui Konsepsi Dan Kreteria Pembiyaan Defisit Anggaraan 
5. Mengetahui Pembiyaan Kebijakan Fiskal
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian 
Telah Kita Ketahui Bahwa Manajemen Adalah Kegiatan Untuk Mencapai Tujuan ,Yang 
Dilakukan Organisasi Dengan Memberikan Hasil-Hasil Terbaik Melalui Tindakan-Tindakan 
Yang Telah Ditetapkan Sebelumnya. 
Pembiayaan, Adalah Setiap Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau Pengeluaran 
Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan Maupun 
Tahun Anggaran Berikutnya. 
Pembiyaaan Daerah Terdiri Dari :- Penerimaan Pembiayaan Dan - Pengeluaran Pembiayaan 
Pembiayaan Daerah Adalah Semua Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau 
Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan 
Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiayaan Daerah Meliputi Semua Transaksi 
Keuangan Untuk Menutup Defisit Atau Untuk Memanfaatkan Surplus. 
Apabila APBD Diperkirakan Surplus Diutamakan Untuk Membayar Pokok Utang,Penyertaan 
Modal (Investasi) Daerah, Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah 
Lain, Dan/Atau Pendanaan Belanja Peningkatan Jaminan Sosial. 
Sementara Itu, Jika APBD Diperkirakan Defisit Maka Ditetapkan Pembiayaan Untuk 
Menutup Defisit Tersebut Yang Diantaranya Dapat Bersumber Dari Sisa Lebih Perhitungan 
Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya, Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan 
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman, Dan Penerimaan Kembali 
Pemberian Pinjaman Atau Penerimaan Piutang. 
Pembiayaan Daerah Terdiri Dari Penerimaan Pembiayaan Dan Pengeluaran Pembiayaan. 
Penerimaan Pembiayaan Mencakup: 
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah; 
2) Penerimaan Pinjaman Daerah; 
Pinjaman Daerah Bertujuan Memperoleh Sumber Pembiayaan Dalam Rangka 
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah.
Pinjaman Daerah Bersumber Dari: 
A. Pemerintah; 
B. Pemerintah Daerah Lain; 
C. Lembaga Keuangan Bank; 
D. Lembaga Keuangan Bukan Bank; Dan 
E. Masyarakat Berupa Obligasi Daerah. 
3) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; 
4) Pencairan Dana Cadangan Daerah; 
5) Penerimaan Piutang; Dan 
6) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan. 
Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan Mencakup: 
1) Pembentukan Dana Cadangan; 
2) Penanaman Modal (Investasi) Pemerintah Daerah; 
3) Pembayaran Pokok Utang; Dan 
4) Pemberian Pinjaman Daerah. 
Menurut Saragih (2003:82), Apapun Komposisi Dari APBD Suatu Daerah Tentu Harus 
Disesuaikan Dengan Perkembangan Keuangan Pemerintah Daerah Yang Bersangkutan. 
Setiap Daerah Tidak Harus Memaksakan Diri Untuk Menggenjot Pengeluaran Tanpa 
Diimbangi Dengan Kemampuan Pendapatannya, Khususnya Kapasitas PAD. Dikhawatirkan 
Jika Pemerintah Daerah Menetapkan Kebijakan Defisit Pada APBD-Nya, Maka Sumber 
Pembiayaan Untuk Menutupi Sebagian Atau Seluruh Defisit Anggaran Berasal Dari 
Pinjaman Atau Utang. 
Oleh Sebab Itu, Masih Menurut Saragih (2003:82), Yang Lebih Aman Adalah Tidak 
Mendesain Anggaran Daerah Yang Ekspansif Tanpa Diimbangi Dengan Kemampuan 
Pendapatannya. Bisa-Bisa Keuangan Pemerintah Daerah Bangkrut Hanya Karena Mengikuti 
Ambisi Untuk Menggenjot Pengeluaran, Baik Rutin Maupun Pembangunan. Upaya Yang 
Dapat Dilakukan Untuk Menciptakan Struktur APBD Yang Baik Adalah Dengan 
Memperkecil (Didasari Efisiensi Dan Efektivitas) Belanja Rutin Daerah Pada Pos-Pos Yang 
Tidak Perlu Dan Mendesak. Hal Inilah Yang Mendorong Perubahan Paradigma 
Penganggaran Dari Yang Berbasis Line Item (Tradisional) Ke Arah Penganggaran Berbasis 
Kinerja. Artinya, Penganggaran Berbais Kinerja Ini Melihat Penilaian Kinerja Lembaga
Berdasarkan Besarnya Dana Yang Terserap Dari Suatu Program Atau Kegiatan. Setiap 
Rupiah Yang Dikeluarkan Harus Dapat Menghasilkan (Yield) Nilai Tambah Bagi 
Perekonomian Daerah Atau Kemakmuran Masyarakat Yang Diindikasikan Melalui Target 
Yang Bersifat Kuantitatif. Selanjutnya Dalam Proses Penganggarannya, Sistem Ini Juga 
Menghendaki Dipertimbangkannya Beberapa Fungsi, Yakni Fungsi Alokasi, Distribusi, Dan 
Stabilisasi. 
2.2 Konsep Keuangan Daerah Di Indonesia 
Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Keuangan Daerah Adalah 
“Semua Hak Dan Kewajiban Yang Dapat Dinilai Dengan Uang, Demikian Pula Segala 
Sesuatu, Baik Uang Maupun Barang Yang Dijadikan Milik Daerah Berhubungan Dengan 
Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Daerah Tersebut”. 
Dari Uraian Di Atas, Dapat Diambil Kata Kunci Dari Keuangan Daerah Adalah Hak Dan 
Kewajiban. Hak Merupakan Hak Daerah Untuk Mencari Sumber Pendapatan Daerah Berupa 
Pungutan Pajak Daerah, Retribusi Daerah Atau Sumber Penerimaan Lain-Lain Yang Sesuai 
Dengan Ketentuan Perundang-Undangan Yang Berlaku. Sedangkan Kewajiban Adalah 
Kewajiban Daerah Untuk Mengeluarkan Uang Dalam Rangka Melaksanakan Semua Urusan 
Pemerintah Di Daerah (Mamesah, 1995:5). 
Salah Satu Faktor Penting Untuk Melaksanakan Urusan Rumah Tangga Daerah Adalah 
Kemampuan Keuangan Daerah. Dengan Kata Lain Faktor Keuangan Merupakan Faktor 
Yang Mempengaruhi Tingkat Kemampuan Daerah Dalam Melaksanakan Otonomi. 
Sehubungan Dengan Pentingnya Posisi Keuangan Daerah Ini Pamudji Dalam Kaho 
(2007:138-139) Menegaskan: 
“Pemerintah Daerah Tidak Akan Dapat Melaksanakan Fungsinya Dengan Efektif Dan Efisien 
Tanpa Biaya Yang Cukup Untuk Memberikan Pelayanan Dan Pembangunan Dan Keuangan 
Inilah Merupakan Dalam Satu Dasar Kriteria Untuk Mengetahui Secara Nyata Kemampuan 
Daerah Dalam Mengurus Rumah Tangganya Sendiri”. 
Sementara Itu, Untuk Dapat Memiliki Keuangan Yang Memadai Dengan Sendirinya Daerah 
Membutuhkan Sumber Keuangan Yang Cukup Pula. Lains Dalam Kaho (2007:139-140)
Merinci Ada Beberapa Cara Yang Bisa Dilakukan Oleh Daerah Untuk Memperoleh 
Keuangannya, Antara Lain: 
1. Daerah Dapat Mengumpulkan Dana Dari Pajak Daerah Yang Sudah Direstui Oleh 
Pemerintah Pusat; 
2. Pemerintah Daerah Dapat Melakukan Pinjaman Dari Pihak Ketiga, Pasar Uang Atau 
Bank Atau Melalui Pemerintah Pusat; 
3. Daerah Dapat Ikut Ambil Bagian Dalam Pendapatan Pajak Sentral Yang Dipungut 
Daerah, Misalnya Sekian Persen Dari Pendapatan Sentral Tersebut (Melalui Bagi 
Hasil); 
4. Pemerintah Daerah Dapat Menambah Tarif Pajak Setral Tertentu; Dan 
5. Pemerintah Daerah Dapat Menerima Bantuan Atau Subsidi Dari Pemerintah Pusat. 
Menurut Mamesah (1995:16) Fungsi APBD Adalah Sebagai Berikut: 
1. Menentukan Jumlah Pajak Yang Dibebankan Kepada Rakyat Dari Daerah Yang 
Bersangkutan; 
2. Merupakan Suatu Sarana Untuk Mewujudkan Otonomi; 
3. Memberikan Isi Dan Arti Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Umumnya Dan Kepala 
Daerah Khususnya, Karena Apbd Itu Menggambarkan Seluruh Kebijaksanaan 
Pemerintah Daerah; 
4. Merupakan Suatu Sarana Untuk Melaksanakan Pengawasan Terhadap Daerah Dengan 
Cara Yang Lebih Mudah Dan Berhasil Guna; Dan 
5. Merupakan Suatu Pemberian Kuasa Kepada Kepala Daerah Dalam Batas-Batas 
Tertentu. 
Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Desentralisasi Diatur 
Secara Mendetail Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Yang 
Kemudian Dilengkapi Dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007) 
Menyatakan Bahwa Dalam Pelaksanaan Desentralisasi Daerah, Pemerintah Daerah Berhak 
Menyelenggarakan Pengelolaan Keuangan Daerah, Yang Komponen-Komponennya 
Sebagaimana Tertuang Dalam Struktur APBD Antara Lain Terdiri Dari: 
 Pendapatan Daerah 
Pendapatan Daerah Adalah Hak Pemerintah Daerah Yang Diakui Sebagai Penambah Nilai 
Kekayaan Bersih Dalam Periode Tahun Bersangkutan.
 Belanja 
Belanja Daerah Meliputi Semua Pengeluaran Dari Rekening Kas Umum Daerah Yang 
Mengurangi Ekuitas Dana, Dan Merupakan Kewajiban Daerah Dalam Satu Tahun Anggaran 
Dan Tidak Akan Diperoleh Pembayarannya Kembali Oleh Daerah. 
 Pembiayaan 
Pembiayaan Daerah Adalah Semua Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau 
Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan 
Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiayaan Daerah Meliputi Semua Transaksi 
Keuangan Untuk Menutup Defisit Atau Untuk Memanfaatkan Surplus. 
2.3 Macam-Macam Pembiayaan Dan Perbedaan Silpa 
Pembiayaan Meliputi: 
1. Pembiayaan Dalam Negeri, Meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang 
Negara, Serta Penyertaan Modal Negara. 
2. Pembiayaan Luar Negeri, Meliputi: 
3. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, Terdiri Atas Pinjaman Program Dan Pinjaman 
Proyek 
4. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, Terdiri Atas Jatuh Tempo Dan 
Moratorium. 
PerBedaan Silpa Dengan Silpa? 
 Bicara Tentang Silpa Maupun SILpa Akan Selalu Berhubungan Dengan Pembiayaan. 
Pembiayaan Adalah Setiap Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau 
Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Bersangkutan 
Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya, Yang Dalam Penganggaran Pemerintah 
Terutama Dimaksudkan Untuk Menutup Defisit Atau Memanfaatkan Surplus Anggaran. 
 Pembiayaan Untuk Menutup Defisit Anggaran Sering Disebut Sebagai Penerimaan 
Pembiayaan. Sebaliknya, Pembiayaan Yang Dilakukan Untuk Memanfaatkan Surplus 
Disebut Dengan Pengeluaran Pembiayaan. 
Silpa (Dengan Huruf I Kecil) Dan Yang Satu Lagi SILpa (Dengan Huruf I Besar/Kapital). 
Perbedaanya Silpa (Dengan Huruf I Kecil) Adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, Yaitu 
Selisih Lebih Realisasi Penerimaan Dan Pengeluaran Anggaran Selama Satu Periode Anggaran. 
Misalnya Realisasi Penerimaan Daerah Tahun Anggaran 2014 Adalah Rp571 Milyar Sedangkan 
Realisasi Pengeluaran Daerah Adalah Rp524 Milyar, Maka Silpa-Nya Adalah Rp47 Milyar.
Sedangkan SILpa (Dengan Huruf I Besar/Kapital) Adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 
Tahun Berkenan. Yaitu Selisih Antara Surplus/Defisit Anggaran Dengan Pembiayaan Netto. 
Dalam Penyusunan APBD Angka SILpa Ini Seharusnya Sama Dengan Nol. Artinya Bahwa 
Penerimaan Pembiayaan Harus Dapat Menutup Defisit Anggaran Yang Terjadi. 
Jika Angka Silpa-Nya Positif Berarti Bahwa Ada Pembiayaan Netto Setelah Dikurangi 
Dengan Defisit Anggaran, Masih Tersisa (Misalnya (Rp2 Milyar). Atau Dengan Penjelasan 
Lain Bahwa Secara Anggaran Masih Ada Dana Dari Penerimaan Pembiyaan Yang Rp2 
Milyar Tersebut Yang Belum Dimanfaatkan Untuk Membiayai Belanja Daerah Dan/Atau 
Pengeluaran Pembiayaan Daerah. 
Jika Silpa Angkanya Negatif? Jika Angka Silpa-Nya Negatif Berarti Bahwa Pembiayaan 
Netto Belum Dapat Menutup Defisit Anggaran Yang Terjadi. Untuk Itu Perlu Dicari Jalan 
Keluarnya. Misalnya Dengan Mengusahakan Sumber-Sumber Penerimaan Pembiayaan Yang 
Lain Seperti Utang Dan Lain Sebagainya. Atau Dengan Mengurangi Belanja Dan Atau 
Pengeluaran Pembiayaan Sehingga Angka Silpa Ini Sama Dengan Nol. 
Silpa Adalah Selisih Antara Penerimaan Daerah Dengan Belanja. Substansinya Sama, Yaitu 
Selisih Antara Penerimaan Dan Pengeluaran Daerah. 
Bedanya Adalah Silpa (I Kecil) Adalah Silpa Tahun Anggaran Lalu Yang Dimasukkan 
Kembali Sebagai Penerimaan Pembiayaan APBD Thn Berjalan, Sedangkan 
SILpa (I Besar) Adalah Silpa APBD Tahun Berjalan. (Referensi: Ayat 60 Dan 62 
Permendagri 13/2006 Dan Permendagri Ttg Pendum Penyusunan APBD. 
Merupakan Selisih Antara Total Penerimaan Dengan Total Pengeluaran, 
2.4 Konsepsi Dan Kreteria Defisit Anggaran 
Dasar Hukum Pembiayaan Defisit Anggaran 
Dasar Hukum Dalam Pembiayaan Defisit Anggaran Adalah : 
 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja 
Negara Tahun Anggaran 2009 (Dan Undang-Undang APBN Yang Diterbitkan Setiap 
Tahun) 
 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pengendalian Jumlah 
Kumulatif Defisit APBN Dan Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat Dan 
Daerah
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/Pmk.02/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan 
Dan Mekanisme Pemantauan Defisit APBD 
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/Pmk.07/2009 Tentang Batas Maksimal 
Kumulatif Deficit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit 
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Masing-Masing Daerah, Dan Batas 
Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2010 
Konsepsi Pembiayaan Defisit Anggaran 
Pembiayaan Defisit Anggaran, Adalah Semua Jenis Pembiayaan Yang Digunakan Untuk 
Menutup Defisit Anggaran Negara Dalam APBN 
Pembiayaan Dalam Negeri, Adalah Semua Pembiayaan Yang Berasal Dari Perbankan Dan 
Nonperbankan Dalam Negeri Yang Meliputi Hasil Privatisasi, Penjualan Aset Perbankan 
Dalam Rangka Program Restrukturisasi, Surat Utang Negara, Dan Dukungan Infrastruktur. 
Surat Utang Negara Adalah Surat Berharga Yang Berupa Surat Pengakuan Utang Dalam 
Mata Uang Rupiah Maupun Valuta Asing Yang Dijamin Pembayaran Bunga Dan Pokoknya 
Dukungan Infrastruktur Adalah Dukungan Pemerintah Dalam Bentuk Kompensasi Finansial 
Dan/Atau Kompensasi Dalam Bentuk Lain Yang Diberikan Oleh Pemerintah Kepada Badan 
Usaha Melalui Skema Pembagian Risiko Dalam Pelaksanaan Proyek Kerjasama Penyediaan 
Infrastruktur. 
Pembiayaan Luar Negeri Bersih Adalah Semua Pembiayaan Yang Berasal Dari Penarikan 
Utang/Pinjaman Luar Negeri Yang Terdiri Dari Pinjaman Program Dan Pinjaman Proyek, 
Dikurangi Dengan Pembayaran Cicilan Pokok Utang/Pinjaman Luar Negeri. 
Pinjaman Luar Negeri 
 Ø Pinjaman Program Adalah Nilai Rupiah Dari Pinjaman Luar Negeri Dalam Bentuk 
Valuta Asing Yang Dapat Dirupiahkan. 
 Ø Pinjaman Proyek Adalah Pinjaman Luar Negeri Yang Digunakan Untuk 
Membiayai Kegiatan Pembangunan Tertentu 
Defisit APBD Adalah Selisih Kurang Antara Pendapatan Daerah Dan Belanja Daerah Dalam 
Tahun Anggaran Yang Sama.
Pinjaman Pemerintah Adalah Semua Transaksi Yang Mengakibatkan Pemerintah Pusat 
Menerima Sejumlah Uang Atau Menerima Manfaat Yang Bernilai Uang Dari Pihak Lain 
Sehingga Pemerintah Pusat Dibebani Kewajiban Untuk Membayar Kembali. 
Kriteria Pembiayaan Defisit APBD 
 APBD Suatu Daerah Dapat Defisit Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan 
Dan Kesejahteraan Masyarakat. 
 Dalam Hal Anggaran Diperkirakan Defisit, Ditetapkan Sumber-Sumber Pembiayaan 
Untuk Menutup Defisit Tersebut Dalam Peraturan Daerah Tentang APBD. 
 Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit APBD 
Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit APBD Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 4, 
Terdiri Dari: 
A. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa); 
B. Dana Cadangan; 
C. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; 
D. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Dan 
E. Pinjaman Daerah. 
Pemantauan Defisit APBD Tidak Termasuk: 
A. Defisit Yang Dibiayai Dari Silpa; 
B. Defisit Yang Dibiayai Dengan Pencairan Dana Cadangan 
2.5 Pembiyaan Kebijakan Fiskal 
Pemerintah Merupakan Faktor Yang Menentukan Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan 
Masyarakat. Pemerintah Memiliki Perangkat-Perangkat Kebijakan Yang Dapat Digunakan 
Untuk Menigkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Salah Satu Perangkat Kebijakan Itu Adalah 
Kebijakan Fiskal (Kebijakan Anggaran). 
Penerimaan Dan Pengeluaran Pemerintah Merupakan Faktor Yang Memengaruhi Tingkat 
Kesejahteraan Masyarakat. Hal Ini Dapat Dilihat Dari Perbedaan Antara Rumah Tangga 
Negara Dengan Rumah Tangga Keluarga. Pada Rumah Tangga Keluarga, Jika Penerimaan 
Semakin Menurun, Salah Satu Tindakan Yang Ditempuh Adalah Menekan Pengeluaran.
Tindakan Demikian Dapat Menyelamatkan Kemunduran Ekonomi Rumah Tangga Keluarga. 
Sebaliknya Dalam Rumah Tangga Negara, Penurunan Penerimaan Tidak Selalu Diatasi 
Dengan Mengurangi Pengeluaran. Jika Pengeluaran Yang Ditekan, Maka Kegiatan Ekonomi 
Akan Menjadi Lemah. Kelemahan Ekonomi Akan Mengakibatkan Pengangguran Yang 
Berdampak Pada Penurunan Penerimaan. Kalau Demikian Halnya, Tindakan Yang Mungkin 
Diambil Adalah Mengatur Pengeluaran Agar Pengeluaran Tersebut Berdampak Positif Pada 
Perbaikan Ekonomi. Tindakan Memperbaiki Ekonomi Juga Dapat Ditempuh Dengan Usaha 
Menaikkan Pendapatan. Tindakan-Tindakan Mengatur Pengeluaran Dan Pemasukan Negara 
Disebut Sebagai Tindakan Fiskal. Jadi, Kebijakan Fiskal Adalah Kebijakan Penyesuaian Di 
Bidang Pengeluaran Dan Penerimaan Pemerintah Untuk Memperbaiki Keadaan Ekonomi. 
Kebijakan Fiskal Bertujuan Untuk Memperbaiki Keadaan Ekonomi, Mengusahakan 
Kesempatan Kerja(Mengurangi Pengangguran), Dan Menjaga Kestabilan Harga-Harga 
Secara Umum. Dengan Kata Lain, Kebijakan Fiskal Mengusahakan Peningkatan 
Kemampuan Pemerintah Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Dengan Cara 
Menyesuaikan Pengeluaran Dan Penerimaan Pemerintah. 
Kebijakan Fiskal Dapat Dijalankan Dengan Empat Jenis Pembiayaan, 
Yaitu Sebagai Berikut. 
1. Pembiayaan Fungsional 
