Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Khutbah 5.docx
1. Khutbah I
ُ
دْمَحْلَا
ُ
ّ ٰ ّ
لِل
ُّْيذَّال
َُلَس ْرَأ
ُ
هَل ْوس َر
ىَدهْالّب
ُّْنيّد َو
ُ
ّقـَحْال
ُ
ه َرّهْظيّل
ىَلَع
ُّْنيّدال
ُ
ّهّلك
ُْوَل َو
ُ
َه ّ
رَك
،َن ْوك ّ
رْشمْال
ُ
دَهْشَأ
ُْنَأ
َُ
ل
ُ
َهّٰلا
ُ
َّلّإ
ُٰ
ّللا
ُ
دَهْشَأ َو
َُّنَأ
ًادَّمَحم
ُ
ل ْوس َر
، ٰ
ّللا
ُ
َّمـهٰللَا
ُّلَص
ىَلَع
َانّدّيَس
ُ
دَّمَحم
ىَلَع َو
ُ
ّهّلٰا
ُ
ّهّباَحْصَأ َو
،َْنيّعَمْجَأ
اَّمَأ
ُ
دْعَب
:
اَيَف
ُ
َداَبّع
، ٰ
ّللا
ُ
ّيّنْي ّ
ص ْوأ
ُْيّسْفَن
ُ
ْمَّاكيّإ َو
ى َوْقَتّب
، ٰ
ّللا
ُ
ْدَقَف
َُازَف
َُن ْوقَّتمْال
.
َُلاَق َو
ىَلاَعَت
اَي
اَهُّيَا
َُْنيّذَّال
ا ْونَمآ
ا ْوقَّتا
ُ
َ ٰ
ّللا
َُّقَح
ُ
ّهّتاَقت
ُ
َل َو
َُّنت ْوَمت
ُ
َّلّإ
ُ
ْمتْنَأ َو
َُن ْومّلْسم
.
َُقَدَص
ُٰ
ّللا
ُ
ْميّظَعْال
.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pertama-tama, saya ingin mengajak hadirin sidang Jumat
semua untuk sama-sama menegaskan kembali ketakwaan kita
kepada Allah swt. Penegasan ketakwaan tersebut dapat
terwujud, jika kita senantiasa menyelaraskan antara keimanan
kepada Allah swt dan Rasul-Nya, serta istiqamah dalam
mengamalkan segala yang diperintah-Nya. Dalam Al-Qur’an,
banyak sekali ayat yang menyebutkan secara eksplisit kata
takwa (taqwā) dan ragam derivasinya. Karena takwa adalah
sejatinya merupakan nilai utama bahkan sejati dalam
beragama. Berikut diantaranya yang dikutip dari surat al-Hājj:
32 yang menyebutkan jika orang yang melaksanakan syariat
Allah sejatinya merupakan bagian dari ketakwaan hatinya yang
telah berjalan:
ِبوُلُقْال ى َوْقَت نِم اَههنِإَف ِ ه
َّللا َرِئاَعَش ْمِظَعُي نَم َو َِكلََٰذ
Artinya: "Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang
mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya hal itu
termasuk dalam ketakwaan hati."
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Peristiwa-Peristiwa Penting di Dalamnya Berdasarkan
penanggalan Hijriah, kita saat ini telah memasuki bulan Rajab.
Bulan Rajab adalah diantara bulan-bulan Haram yang
dimuliakan sehingga di dalamnya kita tidak boleh melakukan
hal-hal yang yang tidak patut dilakukan. Menurut para ulama,
pada awalnya penyebutan bulan Haram merupakan tradisi
orang Arab yang sudah ada sebelum datangnya Islam. Lalu,
Islam melalui Al-Qur’an menegaskan kembali keagungan
empat bulan Haram tersebut yaitu Rajab, Dzulqa’dah,
Dzulhijjah, dan Muharram dengan larangan untuk berperang
dan berbuat dosa. Menurut para ulama, berbuat keburukan di
bulan Haram ini mendapatkan perhatian khusus karena Allah
swt menegaskan langsung dalam Al-Qur’an Surah al-Taubah:
36:
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua
belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz)
pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada
empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu),
dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana
mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa."
