SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas
signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup, seperti infertilitas
dan sierilitas. Kondisi – kondisi lain, seperti infeksi yang didapat secara kongenital,
seringkali mempengaruhi lama dan kualitas hidup.Kehamilan dianggap sebagai kondisi
immunosupresi. Perubahan respon imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan
ibu melawan infeksi. Selain itu, perubahan traktus pada genetalia juga dapat mempengaruhi
kerentanan terhadap suatu infeksi.
Ada juga infeksi pascapartum, Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam
setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi setelah abortus atau
persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam vagina
(endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina (eksogenus).
Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian infeksi pascapartum dan infeksi maternal.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS MEDIS
2.1 Infeksi Pascapartum
2.1.1 Pengertian Infeksi Pascapartum
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi setelah abortus atau persalinan. Infeksi
bisa timbul akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam vagina (endogenus) atau
akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina (eksogenus). Episiotomi atau
laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
Sepsis puerperal terjadi pada sekitar 6% kelahiran di Amerika dan kemungkinan
besar merupakan pernyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal di seluruh dunia.
Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme streptokokus dan bakteri
anaerobik. Infeksi Staphylococcus aureus, gonokokus, koliformis, dan klostridia lebih
jarnang terjadi, tetapi merupakan organisme patogen serius yang menyebabkan infeksi
pascapartum. (Bobak, 2007)
Infeksi puerperalis atau infeksi nifas adalah istilah umum untuk menjelaskan
setiap infeksi bakteri di saluran genital setelah persalinan. Infeksi panggul merupakan
komplikasi serius yang paling sering terjadi pada masa nifas, dan bersama dengan
preeklamsia dan perdarahan obstetris, selama berpuluh tahun membentuk trias letal
kematian ibu hamil.
Demam puerperium secara teknis didefinisikan sebagai suhu 38oC atau lebih,
yang terjadi dalam dua hari dari 10 hari pertama pascapartum, diluar 24 jam pertama,
dan diukur melalui mulut menggunakan teknik standar paling tidak empat kali sehari.
Meskipun sebagian besar dari demam persisten yang berkaitan dengan persalinan
disebabkan oleh infeksi saluran genitalia, namun kausa ekstragenital perlu disingkirkan.
Kausa-kausa ini mencakup pembengkakan payudara, infeksi saluran napas,
pielonefritis, dan tromboflebitis. (Williams, 1997)
3
2.1.2 Etiologi
Infeksi bisa timbul akibat akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam
vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina
(eksogenus). Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme
streptokokus dan bakteri anaerobik.infeksi Staphylococcus aureus, gonococcus,
koliformis, dan klostridia jarang terjadi tetapi merupakan organisme patogen serius
yang menyebabkan infeksi pasca partum. Episiotomi atau laserasi pada vagina atau
serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
2.1.3 Faktor Resiko
Faktor resiko yang terjadi saat antenatal care :
- Keadaan anemia akibat malnutrisi
- Adanya kemungkinan infeksi parasit dalam abdomenal
- Terdapat bakteri komensalisme pada genetalia bawah :
o Serviks
o Vagina
o Infeksi alat perkemihan
Faktor resiko saat inpartu :
- Ketuban pecah pada saat pembukaan kecil (lebih dari 6 jam)
- Persalinan pervaginam operatif
- Persalinan yang lama dan melelahkan
- Kelahiran dengan bantuan alat
- Perdarahan
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38⁰ C atau lebih selama 2
hari berturut – turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah kelahiran, harus dianggap
disebabkan oleh infeksi pascapartum.
Ibu menunjukkan gejala :
- Keletihan
4
- Letargi
- Kurang nafsu makan
- Menggigil
- Nyeri perineum atau distres di abdomen bawah
- Mual
- Muntah
2.1.5 Penyebab ekstragenital demam pascapartum
2.1.5.1 Pembengkakan Payudara
Keadaan ini sering menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Sekitar 15 persen
wanita pascapartum mengalami demam akibat pembengkakan payudara,
biasanya 2 sampai 3 hari setelah melahirkan. Demam jarang melebihi 39oC,
dan biasanya tidak melebihi 24 jam. Sebaliknya, demam akibat mastitis
bakterialis timbul belakangan, dan biasanya menetap. Keadaan ini berkaitan
dengan tanda dan gejala lain infeksi payudara yang menjadi nyata dalam 24
jam.
2.1.5.2 Komplikasi Pernapasan
Komplikasi ini umumnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan
dan hampir selalu terjadi pada wanita yang melahirkan melalui sesar.
Komplikasi ini jauh lebih jarang terjadi pada wanita yang melahirkan melalui
sesar. Komplikasi ini jauh lebih jarang terjadi jika digunakan anestesi
epidural atau spinal. Komplikasinya antara lain adalah atelektasis, pneumonia
aspirasi, atau kadang-kadang pneumonia bakterialis. Atelektasis sebaikanya
dicegah dengan mendorong pasien untuk batuk dan bernapas dalam, biasanya
setiap 4 jam selama paling sedikit 24 jam setelah sesar.
2.1.5.3 Pielonefritis
Infeksi ginjal akut mungkin sulit dibedakan dari infeksi panggul
pascapartum. Pada kasus yang khas, bakteriuria, piuria, nyeri ketok sudut
kostovertebra, dan suhu yang melonjak, jelas menunjukkan infeksi ginjal.
5
Pada wanita, tanda awal infeksi ginjal mungkin adalah peningkatan suhu,
sedangkan nyeri ketok kostovertebra, mual dan muntah timbul belakangan.
2.1.5.4 Thromboflebitis
Thrombosis vena dalam (TVD) atau superfisial di tungkai dapat
menyebabkan peningkatan suhu ringan pada wanita nifas. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya tungkai yang membengkak dan nyeri yang
biasanya disertai oleh nyeri tekan betis atau kadang-kadang nyeri tekan
daerah trigonum femorale.
2.1.6 Penyebab intra demam pascapartum saluran genital
2.1.6.1 Endomiometritis (Endometritis atau Metritis)
Infeksi uterus merupakan masalah utama pada wanita yang melahirkan dengan
sesar. Sementara endomiometritis setelah persalinan per vaginam terjadi pada
sekitar 1 sampai 2 persen wanita, angka setinggi 40 hingga 50 persen pernah
dilaporkan setelah sesar. Faktor risiko lain untuk endomiometritis antara lain
adalah ruptur membran lama, persalinan, pemeriksaan dalam berulang,
pemantauan janin internal, dan korioamnionitis. Faktor-faktor risiko ini
menyebabkan dilakukannya pemberian rutin antibiotik profilaksis kepada semua
wanita yang menjalani sesar.
Patogenesis
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran genital pascapartum tercantum
pada tabel di bawah.
Aerob Anaerob Lain-lain
Streptokokus
grup A, B dan D
Enterokokus
Bakteri gram-
negatif : Escherichia
coli, Klebsiella, dan
Spesies
peptokokus
Spesies
peptostreptokokus
Golongan Bactero
ides fragilis
Spesies Mycopla
sma
Chlamydia
trachomatis
Neisseria
gonorrhoeae
6
Organisme ini secara normal mengkoloni serviks, vagina, perineum dan saluran
cerna. Meskipun virulensinya rendah, namun berbagai bakteri ini menjadi patogenik
jika terdapat jaringan yang mengalami devitalisasi dan hematom yang pasti ada
dalam persalinan. Infeksi pascapartum bersifat polimikroba (biasanya dua hingga
tiga spesies) dan terjadi di tempat insisi atau implantasi plasenta.
Manifestasi klinis
Biasanya timbul rabas vagina (lokia) yang berbau, banyak, dan bersemu darah.
Sering terdapat nyeri tekan abdomen dan parametrium uterus sewaktu pemeriksaan
bimanual. Ketajaman pemeriksaan nyeri tekan uterus akibat metritis mungkin
tersamar oleh nyeri tekan yang biasanya berkaitan dengan insisi sesar.
Penatalaksanaan
Pengobatan untuk metritis dilakukan dengan satu atau lebih antibiotik yang memiliki
spektrum luas. Untuk kasus-kasus yang ringan sesudah persalinan per vaginam,
antibiotik oral sudah cukup untuk mengatasi infeksi tersebut. Meskipun demikian,
untuk kasus wanita dengan infeksi yang sedang hingga berat dan juga termasuk
wanita yang melahirkan dengan seksio sesaria, diperlukan terapi intravena.
Perbaikan segera terjadi dalam waktu 48 hingga 72 jam pada hampir 90% dari
wanita yang mendapatkan pengobatan antibiotik.
Faktor Predisposisi
Pada umumnya, kemungkinan infeksi panggul postpartum yang serius berhubungan
dengan lamanya ketuban pecah sebelum melahirkan, frekuensi pemeriksaan serviks,
spesies Proteus
Staphylococcus
aureus
Gardnerella
vaginalis
Spesies
klostridium
Spesies
Fusobakterium
Spesies Mobilunc
us
7
manipulasi intrauteri untuk melahirkan bayi serta plasenta, dan dengan luas serta
banyaknya luka insisi dan laserasi. Umumnya diakui bahwa infeksi puerperalis jauh
lebih sering ditemukan di antara wanita yang berasal dari masyarakat dengan status
sosioekonomi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pasien-pasien dari
kelompok menengah atau atas. Alasan yang tepat untuk perbedaan ini belum jelas
namun perlu diselidiki lebih lanjut.
Faktor Antepartum
Anemia, nutrisi buruk dan hubungan seksual telah lama dianggap sebagai faktor
predisposisi timbulnya sepsis puerperalis, meskipun bukti tersebut kebanyakan
bersifat tidak langsung. Walaupun tidak ada bukti yang kuat untuk melibatkan semua
faktor di atas dalam proses terjadinya infeksi puerperalis, namun anemia dan nutrisi
yang buruk harus dicegah atau diperbaiki dengan tepat, dan hubungan seksual pada
usia kehamilan mendekati aterm mungkin harus dihindari apalagi bila sudah terjadi
ruptur ketuban.
Faktor Intrapartum
Sedikitnya ada tiga faktor intrapartum yang secara bermakna terlibat dalam proses
terjadinya infeksi puerperalis. Ketiga faktor tersebut terdiri dari masuknya bakteri
patogen secara iatrogenik ke dalam traktus genitalia atas, trauma yang menimbulkan
kematian jaringan, dan perdarahan.
Kontaminasi bakteri
Traktus genitalia atas yang dalam keadaaan normalnya steril, dapat menjadi tempat
bersarangnya kuman melalui dua cara. Pertama, bakteri yang sebelumnya sudah ada
dalam pudendum dan di dalam vagina serta serviks dapat terbawa ke dalam kavum
uteri selama proses pemeriksaan vagina, pemasangan alat untuk memantau keadaan
janin ataupun pada saat dilakukan manipulasi obstetrik operatif. Karena pemeriksaan
vagina atau serviks tidak mungkin dilakukan dalam keadaan asepsis mutlak, setiap
pemeriksaan servikovaginalis harus dipertimbangkan dengan seksama seraya
membandingkan keuntungan yang akan diperoleh terhadap resiko terjadinya
8
kontaminasi bakteri. Karena nasofaring merupakan sumber bakteri luar yang paling
sering terbawa masuk ke dalam jalan lahir, maka semua petugas yang bekerja di
ruang obstetrik biasanya memakai masker yang menutupi hidung dan mulut mereka.
Trauma
Laserasi akan menjadi tempat masuk kuman patogen dan jaringan yang mati
berfungsi sebagai media perbenihan yang sangat baik. Contoh yang paling nyata
adalah proses persalinan dengan seksio sesaria yang sangat meningkatkan frekuensi
infeksi puerperalis.
Kehilangan Darah
Apakah perdarahan itu sendiri mempunyai makna yang penting dalam proses
patogenesis infeksi masih belum jelas. Trauma yang menimbulkan perdarahan dan
tindakan manipulasi yang berkaitan dengan pengendalian perdarahan bersama-sama
perbaikan jaringan yang luka, tentu saja merupakan predisposisi untuk terjadinya
infeksi. Hematom yang sering terbentuk dalam keadaan ini segera dan sering
terinfeksi, serta memperbesar kemungkinan terjadinya sepsis yang berbahaya.
Patologi
Setelah kala tiga persalinan selesai, tempat perlekatan plasenta menjadi kasar serta
menonjol, berwarna merah gelap dan berukuran sekitar 4 cm. Permukaannya tampak
noduler karena sejumlah pembuluh vena biasanya tersumbat oleh trombus. Tempat
ini menjadi media perbenihan yang baik sekali bagi pertumbuhan bakteri dan
merupakan port d’entry bagi organisme patogen. Pada saat ini juga keseluruhan
desidua terutama rentan terhadap invasi bakteri karena lapisan desidua tersebut
tebalnya kurang dari 2 cm, dirembesi darah dan kini mempunyai banyak lubang
kecil. Karena serviks sering mengalami laserasi dalam persalinan, luka yang terjadi
mudah menjadi tempat masuk bakteri sebagaimana halnya dengan luka insisi atau
laserasi pada vulva, vagina dan perineum. Akhirnya, luka insisi uterus pada
persalinan dengan seksio sesaria merupakan port d’entry yang paling penting.
9
2.2 Infeksi Maternal
Infeksi maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi baik
secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul karena infeksi
maternal tersebut, klasifikasi dari macam – macam penyakit yang ditimbulkan karena infeksi
antara lain :
a. Penyakit Menular Seksual (PMS)
b. Infeksi TORCH
c. Human Papiloma Virus
d. Infeksi Traktus Genetalia
e. Infeksi Pasca Partum
f. Infeksi Umum
Dari macam – macam penyakit tersebut masih bisa diuraikan dan di klasifikasikan
menurut etiologi serta bagian yang diserang oleh virus maupun bakteri
2.2.1 PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Definisi
Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan
karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang
sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun
sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002).
Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah
infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis, chancroid, herpes genital,
infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan hepatitis B. HIV dan syphilis
juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan juga
melalui darah serta jaringan tubuh (WHO,2009).
Epidemiologi
Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
10
banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi
dan diubah menjadi sexually transmitted disease (STD) atau Penyakit Menular
Seksual (PMS) (Hakim, 2009; Daili, 2009).
Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang
semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum
dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non gonore (UNG), kondiloma
akuminata, herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis, bakterial vaginosis, hepatitis,
moluskum kontagiosum, skabies, pedikulosis, dan lain-lain. Sejak tahun 1998, istilah
STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat
menjangkau penderita asimtomatik (Hakim, 2009; Daili, 2009).
Etiologi
PMS pada umumnya disebabkan karena adanya penyebaran virus, bakteri, jamur dan
protozoa/parasit. Seperti beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
virus antara lain HIV (Human Immunodeficiency Virus), Genital Herpes, Hepatitis
B dan HPV (Human Papilloma Virus).
- Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyakit menular seksual
yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehinnga tubuh kehilangan kemampuan untuk
melawan inveksi. HIV menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit yang menyebabkan turunnya kekebalan
tubuh akibat HIV, yang saat ini belum ada obat yang benar‐benar dapat
menyembuhkan. Ada beberapa fase perkembangan HIV/AIDS :
