2. MURTI WIDIASTUTI 202112035
NURHAYATI 202112038
SITI WULAN PURNAMASARI202112047
YULIA ANTASARI DEWI 202112054
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS
PROGRAM S1 KEPERAWATAN JALUR B
JAKARTA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
3. LAPORAN PENDAHULUAN
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu
(Saifuddin, 2006).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau
demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis
pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari
setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004).
4. Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada
traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai
kenaikan suhu sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam
10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan
24 jam pertama (Vivian, 2011).
5. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan
Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam
alat-alat genetika pada waktu persalinan dan nifas,
ditandai dengan kenaikan suhu hingga 380C atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan
dengan mengecualikan 24 jam pertama.
6. • Vulvitis
merupakan infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca
persalinan terjadi dibekas sayatan episiotomi atau luka perineum.
Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan sudah lepas, luka
yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
• Vaginitis
merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu
pasca persalinan terjadi secara langsung pada luka vagina ataupun
luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus.
KLASIFIKASI INFEKSI POSTPARTUM
7. • Servisitis
merupakan infeksi yang sering terjadi pada daerah
serviks, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks
yang dalam dan meluas, dan langsung ke dasar ligamentum
latum dan dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
• Endometritis
merupakan infeksi yang biasanya demam dimulai
dalam 48 jam postpartum dan bersifat naik turun. Kuman-
kuman memasuki endometrium (biasanya pada insersio
plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh
endometrium.
• Mastitis
infeksi pada payudara. infeksi terjadi karena adanya
luka pada puting susu dan bendungan ASI.
8. Septikemia : bakteri atau toksinnya langsung masuk
ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Piemia : infeksi dan abses pada organ-organ yang
diserang yang didahului oleh terjadinya
tromboflebitis.
Tromboflebitis : perluasan invasi mikroorganisme
pathogen yang mengikuti aliran darah vena
disepanjang vena dan cabang-cabangnya.
Infeksi yang penyebarannya melalui
pembuluh darah
9. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh
limfe
Parametritis : infeksi yang terjadi di parametrium
atau jaringan ikat sekitar uterus.
Peritonitis : inflamasi pada peritoneum yang
merupakan lapisan membran serosa rongga
abdomen.
Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan
endometrium
Salpingitis : reaksi inflamasi dan infeksi pada
saluran tuba.
Ooforitis : infeksi pada ovarium
10.
11. • Streptococcus haemoliticus anerobic
Masuknya bakteri secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan penolong.
t
• Saphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya dalam tingkat sedang. Banyakditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva dan endometrium. Bakteri ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
• Clostridium welchii
Bakteri ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah
sakit.
13. Klasifikasi Infeksi pada Post Partum
1. Infeksi uterus
. Endometritis
Miometritis (infeksi otot rahim)
Parametritis (infeksi daerah di
sekitar rahim)
2. Syok bakteremia
3. Peritonitis
4. Infeksi saluran kemih
5. Septicemia dan piemia
14. Manifestasi Klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan
tumor (bengkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang
oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor).
Manifestasi klinis lainnya.
a. Takikardie. h. Nyeri dan bengkak pada
luka episiotomi
b. Nyeri pada pelvis
c. Demam tinggi
d. Nyeri tekan pada uterus
e. Lokhea berbau busuk/ menyengat
15. Penatalaksanaan keperawatan
1. Selama kehamilan
Perbaikan Gizi untuk mencegah anemia
Coitus pada kehamilan tua hedaknya tidak dilakukankarena dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
2. Selama persalinan
Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir
Membatasi perlukaan
Membatasi perdarahan
Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi
dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
16. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita
harus terjaga kesuci-hamaannya.
Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan transfusi darah.
3. Selama Nifas
Perawatan luka post partum dengan tehnik aseptic
Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus steril
Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat
dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandung kencing harus
steril.
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
Tamu yang berkunjung harus dibatasi
17. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture
urine.
Pemeriksaan Mikroskopis Urine
Pemeriksaan protein urine
Pemeriksaan glukosa urin
18. Pencegahan infeksi postpartum
Anemia diperbaiki selama kehamilan.
Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan.
Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir.
19. Komplikasi
Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul),
dengan resiko terjadinya emboli pulmoner.
Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh
bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan
kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
20. Prognosa
Prognosis infeksi intra partum sangat
tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi
berlangsung, dapat/tidaknya persalinan
berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan
lahir.
21. Pengkajian Keperawatan
Identitas Pasien
1. Nama
2. Umur
3. Agama
4. Jenis kelamin
5. Alamat
6. Suku dan Bangsa
7. Status perkawinan
8. Pekerjaan
9. Pendidikan
10. Tanggal masuk rumah sakit
11. Nomor register,
12. Diagnosa keperawatan
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan dahulu
2. Riwayat Kesehatan sekarang
3. Riwayat Kesehatan keluarga
4. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas
biasanya
22. Pola pola Fungsi
Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
2. Pola nutrisi dan metabolisme
3. Pola aktifitas
4. Pola eliminasi
5. Pola tidur/istirahat
6. Pola penanggulangan stress
7. Pola hubungan dan peran didalam keluarga
8. Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien
merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi
uterus
9. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi
kecemasan terhadap keadaan kehamilanya
10. Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi
seksual
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
2. Leher
3. Mata
4. Telinga
5. Hidung
6. Dada
7. Abdoment
8. Genitalia
9. Anus
10.Ekstrermitas
11.Muskuluskeletal
12.Tanda-tanda Vital
23. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi
abdomen, inflamasi, prosedur operasi,
distensi kandung kemih.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan
perubahan sekresi pH, ketuban pecah lama,
ketuban pecah sebelum waktunya.
c. Retensi urine berhubungan dengan
peningkatan tekanan uretra.
24. 20%
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIAN HASIL RENCANA TINDAKAN
1. Nyeri akut (Melahirkan) berhubungan dengan distensi abdomen, inflamasi,
prosedur operasi, distensi kandung kemih.
Tujuan : Selama di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan
nyeri berkurang atau hilang sama sekali.
Kriteria hasil : 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit,
respirasi 18-24 x/menit), 2. Tidak meringis 3. Kegiatan tidak terganggu dengan
rasa nyeri. 4. Skala nyeri 0/10 NRS
Intervensi Keperawatan :
Obervasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
25. Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis manajemen untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, aromaterapi akupresur, teknik musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingain, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu rungan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Memberikan posisi yang nyaman dan bisa mengurangi nyeri.
4. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika diperlukan.
26. 2. Risiko infeksi berhubungan dengan perubahan sekresi pH,
ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya.
Tujuan :
Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih
dari 38 0C),
- Insisi kering
- Lochea tidak berbau busuk
- Uterus tidak lembek
- Dolor : 1 – 2
- Kalor : 36’5 – 37’2 C
- Rubbor : Normal
- Function laesa : normal
27. Observasi :
1. Observasi adanya tanda-tanda infeksi pada daerah luka : dolor, kalor, rubor
dan function laesa.
Terapeutik :
2.Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan anti septic
3.Jaga keseterilan alat yang digunakan
4.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
5.Pertahankan tehnik isolasi
Kolaborasi :
untuk pemberian antibiotic