Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan proses ganti kulit pada udang air tawar dan pengaturan hormonal reproduksi pada udang. Organ-organ kunci yang terlibat dalam pengaturan hormonal meliputi eyestalk, otak, dan hati. Hormon-hormon seperti GIH dan MIH memainkan peran penting dalam mengontrol proses molting dan kematangan gonad.
1. KONTROL HORMON
REPRODUKSI PADA UDANG
Wiwin kusuma atmaja putra, s.pI, m.si
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2. Menurut Bachtiar (2007), lobster air tawar memiliki bagian-bagian tubuh seperti
berikut:
1. Sepasang antena di bagian depan kepala yang berfungsi
sebagai alat peraba, perasa, dan pencium lingkungan sekitar. Alat ini juga membantu
lobster mencari mangsanya.
2. Sepasang capit (celiped) yang panjang dan lebar.
3. Ekor tengah (telson) 1 buah, yang dilengkapi dengan duri-duri halus yang
menyebar di sepanjang ujungnya.
4. Ekor samping 2 pasang.
5. Kaki renang (pleopod) 5 pasang terletak di tubuh bagian bawah dekat ekor yang
berfungsi sebagai alat berenang.
6. Kaki jalan (wallung legs) 4 pasang terletak disamping kiri dan kanan tubuhnya.
5. • Pada udang penaeus mating (perkawinan) terjadi pada
waktu udang sedang molting dan udang betina belum
berkembang ovarinya, sehingga sperma yang dikeluarkan
disimpan pada telikum.
• Tetapi pada udang vaname, mating terjadi setelah udang
betina matang ovarinya yang terlihat berwarna orange
dan mengeluarkan feromone. Dengan feromone inilah
udang jantan terangsang untuk mendekati betina dan
mating serta sperma yang dikeluarkan /ditempelkan pada
telikum bagian luar, sehingga 1 – 2 jam kemudian udang
betina akan segera mengeluarkan telur dan terjadi
pembuahan (Wyban and Sweeney, 1991).
6. Moulting udang
• Molting adalah proses pergantian cangkang pada udang (crustacea) dan terjadi ketika
ukuran daging udang bertambah besar sementara eksoskeleton tidak bertambah besar
karena eksoskeleton bersifat kaku, sehingga untuk menyesuaikan keadaan ini udang akan
melepaskan eksoskeleton lama dan membentuk kembali dengan bantuan kalsium.
Semakin baik pertumbuhannya semakin sering udang berganti cangkang. Inilah yang
kemudian dikenal sebagai pertumbuhan
7. Penjelasan secara sederhana mengenai ganti kulit pada udang
mengikuti alur proses sebagai berikut:
• Mobilisasi dan akumulasi cadangan material metabolik, seperti
Ca, P dan bahan organik ke dalam hepatopankreas selama akhir
periode antar ganti kulit (intermolt akhir).
• Pembentukan kulit baru diiringi dengan resorpsi material organik
dan anorganik dari kulit lama selama periode persiapan (awal)
ganti kulit (premolt).
• Pelepasan kulit lama pada saat ganti kulit dan diikuti dengan
absorpsi air dari media eksternal dalam jumlah besar (molt).
• Pembentukan dan pengerasan kulit baru dari cadangan material
organik dan anorganik yang berasal dari hemolimfee (darah) dan
hepatopankreas (sebagian kecil berasal dari media eksternal),
yang terjadi pada periode setelah ganti kulit (postmolt).
• Pertumbuhan jaringan somatik selama periode setelah ganti kulit
dan awal antar ganti kulit, fase dimana udang akan mengalami
homeostasis kalsium yakni proses yang bertujuan untuk
menyeimbangkan kandungan ion kalsium tubuh dengan ion
kalsium diperairan (intermolt awal).
8. Mekanisme kontrol hormon reproduksi
Organ pengontrol
hormon pada udang:
1. Eyetalks: ada X
organ
GIH (Gonadotropin Inhibiting Hormone)
2. Brain
GSH (Growth Stimulating Hormone)
3. Sel Telur (estradiol dan
testosteron)
4. Hati (vitelogenin)
9.
10.
11. • Hormon hiperglikemik Crustacean (CHH) . CHH terutama
terlibat dalam regulasi gula darah , tetapi juga berperan dalam
pengendalian molting dan reproduksi .
• Molt Inhibiting hormone (MIH). MIH menghambat Y - organ di
mana hormon molting ( ekdisteroid ) disekresikan . Sebuah
siklus molting dimulai ketika sekresi MIH berkurang atau
berhenti .
• Gonadotropin Inhibiting hormone (GIH), juga dikenal sebagai
vitelogenesis Inhibiting hormone ( VIH ) karena perannya
dalam menghambat vitelogenesis pada udang betina .
• Mandibula Organ – Inhibiting hormone ( MOIH ) . MOIH
merepresi sintesis metil farnesoate , prekursor serangga
remaja hormon III di organ mandibula .
12.
13. X – Organ Organ penghambat
kematangan telur dan sperma.
Y – Organ Organ penghasil G S H.
16. Faktor
penghambat
Moulting udang
• Faktor eksternal diantaranya;
adanya nutrisi, photoperiod
dan temperatur
• faktor internal terkait dengan
produksi hormon ekdisteroid
dan Molt Inhibiting Hormon
(MIH).
Internal
eksternal
17. • Pelepasan hormone ekdisteroid oleh organ-Y yang bervariasi
berdasarkan stadium yang dilaluinya dalam siklus ganti kulit
dan juga tergantung pada kadar hormon ekdisteroid yang
terdapat dalam hemolim.
• Pengaturan kadar hormon ekdisteroid hemolim dapat
dipengaruhi melalui beberapa lintasan. Penelitian terhadap
organ-Y dengan cara in vitro memperlihatkan bahwa ekstrak
tangkai mata dapat memperlambat atau menghentikan
pelepasan hormone ekdisteroid. Berdasarkan sistem
pengaturan kadar hormon ekdisteroid hemolim tersebut diatas
dan hubungannya dengan MIH. Model sistem pengaturan
neuroendokrin yang pernah diketahui adalah interaksi antara
organ-X – kelenjar sinus dan organ-Y. Faktor lingkungan
termasuk di dalamnya stres akan mengaktifkan neuron
serotonergik tangkai mata yang merangsang kompleks sel-sel
neurosekretori organ-X (XO) – kelenjar sinus (SG) untuk
melepaskan MIH. MIH dalam hemolim berikatan dengan
permukaan reseptor sel organ-Y yang menyebabkan adenilat
siklase (AC) aktif dan mengubah ATP menjadi cAMP (siklik
AMP). Produksi hormon ekdison dari kolestrol akan ditekan
oleh cAMP. Pengaruh yang berlawanan ditimbulkan oleh
kalsium (Ca) yang berikatan dengan kamodulin akan
mengaktifkan enzim cAMP-fosfodiesterase membentuk 5 AMP,
sehingga produksi ekdison dapat ditingkatkan kembali.
Kenaikan kadar kalsium hemolim pada awal ganti kulit dan
akan turun kembali pada saat ganti kulit, keadaan ini
berhubungan dengan perubahan ekdisteroid hemolim.