Pertama, penderita sudah terjangkit inveksi, tetapi ciri‐ciri terinveksi belum terlihat,
meskipun penderita melakukan tes darah. Pada fase ini antibodi terhadapHIV belum
terbentuk. Biasanya fase ini berlansung sekitar 1‐6 bulan dari waktu penderita
terjangkit.
Kedua, berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 2‐10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada
fase ini penderita sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit, tetapi
sudah dapat menularkan kepada orang lain.
11
Ketiga, sudah muncul gejala‐gejala awal penyakit yang HIV, tetapi belum dapat
disebut sebagai gejala AIDS. Pada fase ini penderita mengalami seperti gejala
keringat yang berlebihan pada waktu malam hari, diare terus menerus,
pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh‐sembuh, nafsu makan
berkurang, kekebalan tubuh menurun.
Keempat, sudah memasuki fase AIDS, dan baru dapat didiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari Sel‐Tnya. Timbul penyakit tertentu yang disebut
dengan infeksi oportunistik, yaitu kanker khususnya sariawan, kanker kulit (sarcoma
kaposi), infeksi paru‐paru dan kesulitan bernafas, infeksi usus yang menyebabkan
diare parah berminggu‐minggu dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan
mental dan sakit kepala.
- Genital Herpes atau lebih dikenal dengan herpes genitalis (herpes kelamin)
adalah PMS yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplek yang ditularkan melalui
hubungan seksual baik vaginal, anal atau oral yang menimbulkan luka atau lecet
pada bagian kelamin dan mengenai pada bagian langsung pada luka, bintil atau kutil.
Virus ini dapat meng hilang sementara waktu, tetapi sesungguhnya tetap tidak dapat
sepenuhnya dihilang kan, bahkan obat cydofir (zovirox) saja yang biasa diresepkan
untuk penderita genital herpes hanya dapat meringankan gejala‐gejalanya, tetapi
tidak benar‐benar menyem buhkan penderita. Walaupun tanpa gejala dan tergantung
pada daya tahan tubuh, kalaupun pada awalnya ada rasa seperti terbakar atau gatal
pada kelamin diikuti timbulnya bintil‐bintil berisi air di atas kulit dengan warna
dasar kemerahan, dalam beberapa hari bintil ini akan pecah dan menimbulkan luka
lecet yang terbuka dan sangat nyeri. Pada penderita perempuan biasanya timbul di
sekitar kelamin, dinding liang kemaluan dan kadang‐kadang disekitar anus. Sedang
pada penderita Laki‐laki biasanya pada batang atau kepala penis serta disekitar anus.
Gejala pada serangan pertama umumnya lebih berat dibandingkan ketika kambuh.
Sebelum timbul lecet biasanya diawali dengan keluhan pegal‐pegal pada otot disertai
demam (terutama pada serangan pertama), pembengkakan pada kelenjar lipatan
paha, nyeri kadang gatal serta kemerahan pada tempat yang terkena. Masa inkubasi
12
1‐26 hari, rata‐rata 6‐7 hari. Masa Inkubasi merupakan rentang waktu sejak
masuknya penyakit kedalam tubuh hingga timbulnya penyakit tersebut.
- Hepatitis adalah penyakit menular yang menyebabkan peradangan hati dan dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B merupakan satu‐satunya
penyakit menular seksual yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Hepatitis B dapat
menyebabkan penyakit kuning, kelelahan yang teramat sangat, muntah‐muntah dan
demam, dapat ditularkan dengan mudah melalui kontak seksual. Sebagian penderita
hepatitis B dapat kembali sehat dengan terapi anti hepatitis, namun sebagian
penderita terkadang penyakitnya justru bertambah kronis.
- Human Pappiloma Virus (HPV) atau juga dikenal dengan nama genital wart
adalah penyakit menular seksual yang banyak ditemukan dengan munculnya kutil
genital, kutil kelamin atau disebut candiloma akuminata yang dapat meningkatkan
kanker serviks dan penyakit ini sangat mengkhawatirkan di komunitas medis ada
kampanye untuk mendorong diadakannya vaksinasi terhadap HPV pada penderita
untuk menekan angka penyebaran HPV genital melalui aktivitas seksual. Virus HPV
menimbulkan gejala seperti kelainan berupa tonjolan kulit berbentuk jengger ayam
yang berwarna seperti kulit, ukurannya bervariasi dan sangat kecil sampai besar
sekali. Pada penderita perempuan dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai
dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim. Pada
penderita laki‐laki dapat mengenai penis dan saluran kencing bagian dalam. Khusus
perempuan hamil, kutil dapat tumbuh besar sekali dan baru disadari setelah
perempuan melakukan papsmear. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan
kanker leher rahim serta kanker penis. Sebagian besarkuman penyakit ini menempel
pada kulit, seperti skrotum, maka kondom tidak 100% efektif dalam mencegah
penularannya. Bahkan berdasar laporan kesehatan, remaja memiliki persentase
tertinggi pada virus ini dibanding kelompok umur lainnya. Ada satu penelitian di
Amerika menunjukkan sampai seperempat perempuan muda yang aktif secara
seksual terbukti terinveksi kutil kelamin melalui pengujian laboratorium, walaupun
13
bukti kasat mata seperti kutil kelamin dibagian luar lebih sedikit. Sekarang kita
bahas tentang PMS yang disebabkan karena penyebaran bakteri antara lain seperti
Chlamydia Trachomatis atau disebut Klamidia, Vaginosis Bakterial, Gonore, dan
Sifilis.
- Chlamydia Trachomatis adalah penyakit menular melalui hubungan seks
vaginal, oral atau anal. Apabila tidak terdeteksi melalui diagnosa pada tahap awal
dan segera diobati dengan antibiotika, maka klamidia dapat menyebar dengan sangat
cepat dan menyebabkan penyakit radang panggul yang menyebabkan kehamilan
ektopik (diluar kandungan) dan kemandulan pada laki‐laki. Bakteri ini juga dapat
menyerang leher rahim. Gejala pada penderita berupa keluhan adanya keputihan
yang disertai nyeri pada saat kencing dan pendarahan setelah melakukan hubungan
seksual. Cara penularannya tidak disadari karena kebanyakan penderita yang
terinfeksi tidak merasakan gejalanya. Pada infeksi kronis dapat menyebar ke
saluaran telur yang mengakibatkan kehamilan ektopik dan kemandulan. Dapat
menyebabkan kebutaan atau radang paru‐paru pada bayi yang baru dilahirkan oleh
ibu yang terinfeksi bakteri ini. Masa inkubasi klamidia adalah 7‐12 hari. Hasil
laporan kesehatan menunjukkan bahwa remaja di seluruh dunia adalah proporsi
terbesar seluruhnya dalam infeksi klami dia, kurang lebih sepertiga. Termasuk di
Haiti dan Nigeria memiliki tingkat klamidia yang tinggi.
- Vaginosis Bakterial adalah penyakit menular yang disebabkan adanya infeksi
pada alat kelamin yang disebabkan adanya campuran bakteri Gardnella Vaginalis
dan bakteri Anaerop. Pada penderita gejalanya berupa keputihan tidak banyak,
berwarna abu‐abu, lengket dan berbau amis, biasanya akan tercium jelas setelah
melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis.
- Gonore adalah penyakit menular serupa dengan klamidia, ditularkan melalui
hubungan seks vaginal, oral atau anal. Penyakit ini juga telah berhasil diobati dengan
antibiotika, namun gonore yang tidak segera diobati dapat menyebabkan nyeri
14
panggul, keputihan dan penyakit radang panggul. Pada penderita penyebabnya
adanya kuman Neisseria Gonorrhoeae. Pada penderita perempuan terkadang sering
tanpa adanya gejala atau gejalanya sulit dilihat, terkadang ada nyeri di bagian perut
bawah, kadang disertai keputihan dengan bau yang menyengat, alat kelamin terasa
sakit atau gatal, adanya rasa sakit atau panas pada waktu buang air dan pendarahan
setelah melakukan hubungan seks. Akan tetapi Gonore (GO) sering datang tanpa
keluhan atau gejala apapun pada perempuan. Pada penderita laki‐laki adanya gejala
timbul pada waktu satu minggu, rasa sakit pada saat buang air atau ereksi, keluar
nanah dari saluran kencing utamanya pada pagi hari. Sering tanpa gejala pada
stadium dini.
- Sifilis atau dikenal dengan Raja Singa adalah penyakit menular yang disebabkan
kuman Treponema Pallidium. Gejala yang pertama kali muncul adalah rasa sakit di
daerah kontak seksual, timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang‐kadang
disertai pusing‐pusing dan nyeri tulang seperti flu yang akan menghilang dengan
sendirinya tanpa diobati, terjadi bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6‐12 minggu
setelah hubungan seks. Selama 2‐3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan
gejala apa‐apa. Setelah 5‐10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak,
Pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil, penyakit ini dapat menular
pada bayi yang dikandungnya yang mengakibatkan kerusakan kulit, hati, limpa dan
keterbelakangan mental. Selanjutnya kita bahas PMS yang disebabkan karena
penyebaran jamur yaitu Kandidas Vagina.
- Kandidas Vagina adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jamur Candida
Albicans. Dalam keadaan normal biasanya jamur ini terdapat pada kulit ataupun
lubang kemaluan perempuan. Pada keadaan tertentu seperti penyakit (kencing manis,
kehamilan pengobatan steroid, anti biotik) jamur ini dapat meluas dan menimbulkan
keputihan. Penyakit ini sebenarnya tidak tergolong PMS, tetapi pasangan seksual
perempuan yang terinfeksi jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala
bintik‐bintik kemerahan pada kulit kelamin. Gejalanya adalah keputihan yang tidak
15
berbau atau berbau asam, berwarna seperti keju atau susu basi disertai gatal, panas
dan kemerahan di kelamin dan sekitarnya. Yang terakhir kita bahas PMS yang
disebabkan karena penyebaran protozoa/parasit yaitu Trikomoniasis.
- Trikomoniasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas Vaginalis. Gejalanya antara lain terjadinya keputihan yang banyak.
Kadang‐kadang berbusa dan berwarna kehijauan dengan bau busuk, terjadinya
gatal‐gatal di kemaluan, nyeri pada saat berhubungan seks atau saat buang air kecil.
Masa inkubasi 3‐28 hari. Infeksi trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual
yang dapat disembuhkan dan yang paling biasa terjadi.
Faktor Resiko
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya pengidap Penyakit Menular
Seksual (PMS) antara lain :
1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).
2. Gonta-ganti pasangan seks.
3. Prostitusi.
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka
atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka
disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita PMS
(Hutagalung, 2002).
6. Saat ini sudah terbuka lebar akses informasi yang membahas seksualitas
termasuk gambar‐gambar berkatagori pornografi, media masa, internet yang
sudah banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar kalangan remaja secara tidak
benar.
7. Adanya nilai ganda masyarakat dalam mensikapi permasalahan pornografi,
disatu sisi menentang, menganggap tabu, terlalu fulgar, seronok, jijik dan
sebagainya, disisi lain ada sikap apatis, membiarkan bahkan memanfaatkan
pornografi sebagai tontonan masyarakat bahkan masuk dalam lingkungan
keluarga.
16
8. Nilai‐nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang cenderung disalah gunakan,
menghilangkan nilai‐nilai sakral, budaya dan agama, malah cenderung
melakukan hal‐hal yang tidak terpuji, permisif (serba boleh) dan cenderung
melonggarkan hubungan laki‐laki dan perempuan.
9. Kurangnya pemahaman kalangan remaja terhadap perilaku seks bebas yang
pernah dilakukan ditambah kontrol keluarga serta masyarakat yang cenderung
menurun.
10. Semakin banyaknya tempat‐tempat hiburan plus, prostitusi, baik yang
terlokalisir maupun di tempat/kawasan remang‐remang dan sebagainya. Bahkan
ada yang beranggapan bahwa dirinya merasa tidak akan mungkin terjangkit
penyakit apapun, sehingga ada dorongan untuk mencoba hal baru
Tanda dan Gejala
Pada anak perempuan gejalanya berupa:
a. Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan warnanya kekuningan-
kuningan, berbau tidak sedap
b. Menstruasi atau haid tidak teratur
c. Rasa sakit di perut bagian bawah
d. Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin
Pada anak laki-laki gejalanya berupa:
a. Rasa sakit atau panas saat kencing
b. Keluarnya darah saat kencing
c. Keluarnya nanah dari penis
d. Adanya luka pada alat kelamin
e. Rasa gatal pada penis atau dubur (Hutagalung, 2002).
Penatalaksanaan
Menurut WHO(2003), penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua
cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasus(case management) ataupun penanganan
berdasarkan sindrom (syndrome management). Penanganan berdasarkan kasus yang
efektif tidak hanya berupa pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan
17
mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi
yang komprehensif. Sedangkan penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada
identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan
untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom. Penanganan infeksi menular seksual
yang ideal adalah penanganan berdasarkan mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam
kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris
(Murtiastutik, 2008).
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah:
a) Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, spektinomisin,
kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin (Daili, 2007)
b) Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin,
eritromisin, dan kloramfenikol (Hutapea, 2001)
c) Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir (Wells et al, 2003)
d) Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin (Wells et al., 2003)
e) Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al., 2003).
2.2.2 INFEKSI TORCH
Definisi
Infeksi TORCH adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus plasenta
dan mempengaruhi perkembangan janin. Empat jenis penyakit infeksi yaitu
Toxsoplasmosis, infeksi lain (mis. Hepatitis), virus rubella, citomegalovirus, dan
virus herpes simplex
18
Patofisiologi
Klasifikasi
1. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
disebut Toxoplasma gondii. Dari penelitian di jelaskan bahwa untuk penyakit bawaan
atau kongenital terjadi akibat infeksi primer selama kehamilan, khususnya selama
trimester ketiga. Tidak seperti infeksi kongenital lain yang cenderung untuk terjadi
sekitar 8-15 minggu kehamilan yang terjadi ketika masa organogenesis, toksoplasmosis
infektivitas terjadi sebaliknya dan bahkan dapat meningkat sesuai usia kehamilan.
Toksoplasmosis timbul akibat mengkonsumsi daging mentah atau tidak mencuci
tangan sewaktu menyiapkan daging mentah atau terinfeksi kotoran kucing. Parasit ini
19
memiliki kemampuan shedding dalam saluran pencernaan kucing, dan ketika masuk ke
tubuh manusia dapat menyebar secara hematogenous ke pembuluh darah uterin
akhirnya memasuki plasenta dan menginfeksi janin. Setelah menyerang janin, parasit ini
menyerang sel-sel otak dan otot, membentuk kista yang dapat tetap hidup dalam host
selama bertahun-tahun. Penyebaranya sendiri diperkirakan Lebih dari 60 juta orang di
Amerika Serikat terinfeksi, tapi sangat sedikit memiliki gejala. Insiden Toksoplasmosis
kongenital adalah 1 dalam 1000-8000 di AS
 Penyebaran virus:
a. Dari telur Toxoplasma yang berada dalam tanah masuk ke tubuh manusia.
