1. 1
Problematika Bahasa Arab
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN BAHASA ARAB MELALUI DARING
PADA KELAS R-002 PENDIDIKAN BAHASA ARAB UNIVERSITAS
JAMBI
Oleh: Sintia Meilinda, Winda Rosyidah, Nadia Ramayanti
Universitas Jambi
Abstrak :
Pendidikan sebagaimana artinya yang mengacu pada pembelajaran,
pengetahuan, ketrampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,
pelatihan atau penelitian. Ialah suatu komunikasi verbal antar individu satu
ke individu lainnya dengan langsung bertatap muka. Kegiatan belajar dan
mengajar yang semula berlangsung secara tatap muka, kini berganti
menjadi virtual. Buntutnya, pelajar dan mahasiswa kehilangan kesempatan
untuk mengeyam pendidikan yang berkualitas. Sebab, kegiatan belajar dan
mengajar yang berganti ruang menjadi virtual rupanya sangat tidak efektif
dan membikin akses untuk menempuh pengetahuan menjadi terhambat.
Keywords : Problematika, Bahasa Arab, Daring, Pembelajaran
2. 2
Problematika Bahasa Arab
A. PENDAHULUAN
Menurut Hidayat (2012) “Bahasa adalah alat komunikasi yang paling penting
dalam berinteraksi dengan siapapun di dunia ini, banyak sekali bahasa yang
tercipta, semua itu untuk mempermudah dalam berkomunikasi dengan yang
lainnya. Bahasa juga merupakan alat komunikasi yang utama, kreatif, dan cepat
bagi manusia untuk menyampaikan ide, pikiran dan perasaannya. Bahasa tidak
mungkin terpisahkan dari kehidupan manusia, karena manusialah yang
menggunakan bahasa itu sendiri untuk berinteraksi.”
Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling banyak menyandang atribut. Selain
merupakan bahasa kitab suci al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad Saw., selain
itu, bahasa Arab merupakan bahasa agama dan umat Islam, bahasa resmi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menurut Zulifan (2018) “Bahasa Arab
merupakan bahasa dengan struktur gramatika yang paling detil dan akurat
menggambarkan sebuah kondisi,paling luas kosakatanya, dan paling mampu untuk
memverbalkan ide dan perasaan manusia. Jadi Bahasa Arab adalah bahasa yang
paling akurat dalam menyampaikan ide dengan kosakatanya yang sangat banyak
dan luas.”
menurut Andriani (2015) “Bahasa Arab selain sebagai bahasa lisan, ia juga bahasa
tulisan. Bahasa tulisan inilah yang telah membangun tradisi ilmiah di kalangan
umat islam. Secara historis dapat dibuktikan melalui karya-karya fenomental
ulama-ulama di berbagai bidang; di bidang tafsir, hadits, fiqih, aqidah dan di
bidang ilmu-ilmu keislaman yang lainnya, tertulis dalam bahasa Arab. Karena
sumber-sumber asli ajaran Islam dan ilmu- ilmu keislaman tertulis dalam bahasa
Arab, maka sangatlah penting bagi umat islam terutama kalangan ilmuan atau
akademisi muslim untuk mempelajari dan memahami serta menguasai bahasa Arab
dalam pengembangan pendidikan Islam”.
Menurut Alfaini et al (2021) “Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat
istimewa karena ditakdirkan sebagai bahasa Al-Qur’an. Selain itu, bahasa Arab
memiliki ciri-ciri khusus yang tidak terdapat pada bahasa-bahasa lainnya.
Karakteristik bahasa Arab antara lain memiliki gaya bahasa yang sangat beragam,
bahasa yang sangat kaya makna majazi, dapat diekspresikan secara lisan maupun
tulisan, memiliki sistem bunyi dan sistem tulisan yang khas, memiliki struktur kata
yang dapat dirubah serta memiliki sistem i’rab.”
Menurut Rachmawati dkk (2021) karakteristik yang dimiliki bahasa Arab adalah
termasuk yang unik dan universal. Diartikan unik karena bahasa Arab memiliki ciri
khas, membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan makna universal berarti
adanya kesamaan nilai antara bahasa Arab dengan bahasa lainnya. Karakteristik
universalitas bahasa Arab antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan atau pun tulisan, Hal ini
dimaksudkan agar penyampain pesan lebih cepat dipahami maknanya oleh
masyarakat sasaran.
2.Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam yaitu: ragam social, ragam
geografis, dan ragam idiolek.
Adapun Problematika dalam mempelajari bahasa Arab terdiri dari faktor linguistik
(tata bunyi, kosakata, kalimat, dan tulisan) dan faktor nonlinguistik (sosialbudaya
dan sosio-kultural). Selama pandemi Covid-19 terdapat hal yang berbeda dari
3. 3
Problematika Bahasa Arab
sebelumnya pembelajaran tatap muka kini berubah menjadi pembelajaran daring,
sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) bahwa proses
belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan belajar dari rumah melalui
pembelajaran daring atau jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh
capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan, belajar dari rumah
dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi
Covid19, aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi antar
siswa sesuai minat dan kondisi masing-masing.