Pembiayaan Pengeluaran Pemerintah Ditentukan Sedemikian Rupa Sehingga Tidak 
Berpengaruh Langsung Terhadap Pendapatan Nasional. Tujuan Utamanya Adalah Untuk 
Meningkatkan Kesempatan Kerja (Employment). Penerimaan Pemerintah Dari Sektor Pajak 
Bukan Ditujukan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pemerintah, Tetapi Bertujuan Untuk 
Mengatur Pengeluaran Pihak Swasta. Oleh Karena Itu, Dalam Hal Ini Terjadi Pengangguran, 
Penerimaan Pajak Tidak Diperlukan. Sedangkan Untuk Menekan Inflasi Diatasi Dengan 
Kebijakan Pinjaman. Jika Sektor Pajak Dan Pinjaman Tidak Berhasil, Tindakan Lain Yang 
Dapat Dilakukan Pemerintah Adalah Mencetak Uang. Jadi, Dalam Hal Ini Sektor Pajak 
Dengan Pengeluaran Pemerintah Menjadi Satu Hal Yang Terpisah. Tokoh Yang 
Mengutarakan Pembiayaan Fungsional Itu Adalah A.P. Liner. 
2. Pengelolaan Anggaran 
Penerimaan Dan Pengeluaran Pemerintah Dari Perpajakan Dan Pinjaman Adalah Paket 
Yang Tidak Dapat Dipisahkan Dalam Rangka Menciptakan Kestabilan Ekonomi. Tokoh 
Yang Mengemukakan Pendekatan Ini Adalah Alvin Hansen. Dalam Pemikiran Lebih Lanjut, 
Diperlukan Anggaran Berimbang Dengan Resep Bahwa Jika Terjadi Depresi, Maka
Ditempuh Anggaran Defisit, Dan Jika Terjadi Inflasi Maka Ditempuh Anggaran Belanja 
Surplus. 
3. Stabilisasi Anggaran Otomatis 
Dalam Stabilisasi Anggaran Ini Diharapkan Terdapat Keseimbangan Antara Penerimaan 
Dan Pengeluaran Tanpa Campur Tangan Pemerintah Yang Sengaja. Dengan Stabilisasi 
Anggaran Ini, Pengeluaran Pemerintah Lebih Ditekankan Pada Asas Manfaat Dan Biaya 
Relatif Dari Berbagai Paket Program. Pajak Ditetapkan Sedemikian Rupa Sehingga Terdapat 
Anggaran Belanja Surplus Dalam Kesempatan Kerja Penuh. 
4. Anggaran Belanja Seimbang 
Cara Yang Dilakukan Dalam Anggaran Ini Adalah Anggaran Yang Disesuaikan Dengan 
Keadaan (Managed Budget). Tujuannya Adalah Tercapainya Anggaran Berimbang Dalam 
Jangka Panjang. Dalam Keadaan Terpaksa, Seperti Ketika Terjadi Ketidakstabilan Ekonomi, 
Ditempuh Anggaran Defisit. Sedangkan Pada Masa Inflasi Ditempuh Anggaran Surplus. 
Macam-Macam Anggaran Yang Biasa Ditempuh Beberapa Negara Dalam Mencapai Manfaat 
Tertinggi Dalam Mengelola Anggaran : 
A. Anggaran Berimbang. Pada Anggaran Ini, Diusahakan Agar Pengeluaran 
(Belanja) Dan Pendapatan Atau Penerimaan Sama. Keadaan Seperti Ini Dapat 
Menstabilkan Ekonomi Dan Anggaran. Dalam Hal Ini, Pengeluaran 
Disesuaikan Dengan Kemampuan. 
B. Anggaran Surplus. Pada Anggaran Ini, Tidak Semua Penerimaan Dibelanjakan, 
Sehingga Terdapat Tabungan Pemerintah. Asas Ini Tepat Digunakan Jika 
Keadaan Ekonomi Mengalami Inflasi. 
C. Anggaran Defisit. Pada Anggaran Ini, Anggaran Disusun Sedemikian Rupa 
Sehingga Pengeluaran Lebih Besar Daripada Penerimaan. Anggaran Defisit 
Dapat Berakibat Inflasi Karena Untuk Menutup Defisit Harus Dilakukan, 
Misalnya Meminjam Atau Mencetak Uang. 
Jadi, Penyusunan Anggaran khususnya menejemen pembiayaan keuangan daerah Sangatlah 
Penting Bagi Suatu Negara. Dengan Adanya Penyusunan Anggaran Diharapkan Keuangan 
Negara Dapat Terkontrol Dengan Baik, Sehingga Tercipta Kondisi Perekonomian Yang Baik 
Pula.
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
 Pembiyaaan Daerah Terdiri Dari :- Penerimaan Pembiayaan Dan - Pengeluaran 
Pembiayaan 
 Pembiayaan Daerah Adalah Semua Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali 
Dan/Atau Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran 
Yang Bersangkutan Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiayaan Daerah 
Meliputi Semua Transaksi Keuangan Untuk Menutup Defisit Atau Untuk 
Memanfaatkan Surplus 
 Pembiayaan Daerah Terdiri Dari Penerimaan Pembiayaan Dan Pengeluaran 
Pembiayaan. 
Penerimaan Pembiayaan Mencakup: 
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah; 
2) Penerimaan Pinjaman Daerah; 
Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan Mencakup: 
1) Pembentukan Dana Cadangan; 
2) Penanaman Modal (Investasi) Pemerintah Daerah; 
3) Pembayaran Pokok Utang; Dan 
4) Pemberian Pinjaman Daerah. 
 Keuangan Daerah Adalah Hak Dan Kewajiban. 
Hak Merupakan Hak Daerah Untuk Mencari Sumber Pendapatan Daerah Berupa 
Pungutan Pajak Daerah, Retribusi Daerah Atau Sumber Penerimaan Lain-Lain Yang 
Sesuai Dengan Ketentuan Perundang-Undangan Yang Berlaku. 
Sedangkan Kewajiban Adalah Kewajiban Daerah Untuk Mengeluarkan Uang Dalam 
Rangka Melaksanakan Semua Urusan Pemerintah Di Daerah (Mamesah, 1995:5) 
 Pembiayaan Meliputi: 
 Pembiayaan Dalam Negeri, Meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang 
Negara, Serta Penyertaan Modal Negara. 
 Pembiayaan Luar Negeri, Meliputi: 
 Penarikan Pinjaman Luar Negeri, Terdiri Atas Pinjaman Program Dan Pinjaman 
Proyek
 Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, Terdiri Atas Jatuh Tempo Dan 
Moratorium. 
 Silpa Adalah Selisih Antara Penerimaan Daerah Dengan Belanja. Substansinya Sama, 
Yaitu Selisih Antara Penerimaan Dan Pengeluaran Daerah. 
a. Bedanya Adalah Silpa (I Kecil) Adalah Silpa Tahun Anggaran Lalu 
Yang Dimasukkan Kembali Sebagai Penerimaan Pembiayaan APBD 
Thn Berjalan, Sedangkan 
b. SILpa (I Besar) Adalah Silpa APBD Tahun Berjalan. (Referensi: Ayat 
60 Dan 62 Permendagri 13/2006 Dan Permendagri Ttg Pendum 
Penyusunan APBD. 
 Pembiayaan Defisit Anggaran, Adalah Semua Jenis Pembiayaan Yang Digunakan 
Untuk Menutup Defisit Anggaran Negara Dalam APBN 
 Kriteria Pembiayaan Defisit APBD 
a. APBD Suatu Daerah Dapat Defisit Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas 
Pelayanan Dan Kesejahteraan Masyarakat. 
b. Dalam Hal Anggaran Diperkirakan Defisit, Ditetapkan Sumber-Sumber 
Pembiayaan Untuk Menutup Defisit Tersebut Dalam Peraturan Daerah 
Tentang APBD. 
c. Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit APBD 
 Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit APBD Sebagaimana Dimaksud Dalam 
Pasal 4, Terdiri Dari: 
a. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa); 
b. Dana Cadangan; 
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; 
d. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Dan 
e. Pinjaman Daerah. 
 Kebijakan Fiskal Bertujuan Untuk Memperbaiki Keadaan Ekonomi, Mengusahakan 
Kesempatan Kerja(Mengurangi Pengangguran), Dan Menjaga Kestabilan Harga- 
Harga Secara Umum. 
 Kebijakan Fiskal Dijalankan Dengan Empat Jenis Pembiayaan,Yaitu Sebagai Berikut. 
1. Pembiayaan Fungsional 
2. Pengelolaan Anggaran 
3. Stabilisasi Anggaran Otomatis 
4. Anggaran Belanja Seimbang
 Macam-Macam Anggaran Yang Biasa Ditempuh Beberapa Negara Dalam Mencapai 
Manfaat Tertinggi Dalam Mengelola Anggaran Yaitu: 
a. Anggaran Berimbang. 
Pada Anggaran Ini, Diusahakan Agar Pengeluaran 
(Belanja) Dan Pendapatan Atau Penerimaan Sama. Keadaan Seperti Ini Dapat 
Menstabilkan Ekonomi Dan Anggaran. Dalam Hal Ini, Pengeluaran 
Disesuaikan Dengan Kemampuan. 
b. Anggaran Surplus. 
Pada Anggaran Ini, Tidak Semua Penerimaan Dibelanjakan, 
Sehingga Terdapat Tabungan Pemerintah. Asas Ini Tepat Digunakan Jika 
Keadaan Ekonomi Mengalami Inflasi. 
c. Anggaran Defisit. 
Pada Anggaran Ini, Anggaran Disusun Sedemikian Rupa 
Sehingga Pengeluaran Lebih Besar Daripada Penerimaan. Anggaran Defisit 
Dapat Berakibat Inflasi Karena Untuk Menutup Defisit Harus Dilakukan, 
Misalnya Meminjam Atau Mencetak Uang.
DAFTAR PUSTAKA 
Http://Abdillahhafif.Blogspot.Com/2012/04/Anggaran-Pendapatan-Dan-Belanjanegara.Html 
Http://Www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/Content/Apbn%202013.Pdf 
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Anggaran_Pendapatan_Dan_Belanja_Negara 
Http://Denysindrajaya.Blogspot.Com/2012/12/Makalah-Apbn.Htm 
Http://Drummerfan.Wordpress.Com/2010/01/18/Pembiayaan-Defisit-Anggaran 
Http://Purwatiwidiastuti.Wordpress.Com 
Http://Larazsekar.Blogspot.Com/2011/03/Kebijakan Fiskal 
Ahmad Yani, 2002, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di Indonesia, 
Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Penyusunan APBD Di Era Otonomi, 
Malang: Bayumedia Publishing.Syarif Hidayat, 2000, Refleksi Realitas Otonomi Daerah, 
Jakarta: Pustaka Quantum.W. Riawan Tjandra, 2006, Hukum Keuangan Negara, Jakarta 
Http://Hitamandbiru.Blogspot.Com.makalah.keuangan.daerah. 
http://Wikipedia.Manj.pegelolakeuanganpendapatandaearah,Achmadavandise@Gmail.Com 
Http://Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/Pmk.02/2006 Tentang Pedoman 
Pelaksanaan Dan Mekanisme Pemantauan Defisit APBD Undang-Undang Republik 
Indonesia Nomor.17 Tahun 2003