b. Menelan mentah atau masak daging setengah matang, terutama daging babi,
domba atau daging rusa.
c. Kontak dengan kotoran kucing yang terinfeksi.
d. Plasenta (jika infeksi terjadi selama kehamilan).
e. Melalui transplantasi organ atau transfusi akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
f. Perempuan dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga beresiko untuk
reaktivasi infeksi sebelumnya.
 Manifestasi Klinis
- Sakit Kepala
- Lemah
- Sulit berpikir jernih
- Demam
- Mati rasa
- Koma
- Serangan jantung
- Perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih sensitif terhadap
cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)
- Kejang otot, dan sakit kepala parah
20
 Efek Maternal
- Infeksi akut
- Menyerupai influenza
- Limfadenopati
 Efek pada janin
- Jika disertai infeksi akut maternal akan terjadi parasitemia
- Kemungkinan untuk terjadi bersama infeksi kronik maternal lebih kecil
- Cenderung terjadi abortus bila terdapat infeksi akut pada awal kehamilan
 Pemeriksaan dan penatalaksanaan
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemeriksaan imunoglobulin
spesifik polymerase chain reaction (PCR). Jika tes ini terbukti negatif akan tetapi
kecurigaan klinis akan infeksi ini tinggi maka pengobatan harus tetap dilakukan. Selain
itu juga dapat dilakukan tes serum dan ELISA. Pengobatan alternatif untuk
taksoplasmosis adalah pyrimethamine ditambah sulfadiazin dan klindamisin(untuk
wanita yang alergi terhadap sulfadiazin).
2.2.3 Rubela (campak jerman)
Rubela adalah suatu infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet. Demam,
ruam dan limfedema ringan biasanya terlihat pada ibu yang terinfeksi. Akibat pada
janin lebih serius dan meliputi abortus sepontan, anomali kongenital dan kematian.
Sebagian besar wanita usia subur kebal terhadap rubella, baik melalui vaksinasi atau
penyakit sebelumnya, namun 2 dar 10 dianggap rentan. Pencegahan infeksi rubela
maternal dan efek pada janin adalah fokus utama program imunisasi rubela (ACOG,
1992c). Vaksinasi ibu hamil dikontraindikasikan karena infeksi rubela bisa terjadi
setelah vaksin diberikan. Sebagai bagian dari konseling prakonsepsi atau masa nifas,
vaksin rubela diberikan kepada ibu yang tidak imun terhadap rubela dan mereka
dianjurkan memakai kontrasepsi selama minimal tiga bulan setelah vaksinasi.
21
 Efek Maternal:
- Ruam, demam, kelenjar limfe di subokspital dapat membengkak, fotofobis
- Artritis atau ensefalitis kadang juga terjadi
- Abortus sepontan
- Risiko sindrom rubella bawaan tertinggi (hingga 90%) saat paparan adalah antara
11 dan 20 minggu kehamilan.
 Efek pada janin:
- Insiden anomali konginetal: bulan pertama 50%, bulan kedua 25%, bulan ketiga
10%, bulan keempat 4%
- Sekitar 25 persen neonatus yang ibunya terkena rubella selama trimester pertama
dilahirkan dengan satu atau lebih cacat lahir - kebutaan, katarak, gangguan
pendengaran, cacat jantung, retardasi mental, gangguan gerak, dan pengembangan
diabetes selama masa kanak-kanak atau lambat.
- Pemaparan pada dua bulan pertama: malformasi jantung, mata, telinga, atau otak
- Pemaparan setelah bulan keempat: infeksi sistemik, hepatosplenomegali, retardasi
pertumbuhan intrauterin, ruam
- Pada usia 15 sampai 20 tahun anak bisa mengalami kemunduran intelektual dan
perkembangan atau bisa menderita epilepsi
- Beberapa bayi yang terinfeksi memiliki masalah kesehatan jangka pendek seperti
diare, BBLR, masalah makan, pneumonia, meningitis, anemia, bintik-bintik
merah-ungu pada wajah dan tubuh dan pembesaran limpa dan hati.
 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella
IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan,
dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi
rubella bawaan. Selain itu dapat dengan tes ELISA, HAI, Pasif HA atau tes LA, atau
dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.
22
 Penatalaksanaan
a. Pada Ibu - Analgesik ringan, istirahat dan dukungan.
b. Neonatal - Tidak ada pengobatan khusus untuk pengobatan rubella bawaan. Mata
atau cacat jantung dapat dikoreksi atau diperbaiki dengan pembedahan.
Pendidikan Kesehatan
a. Vaksinasi wanita non-imun sebelum kehamilan adalah pencegahan terbaik.
b. Rubella dan MMR (campak, gondok, rubella) vaksin tidak dianjurkan selama
kehamilan. Seorang wanita harus menunggu 28 hari setelah vaksinasi untuk hamil
(meskipun risiko kehamilan yang tidak disengaja selama ini sangat kecil). Ibu
menyusui dapat divaksinasi.
c. Wanita hamil yang tidak kebal untuk rubella harus menghindari kontak dengan
orang yang terinfeksi rubella atau gejala rubella.
2.2.4 Cytomegalovirus
Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili
betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi
maupun ekskresi tubuh yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan
lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada
janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi, infeksi yang didapat saat kelahiran akan
menampakkan gejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada
masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat. Setiap tahun sekitar 40.000
bayi di AS (1%) terinfeksi. Untungnya, sebagian besar bayi tidak mengalami
kematian, tapi sekitar 8.000 bayi per tahun mengalami cacat yang berlangsung dari
CMV.
Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar
wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan
gejala yang berarti. Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan
maka infeksi primer ini akan menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin
bawaan sebagai berikut: hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis,
khorioretinitis dan optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice,
23
infiltrasi pulmonal dengan berbagai tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi
dapat bertahan hidup akan disertai retardasi psikomotor maupun kehilangan
pendengaran.
 Klasifikasi
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper semua
jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
- CMV nefritis( ginjal).
- CMV hepatitis( hati).
- CMV myocarditis( jantung).
- CMV pneumonitis( paru-paru).
- CMV retinitis( mata).
- CMV gastritis( lambung).
- CMV colitis( usus).
- CMV encephalitis( otak)
 Manifestasi Klinis
- Petekia dan ekimosis.
- Hepatosplenomegali.
- Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
- Retardasi pertumbuhan intrauterine.
- Prematuritas.
Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
- Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
o Purpura
o Hilang pendengaran.
o Korioretinitis; buta.
o Demam.
o Kerusakan otak.
24
 Efek Maternal :
Penyakit pernafasan atau hubungan seksual yang asimptomatik atau sindrom
seperti mononukleosis: dapat memiliki rabas di serviks
 Efek pada janin :
Kematian janin atau penyakit menyeluruh anemia hemolitik dan ikterik:
hidrosefalus atau mikrosefalus, pneumonitis, hepatosplenomegali
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini angat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan
laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-
CMV IgG. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pembagian seperti berikut:
a. Pada Ibu - ELISA, antibodi fluorescent (FA), fiksasi komplemen (CF),
serokonversi hingga + IgM, dan isolasi virus dengan kultur.
b. Sebelum melahirkan – efek pada bayi mungkin menunjukkan temuan berikut
USG: mikrosefali, hidrosefalus, lesi kistik atau kalsifikasi nekrotik di otak, hati
atau plasenta, PJT, oligohidramnion, asites, pleural efusi perikardial atau,
hypoechogenic usus dan hidrops.
c. Newborn - isolasi virus adalah metode optimal mendokumentasikan infeksi
CMV. Spesimen dapat diambil dari urin, nasopharnyx, konjungtiva dan cairan
tulang belakang.
 Potensi Efek Ibu dan Bayi
a. Pada Ibu - Kebanyakan infeksi asimtomatik.
b. Neonatal - Infeksi yang paling mungkin terjadi dengan infeksi primer ibu. Perkiraan
tingkat infeksi kongenital dari 1%. Dari jumlah tersebut, 10% akan gejala, dimana
25% akan memiliki penyakit fatal dan 90% dari korban akan memiliki serius gejala
sisa-IUGR, mikrosefali, kelainan SSP, hidrosefalus, kalsifikasi periventrikular,
ketulian, kebutaan, dan keterbelakangan mental. Sebagian kecil bayi yang baru lahir
tanpa gejala.
25
 Penatalaksanaan
a. Pada Ibu - mengobati gejala
b. Neonatal - ada pengobatan yang memuaskan tersedia. Bayi yang tertular harus
diisolasi.
Pendidikan Kesehatan
a. Perempuan dapat mengurangi risiko CMV dengan mempraktekkan kewaspadaan
universal dan hati-hati mencuci tangan, terutama setelah kontak dengan air liur, urin,
feses, darah dan lendir.
b. Hindari berbagi gelas atau peralatan makan dengan penderita CMV.
c. Tes sebelum kehamilan untuk menentukan apakah mereka memiliki CMV.
2.2.5 Virus Herpes Simpleks
Herpes disebabkan oleh virus herpes simpleks, yang mirip dengan virus yang
menyebabkan cacar air dan herpes zoster. Setelah infeksi awal, herpes simplex virus
dapat bersembunyi dalam sel saraf dan kemudian memulai serangan baru. Ada 2
jenis utama virus herpes simpleks (HSV): tipe I, yang biasanya dikaitkan dengan
luka dingin di sekitar mulut, dan tipe 2, yang biasanya dikaitkan dengan luka genital.
Namun, jenis dapat menginfeksi baik mulut atau alat kelamin dan keduanya dapat
diteruskan kepada bayi yang baru lahir. Sekitar 45 juta orang Amerika memiliki
herpes genital dengan sekitar 1.000 infeksi baru lahir terjadi setiap tahun.
 Klasifikasi
- Virus herpes simpleks tipe 1 (HSA-1) merupakan infeksi yang paling banyak
ditemukan pada masa kanak-kanak. Virus ini ditransmisikan kontak dengan sekresi
oral dan menyebabkan cold sores(lepuhan-lepuhan kecil) pada mulut atau wajah,
namun terkadang dapat menyebabkan kelainan kelamin juga, terutama jika seseorang
melakukan hubungan seks secara oral dengan orang yang terinfeksi.
- Virus herpes simpleks tipe 2 (HSA-2) biasanya terjadi setelah masa puber seiring
aktivitas seksual yang meningkat. HSV-2 ditransmisikan terutama melalui kontak
26
dengan sekresi genetalia. HSV-2 menyebabkan kelainan di area kelamin
menyebabkan herpes kelamin.
 Manifestasi klinik
a. Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region
genitalis.
b. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 – 3 hari bintik
kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.
Bayi dengan kongenital tertular infeksi HSV biasanya akan terjadi gejala pada 6
minggu setelah kelahiran. Gejala awal mungkin samar-samar dan termasuk lesu, vesikel
kulit, demam, dan kejang. Mungkin tidak ada tanda-tanda sama sekali. Sangat penting
untuk memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi, karena ada riwayat ibu yang diketahui
memiliki infeksi herpes hanya 12,5% bayi yang didiagnosis dengan HSV kongenital.
manifestasi herpes neonatal dapat diklasifikasikan dalam tiga cara: yang pertama
kulit, mata, dan keterlibatan mukosa (Penyakit SEM); yang kedua Penyakit SSP, dan
yang ketiga adalah penyakit yang disebarluaskan dengan keterlibatan beberapa organ.
Namun, kategori-kategori ini tidak terpisah satu sama lain dan bayi dapat memiliki
tanda-tanda dari lebih dari satu. Bayi yang didiagnosis Penyakit SEM juga mungkin
memiliki okultisme SSP infeksi.
 Dampak pada kehamilan dan persalinan
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin apabila
ketuban pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir.
d. Wanita dengan infeksi primer selama kehamilan akan meningkatan risiko untuk PTD
dan BBLR bayi.
e. Bayi dari ibu dengan infeksi primer yang terjadi selama kehamilan berada pada risiko
terbesar. Potensi gejala sisa meliputi: kulit, mulut atau mata lesi dengan potensi
kerusakan permanen pada saraf atau mata. HSV pada bayi baru lahir sering dapat
27
menyebar ke otak dan organ internal lainnya (perkiraan kematian 50%). Sekitar 50%
dari korban mengalami keterbelakangan mental, cerebral palsy, kejang, buta atau tuli.
 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan
mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.Seorang
bayi dianggap terinfeksi herpes jika salah satu tes berikut positif: serum HSV IgM, HSV
PCR dari CSF, atau memiliki HSV setelah dilakukan culture lesi atau lainnya di
permukaan mukosa. Karena tinggi sensitivitas (berkisar 75% sampai 100%), HSV PCR
adalah ujian pilihan untuk evaluasi CSF. Hal ini penting untuk dicatat bahwa PCR CSF
mungkin negatif 5 hari pertama sakit. Jika HSV tetap diduga kuat, meskipun hasil
negatif awal, CSF PCR harus diulang. Untuk Penyakit SEM, culture HSV dari kulit
yang atau lesi mukosa adalah uji pilihan. Baik PCR maupun culture darah memiliki
sensitivitas sangat tinggi. HSV serologi mungkin berguna; antibodi IgG Ibu HSV juga
dapat hadir dalam bayi.
 Penatalaksanaan
a. Wanita dengan gejala prodromal atau lesi aktif (masih dalam blister atau ulkus tahap)
akan diberi konseling untuk memiliki kelahiran sesar. Perlindungan terbesar bagi
janin jika ini dilakukan sebelum ROM lebih dari 4 jam.
b. Obat anti-virus dapat memperpendek durasi serangan herpes, meringankan gejala dan
mengurangi jumlah serangan. Acyclovir oral kadang-kadang digunakan pada akhir
kehamilan untuk mengurangi kebutuhan untuk kelahiran sesar.
c. Bayi baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau
perlu kultus virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi
acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari
28
Pendidikan kesehatan
 Mendorong wanita dengan riwayat herpes genital untuk menghindari "pemicu"
(panas, gesekan, hubungan, kacang, coklat, demam atau stress), terutama selama
bagian akhir dari kehamilan.
 Merekomendasikan kondom atau merekomendasikan untuk tidak hamil pada wanita
hamil tanpa HSV yang memiliki pasangan dengan HSV.
 Mengajari mencuci tangan yang benar untuk mencegah penyebaran HSV kepada
orang lain atau ke bagian lain dari tubuh.
 Orang dengan lesi aktif harus menghindari mencium orang lain, terutama bayi baru
lahir.
 Mendidik perempuan tentang pentingnya pelaporan gejala prodromal atau lesi ke
penyedia layanan kesehatan.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi setelah abortus atau persalinan. Infeksi
bisa timbul akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam vagina (endogenus) atau
akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina (eksogenus). Episiotomi atau
laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
Infeksi maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi
baik secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul karena
infeksi maternal tersebut, klasifikasi dari macam – macam penyakit yang ditimbulkan
karena infeksi antara lain :
 Penyakit Menular Seksual (PMS)
 Infeksi TORCH
 Human Papiloma Virus
 Infeksi Traktus Genetalia
 Infeksi Pasca Partum
 Infeksi Umum
30
DAFTAR PUSTAKA
Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi dan keluarga Ed. 18 Vol.1
Jakarta : EGC
Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi dan keluarga Ed. 18 Vol.2.
Jakarta : EGC
Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi dan keluarga Ed. 18 Vol.3.
Jakarta : EGC