Dari surat edaran tersebut, dapat dipahami bahwa pembelajaran selama pandemi
memiliki tantangan bagaimana mahasiswa tetap dapat memahami materi yang
disampaikan oleh pendidik meskipun pembelajaran berlangsung secara daring
(dalam jaringan). Pembelajaran bahasa Arab selama pandemi tentu mengalami
hambatan maka perlu inovasi pembelajaran dalam hal strategi, model, maupun
media yang digunakan.
Problematikan pembelajaran bahasa Arab berbasis daring (dalam jaringan) ini
antara lain : a) ketimpangan teknologi, b) kurangnya komunikasi antara pendidik
dan mahasiswa, c) mahasiswa harus beradaptasi dengan perubahan yang
mendorong mahasiswa untuk kreatif dalam memanfaatkan internet. Model
pembelajaran berbasis web (online) menjadi sistem pembelajaran yang penting
selama pandemi Covid-19.
Mengenai pembelajaran bahasa Arab secara daring terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain: Apakah mahasiswa paham terhadap materi pembelajaran
bahasa Arab yang disampaikan oleh pendidik secara daring? Apakah media
pembelajaran yang digunakan selama pandemi sudah sesuai? Apakah pendidik
perlu mendesain pembelajaran yang menarik selama daring?
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab problematika mahasiswa dalam
menghadapi pembelajaran bahasa Arab melalui daring (dalam jaringan). Dalam
pembelajaran online, mahasiswa perlu memiliki perangkat media yang memadai
dan dapat menggunakannya dengan baik.
4. 4
Problematika Bahasa Arab
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut
Arikunto (1993) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan apa adanya tentang sesuatu atau keadaan. Adapun teknik
yang digunakan adalah teknik kuesioner. Menurut Sugiyono, (2010) teknik
kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 4 april - 8 april
2022 dengan jumlah responden sebanyak 17 mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab R-002 Universitas Jambi. Data diperoleh melalui
pengisian pertanyaan-pertanyaan yang dibagikan kepada seluruh responden
dalam bentuk google form. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis
untuk dideskripsikan.
Unsur yang terdapat dalam daftar kuesioner terdiri atas beberapa pertanyaan
yaitu informasi asal Prodi/Jurusan, (1) Latar belakang pendidikan
mahasiswa; 2) Apakah dilaksanakan pembelajaran bahasa Arab secara
daring; (3) Apakah pembelajaran bahasa Arab dilaksanakan sesuai jadwal
perkuliahan yang sudah ditetapkan oleh fakultas; (4) Apakah materi bahasa
Arab sesuai dengan Capaian Pembelajaran; (5) Apakah dalam pembelajaran
bahasa Arab menggunakan Bahan ajar atau modul; (6) Media apakah yang
digunakan untuk proses pembelajaran bahasa Arab secara daring; (7)
Apakah Anda terbiasa dengan pembelajaran daring; (8) Problematika apa
yang Anda hadapi dalam pembelajaran bahasa Arab secara daring; (9)
Apakah harapan Anda terhadap pembelajaran bahasa Arab secara daring
sebagai solusi untuk menyelesaikan problematika dan hambatan yang
disebutkan sebelumnya.
5. 5
Problematika Bahasa Arab
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Problematika linguistik
Problematika atau masalah adalah segala hal yang menuntut untuk dicari
jawabannya atau diatasi keberadaannya. Masalah itu beragam, bisa
berwujud kesulitan, rintangan, kesenjangan atau keraguan. Masalah adalah
ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Dalam hal ini yang akan
dibahas adalah problem linguistik (Ilmu Bahasa) dan Problem Non
Linguistik.1
Problematika linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
dalam proses pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik bahasa Arab
itu sendiri sebagai bahasa Asing. Problema yang datang dari pengajar adalah
kurangnya profesionalisme dalam mengajar dan keterbatasannya komponen-
komponen yang akan terlaksannya proses pembelajaran bahasa Arab baik
dari segi tujuan, bahan pelajaran (materi), kegiatan belajar mengajar,
metode, alat, sumber pelajaran, dan alat evaluasi.2
Sedangkan problematika yang muncul dari siswa dalam belajar bahasa Arab
adalah pengalaman dasar latarbelakang sekolah, penguasaan mufradhat
(pembendaharaan kata), dan akibat faktor lingkungan keluarga akibatnya
mereka mengalami kesulitan untuk memahami bacaan-bacaan serta tidak
mampu menguasai bahasa Arab secara utuh baik dalam gramatika maupun
komunikasinya.