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Salah satu bukti keluasan rahmat Allah swt adalah sangat
mengapresiasi kebaikan, walaupun kebaikan tersebut belum
berhasil dilakukan. Terlebih jika kebaikan tersebut sampai
terwujud. Dan perlu kita sadari bahwa rahmat Allah begitu luas,
di antaranya adalah menahan seseorang mendapatkan dosa
sampai makhluk-Nya benar-benar melakukan dosa tersebut.
Dalam sebuah hadits Qudsi yang terdapat dalam Shahih al-
Bukhari, diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas, bahwa Rasulullah
mendapatkan riwayat dari Allah Swt. Rasul bersabda:
Artinya: "Sesungguhnya Allah mengganjar setiap kebaikan dan
keburukan, kemudian Dia menjelaskan (seperti apa
mengganjar kebaikan dan keburukan). Siapa yang hendak
melakukan kebaikan, lalu ia tidak mengerjakannya, Allah sudah
catat baginya sebuah ganjaran penuh karena melakukan
kebaikan itu. Jika ingin melakukan kebaikan, dan berhasil
melakukannya, Allah swt catatkan ganjaran kebaikan sebanyak
10 kali lipat hingga 700 kali, dan terus sampai berlipat ganda.
(Sebaliknya) jika ingin berbuat keburukan, lalu tidak dilakukan,
Allah masih beri ganjaran kebaikan penuh (sebagai apresiasi
atas tidak dikerjakannya keburukan). Jika ingin berbuat
keburukan, lalu sudah terlaksana, (baru) Allah catatkan satu
buah keburukan."
Hadits Qudsi ini bisa menjadi motivasi bagi kita bahwa Allah
swt begitu mengapresiasi kebaikan, bahkan prosesnya sampai
aktivitas untuk menghindari melakukan keburukan. Ini juga
menunjukkan jika proses untuk menjalani ketakwaan itu adalah
proses yang dimudahkan untuk meraihnya. Nabi saw dalam
sebuah hadits
ِقِلَاخ َو ،اَهُحَْمت َةَنَسَحال َةَئِيهسال ِعِبْتَأ َو ،َتْنُك اَمُثْيَح َهللا ِقهتا
َ
َ اهنال
ٍنَسَح ٍقُلُخِب
Artinya: "Bertakwalah kepada Allah swt di manapun engkau
berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya
kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah
manusia dengan pergaulan yang baik. ”(HR Tirmidzi)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mari kita jadikan waktu-waktu yang disebut Allah langsung
sebagai momen untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan dan
mengoptimalkan kebaikan, baik murni kualitas hubungan
kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia. Waktu-waktu
yang di mana kita dilarang untuk berbuat buruk, dapatlah kita
jadikan sebagai refleksi manusia menahan diri. Manusia
memang seharusnya menjalani kehidupan dengan
keseimbangan. Penting untuk melihat apa saja yang sudah
dilakukan selama ini, apakah benar-benar memiliki nilai
kebaikan atau justru sedang menzalimi sendiri. Semoga kita
bisa terus memperbanyak melakukan kebaikan dan terhindar
dari perilaku menzalimi diri sendiri. Amin ya Rabbal ‘Aalamin.
َمِب ْمُكهايِا َو يِنَعَفَن َو ِْميِظَعْال ِنَٰا ْرُقْال يِف ْمُكَل َو ْيِل ُهللا َك َارَب
َنِم ِِْيِف ا
َوُه ُِهنِا َُِت َو َ
َلِت ْمُكْنِم َو ْيِنِم َلهبَقَت َو ِْميِكَحْال ِ
رْكِالذ َو ِتاَيَٰ ْ
اْل
هسال
ُعْيِم
ُمْيِلَعْال