More Related Content

What's hot

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSujatmiko Wibowo
 
Kuliah teori akuntansi 6 7 standar akuntansi
Kuliah teori akuntansi 6 7 standar akuntansiKuliah teori akuntansi 6 7 standar akuntansi
Kuliah teori akuntansi 6 7 standar akuntansiRose Meea
 
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Mhd. Abdullah Hamid
 
PSAK No 1 - Penyajian Laporan Keuangan
PSAK No 1 - Penyajian Laporan KeuanganPSAK No 1 - Penyajian Laporan Keuangan
PSAK No 1 - Penyajian Laporan Keuanganluthfi nk
 
laporan keuangan konsolidasi- persoalan khusus
laporan keuangan konsolidasi- persoalan khususlaporan keuangan konsolidasi- persoalan khusus
laporan keuangan konsolidasi- persoalan khususahmad aniq azharoni
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerahPenerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerahPT. waluh bajarang
 
Akuntansi syariah
Akuntansi syariahAkuntansi syariah
Akuntansi syariahdewifrtna
 
Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuanganCatatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuanganAdi Jauhari
 
Solution Manual Advanced Accounting 9th Edition by Baker Chapter 11
Solution Manual Advanced Accounting 9th Edition by Baker Chapter 11Solution Manual Advanced Accounting 9th Edition by Baker Chapter 11
Solution Manual Advanced Accounting 9th Edition by Baker Chapter 11Saskia Ahmad
 
Akuntansi penyusutan dalam Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi penyusutan dalam Akuntansi PemerintahanAkuntansi penyusutan dalam Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi penyusutan dalam Akuntansi PemerintahanToyib Abdulloh
 
2 sop keuangan perencanaan
2 sop keuangan perencanaan2 sop keuangan perencanaan
2 sop keuangan perencanaanbedhoo
 
Konsep hutang dan ekuitas
Konsep hutang dan ekuitasKonsep hutang dan ekuitas
Konsep hutang dan ekuitasRose Meea
 
Akuntansi kewajiban
Akuntansi kewajibanAkuntansi kewajiban
Akuntansi kewajibanAdi Jauhari
 
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN Kementerian Dalam Negeri
 
1.1 latihan i kasus penyusunan lap keu skpd andy 140404
1.1 latihan i kasus penyusunan lap keu skpd andy 1404041.1 latihan i kasus penyusunan lap keu skpd andy 140404
1.1 latihan i kasus penyusunan lap keu skpd andy 140404LainunKhairuna
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikJunianto Junianto
 
Pph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet cPph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet ckaromah95
 

What's hot (20)

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publikKerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
 
Sistem Anggaran
Sistem AnggaranSistem Anggaran
Sistem Anggaran
 
Kuliah teori akuntansi 6 7 standar akuntansi
Kuliah teori akuntansi 6 7 standar akuntansiKuliah teori akuntansi 6 7 standar akuntansi
Kuliah teori akuntansi 6 7 standar akuntansi
 
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
 
PSAK No 1 - Penyajian Laporan Keuangan
PSAK No 1 - Penyajian Laporan KeuanganPSAK No 1 - Penyajian Laporan Keuangan
PSAK No 1 - Penyajian Laporan Keuangan
 
laporan keuangan konsolidasi- persoalan khusus
laporan keuangan konsolidasi- persoalan khususlaporan keuangan konsolidasi- persoalan khusus
laporan keuangan konsolidasi- persoalan khusus
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerahPenerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
 
Akuntansi syariah
Akuntansi syariahAkuntansi syariah
Akuntansi syariah
 
Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuanganCatatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan
 
Solution Manual Advanced Accounting 9th Edition by Baker Chapter 11
Solution Manual Advanced Accounting 9th Edition by Baker Chapter 11Solution Manual Advanced Accounting 9th Edition by Baker Chapter 11
Solution Manual Advanced Accounting 9th Edition by Baker Chapter 11
 
Akuntansi penyusutan dalam Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi penyusutan dalam Akuntansi PemerintahanAkuntansi penyusutan dalam Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi penyusutan dalam Akuntansi Pemerintahan
 
2 sop keuangan perencanaan
2 sop keuangan perencanaan2 sop keuangan perencanaan
2 sop keuangan perencanaan
 
Konsep hutang dan ekuitas
Konsep hutang dan ekuitasKonsep hutang dan ekuitas
Konsep hutang dan ekuitas
 
Akuntansi kewajiban
Akuntansi kewajibanAkuntansi kewajiban
Akuntansi kewajiban
 
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
 
1.1 latihan i kasus penyusunan lap keu skpd andy 140404
1.1 latihan i kasus penyusunan lap keu skpd andy 1404041.1 latihan i kasus penyusunan lap keu skpd andy 140404
1.1 latihan i kasus penyusunan lap keu skpd andy 140404
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publik
 
Flow chart aktiva tetap
Flow chart aktiva tetapFlow chart aktiva tetap
Flow chart aktiva tetap
 
Pph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet cPph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet c
 

Similar to MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAERAH

Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...jelita249
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!YessicaClaudian
 
Aliran kas sebagai indikator pengelolaan keuangan daerah
Aliran kas sebagai indikator pengelolaan keuangan daerahAliran kas sebagai indikator pengelolaan keuangan daerah
Aliran kas sebagai indikator pengelolaan keuangan daerahpatrianadi
 
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdfKelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdfAdindaMaharani14
 
Kelompok 1 aspek keuangan kelayakan bisnis
Kelompok 1 aspek keuangan  kelayakan bisnisKelompok 1 aspek keuangan  kelayakan bisnis
Kelompok 1 aspek keuangan kelayakan bisnisYosaniaWidiAgustin
 
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBNMAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBNSolala Halawa
 
02.d) buku iii penatausahaan pkd
02.d) buku iii penatausahaan pkd02.d) buku iii penatausahaan pkd
02.d) buku iii penatausahaan pkdswanggie
 
02.e) buku iv pelaporan
02.e) buku iv pelaporan02.e) buku iv pelaporan
02.e) buku iv pelaporanswanggie
 
Materi 2 Penyusunan Laporan Keuangan Syariah ppt.pptx
Materi 2 Penyusunan Laporan Keuangan Syariah ppt.pptxMateri 2 Penyusunan Laporan Keuangan Syariah ppt.pptx
Materi 2 Penyusunan Laporan Keuangan Syariah ppt.pptxAgusPurnomo93
 
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...Universitas Pakuan
 
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...Universitas Pakuan
 
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraRuang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraArfan Fahmi
 
Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004Ike Hanisyah
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,DICAPIL...Fitri ,BY..ACHMADAVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,DICAPIL...Fitri ,BY..ACHMADAVANDI,SE,MMMAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,DICAPIL...Fitri ,BY..ACHMADAVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,DICAPIL...Fitri ,BY..ACHMADAVANDI,SE,MMACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 

Similar to MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAERAH (20)

Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
 
PROPOSAL PENGARUH (2).pdf
PROPOSAL PENGARUH (2).pdfPROPOSAL PENGARUH (2).pdf
PROPOSAL PENGARUH (2).pdf
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
 
Aliran kas sebagai indikator pengelolaan keuangan daerah
Aliran kas sebagai indikator pengelolaan keuangan daerahAliran kas sebagai indikator pengelolaan keuangan daerah
Aliran kas sebagai indikator pengelolaan keuangan daerah
 
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdfKelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
 
Catatan MPD.docx
Catatan MPD.docxCatatan MPD.docx
Catatan MPD.docx
 
PPAS Tahun 2017
PPAS Tahun 2017PPAS Tahun 2017
PPAS Tahun 2017
 
Kelompok 1 aspek keuangan kelayakan bisnis
Kelompok 1 aspek keuangan  kelayakan bisnisKelompok 1 aspek keuangan  kelayakan bisnis
Kelompok 1 aspek keuangan kelayakan bisnis
 
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBNMAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
 
02.d) buku iii penatausahaan pkd
02.d) buku iii penatausahaan pkd02.d) buku iii penatausahaan pkd
02.d) buku iii penatausahaan pkd
 
02.e) buku iv pelaporan
02.e) buku iv pelaporan02.e) buku iv pelaporan
02.e) buku iv pelaporan
 
Uang dan Bank
Uang dan BankUang dan Bank
Uang dan Bank
 
Materi 2 Penyusunan Laporan Keuangan Syariah ppt.pptx
Materi 2 Penyusunan Laporan Keuangan Syariah ppt.pptxMateri 2 Penyusunan Laporan Keuangan Syariah ppt.pptx
Materi 2 Penyusunan Laporan Keuangan Syariah ppt.pptx
 
slide 2.pptx
slide 2.pptxslide 2.pptx
slide 2.pptx
 
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
 
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
ANALISIS KORUPSI ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH...
 