More Related Content

What's hot

Radang genetalia interna
Radang genetalia internaRadang genetalia interna
Radang genetalia interna
kenggi
 
5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis
Pradasary
 
Asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
6. salpingitis & adnexitis
6. salpingitis & adnexitis6. salpingitis & adnexitis
6. salpingitis & adnexitis
Pradasary
 
Vulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisVulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitis
Pradasary
 
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
Vrilisda Sitepu
 

What's hot (20)

Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseasePenyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
 
Radang genetalia interna
Radang genetalia internaRadang genetalia interna
Radang genetalia interna
 
Asuhan myometritis
Asuhan myometritisAsuhan myometritis
Asuhan myometritis
 
5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
 
Infeksi Neonatus
Infeksi NeonatusInfeksi Neonatus
Infeksi Neonatus
 
Vaginitis, Vulvitis dan Vulvovaginitis
Vaginitis, Vulvitis dan VulvovaginitisVaginitis, Vulvitis dan Vulvovaginitis
Vaginitis, Vulvitis dan Vulvovaginitis
 
Asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi AKPER PEMKAB MUNA
 
Ibu wajib perbaharuan
Ibu wajib perbaharuanIbu wajib perbaharuan
Ibu wajib perbaharuan
 
Penyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
Penyulit Dan Komplikasi Masa NifasPenyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
Penyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
 
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidAskeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
 