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraRuang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan Negara
 
Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,DICAPIL...Fitri ,BY..ACHMADAVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,DICAPIL...Fitri ,BY..ACHMADAVANDI,SE,MMMAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,DICAPIL...Fitri ,BY..ACHMADAVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,DICAPIL...Fitri ,BY..ACHMADAVANDI,SE,MM
 

More from ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta

4 perbup no.76 2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
4 perbup no.76  2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin4 perbup no.76  2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
4 perbup no.76 2020 tupoksi basis data -perencanaan - salinACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
3 perbup 30 tahun 2017 tupoksi disperkim lampung utara basis data -perencanaan
3 perbup 30  tahun 2017 tupoksi disperkim lampung utara basis data -perencanaan3 perbup 30  tahun 2017 tupoksi disperkim lampung utara basis data -perencanaan
3 perbup 30 tahun 2017 tupoksi disperkim lampung utara basis data -perencanaanACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaanACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
1 uu no 1 2011 basis data perencanaan perumahan dan kawasan permukiman
1 uu no 1 2011 basis data  perencanaan perumahan dan kawasan permukiman1 uu no 1 2011 basis data  perencanaan perumahan dan kawasan permukiman
1 uu no 1 2011 basis data perencanaan perumahan dan kawasan permukimanACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 

More from ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta (20)

4 perbup no.76 2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
4 perbup no.76  2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin4 perbup no.76  2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
4 perbup no.76 2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
 
3 perbup 30 tahun 2017 tupoksi disperkim lampung utara basis data -perencanaan
3 perbup 30  tahun 2017 tupoksi disperkim lampung utara basis data -perencanaan3 perbup 30  tahun 2017 tupoksi disperkim lampung utara basis data -perencanaan
3 perbup 30 tahun 2017 tupoksi disperkim lampung utara basis data -perencanaan
 
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
 
1 uu no 1 2011 basis data perencanaan perumahan dan kawasan permukiman
1 uu no 1 2011 basis data  perencanaan perumahan dan kawasan permukiman1 uu no 1 2011 basis data  perencanaan perumahan dan kawasan permukiman
1 uu no 1 2011 basis data perencanaan perumahan dan kawasan permukiman
 
Mutasi asn ke pusat 2019 ACHMAD AVANDI
Mutasi asn ke pusat 2019 ACHMAD AVANDIMutasi asn ke pusat 2019 ACHMAD AVANDI
Mutasi asn ke pusat 2019 ACHMAD AVANDI
 
Tupoksi dinas perumahan dan kawasan pemukiman
Tupoksi dinas perumahan dan kawasan  pemukimanTupoksi dinas perumahan dan kawasan  pemukiman
Tupoksi dinas perumahan dan kawasan pemukiman
 
Permohonan usulan satyalancana PNS
Permohonan usulan satyalancana PNS Permohonan usulan satyalancana PNS
Permohonan usulan satyalancana PNS
 
1 surat pengantar satya lencana
1 surat pengantar satya lencana1 surat pengantar satya lencana
1 surat pengantar satya lencana
 
Surat pernyataan tidak sedang dalam hukuman disiplin
Surat pernyataan tidak sedang dalam hukuman disiplinSurat pernyataan tidak sedang dalam hukuman disiplin
Surat pernyataan tidak sedang dalam hukuman disiplin
 
2 proposal lapor kinerja perumahan bsps 2019
2 proposal lapor kinerja perumahan bsps  20192 proposal lapor kinerja perumahan bsps  2019
2 proposal lapor kinerja perumahan bsps 2019
 
Pp no 11 2017 ttg managemen ASN pns
Pp no 11 2017 ttg  managemen ASN pnsPp no 11 2017 ttg  managemen ASN pns
Pp no 11 2017 ttg managemen ASN pns
 
Pp 12 th 2002 ttg kenaikan pangkt asn
Pp 12 th 2002 ttg kenaikan pangkt asnPp 12 th 2002 ttg kenaikan pangkt asn
Pp 12 th 2002 ttg kenaikan pangkt asn
 
Uu no 5 2014 ttg asn
Uu no 5 2014 ttg asnUu no 5 2014 ttg asn
Uu no 5 2014 ttg asn
 
Se. bkn ttg kenaikan pangkt 18 jul-2017
Se. bkn ttg kenaikan pangkt 18 jul-2017Se. bkn ttg kenaikan pangkt 18 jul-2017
Se. bkn ttg kenaikan pangkt 18 jul-2017
 
PP tentang Kenaikan PNS ASN semua
PP tentang Kenaikan PNS ASN semuaPP tentang Kenaikan PNS ASN semua
PP tentang Kenaikan PNS ASN semua
 
file Daftar riwayat hidup pns
file Daftar riwayat hidup pnsfile Daftar riwayat hidup pns
file Daftar riwayat hidup pns
 
3 surat pernyataan atasan langsung
3 surat pernyataan atasan langsung3 surat pernyataan atasan langsung
3 surat pernyataan atasan langsung
 
1 surat pengantar kenaikan pangkat
1 surat pengantar kenaikan pangkat1 surat pengantar kenaikan pangkat
1 surat pengantar kenaikan pangkat
 
Salinan pp nomor 15 tahun 2019
Salinan pp nomor 15 tahun 2019Salinan pp nomor 15 tahun 2019
Salinan pp nomor 15 tahun 2019
 
Investasi
InvestasiInvestasi
Investasi
 

Recently uploaded

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAERAH

  • 1. TUGAS KELOMPOK III MAKALAH MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAERAH Disajikan Pada Materi Ajar MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH Dosen Pengajar Dr. H. S MUSTAKIM . M.Si Oleh : 1. ROHIM PAUZI 2. MARDIANSYAH 3. IDON TOBRONI 4. SAIFUL ANWAR 5. SEFRIKA YUDI 6. NOVIYANTI 7. DIAN EKAWATI 8. BEN BELLA 9. MULAT SUSIYATI 10. SUMARDI 11. DANI SEPRIYANSYAH 12. FITRI AGUSTINA SARI 13. RETSI SAPITRI 136 11011 393 136 11011 420 136 11011 421 136 11011 441 136 11011 445 136 11011 444 136 11011 442 136 11011 399 136 11011 415 136 11011 443 136 11011 397 136 11011 396 136 11011 371 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI (USBRJ) BANDAR LAMPUNG 2014 JL. IMAM BONJOL NO.468 BANDAR LAMPUNG TELP.(0721) 262654 , 261397 ,FAX. (0721) 261397
  • 2. KATA PENGATAR Alhamdulillah Penulis Ucapkan Syukur Kepada Allah SWT karena berkat limpahan Karunia-Nya sehingga penulis Dapat menyusun dan Menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan berbagai pihak tantangan itu bisa Diatasi. Oleh Karna itu, penulis mengucapkan terima kasih Banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam Menyusun makalah ini,semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir nya semoga makalah ini dapat memberikan manfaat Bagi Kita Semua aamiiin. Bandar Lampung , September 2014 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................. .............................. KATA PENGATAR................................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................. ................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................... ............................... 1.2 Rumusan Masalah............................................................... ...................,........... 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Manajemen Pembiayaan Daerah....................................................... 2.2 Konsep Keuangan Daerah Di Indonesia................................................................ 2.3 Macam-Macam Pembiyaan Dan Silpa ................................................................ 2.4 Konsepsi Dan Kreteria Pembiyaan Defisit Anggaran……………………….. 2.5 Pembiyaan Kebijakan Fiskal………………………………………………… BAB III PENUTUP KESIMPULAN ....................................................................................... ................... DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembiayaan Daerah Dikelola Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah.Harus Dilakukan Secara Efisien, Efektif, Transparan, Akuntabel, Tertib, Adil,Patut Dan Taat Pada Peraturan Perundang-Undangan Pembiayaan Daerah Adalah Semua Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiayaan Daerah Meliputi Semua Transaksi Keuangan Untuk Menutup Defisit Atau Untuk Memanfaatkan Surplus.Yang Diperoleh Pemerintah Daerah ,Dari Berbagai Sumber Yang Ditetapkan Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Untuk Membiayai Pelaksanaan Pemerintah Daerah. Penyajian Makalah Ini Membahas Mengenai Manajemen Pembiyaan Daerah Yang Akan Disajikan Ke Dalam Bab Selanjutnya 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Di Atas, Maka Makalah Ini Dirumuskan Ke Dalam Beberapa Bagian Menyangkut Manajemen Pembiayaan Daerah, Yaitu: 1. Apakah Pengertian Manajemen Pembiyaan Daerah? 2. Bagaimanakah Konsep Keuangan Daerah Di Indonesia? 3. Apakah Macam-macam Pembiayaan Dan Silpa? 4. Bagaimanakah Konsepsi Dan Kreteria Pembiyaan Defisit Anggaraan? 5. Bagaimanakah Pembiyaan Kebijakan Fiskal? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan Latar Belakang Dan Rumusan Masalah Di Atas, Penyusunan Makalah Ini Bertujuan Untuk: 1. Mengetahui Pengertian Manajemen Pembiyaan Daerah 2. Mengetahui Konsep Keuangan Daerah Di Indonesia 3. Mengetahui Macam-macam Pembiayaan Dan Silpa 4. Mengetahui Konsepsi Dan Kreteria Pembiyaan Defisit Anggaraan 5. Mengetahui Pembiyaan Kebijakan Fiskal
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Telah Kita Ketahui Bahwa Manajemen Adalah Kegiatan Untuk Mencapai Tujuan ,Yang Dilakukan Organisasi Dengan Memberikan Hasil-Hasil Terbaik Melalui Tindakan-Tindakan Yang Telah Ditetapkan Sebelumnya. Pembiayaan, Adalah Setiap Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan Maupun Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiyaaan Daerah Terdiri Dari :- Penerimaan Pembiayaan Dan - Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan Daerah Adalah Semua Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiayaan Daerah Meliputi Semua Transaksi Keuangan Untuk Menutup Defisit Atau Untuk Memanfaatkan Surplus. Apabila APBD Diperkirakan Surplus Diutamakan Untuk Membayar Pokok Utang,Penyertaan Modal (Investasi) Daerah, Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah Lain, Dan/Atau Pendanaan Belanja Peningkatan Jaminan Sosial. Sementara Itu, Jika APBD Diperkirakan Defisit Maka Ditetapkan Pembiayaan Untuk Menutup Defisit Tersebut Yang Diantaranya Dapat Bersumber Dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya, Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman, Dan Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Atau Penerimaan Piutang. Pembiayaan Daerah Terdiri Dari Penerimaan Pembiayaan Dan Pengeluaran Pembiayaan. Penerimaan Pembiayaan Mencakup: 1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah; 2) Penerimaan Pinjaman Daerah; Pinjaman Daerah Bertujuan Memperoleh Sumber Pembiayaan Dalam Rangka Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah.
  • 6. Pinjaman Daerah Bersumber Dari: A. Pemerintah; B. Pemerintah Daerah Lain; C. Lembaga Keuangan Bank; D. Lembaga Keuangan Bukan Bank; Dan E. Masyarakat Berupa Obligasi Daerah. 3) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; 4) Pencairan Dana Cadangan Daerah; 5) Penerimaan Piutang; Dan 6) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan. Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan Mencakup: 1) Pembentukan Dana Cadangan; 2) Penanaman Modal (Investasi) Pemerintah Daerah; 3) Pembayaran Pokok Utang; Dan 4) Pemberian Pinjaman Daerah. Menurut Saragih (2003:82), Apapun Komposisi Dari APBD Suatu Daerah Tentu Harus Disesuaikan Dengan Perkembangan Keuangan Pemerintah Daerah Yang Bersangkutan. Setiap Daerah Tidak Harus Memaksakan Diri Untuk Menggenjot Pengeluaran Tanpa Diimbangi Dengan Kemampuan Pendapatannya, Khususnya Kapasitas PAD. Dikhawatirkan Jika Pemerintah Daerah Menetapkan Kebijakan Defisit Pada APBD-Nya, Maka Sumber Pembiayaan Untuk Menutupi Sebagian Atau Seluruh Defisit Anggaran Berasal Dari Pinjaman Atau Utang. Oleh Sebab Itu, Masih Menurut Saragih (2003:82), Yang Lebih Aman Adalah Tidak Mendesain Anggaran Daerah Yang Ekspansif Tanpa Diimbangi Dengan Kemampuan Pendapatannya. Bisa-Bisa Keuangan Pemerintah Daerah Bangkrut Hanya Karena Mengikuti Ambisi Untuk Menggenjot Pengeluaran, Baik Rutin Maupun Pembangunan. Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Menciptakan Struktur APBD Yang Baik Adalah Dengan Memperkecil (Didasari Efisiensi Dan Efektivitas) Belanja Rutin Daerah Pada Pos-Pos Yang Tidak Perlu Dan Mendesak. Hal Inilah Yang Mendorong Perubahan Paradigma Penganggaran Dari Yang Berbasis Line Item (Tradisional) Ke Arah Penganggaran Berbasis Kinerja. Artinya, Penganggaran Berbais Kinerja Ini Melihat Penilaian Kinerja Lembaga
  • 7. Berdasarkan Besarnya Dana Yang Terserap Dari Suatu Program Atau Kegiatan. Setiap Rupiah Yang Dikeluarkan Harus Dapat Menghasilkan (Yield) Nilai Tambah Bagi Perekonomian Daerah Atau Kemakmuran Masyarakat Yang Diindikasikan Melalui Target Yang Bersifat Kuantitatif. Selanjutnya Dalam Proses Penganggarannya, Sistem Ini Juga Menghendaki Dipertimbangkannya Beberapa Fungsi, Yakni Fungsi Alokasi, Distribusi, Dan Stabilisasi. 2.2 Konsep Keuangan Daerah Di Indonesia Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Keuangan Daerah Adalah “Semua Hak Dan Kewajiban Yang Dapat Dinilai Dengan Uang, Demikian Pula Segala Sesuatu, Baik Uang Maupun Barang Yang Dijadikan Milik Daerah Berhubungan Dengan Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Daerah Tersebut”. Dari Uraian Di Atas, Dapat Diambil Kata Kunci Dari Keuangan Daerah Adalah Hak Dan Kewajiban. Hak Merupakan Hak Daerah Untuk Mencari Sumber Pendapatan Daerah Berupa Pungutan Pajak Daerah, Retribusi Daerah Atau Sumber Penerimaan Lain-Lain Yang Sesuai Dengan Ketentuan Perundang-Undangan Yang Berlaku. Sedangkan Kewajiban Adalah Kewajiban Daerah Untuk Mengeluarkan Uang Dalam Rangka Melaksanakan Semua Urusan Pemerintah Di Daerah (Mamesah, 1995:5). Salah Satu Faktor Penting Untuk Melaksanakan Urusan Rumah Tangga Daerah Adalah Kemampuan Keuangan Daerah. Dengan Kata Lain Faktor Keuangan Merupakan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemampuan Daerah Dalam Melaksanakan Otonomi. Sehubungan Dengan Pentingnya Posisi Keuangan Daerah Ini Pamudji Dalam Kaho (2007:138-139) Menegaskan: “Pemerintah Daerah Tidak Akan Dapat Melaksanakan Fungsinya Dengan Efektif Dan Efisien Tanpa Biaya Yang Cukup Untuk Memberikan Pelayanan Dan Pembangunan Dan Keuangan Inilah Merupakan Dalam Satu Dasar Kriteria Untuk Mengetahui Secara Nyata Kemampuan Daerah Dalam Mengurus Rumah Tangganya Sendiri”. Sementara Itu, Untuk Dapat Memiliki Keuangan Yang Memadai Dengan Sendirinya Daerah Membutuhkan Sumber Keuangan Yang Cukup Pula. Lains Dalam Kaho (2007:139-140)