6. salpingitis & adnexitis
6. salpingitis & adnexitis6. salpingitis & adnexitis
6. salpingitis & adnexitis
 
Vulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisVulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitis
 
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksiKelainan dan penyakit pada sistem reproduksi
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi
 
Pelvic inflammatory disease
Pelvic inflammatory diseasePelvic inflammatory disease
Pelvic inflammatory disease
 
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
 
INFEKSI ALAT KANDUNGAN
 INFEKSI ALAT KANDUNGAN INFEKSI ALAT KANDUNGAN
INFEKSI ALAT KANDUNGAN
 
Servisitis
ServisitisServisitis
Servisitis
 
Polips endometrium
Polips endometriumPolips endometrium
Polips endometrium
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 

Similar to Bab ii

infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptxinfeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
WulanPurnamasari45
 
DR. Elis Puji Utami Infection Control Program To Maternity Infection With Mul...
DR. Elis Puji Utami Infection Control Program To Maternity Infection With Mul...DR. Elis Puji Utami Infection Control Program To Maternity Infection With Mul...
DR. Elis Puji Utami Infection Control Program To Maternity Infection With Mul...
agani4
 
Macam macam penyakit pada masa nifas
Macam macam penyakit pada masa nifasMacam macam penyakit pada masa nifas
Macam macam penyakit pada masa nifas
Tycha Wulandari
 
Leaf flat tanda bahaya
Leaf flat tanda bahayaLeaf flat tanda bahaya
Leaf flat tanda bahaya
Warung Bidan
 
Salpingitis
SalpingitisSalpingitis
Salpingitis
pie-pien
 
LP dan LK infeksi neonatus
LP dan LK infeksi neonatusLP dan LK infeksi neonatus
LP dan LK infeksi neonatus
DuniaShare
 

Similar to Bab ii (20)

infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptxinfeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
 
PPT (1).pptx
PPT (1).pptxPPT (1).pptx
PPT (1).pptx
 
_POST PARTUM-.pptx
_POST PARTUM-.pptx_POST PARTUM-.pptx
_POST PARTUM-.pptx
 
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
 
Sepsis puerperalis
Sepsis puerperalisSepsis puerperalis
Sepsis puerperalis
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
 
infeksi nifas dalam kehamilan dr daniel SpOG
infeksi nifas dalam kehamilan dr daniel SpOGinfeksi nifas dalam kehamilan dr daniel SpOG
infeksi nifas dalam kehamilan dr daniel SpOG
 
DR. Elis Puji Utami Infection Control Program To Maternity Infection With Mul...
DR. Elis Puji Utami Infection Control Program To Maternity Infection With Mul...DR. Elis Puji Utami Infection Control Program To Maternity Infection With Mul...
DR. Elis Puji Utami Infection Control Program To Maternity Infection With Mul...
 
Infeksi imunologi TORCH dalam kehamilan-6.ppt
Infeksi imunologi TORCH dalam kehamilan-6.pptInfeksi imunologi TORCH dalam kehamilan-6.ppt
Infeksi imunologi TORCH dalam kehamilan-6.ppt
 
Macam macam penyakit pada masa nifas
Macam macam penyakit pada masa nifasMacam macam penyakit pada masa nifas
Macam macam penyakit pada masa nifas
 
Leaf flat tanda bahaya
Leaf flat tanda bahayaLeaf flat tanda bahaya
Leaf flat tanda bahaya
 
Bab i11
Bab i11Bab i11
Bab i11
 
MAKALAH METRITIS.docx
MAKALAH METRITIS.docxMAKALAH METRITIS.docx
MAKALAH METRITIS.docx
 
Salpingitis
SalpingitisSalpingitis
Salpingitis
 
LP dan LK infeksi neonatus
LP dan LK infeksi neonatusLP dan LK infeksi neonatus
LP dan LK infeksi neonatus
 
258350405 makalah-abortus-inkomplit
258350405 makalah-abortus-inkomplit258350405 makalah-abortus-inkomplit
258350405 makalah-abortus-inkomplit
 
Makalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplitMakalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplit
 
Makalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplitMakalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplit
 
258350405 makalah-abortus-inkomplit
258350405 makalah-abortus-inkomplit258350405 makalah-abortus-inkomplit
258350405 makalah-abortus-inkomplit
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 