  • 8. Merinci Ada Beberapa Cara Yang Bisa Dilakukan Oleh Daerah Untuk Memperoleh Keuangannya, Antara Lain: 1. Daerah Dapat Mengumpulkan Dana Dari Pajak Daerah Yang Sudah Direstui Oleh Pemerintah Pusat; 2. Pemerintah Daerah Dapat Melakukan Pinjaman Dari Pihak Ketiga, Pasar Uang Atau Bank Atau Melalui Pemerintah Pusat; 3. Daerah Dapat Ikut Ambil Bagian Dalam Pendapatan Pajak Sentral Yang Dipungut Daerah, Misalnya Sekian Persen Dari Pendapatan Sentral Tersebut (Melalui Bagi Hasil); 4. Pemerintah Daerah Dapat Menambah Tarif Pajak Setral Tertentu; Dan 5. Pemerintah Daerah Dapat Menerima Bantuan Atau Subsidi Dari Pemerintah Pusat. Menurut Mamesah (1995:16) Fungsi APBD Adalah Sebagai Berikut: 1. Menentukan Jumlah Pajak Yang Dibebankan Kepada Rakyat Dari Daerah Yang Bersangkutan; 2. Merupakan Suatu Sarana Untuk Mewujudkan Otonomi; 3. Memberikan Isi Dan Arti Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Umumnya Dan Kepala Daerah Khususnya, Karena Apbd Itu Menggambarkan Seluruh Kebijaksanaan Pemerintah Daerah; 4. Merupakan Suatu Sarana Untuk Melaksanakan Pengawasan Terhadap Daerah Dengan Cara Yang Lebih Mudah Dan Berhasil Guna; Dan 5. Merupakan Suatu Pemberian Kuasa Kepada Kepala Daerah Dalam Batas-Batas Tertentu. Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Desentralisasi Diatur Secara Mendetail Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Yang Kemudian Dilengkapi Dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007) Menyatakan Bahwa Dalam Pelaksanaan Desentralisasi Daerah, Pemerintah Daerah Berhak Menyelenggarakan Pengelolaan Keuangan Daerah, Yang Komponen-Komponennya Sebagaimana Tertuang Dalam Struktur APBD Antara Lain Terdiri Dari:  Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah Adalah Hak Pemerintah Daerah Yang Diakui Sebagai Penambah Nilai Kekayaan Bersih Dalam Periode Tahun Bersangkutan.
  • 9.  Belanja Belanja Daerah Meliputi Semua Pengeluaran Dari Rekening Kas Umum Daerah Yang Mengurangi Ekuitas Dana, Dan Merupakan Kewajiban Daerah Dalam Satu Tahun Anggaran Dan Tidak Akan Diperoleh Pembayarannya Kembali Oleh Daerah.  Pembiayaan Pembiayaan Daerah Adalah Semua Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiayaan Daerah Meliputi Semua Transaksi Keuangan Untuk Menutup Defisit Atau Untuk Memanfaatkan Surplus. 2.3 Macam-Macam Pembiayaan Dan Perbedaan Silpa Pembiayaan Meliputi: 1. Pembiayaan Dalam Negeri, Meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, Serta Penyertaan Modal Negara. 2. Pembiayaan Luar Negeri, Meliputi: 3. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, Terdiri Atas Pinjaman Program Dan Pinjaman Proyek 4. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, Terdiri Atas Jatuh Tempo Dan Moratorium. PerBedaan Silpa Dengan Silpa?  Bicara Tentang Silpa Maupun SILpa Akan Selalu Berhubungan Dengan Pembiayaan. Pembiayaan Adalah Setiap Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Bersangkutan Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya, Yang Dalam Penganggaran Pemerintah Terutama Dimaksudkan Untuk Menutup Defisit Atau Memanfaatkan Surplus Anggaran.  Pembiayaan Untuk Menutup Defisit Anggaran Sering Disebut Sebagai Penerimaan Pembiayaan. Sebaliknya, Pembiayaan Yang Dilakukan Untuk Memanfaatkan Surplus Disebut Dengan Pengeluaran Pembiayaan. Silpa (Dengan Huruf I Kecil) Dan Yang Satu Lagi SILpa (Dengan Huruf I Besar/Kapital). Perbedaanya Silpa (Dengan Huruf I Kecil) Adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, Yaitu Selisih Lebih Realisasi Penerimaan Dan Pengeluaran Anggaran Selama Satu Periode Anggaran. Misalnya Realisasi Penerimaan Daerah Tahun Anggaran 2014 Adalah Rp571 Milyar Sedangkan Realisasi Pengeluaran Daerah Adalah Rp524 Milyar, Maka Silpa-Nya Adalah Rp47 Milyar.
  • 10. Sedangkan SILpa (Dengan Huruf I Besar/Kapital) Adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenan. Yaitu Selisih Antara Surplus/Defisit Anggaran Dengan Pembiayaan Netto. Dalam Penyusunan APBD Angka SILpa Ini Seharusnya Sama Dengan Nol. Artinya Bahwa Penerimaan Pembiayaan Harus Dapat Menutup Defisit Anggaran Yang Terjadi. Jika Angka Silpa-Nya Positif Berarti Bahwa Ada Pembiayaan Netto Setelah Dikurangi Dengan Defisit Anggaran, Masih Tersisa (Misalnya (Rp2 Milyar). Atau Dengan Penjelasan Lain Bahwa Secara Anggaran Masih Ada Dana Dari Penerimaan Pembiyaan Yang Rp2 Milyar Tersebut Yang Belum Dimanfaatkan Untuk Membiayai Belanja Daerah Dan/Atau Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Jika Silpa Angkanya Negatif? Jika Angka Silpa-Nya Negatif Berarti Bahwa Pembiayaan Netto Belum Dapat Menutup Defisit Anggaran Yang Terjadi. Untuk Itu Perlu Dicari Jalan Keluarnya. Misalnya Dengan Mengusahakan Sumber-Sumber Penerimaan Pembiayaan Yang Lain Seperti Utang Dan Lain Sebagainya. Atau Dengan Mengurangi Belanja Dan Atau Pengeluaran Pembiayaan Sehingga Angka Silpa Ini Sama Dengan Nol. Silpa Adalah Selisih Antara Penerimaan Daerah Dengan Belanja. Substansinya Sama, Yaitu Selisih Antara Penerimaan Dan Pengeluaran Daerah. Bedanya Adalah Silpa (I Kecil) Adalah Silpa Tahun Anggaran Lalu Yang Dimasukkan Kembali Sebagai Penerimaan Pembiayaan APBD Thn Berjalan, Sedangkan SILpa (I Besar) Adalah Silpa APBD Tahun Berjalan. (Referensi: Ayat 60 Dan 62 Permendagri 13/2006 Dan Permendagri Ttg Pendum Penyusunan APBD. Merupakan Selisih Antara Total Penerimaan Dengan Total Pengeluaran, 2.4 Konsepsi Dan Kreteria Defisit Anggaran Dasar Hukum Pembiayaan Defisit Anggaran Dasar Hukum Dalam Pembiayaan Defisit Anggaran Adalah :  Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 (Dan Undang-Undang APBN Yang Diterbitkan Setiap Tahun)  Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN Dan Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat Dan Daerah
  • 11.  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/Pmk.02/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Dan Mekanisme Pemantauan Defisit APBD  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/Pmk.07/2009 Tentang Batas Maksimal Kumulatif Deficit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Masing-Masing Daerah, Dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2010 Konsepsi Pembiayaan Defisit Anggaran Pembiayaan Defisit Anggaran, Adalah Semua Jenis Pembiayaan Yang Digunakan Untuk Menutup Defisit Anggaran Negara Dalam APBN Pembiayaan Dalam Negeri, Adalah Semua Pembiayaan Yang Berasal Dari Perbankan Dan Nonperbankan Dalam Negeri Yang Meliputi Hasil Privatisasi, Penjualan Aset Perbankan Dalam Rangka Program Restrukturisasi, Surat Utang Negara, Dan Dukungan Infrastruktur. Surat Utang Negara Adalah Surat Berharga Yang Berupa Surat Pengakuan Utang Dalam Mata Uang Rupiah Maupun Valuta Asing Yang Dijamin Pembayaran Bunga Dan Pokoknya Dukungan Infrastruktur Adalah Dukungan Pemerintah Dalam Bentuk Kompensasi Finansial Dan/Atau Kompensasi Dalam Bentuk Lain Yang Diberikan Oleh Pemerintah Kepada Badan Usaha Melalui Skema Pembagian Risiko Dalam Pelaksanaan Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur. Pembiayaan Luar Negeri Bersih Adalah Semua Pembiayaan Yang Berasal Dari Penarikan Utang/Pinjaman Luar Negeri Yang Terdiri Dari Pinjaman Program Dan Pinjaman Proyek, Dikurangi Dengan Pembayaran Cicilan Pokok Utang/Pinjaman Luar Negeri. Pinjaman Luar Negeri  Ø Pinjaman Program Adalah Nilai Rupiah Dari Pinjaman Luar Negeri Dalam Bentuk Valuta Asing Yang Dapat Dirupiahkan.  Ø Pinjaman Proyek Adalah Pinjaman Luar Negeri Yang Digunakan Untuk Membiayai Kegiatan Pembangunan Tertentu Defisit APBD Adalah Selisih Kurang Antara Pendapatan Daerah Dan Belanja Daerah Dalam Tahun Anggaran Yang Sama.
  • 12. Pinjaman Pemerintah Adalah Semua Transaksi Yang Mengakibatkan Pemerintah Pusat Menerima Sejumlah Uang Atau Menerima Manfaat Yang Bernilai Uang Dari Pihak Lain Sehingga Pemerintah Pusat Dibebani Kewajiban Untuk Membayar Kembali. Kriteria Pembiayaan Defisit APBD  APBD Suatu Daerah Dapat Defisit Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan Dan Kesejahteraan Masyarakat.  Dalam Hal Anggaran Diperkirakan Defisit, Ditetapkan Sumber-Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit Tersebut Dalam Peraturan Daerah Tentang APBD.  Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit APBD Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit APBD Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 4, Terdiri Dari: A. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa); B. Dana Cadangan; C. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; D. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Dan E. Pinjaman Daerah. Pemantauan Defisit APBD Tidak Termasuk: A. Defisit Yang Dibiayai Dari Silpa; B. Defisit Yang Dibiayai Dengan Pencairan Dana Cadangan 2.5 Pembiyaan Kebijakan Fiskal Pemerintah Merupakan Faktor Yang Menentukan Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Pemerintah Memiliki Perangkat-Perangkat Kebijakan Yang Dapat Digunakan Untuk Menigkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Salah Satu Perangkat Kebijakan Itu Adalah Kebijakan Fiskal (Kebijakan Anggaran). Penerimaan Dan Pengeluaran Pemerintah Merupakan Faktor Yang Memengaruhi Tingkat Kesejahteraan Masyarakat. Hal Ini Dapat Dilihat Dari Perbedaan Antara Rumah Tangga Negara Dengan Rumah Tangga Keluarga. Pada Rumah Tangga Keluarga, Jika Penerimaan Semakin Menurun, Salah Satu Tindakan Yang Ditempuh Adalah Menekan Pengeluaran.