Bab ii

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup, seperti infertilitas dan sierilitas. Kondisi – kondisi lain, seperti infeksi yang didapat secara kongenital, seringkali mempengaruhi lama dan kualitas hidup.Kehamilan dianggap sebagai kondisi immunosupresi. Perubahan respon imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi. Selain itu, perubahan traktus pada genetalia juga dapat mempengaruhi kerentanan terhadap suatu infeksi. Ada juga infeksi pascapartum, Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi setelah abortus atau persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina (eksogenus). Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis. 1.2 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui pengertian infeksi pascapartum dan infeksi maternal.
  • 2. 2 BAB II TINJAUAN TEORITIS MEDIS 2.1 Infeksi Pascapartum 2.1.1 Pengertian Infeksi Pascapartum Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi setelah abortus atau persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina (eksogenus). Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis. Sepsis puerperal terjadi pada sekitar 6% kelahiran di Amerika dan kemungkinan besar merupakan pernyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal di seluruh dunia. Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme streptokokus dan bakteri anaerobik. Infeksi Staphylococcus aureus, gonokokus, koliformis, dan klostridia lebih jarnang terjadi, tetapi merupakan organisme patogen serius yang menyebabkan infeksi pascapartum. (Bobak, 2007) Infeksi puerperalis atau infeksi nifas adalah istilah umum untuk menjelaskan setiap infeksi bakteri di saluran genital setelah persalinan. Infeksi panggul merupakan komplikasi serius yang paling sering terjadi pada masa nifas, dan bersama dengan preeklamsia dan perdarahan obstetris, selama berpuluh tahun membentuk trias letal kematian ibu hamil. Demam puerperium secara teknis didefinisikan sebagai suhu 38oC atau lebih, yang terjadi dalam dua hari dari 10 hari pertama pascapartum, diluar 24 jam pertama, dan diukur melalui mulut menggunakan teknik standar paling tidak empat kali sehari. Meskipun sebagian besar dari demam persisten yang berkaitan dengan persalinan disebabkan oleh infeksi saluran genitalia, namun kausa ekstragenital perlu disingkirkan. Kausa-kausa ini mencakup pembengkakan payudara, infeksi saluran napas, pielonefritis, dan tromboflebitis. (Williams, 1997)
  • 3. 3 2.1.2 Etiologi Infeksi bisa timbul akibat akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina (eksogenus). Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme streptokokus dan bakteri anaerobik.infeksi Staphylococcus aureus, gonococcus, koliformis, dan klostridia jarang terjadi tetapi merupakan organisme patogen serius yang menyebabkan infeksi pasca partum. Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis. 2.1.3 Faktor Resiko Faktor resiko yang terjadi saat antenatal care : - Keadaan anemia akibat malnutrisi - Adanya kemungkinan infeksi parasit dalam abdomenal - Terdapat bakteri komensalisme pada genetalia bawah : o Serviks o Vagina o Infeksi alat perkemihan Faktor resiko saat inpartu : - Ketuban pecah pada saat pembukaan kecil (lebih dari 6 jam) - Persalinan pervaginam operatif - Persalinan yang lama dan melelahkan - Kelahiran dengan bantuan alat - Perdarahan 2.1.4 Manifestasi Klinis Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38⁰ C atau lebih selama 2 hari berturut – turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah kelahiran, harus dianggap disebabkan oleh infeksi pascapartum. Ibu menunjukkan gejala : - Keletihan
  • 4. 4 - Letargi - Kurang nafsu makan - Menggigil - Nyeri perineum atau distres di abdomen bawah - Mual - Muntah 2.1.5 Penyebab ekstragenital demam pascapartum 2.1.5.1 Pembengkakan Payudara Keadaan ini sering menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Sekitar 15 persen wanita pascapartum mengalami demam akibat pembengkakan payudara, biasanya 2 sampai 3 hari setelah melahirkan. Demam jarang melebihi 39oC, dan biasanya tidak melebihi 24 jam. Sebaliknya, demam akibat mastitis bakterialis timbul belakangan, dan biasanya menetap. Keadaan ini berkaitan dengan tanda dan gejala lain infeksi payudara yang menjadi nyata dalam 24 jam. 2.1.5.2 Komplikasi Pernapasan Komplikasi ini umumnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan hampir selalu terjadi pada wanita yang melahirkan melalui sesar. Komplikasi ini jauh lebih jarang terjadi pada wanita yang melahirkan melalui sesar. Komplikasi ini jauh lebih jarang terjadi jika digunakan anestesi epidural atau spinal. Komplikasinya antara lain adalah atelektasis, pneumonia aspirasi, atau kadang-kadang pneumonia bakterialis. Atelektasis sebaikanya dicegah dengan mendorong pasien untuk batuk dan bernapas dalam, biasanya setiap 4 jam selama paling sedikit 24 jam setelah sesar. 2.1.5.3 Pielonefritis Infeksi ginjal akut mungkin sulit dibedakan dari infeksi panggul pascapartum. Pada kasus yang khas, bakteriuria, piuria, nyeri ketok sudut kostovertebra, dan suhu yang melonjak, jelas menunjukkan infeksi ginjal.
  • 5. 5 Pada wanita, tanda awal infeksi ginjal mungkin adalah peningkatan suhu, sedangkan nyeri ketok kostovertebra, mual dan muntah timbul belakangan. 2.1.5.4 Thromboflebitis Thrombosis vena dalam (TVD) atau superfisial di tungkai dapat menyebabkan peningkatan suhu ringan pada wanita nifas. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya tungkai yang membengkak dan nyeri yang biasanya disertai oleh nyeri tekan betis atau kadang-kadang nyeri tekan daerah trigonum femorale. 2.1.6 Penyebab intra demam pascapartum saluran genital 2.1.6.1 Endomiometritis (Endometritis atau Metritis) Infeksi uterus merupakan masalah utama pada wanita yang melahirkan dengan sesar. Sementara endomiometritis setelah persalinan per vaginam terjadi pada sekitar 1 sampai 2 persen wanita, angka setinggi 40 hingga 50 persen pernah dilaporkan setelah sesar. Faktor risiko lain untuk endomiometritis antara lain adalah ruptur membran lama, persalinan, pemeriksaan dalam berulang, pemantauan janin internal, dan korioamnionitis. Faktor-faktor risiko ini menyebabkan dilakukannya pemberian rutin antibiotik profilaksis kepada semua wanita yang menjalani sesar. Patogenesis Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran genital pascapartum tercantum pada tabel di bawah. Aerob Anaerob Lain-lain Streptokokus grup A, B dan D Enterokokus Bakteri gram- negatif : Escherichia coli, Klebsiella, dan Spesies peptokokus Spesies peptostreptokokus Golongan Bactero ides fragilis Spesies Mycopla sma Chlamydia trachomatis Neisseria gonorrhoeae
  • 6. 6 Organisme ini secara normal mengkoloni serviks, vagina, perineum dan saluran cerna. Meskipun virulensinya rendah, namun berbagai bakteri ini menjadi patogenik jika terdapat jaringan yang mengalami devitalisasi dan hematom yang pasti ada dalam persalinan. Infeksi pascapartum bersifat polimikroba (biasanya dua hingga tiga spesies) dan terjadi di tempat insisi atau implantasi plasenta. Manifestasi klinis Biasanya timbul rabas vagina (lokia) yang berbau, banyak, dan bersemu darah. Sering terdapat nyeri tekan abdomen dan parametrium uterus sewaktu pemeriksaan bimanual. Ketajaman pemeriksaan nyeri tekan uterus akibat metritis mungkin tersamar oleh nyeri tekan yang biasanya berkaitan dengan insisi sesar. Penatalaksanaan Pengobatan untuk metritis dilakukan dengan satu atau lebih antibiotik yang memiliki spektrum luas. Untuk kasus-kasus yang ringan sesudah persalinan per vaginam, antibiotik oral sudah cukup untuk mengatasi infeksi tersebut. Meskipun demikian, untuk kasus wanita dengan infeksi yang sedang hingga berat dan juga termasuk wanita yang melahirkan dengan seksio sesaria, diperlukan terapi intravena. Perbaikan segera terjadi dalam waktu 48 hingga 72 jam pada hampir 90% dari wanita yang mendapatkan pengobatan antibiotik. Faktor Predisposisi Pada umumnya, kemungkinan infeksi panggul postpartum yang serius berhubungan dengan lamanya ketuban pecah sebelum melahirkan, frekuensi pemeriksaan serviks, spesies Proteus Staphylococcus aureus Gardnerella vaginalis Spesies klostridium Spesies Fusobakterium Spesies Mobilunc us
  • 7. 7 manipulasi intrauteri untuk melahirkan bayi serta plasenta, dan dengan luas serta banyaknya luka insisi dan laserasi. Umumnya diakui bahwa infeksi puerperalis jauh lebih sering ditemukan di antara wanita yang berasal dari masyarakat dengan status sosioekonomi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pasien-pasien dari kelompok menengah atau atas. Alasan yang tepat untuk perbedaan ini belum jelas namun perlu diselidiki lebih lanjut. Faktor Antepartum Anemia, nutrisi buruk dan hubungan seksual telah lama dianggap sebagai faktor predisposisi timbulnya sepsis puerperalis, meskipun bukti tersebut kebanyakan bersifat tidak langsung. Walaupun tidak ada bukti yang kuat untuk melibatkan semua faktor di atas dalam proses terjadinya infeksi puerperalis, namun anemia dan nutrisi yang buruk harus dicegah atau diperbaiki dengan tepat, dan hubungan seksual pada usia kehamilan mendekati aterm mungkin harus dihindari apalagi bila sudah terjadi ruptur ketuban. Faktor Intrapartum Sedikitnya ada tiga faktor intrapartum yang secara bermakna terlibat dalam proses terjadinya infeksi puerperalis. Ketiga faktor tersebut terdiri dari masuknya bakteri patogen secara iatrogenik ke dalam traktus genitalia atas, trauma yang menimbulkan kematian jaringan, dan perdarahan. Kontaminasi bakteri Traktus genitalia atas yang dalam keadaaan normalnya steril, dapat menjadi tempat bersarangnya kuman melalui dua cara. Pertama, bakteri yang sebelumnya sudah ada dalam pudendum dan di dalam vagina serta serviks dapat terbawa ke dalam kavum uteri selama proses pemeriksaan vagina, pemasangan alat untuk memantau keadaan janin ataupun pada saat dilakukan manipulasi obstetrik operatif. Karena pemeriksaan vagina atau serviks tidak mungkin dilakukan dalam keadaan asepsis mutlak, setiap pemeriksaan servikovaginalis harus dipertimbangkan dengan seksama seraya membandingkan keuntungan yang akan diperoleh terhadap resiko terjadinya
  • 8. 8 kontaminasi bakteri. Karena nasofaring merupakan sumber bakteri luar yang paling sering terbawa masuk ke dalam jalan lahir, maka semua petugas yang bekerja di ruang obstetrik biasanya memakai masker yang menutupi hidung dan mulut mereka. Trauma Laserasi akan menjadi tempat masuk kuman patogen dan jaringan yang mati berfungsi sebagai media perbenihan yang sangat baik. Contoh yang paling nyata adalah proses persalinan dengan seksio sesaria yang sangat meningkatkan frekuensi infeksi puerperalis. Kehilangan Darah Apakah perdarahan itu sendiri mempunyai makna yang penting dalam proses patogenesis infeksi masih belum jelas. Trauma yang menimbulkan perdarahan dan tindakan manipulasi yang berkaitan dengan pengendalian perdarahan bersama-sama perbaikan jaringan yang luka, tentu saja merupakan predisposisi untuk terjadinya infeksi. Hematom yang sering terbentuk dalam keadaan ini segera dan sering terinfeksi, serta memperbesar kemungkinan terjadinya sepsis yang berbahaya. Patologi Setelah kala tiga persalinan selesai, tempat perlekatan plasenta menjadi kasar serta menonjol, berwarna merah gelap dan berukuran sekitar 4 cm. Permukaannya tampak noduler karena sejumlah pembuluh vena biasanya tersumbat oleh trombus. Tempat ini menjadi media perbenihan yang baik sekali bagi pertumbuhan bakteri dan merupakan port d’entry bagi organisme patogen. Pada saat ini juga keseluruhan desidua terutama rentan terhadap invasi bakteri karena lapisan desidua tersebut tebalnya kurang dari 2 cm, dirembesi darah dan kini mempunyai banyak lubang kecil. Karena serviks sering mengalami laserasi dalam persalinan, luka yang terjadi mudah menjadi tempat masuk bakteri sebagaimana halnya dengan luka insisi atau laserasi pada vulva, vagina dan perineum. Akhirnya, luka insisi uterus pada persalinan dengan seksio sesaria merupakan port d’entry yang paling penting.
  • 9. 9 2.2 Infeksi Maternal Infeksi maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi baik secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul karena infeksi maternal tersebut, klasifikasi dari macam – macam penyakit yang ditimbulkan karena infeksi antara lain : a. Penyakit Menular Seksual (PMS) b. Infeksi TORCH c. Human Papiloma Virus d. Infeksi Traktus Genetalia e. Infeksi Pasca Partum f. Infeksi Umum Dari macam – macam penyakit tersebut masih bisa diuraikan dan di klasifikasikan menurut etiologi serta bagian yang diserang oleh virus maupun bakteri 2.2.1 PENYAKIT MENULAR SEKSUAL Definisi Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002). Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis, chancroid, herpes genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan hepatitis B. HIV dan syphilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh (WHO,2009). Epidemiologi Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
  • 10. 10 banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS) (Hakim, 2009; Daili, 2009). Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non gonore (UNG), kondiloma akuminata, herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis, bakterial vaginosis, hepatitis, moluskum kontagiosum, skabies, pedikulosis, dan lain-lain. Sejak tahun 1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat menjangkau penderita asimtomatik (Hakim, 2009; Daili, 2009). Etiologi PMS pada umumnya disebabkan karena adanya penyebaran virus, bakteri, jamur dan protozoa/parasit. Seperti beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus antara lain HIV (Human Immunodeficiency Virus), Genital Herpes, Hepatitis B dan HPV (Human Papilloma Virus). - Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyakit menular seksual yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehinnga tubuh kehilangan kemampuan untuk melawan inveksi. HIV menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh akibat HIV, yang saat ini belum ada obat yang benar‐benar dapat menyembuhkan. Ada beberapa fase perkembangan HIV/AIDS : Pertama, penderita sudah terjangkit inveksi, tetapi ciri‐ciri terinveksi belum terlihat, meskipun penderita melakukan tes darah. Pada fase ini antibodi terhadapHIV belum terbentuk. Biasanya fase ini berlansung sekitar 1‐6 bulan dari waktu penderita terjangkit. Kedua, berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 2‐10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase ini penderita sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit, tetapi sudah dapat menularkan kepada orang lain.