  • 13. Tindakan Demikian Dapat Menyelamatkan Kemunduran Ekonomi Rumah Tangga Keluarga. Sebaliknya Dalam Rumah Tangga Negara, Penurunan Penerimaan Tidak Selalu Diatasi Dengan Mengurangi Pengeluaran. Jika Pengeluaran Yang Ditekan, Maka Kegiatan Ekonomi Akan Menjadi Lemah. Kelemahan Ekonomi Akan Mengakibatkan Pengangguran Yang Berdampak Pada Penurunan Penerimaan. Kalau Demikian Halnya, Tindakan Yang Mungkin Diambil Adalah Mengatur Pengeluaran Agar Pengeluaran Tersebut Berdampak Positif Pada Perbaikan Ekonomi. Tindakan Memperbaiki Ekonomi Juga Dapat Ditempuh Dengan Usaha Menaikkan Pendapatan. Tindakan-Tindakan Mengatur Pengeluaran Dan Pemasukan Negara Disebut Sebagai Tindakan Fiskal. Jadi, Kebijakan Fiskal Adalah Kebijakan Penyesuaian Di Bidang Pengeluaran Dan Penerimaan Pemerintah Untuk Memperbaiki Keadaan Ekonomi. Kebijakan Fiskal Bertujuan Untuk Memperbaiki Keadaan Ekonomi, Mengusahakan Kesempatan Kerja(Mengurangi Pengangguran), Dan Menjaga Kestabilan Harga-Harga Secara Umum. Dengan Kata Lain, Kebijakan Fiskal Mengusahakan Peningkatan Kemampuan Pemerintah Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Dengan Cara Menyesuaikan Pengeluaran Dan Penerimaan Pemerintah. Kebijakan Fiskal Dapat Dijalankan Dengan Empat Jenis Pembiayaan, Yaitu Sebagai Berikut. 1. Pembiayaan Fungsional Pembiayaan Pengeluaran Pemerintah Ditentukan Sedemikian Rupa Sehingga Tidak Berpengaruh Langsung Terhadap Pendapatan Nasional. Tujuan Utamanya Adalah Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja (Employment). Penerimaan Pemerintah Dari Sektor Pajak Bukan Ditujukan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pemerintah, Tetapi Bertujuan Untuk Mengatur Pengeluaran Pihak Swasta. Oleh Karena Itu, Dalam Hal Ini Terjadi Pengangguran, Penerimaan Pajak Tidak Diperlukan. Sedangkan Untuk Menekan Inflasi Diatasi Dengan Kebijakan Pinjaman. Jika Sektor Pajak Dan Pinjaman Tidak Berhasil, Tindakan Lain Yang Dapat Dilakukan Pemerintah Adalah Mencetak Uang. Jadi, Dalam Hal Ini Sektor Pajak Dengan Pengeluaran Pemerintah Menjadi Satu Hal Yang Terpisah. Tokoh Yang Mengutarakan Pembiayaan Fungsional Itu Adalah A.P. Liner. 2. Pengelolaan Anggaran Penerimaan Dan Pengeluaran Pemerintah Dari Perpajakan Dan Pinjaman Adalah Paket Yang Tidak Dapat Dipisahkan Dalam Rangka Menciptakan Kestabilan Ekonomi. Tokoh Yang Mengemukakan Pendekatan Ini Adalah Alvin Hansen. Dalam Pemikiran Lebih Lanjut, Diperlukan Anggaran Berimbang Dengan Resep Bahwa Jika Terjadi Depresi, Maka
  • 14. Ditempuh Anggaran Defisit, Dan Jika Terjadi Inflasi Maka Ditempuh Anggaran Belanja Surplus. 3. Stabilisasi Anggaran Otomatis Dalam Stabilisasi Anggaran Ini Diharapkan Terdapat Keseimbangan Antara Penerimaan Dan Pengeluaran Tanpa Campur Tangan Pemerintah Yang Sengaja. Dengan Stabilisasi Anggaran Ini, Pengeluaran Pemerintah Lebih Ditekankan Pada Asas Manfaat Dan Biaya Relatif Dari Berbagai Paket Program. Pajak Ditetapkan Sedemikian Rupa Sehingga Terdapat Anggaran Belanja Surplus Dalam Kesempatan Kerja Penuh. 4. Anggaran Belanja Seimbang Cara Yang Dilakukan Dalam Anggaran Ini Adalah Anggaran Yang Disesuaikan Dengan Keadaan (Managed Budget). Tujuannya Adalah Tercapainya Anggaran Berimbang Dalam Jangka Panjang. Dalam Keadaan Terpaksa, Seperti Ketika Terjadi Ketidakstabilan Ekonomi, Ditempuh Anggaran Defisit. Sedangkan Pada Masa Inflasi Ditempuh Anggaran Surplus. Macam-Macam Anggaran Yang Biasa Ditempuh Beberapa Negara Dalam Mencapai Manfaat Tertinggi Dalam Mengelola Anggaran : A. Anggaran Berimbang. Pada Anggaran Ini, Diusahakan Agar Pengeluaran (Belanja) Dan Pendapatan Atau Penerimaan Sama. Keadaan Seperti Ini Dapat Menstabilkan Ekonomi Dan Anggaran. Dalam Hal Ini, Pengeluaran Disesuaikan Dengan Kemampuan. B. Anggaran Surplus. Pada Anggaran Ini, Tidak Semua Penerimaan Dibelanjakan, Sehingga Terdapat Tabungan Pemerintah. Asas Ini Tepat Digunakan Jika Keadaan Ekonomi Mengalami Inflasi. C. Anggaran Defisit. Pada Anggaran Ini, Anggaran Disusun Sedemikian Rupa Sehingga Pengeluaran Lebih Besar Daripada Penerimaan. Anggaran Defisit Dapat Berakibat Inflasi Karena Untuk Menutup Defisit Harus Dilakukan, Misalnya Meminjam Atau Mencetak Uang. Jadi, Penyusunan Anggaran khususnya menejemen pembiayaan keuangan daerah Sangatlah Penting Bagi Suatu Negara. Dengan Adanya Penyusunan Anggaran Diharapkan Keuangan Negara Dapat Terkontrol Dengan Baik, Sehingga Tercipta Kondisi Perekonomian Yang Baik Pula.
  • 15. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan  Pembiyaaan Daerah Terdiri Dari :- Penerimaan Pembiayaan Dan - Pengeluaran Pembiayaan  Pembiayaan Daerah Adalah Semua Penerimaan Yang Perlu Dibayar Kembali Dan/Atau Pengeluaran Yang Akan Diterima Kembali, Baik Pada Tahun Anggaran Yang Bersangkutan Maupun Tahun-Tahun Anggaran Berikutnya. Pembiayaan Daerah Meliputi Semua Transaksi Keuangan Untuk Menutup Defisit Atau Untuk Memanfaatkan Surplus  Pembiayaan Daerah Terdiri Dari Penerimaan Pembiayaan Dan Pengeluaran Pembiayaan. Penerimaan Pembiayaan Mencakup: 1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah; 2) Penerimaan Pinjaman Daerah; Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan Mencakup: 1) Pembentukan Dana Cadangan; 2) Penanaman Modal (Investasi) Pemerintah Daerah; 3) Pembayaran Pokok Utang; Dan 4) Pemberian Pinjaman Daerah.  Keuangan Daerah Adalah Hak Dan Kewajiban. Hak Merupakan Hak Daerah Untuk Mencari Sumber Pendapatan Daerah Berupa Pungutan Pajak Daerah, Retribusi Daerah Atau Sumber Penerimaan Lain-Lain Yang Sesuai Dengan Ketentuan Perundang-Undangan Yang Berlaku. Sedangkan Kewajiban Adalah Kewajiban Daerah Untuk Mengeluarkan Uang Dalam Rangka Melaksanakan Semua Urusan Pemerintah Di Daerah (Mamesah, 1995:5)  Pembiayaan Meliputi:  Pembiayaan Dalam Negeri, Meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, Serta Penyertaan Modal Negara.  Pembiayaan Luar Negeri, Meliputi:  Penarikan Pinjaman Luar Negeri, Terdiri Atas Pinjaman Program Dan Pinjaman Proyek
  • 16.  Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, Terdiri Atas Jatuh Tempo Dan Moratorium.  Silpa Adalah Selisih Antara Penerimaan Daerah Dengan Belanja. Substansinya Sama, Yaitu Selisih Antara Penerimaan Dan Pengeluaran Daerah. a. Bedanya Adalah Silpa (I Kecil) Adalah Silpa Tahun Anggaran Lalu Yang Dimasukkan Kembali Sebagai Penerimaan Pembiayaan APBD Thn Berjalan, Sedangkan b. SILpa (I Besar) Adalah Silpa APBD Tahun Berjalan. (Referensi: Ayat 60 Dan 62 Permendagri 13/2006 Dan Permendagri Ttg Pendum Penyusunan APBD.  Pembiayaan Defisit Anggaran, Adalah Semua Jenis Pembiayaan Yang Digunakan Untuk Menutup Defisit Anggaran Negara Dalam APBN  Kriteria Pembiayaan Defisit APBD a. APBD Suatu Daerah Dapat Defisit Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan Dan Kesejahteraan Masyarakat. b. Dalam Hal Anggaran Diperkirakan Defisit, Ditetapkan Sumber-Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit Tersebut Dalam Peraturan Daerah Tentang APBD. c. Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit APBD  Sumber Pembiayaan Untuk Menutup Defisit APBD Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 4, Terdiri Dari: a. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa); b. Dana Cadangan; c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; d. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Dan e. Pinjaman Daerah.  Kebijakan Fiskal Bertujuan Untuk Memperbaiki Keadaan Ekonomi, Mengusahakan Kesempatan Kerja(Mengurangi Pengangguran), Dan Menjaga Kestabilan Harga- Harga Secara Umum.  Kebijakan Fiskal Dijalankan Dengan Empat Jenis Pembiayaan,Yaitu Sebagai Berikut. 1. Pembiayaan Fungsional 2. Pengelolaan Anggaran 3. Stabilisasi Anggaran Otomatis 4. Anggaran Belanja Seimbang
  • 17.  Macam-Macam Anggaran Yang Biasa Ditempuh Beberapa Negara Dalam Mencapai Manfaat Tertinggi Dalam Mengelola Anggaran Yaitu: a. Anggaran Berimbang. Pada Anggaran Ini, Diusahakan Agar Pengeluaran (Belanja) Dan Pendapatan Atau Penerimaan Sama. Keadaan Seperti Ini Dapat Menstabilkan Ekonomi Dan Anggaran. Dalam Hal Ini, Pengeluaran Disesuaikan Dengan Kemampuan. b. Anggaran Surplus. Pada Anggaran Ini, Tidak Semua Penerimaan Dibelanjakan, Sehingga Terdapat Tabungan Pemerintah. Asas Ini Tepat Digunakan Jika Keadaan Ekonomi Mengalami Inflasi. c. Anggaran Defisit. Pada Anggaran Ini, Anggaran Disusun Sedemikian Rupa Sehingga Pengeluaran Lebih Besar Daripada Penerimaan. Anggaran Defisit Dapat Berakibat Inflasi Karena Untuk Menutup Defisit Harus Dilakukan, Misalnya Meminjam Atau Mencetak Uang.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Http://Abdillahhafif.Blogspot.Com/2012/04/Anggaran-Pendapatan-Dan-Belanjanegara.Html Http://Www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/Content/Apbn%202013.Pdf Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Anggaran_Pendapatan_Dan_Belanja_Negara Http://Denysindrajaya.Blogspot.Com/2012/12/Makalah-Apbn.Htm Http://Drummerfan.Wordpress.Com/2010/01/18/Pembiayaan-Defisit-Anggaran Http://Purwatiwidiastuti.Wordpress.Com Http://Larazsekar.Blogspot.Com/2011/03/Kebijakan Fiskal Ahmad Yani, 2002, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di Indonesia, Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Penyusunan APBD Di Era Otonomi, Malang: Bayumedia Publishing.Syarif Hidayat, 2000, Refleksi Realitas Otonomi Daerah, Jakarta: Pustaka Quantum.W. Riawan Tjandra, 2006, Hukum Keuangan Negara, Jakarta Http://Hitamandbiru.Blogspot.Com.makalah.keuangan.daerah. http://Wikipedia.Manj.pegelolakeuanganpendapatandaearah,Achmadavandise@Gmail.Com Http://Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/Pmk.02/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Dan Mekanisme Pemantauan Defisit APBD Undang-Undang Republik Indonesia Nomor.17 Tahun 2003