  • 11. 11 Ketiga, sudah muncul gejala‐gejala awal penyakit yang HIV, tetapi belum dapat disebut sebagai gejala AIDS. Pada fase ini penderita mengalami seperti gejala keringat yang berlebihan pada waktu malam hari, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh‐sembuh, nafsu makan berkurang, kekebalan tubuh menurun. Keempat, sudah memasuki fase AIDS, dan baru dapat didiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari Sel‐Tnya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik, yaitu kanker khususnya sariawan, kanker kulit (sarcoma kaposi), infeksi paru‐paru dan kesulitan bernafas, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu‐minggu dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala. - Genital Herpes atau lebih dikenal dengan herpes genitalis (herpes kelamin) adalah PMS yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplek yang ditularkan melalui hubungan seksual baik vaginal, anal atau oral yang menimbulkan luka atau lecet pada bagian kelamin dan mengenai pada bagian langsung pada luka, bintil atau kutil. Virus ini dapat meng hilang sementara waktu, tetapi sesungguhnya tetap tidak dapat sepenuhnya dihilang kan, bahkan obat cydofir (zovirox) saja yang biasa diresepkan untuk penderita genital herpes hanya dapat meringankan gejala‐gejalanya, tetapi tidak benar‐benar menyem buhkan penderita. Walaupun tanpa gejala dan tergantung pada daya tahan tubuh, kalaupun pada awalnya ada rasa seperti terbakar atau gatal pada kelamin diikuti timbulnya bintil‐bintil berisi air di atas kulit dengan warna dasar kemerahan, dalam beberapa hari bintil ini akan pecah dan menimbulkan luka lecet yang terbuka dan sangat nyeri. Pada penderita perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin, dinding liang kemaluan dan kadang‐kadang disekitar anus. Sedang pada penderita Laki‐laki biasanya pada batang atau kepala penis serta disekitar anus. Gejala pada serangan pertama umumnya lebih berat dibandingkan ketika kambuh. Sebelum timbul lecet biasanya diawali dengan keluhan pegal‐pegal pada otot disertai demam (terutama pada serangan pertama), pembengkakan pada kelenjar lipatan paha, nyeri kadang gatal serta kemerahan pada tempat yang terkena. Masa inkubasi
  • 12. 12 1‐26 hari, rata‐rata 6‐7 hari. Masa Inkubasi merupakan rentang waktu sejak masuknya penyakit kedalam tubuh hingga timbulnya penyakit tersebut. - Hepatitis adalah penyakit menular yang menyebabkan peradangan hati dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B merupakan satu‐satunya penyakit menular seksual yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit kuning, kelelahan yang teramat sangat, muntah‐muntah dan demam, dapat ditularkan dengan mudah melalui kontak seksual. Sebagian penderita hepatitis B dapat kembali sehat dengan terapi anti hepatitis, namun sebagian penderita terkadang penyakitnya justru bertambah kronis. - Human Pappiloma Virus (HPV) atau juga dikenal dengan nama genital wart adalah penyakit menular seksual yang banyak ditemukan dengan munculnya kutil genital, kutil kelamin atau disebut candiloma akuminata yang dapat meningkatkan kanker serviks dan penyakit ini sangat mengkhawatirkan di komunitas medis ada kampanye untuk mendorong diadakannya vaksinasi terhadap HPV pada penderita untuk menekan angka penyebaran HPV genital melalui aktivitas seksual. Virus HPV menimbulkan gejala seperti kelainan berupa tonjolan kulit berbentuk jengger ayam yang berwarna seperti kulit, ukurannya bervariasi dan sangat kecil sampai besar sekali. Pada penderita perempuan dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim. Pada penderita laki‐laki dapat mengenai penis dan saluran kencing bagian dalam. Khusus perempuan hamil, kutil dapat tumbuh besar sekali dan baru disadari setelah perempuan melakukan papsmear. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan kanker leher rahim serta kanker penis. Sebagian besarkuman penyakit ini menempel pada kulit, seperti skrotum, maka kondom tidak 100% efektif dalam mencegah penularannya. Bahkan berdasar laporan kesehatan, remaja memiliki persentase tertinggi pada virus ini dibanding kelompok umur lainnya. Ada satu penelitian di Amerika menunjukkan sampai seperempat perempuan muda yang aktif secara seksual terbukti terinveksi kutil kelamin melalui pengujian laboratorium, walaupun
  • 13. 13 bukti kasat mata seperti kutil kelamin dibagian luar lebih sedikit. Sekarang kita bahas tentang PMS yang disebabkan karena penyebaran bakteri antara lain seperti Chlamydia Trachomatis atau disebut Klamidia, Vaginosis Bakterial, Gonore, dan Sifilis. - Chlamydia Trachomatis adalah penyakit menular melalui hubungan seks vaginal, oral atau anal. Apabila tidak terdeteksi melalui diagnosa pada tahap awal dan segera diobati dengan antibiotika, maka klamidia dapat menyebar dengan sangat cepat dan menyebabkan penyakit radang panggul yang menyebabkan kehamilan ektopik (diluar kandungan) dan kemandulan pada laki‐laki. Bakteri ini juga dapat menyerang leher rahim. Gejala pada penderita berupa keluhan adanya keputihan yang disertai nyeri pada saat kencing dan pendarahan setelah melakukan hubungan seksual. Cara penularannya tidak disadari karena kebanyakan penderita yang terinfeksi tidak merasakan gejalanya. Pada infeksi kronis dapat menyebar ke saluaran telur yang mengakibatkan kehamilan ektopik dan kemandulan. Dapat menyebabkan kebutaan atau radang paru‐paru pada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi bakteri ini. Masa inkubasi klamidia adalah 7‐12 hari. Hasil laporan kesehatan menunjukkan bahwa remaja di seluruh dunia adalah proporsi terbesar seluruhnya dalam infeksi klami dia, kurang lebih sepertiga. Termasuk di Haiti dan Nigeria memiliki tingkat klamidia yang tinggi. - Vaginosis Bakterial adalah penyakit menular yang disebabkan adanya infeksi pada alat kelamin yang disebabkan adanya campuran bakteri Gardnella Vaginalis dan bakteri Anaerop. Pada penderita gejalanya berupa keputihan tidak banyak, berwarna abu‐abu, lengket dan berbau amis, biasanya akan tercium jelas setelah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. - Gonore adalah penyakit menular serupa dengan klamidia, ditularkan melalui hubungan seks vaginal, oral atau anal. Penyakit ini juga telah berhasil diobati dengan antibiotika, namun gonore yang tidak segera diobati dapat menyebabkan nyeri
  • 14. 14 panggul, keputihan dan penyakit radang panggul. Pada penderita penyebabnya adanya kuman Neisseria Gonorrhoeae. Pada penderita perempuan terkadang sering tanpa adanya gejala atau gejalanya sulit dilihat, terkadang ada nyeri di bagian perut bawah, kadang disertai keputihan dengan bau yang menyengat, alat kelamin terasa sakit atau gatal, adanya rasa sakit atau panas pada waktu buang air dan pendarahan setelah melakukan hubungan seks. Akan tetapi Gonore (GO) sering datang tanpa keluhan atau gejala apapun pada perempuan. Pada penderita laki‐laki adanya gejala timbul pada waktu satu minggu, rasa sakit pada saat buang air atau ereksi, keluar nanah dari saluran kencing utamanya pada pagi hari. Sering tanpa gejala pada stadium dini. - Sifilis atau dikenal dengan Raja Singa adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Treponema Pallidium. Gejala yang pertama kali muncul adalah rasa sakit di daerah kontak seksual, timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang‐kadang disertai pusing‐pusing dan nyeri tulang seperti flu yang akan menghilang dengan sendirinya tanpa diobati, terjadi bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6‐12 minggu setelah hubungan seks. Selama 2‐3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa‐apa. Setelah 5‐10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, Pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil, penyakit ini dapat menular pada bayi yang dikandungnya yang mengakibatkan kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental. Selanjutnya kita bahas PMS yang disebabkan karena penyebaran jamur yaitu Kandidas Vagina. - Kandidas Vagina adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans. Dalam keadaan normal biasanya jamur ini terdapat pada kulit ataupun lubang kemaluan perempuan. Pada keadaan tertentu seperti penyakit (kencing manis, kehamilan pengobatan steroid, anti biotik) jamur ini dapat meluas dan menimbulkan keputihan. Penyakit ini sebenarnya tidak tergolong PMS, tetapi pasangan seksual perempuan yang terinfeksi jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik‐bintik kemerahan pada kulit kelamin. Gejalanya adalah keputihan yang tidak
  • 15. 15 berbau atau berbau asam, berwarna seperti keju atau susu basi disertai gatal, panas dan kemerahan di kelamin dan sekitarnya. Yang terakhir kita bahas PMS yang disebabkan karena penyebaran protozoa/parasit yaitu Trikomoniasis. - Trikomoniasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Trichomonas Vaginalis. Gejalanya antara lain terjadinya keputihan yang banyak. Kadang‐kadang berbusa dan berwarna kehijauan dengan bau busuk, terjadinya gatal‐gatal di kemaluan, nyeri pada saat berhubungan seks atau saat buang air kecil. Masa inkubasi 3‐28 hari. Infeksi trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang dapat disembuhkan dan yang paling biasa terjadi. Faktor Resiko Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya pengidap Penyakit Menular Seksual (PMS) antara lain : 1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom). 2. Gonta-ganti pasangan seks. 3. Prostitusi. 4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina. 5. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita PMS (Hutagalung, 2002). 6. Saat ini sudah terbuka lebar akses informasi yang membahas seksualitas termasuk gambar‐gambar berkatagori pornografi, media masa, internet yang sudah banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar kalangan remaja secara tidak benar. 7. Adanya nilai ganda masyarakat dalam mensikapi permasalahan pornografi, disatu sisi menentang, menganggap tabu, terlalu fulgar, seronok, jijik dan sebagainya, disisi lain ada sikap apatis, membiarkan bahkan memanfaatkan pornografi sebagai tontonan masyarakat bahkan masuk dalam lingkungan keluarga.
  • 16. 16 8. Nilai‐nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang cenderung disalah gunakan, menghilangkan nilai‐nilai sakral, budaya dan agama, malah cenderung melakukan hal‐hal yang tidak terpuji, permisif (serba boleh) dan cenderung melonggarkan hubungan laki‐laki dan perempuan. 9. Kurangnya pemahaman kalangan remaja terhadap perilaku seks bebas yang pernah dilakukan ditambah kontrol keluarga serta masyarakat yang cenderung menurun. 10. Semakin banyaknya tempat‐tempat hiburan plus, prostitusi, baik yang terlokalisir maupun di tempat/kawasan remang‐remang dan sebagainya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa dirinya merasa tidak akan mungkin terjangkit penyakit apapun, sehingga ada dorongan untuk mencoba hal baru Tanda dan Gejala Pada anak perempuan gejalanya berupa: a. Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan warnanya kekuningan- kuningan, berbau tidak sedap b. Menstruasi atau haid tidak teratur c. Rasa sakit di perut bagian bawah d. Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin Pada anak laki-laki gejalanya berupa: a. Rasa sakit atau panas saat kencing b. Keluarnya darah saat kencing c. Keluarnya nanah dari penis d. Adanya luka pada alat kelamin e. Rasa gatal pada penis atau dubur (Hutagalung, 2002). Penatalaksanaan Menurut WHO(2003), penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasus(case management) ataupun penanganan berdasarkan sindrom (syndrome management). Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan
  • 17. 17 mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom. Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris (Murtiastutik, 2008). Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah: a) Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin (Daili, 2007) b) Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol (Hutapea, 2001) c) Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir (Wells et al, 2003) d) Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin (Wells et al., 2003) e) Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al., 2003). 2.2.2 INFEKSI TORCH Definisi Infeksi TORCH adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin. Empat jenis penyakit infeksi yaitu Toxsoplasmosis, infeksi lain (mis. Hepatitis), virus rubella, citomegalovirus, dan virus herpes simplex
  • 18. 18 Patofisiologi Klasifikasi 1. Toksoplasmosis Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Dari penelitian di jelaskan bahwa untuk penyakit bawaan atau kongenital terjadi akibat infeksi primer selama kehamilan, khususnya selama trimester ketiga. Tidak seperti infeksi kongenital lain yang cenderung untuk terjadi sekitar 8-15 minggu kehamilan yang terjadi ketika masa organogenesis, toksoplasmosis infektivitas terjadi sebaliknya dan bahkan dapat meningkat sesuai usia kehamilan. Toksoplasmosis timbul akibat mengkonsumsi daging mentah atau tidak mencuci tangan sewaktu menyiapkan daging mentah atau terinfeksi kotoran kucing. Parasit ini
  • 19. 19 memiliki kemampuan shedding dalam saluran pencernaan kucing, dan ketika masuk ke tubuh manusia dapat menyebar secara hematogenous ke pembuluh darah uterin akhirnya memasuki plasenta dan menginfeksi janin. Setelah menyerang janin, parasit ini menyerang sel-sel otak dan otot, membentuk kista yang dapat tetap hidup dalam host selama bertahun-tahun. Penyebaranya sendiri diperkirakan Lebih dari 60 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi, tapi sangat sedikit memiliki gejala. Insiden Toksoplasmosis kongenital adalah 1 dalam 1000-8000 di AS  Penyebaran virus: a. Dari telur Toxoplasma yang berada dalam tanah masuk ke tubuh manusia. b. Menelan mentah atau masak daging setengah matang, terutama daging babi, domba atau daging rusa. c. Kontak dengan kotoran kucing yang terinfeksi. d. Plasenta (jika infeksi terjadi selama kehamilan). e. Melalui transplantasi organ atau transfusi akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi. f. Perempuan dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga beresiko untuk reaktivasi infeksi sebelumnya.  Manifestasi Klinis - Sakit Kepala - Lemah - Sulit berpikir jernih - Demam - Mati rasa - Koma - Serangan jantung - Perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih sensitif terhadap cahaya terang, atau kehilangan penglihatan) - Kejang otot, dan sakit kepala parah
  • 20. 20  Efek Maternal - Infeksi akut - Menyerupai influenza - Limfadenopati  Efek pada janin - Jika disertai infeksi akut maternal akan terjadi parasitemia - Kemungkinan untuk terjadi bersama infeksi kronik maternal lebih kecil - Cenderung terjadi abortus bila terdapat infeksi akut pada awal kehamilan  Pemeriksaan dan penatalaksanaan Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemeriksaan imunoglobulin spesifik polymerase chain reaction (PCR). Jika tes ini terbukti negatif akan tetapi kecurigaan klinis akan infeksi ini tinggi maka pengobatan harus tetap dilakukan. Selain itu juga dapat dilakukan tes serum dan ELISA. Pengobatan alternatif untuk taksoplasmosis adalah pyrimethamine ditambah sulfadiazin dan klindamisin(untuk wanita yang alergi terhadap sulfadiazin). 2.2.3 Rubela (campak jerman) Rubela adalah suatu infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet. Demam, ruam dan limfedema ringan biasanya terlihat pada ibu yang terinfeksi. Akibat pada janin lebih serius dan meliputi abortus sepontan, anomali kongenital dan kematian. Sebagian besar wanita usia subur kebal terhadap rubella, baik melalui vaksinasi atau penyakit sebelumnya, namun 2 dar 10 dianggap rentan. Pencegahan infeksi rubela maternal dan efek pada janin adalah fokus utama program imunisasi rubela (ACOG, 1992c). Vaksinasi ibu hamil dikontraindikasikan karena infeksi rubela bisa terjadi setelah vaksin diberikan. Sebagai bagian dari konseling prakonsepsi atau masa nifas, vaksin rubela diberikan kepada ibu yang tidak imun terhadap rubela dan mereka dianjurkan memakai kontrasepsi selama minimal tiga bulan setelah vaksinasi.
  • 21. 21  Efek Maternal: - Ruam, demam, kelenjar limfe di subokspital dapat membengkak, fotofobis - Artritis atau ensefalitis kadang juga terjadi - Abortus sepontan - Risiko sindrom rubella bawaan tertinggi (hingga 90%) saat paparan adalah antara 11 dan 20 minggu kehamilan.  Efek pada janin: - Insiden anomali konginetal: bulan pertama 50%, bulan kedua 25%, bulan ketiga 10%, bulan keempat 4% - Sekitar 25 persen neonatus yang ibunya terkena rubella selama trimester pertama dilahirkan dengan satu atau lebih cacat lahir - kebutaan, katarak, gangguan pendengaran, cacat jantung, retardasi mental, gangguan gerak, dan pengembangan diabetes selama masa kanak-kanak atau lambat. - Pemaparan pada dua bulan pertama: malformasi jantung, mata, telinga, atau otak - Pemaparan setelah bulan keempat: infeksi sistemik, hepatosplenomegali, retardasi pertumbuhan intrauterin, ruam - Pada usia 15 sampai 20 tahun anak bisa mengalami kemunduran intelektual dan perkembangan atau bisa menderita epilepsi - Beberapa bayi yang terinfeksi memiliki masalah kesehatan jangka pendek seperti diare, BBLR, masalah makan, pneumonia, meningitis, anemia, bintik-bintik merah-ungu pada wajah dan tubuh dan pembesaran limpa dan hati.  Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan. Selain itu dapat dengan tes ELISA, HAI, Pasif HA atau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.
  • 22. 22  Penatalaksanaan a. Pada Ibu - Analgesik ringan, istirahat dan dukungan. b. Neonatal - Tidak ada pengobatan khusus untuk pengobatan rubella bawaan. Mata atau cacat jantung dapat dikoreksi atau diperbaiki dengan pembedahan. Pendidikan Kesehatan a. Vaksinasi wanita non-imun sebelum kehamilan adalah pencegahan terbaik. b. Rubella dan MMR (campak, gondok, rubella) vaksin tidak dianjurkan selama kehamilan. Seorang wanita harus menunggu 28 hari setelah vaksinasi untuk hamil (meskipun risiko kehamilan yang tidak disengaja selama ini sangat kecil). Ibu menyusui dapat divaksinasi. c. Wanita hamil yang tidak kebal untuk rubella harus menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi rubella atau gejala rubella. 2.2.4 Cytomegalovirus Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi, infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat. Setiap tahun sekitar 40.000 bayi di AS (1%) terinfeksi. Untungnya, sebagian besar bayi tidak mengalami kematian, tapi sekitar 8.000 bayi per tahun mengalami cacat yang berlangsung dari CMV. Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi primer ini akan menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut: hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice,
  • 23. 23 infiltrasi pulmonal dengan berbagai tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai retardasi psikomotor maupun kehilangan pendengaran.  Klasifikasi CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah: - CMV nefritis( ginjal). - CMV hepatitis( hati). - CMV myocarditis( jantung). - CMV pneumonitis( paru-paru). - CMV retinitis( mata). - CMV gastritis( lambung). - CMV colitis( usus). - CMV encephalitis( otak)  Manifestasi Klinis - Petekia dan ekimosis. - Hepatosplenomegali. - Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung. - Retardasi pertumbuhan intrauterine. - Prematuritas. Ukuran kecil menurut usia kehamilan. - Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar: o Purpura o Hilang pendengaran. o Korioretinitis; buta. o Demam. o Kerusakan otak.
  • 24. 24  Efek Maternal : Penyakit pernafasan atau hubungan seksual yang asimptomatik atau sindrom seperti mononukleosis: dapat memiliki rabas di serviks  Efek pada janin : Kematian janin atau penyakit menyeluruh anemia hemolitik dan ikterik: hidrosefalus atau mikrosefalus, pneumonitis, hepatosplenomegali  Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan ini angat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti- CMV IgG. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pembagian seperti berikut: a. Pada Ibu - ELISA, antibodi fluorescent (FA), fiksasi komplemen (CF), serokonversi hingga + IgM, dan isolasi virus dengan kultur. b. Sebelum melahirkan – efek pada bayi mungkin menunjukkan temuan berikut USG: mikrosefali, hidrosefalus, lesi kistik atau kalsifikasi nekrotik di otak, hati atau plasenta, PJT, oligohidramnion, asites, pleural efusi perikardial atau, hypoechogenic usus dan hidrops. c. Newborn - isolasi virus adalah metode optimal mendokumentasikan infeksi CMV. Spesimen dapat diambil dari urin, nasopharnyx, konjungtiva dan cairan tulang belakang.  Potensi Efek Ibu dan Bayi a. Pada Ibu - Kebanyakan infeksi asimtomatik. b. Neonatal - Infeksi yang paling mungkin terjadi dengan infeksi primer ibu. Perkiraan tingkat infeksi kongenital dari 1%. Dari jumlah tersebut, 10% akan gejala, dimana 25% akan memiliki penyakit fatal dan 90% dari korban akan memiliki serius gejala sisa-IUGR, mikrosefali, kelainan SSP, hidrosefalus, kalsifikasi periventrikular, ketulian, kebutaan, dan keterbelakangan mental. Sebagian kecil bayi yang baru lahir tanpa gejala.
  • 25. 25  Penatalaksanaan a. Pada Ibu - mengobati gejala b. Neonatal - ada pengobatan yang memuaskan tersedia. Bayi yang tertular harus diisolasi. Pendidikan Kesehatan a. Perempuan dapat mengurangi risiko CMV dengan mempraktekkan kewaspadaan universal dan hati-hati mencuci tangan, terutama setelah kontak dengan air liur, urin, feses, darah dan lendir. b. Hindari berbagi gelas atau peralatan makan dengan penderita CMV. c. Tes sebelum kehamilan untuk menentukan apakah mereka memiliki CMV. 2.2.5 Virus Herpes Simpleks Herpes disebabkan oleh virus herpes simpleks, yang mirip dengan virus yang menyebabkan cacar air dan herpes zoster. Setelah infeksi awal, herpes simplex virus dapat bersembunyi dalam sel saraf dan kemudian memulai serangan baru. Ada 2 jenis utama virus herpes simpleks (HSV): tipe I, yang biasanya dikaitkan dengan luka dingin di sekitar mulut, dan tipe 2, yang biasanya dikaitkan dengan luka genital. Namun, jenis dapat menginfeksi baik mulut atau alat kelamin dan keduanya dapat diteruskan kepada bayi yang baru lahir. Sekitar 45 juta orang Amerika memiliki herpes genital dengan sekitar 1.000 infeksi baru lahir terjadi setiap tahun.  Klasifikasi - Virus herpes simpleks tipe 1 (HSA-1) merupakan infeksi yang paling banyak ditemukan pada masa kanak-kanak. Virus ini ditransmisikan kontak dengan sekresi oral dan menyebabkan cold sores(lepuhan-lepuhan kecil) pada mulut atau wajah, namun terkadang dapat menyebabkan kelainan kelamin juga, terutama jika seseorang melakukan hubungan seks secara oral dengan orang yang terinfeksi. - Virus herpes simpleks tipe 2 (HSA-2) biasanya terjadi setelah masa puber seiring aktivitas seksual yang meningkat. HSV-2 ditransmisikan terutama melalui kontak
  • 26. 26 dengan sekresi genetalia. HSV-2 menyebabkan kelainan di area kelamin menyebabkan herpes kelamin.  Manifestasi klinik a. Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis. b. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 – 3 hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri. Bayi dengan kongenital tertular infeksi HSV biasanya akan terjadi gejala pada 6 minggu setelah kelahiran. Gejala awal mungkin samar-samar dan termasuk lesu, vesikel kulit, demam, dan kejang. Mungkin tidak ada tanda-tanda sama sekali. Sangat penting untuk memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi, karena ada riwayat ibu yang diketahui memiliki infeksi herpes hanya 12,5% bayi yang didiagnosis dengan HSV kongenital. manifestasi herpes neonatal dapat diklasifikasikan dalam tiga cara: yang pertama kulit, mata, dan keterlibatan mukosa (Penyakit SEM); yang kedua Penyakit SSP, dan yang ketiga adalah penyakit yang disebarluaskan dengan keterlibatan beberapa organ. Namun, kategori-kategori ini tidak terpisah satu sama lain dan bayi dapat memiliki tanda-tanda dari lebih dari satu. Bayi yang didiagnosis Penyakit SEM juga mungkin memiliki okultisme SSP infeksi.  Dampak pada kehamilan dan persalinan a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin apabila ketuban pecah. c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir. d. Wanita dengan infeksi primer selama kehamilan akan meningkatan risiko untuk PTD dan BBLR bayi. e. Bayi dari ibu dengan infeksi primer yang terjadi selama kehamilan berada pada risiko terbesar. Potensi gejala sisa meliputi: kulit, mulut atau mata lesi dengan potensi kerusakan permanen pada saraf atau mata. HSV pada bayi baru lahir sering dapat
  • 27. 27 menyebar ke otak dan organ internal lainnya (perkiraan kematian 50%). Sekitar 50% dari korban mengalami keterbelakangan mental, cerebral palsy, kejang, buta atau tuli.  Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.Seorang bayi dianggap terinfeksi herpes jika salah satu tes berikut positif: serum HSV IgM, HSV PCR dari CSF, atau memiliki HSV setelah dilakukan culture lesi atau lainnya di permukaan mukosa. Karena tinggi sensitivitas (berkisar 75% sampai 100%), HSV PCR adalah ujian pilihan untuk evaluasi CSF. Hal ini penting untuk dicatat bahwa PCR CSF mungkin negatif 5 hari pertama sakit. Jika HSV tetap diduga kuat, meskipun hasil negatif awal, CSF PCR harus diulang. Untuk Penyakit SEM, culture HSV dari kulit yang atau lesi mukosa adalah uji pilihan. Baik PCR maupun culture darah memiliki sensitivitas sangat tinggi. HSV serologi mungkin berguna; antibodi IgG Ibu HSV juga dapat hadir dalam bayi.  Penatalaksanaan a. Wanita dengan gejala prodromal atau lesi aktif (masih dalam blister atau ulkus tahap) akan diberi konseling untuk memiliki kelahiran sesar. Perlindungan terbesar bagi janin jika ini dilakukan sebelum ROM lebih dari 4 jam. b. Obat anti-virus dapat memperpendek durasi serangan herpes, meringankan gejala dan mengurangi jumlah serangan. Acyclovir oral kadang-kadang digunakan pada akhir kehamilan untuk mengurangi kebutuhan untuk kelahiran sesar. c. Bayi baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari
  • 28. 28 Pendidikan kesehatan  Mendorong wanita dengan riwayat herpes genital untuk menghindari "pemicu" (panas, gesekan, hubungan, kacang, coklat, demam atau stress), terutama selama bagian akhir dari kehamilan.  Merekomendasikan kondom atau merekomendasikan untuk tidak hamil pada wanita hamil tanpa HSV yang memiliki pasangan dengan HSV.  Mengajari mencuci tangan yang benar untuk mencegah penyebaran HSV kepada orang lain atau ke bagian lain dari tubuh.  Orang dengan lesi aktif harus menghindari mencium orang lain, terutama bayi baru lahir.  Mendidik perempuan tentang pentingnya pelaporan gejala prodromal atau lesi ke penyedia layanan kesehatan.
  • 29. 29 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi setelah abortus atau persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina (eksogenus). Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis. Infeksi maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi baik secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul karena infeksi maternal tersebut, klasifikasi dari macam – macam penyakit yang ditimbulkan karena infeksi antara lain :  Penyakit Menular Seksual (PMS)  Infeksi TORCH  Human Papiloma Virus  Infeksi Traktus Genetalia  Infeksi Pasca Partum  Infeksi Umum
  • 30. 30 DAFTAR PUSTAKA Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi dan keluarga Ed. 18 Vol.1 Jakarta : EGC Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi dan keluarga Ed. 18 Vol.2. Jakarta : EGC Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi dan keluarga Ed. 18 Vol.3. Jakarta : EGC