Problematika linguistik itu diantaranya:
1. Tata bunyi/Phonetik
Tata bunyi/phonetik dalam bahasa Arab ini memiliki sifat yang berbeda dan
bermacam dalam cara pengucapannya, masing-masing mempunyai
kareteristik tersendiri seperti tata bunyi huruf halqiyah/tenggorokan, sifat
tata bunyi antara dua mulut, tata bunyi ke hidung, tata bunyi huruf yang
berdekatan dalam cara pengucapannya. Susah dalam pengucapannya. Dan
termasuk problematika Tata bunyi ini diantaranya: bahwa beberapa fonem
Indonesis tidak ada padanannya dalam bahasa Arab, seperti bunyi P, G, dan
NG, sehingga bunyi P diucapkan orang Arab dengan bunyi B, seperti kata
Jepang menjadi Yaban, Spanyol menjadi Asbania, Kampar menjadi
Kambar, bunyi G menjadi Ghin atau Jim, seperti kata Garut menjadi huruf
nun dan jim atau nun dan ghin, seperti kata Inggris menjadi Jarut, bunyi NG
diucapkan dengan dan seterusnya.
Sebenarnya pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung
berabad-abad lamanya, akan tetapi aspek tata bunyi sebagai dasar untuk
mencapai kemahiran menyimak dan berbicara kurang mendapat perhatian.
Hal ini disebabkan karena pertama, tujuan pembelajaran bahasa Arab hanya
diarahkan agar pelajar mampu memahami bahasa tulisan yang terdapat
1
Muljanto Sumardi, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi/ IAIN (Jakarta: Proyek
Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, 1974), h. 129.
2
Jamaluddin, Problematika Pembelajmaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa, 2003),
hlm. 38.
6. 6
Problematika Bahasa Arab
dalam buku-buku berbahasa Arab. Kedua, pengertian hakekat bahasa lebih
banyak didasarkan atas dasar metode gramatika-terjamahan. Dengan
sendirinya gambaran dan pengertian bahasa atas metode ini tidak lengkap
dan utuh, karena mengandung tekanan bahwa bahasa itu pada dasarnya
adalah ujaran. Memang perlu diketahui bahwa diberbagai pesantren, masjid,
bahkan di rumah-rumah dalam rangka mengajarkan al-Qur’an telah
diajarkan tata bunyi bahasa yang disebut makharijul huruf dalam ilmu
tajwid.
Akan tetapi ilmu tersebut menitik beratkan perhatian hanya untuk
kepentingan kemahiran membaca al-Qur’an, bukan untuk tujuan membina
dan mengembangkan kemahiran menggunakan bahasa Arab. Jadi selama ini
tata bunyi kurang diperhatikan dalam mempelajari bahasa Arab. Akibatnya
seorang yang sudah lama mempelajari bahasa Arab masih juga kurang baik
dalam pengucapan kata-kata atau kurang cepat memahami kata-kata yang
diucapkan orang lain. Akibatnya selanjutnya masih terdapat kesalahan
menulis ketika pelajaran didiktekan baik pelajaran bahasa Arab atau
pelajaran-pelajaran lain yang bersangkut paut dengan bahasa Arab.
2. Kosa Kata
Faktor menguntungkan bagi para pelajar bahasa Arab dan bagi guru bahasa
Arab di Indonesia adalah segi kosa kata atau perbendaharaan kata karena
sudah banyak sekali kata Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia atau
bahasa daerah. Namun demikian, perpindahan kata-kata dari bahasa asing
ke dalam bahasa siswa dapat menimbulkan persoalan-persoalan sebagai
berikut:
a. Pergeseran arti, seperti kata masyarakat yang berasal dari kata
musyarakah, dalam bahasa Arab arti masyarakat yaitu keikutsertaan,
partisipasi, kebersamaan, diartikan dengan, begitu juga dengan kata dewan
yang berasal dari kata dawan dan seterusnya.
b. Lafadznya berubah dari bunyi aslinya, seperti berkat dari kata khabar dan
seterusnya.
c. Lafadznya tetap tetapi artinya berubah, seperti kata kalimah yang berarti
susunan kata-kata yang bisa memberikan pengertian, sedangkan arti bahasa
Arab adalah kata-kata.3
3. Tulisan
Adapun problematika dalam tulisan diantaranya:
a. Sistem penulisan Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, dimana,
kemampuannya tidak dimiliki oleh kebanyakan orang, dibanding dengan
sistem penulisan latin.
b. Satu huruf memiliki banyak bentuk yang berbeda tergantung letak huruf
itu sendiri dalam kata, ada yang diawal, ditengah, dan diakhir kata.
Tentunya berbeda dalam penulisannya, ditambah lagi dengan ragam
tulisannya, ada yang harus disambung dan dipisah.
c. Huruf-huruf yang berdekatan dan menyerupai.
d. Tidak ada kesesuaian antara tulisan dan pengucapannya. Ada sebagian
yang ditulis tetapi tidak diucapkan. Seperti: Alif sesudah waw jama’ah atau
sebaliknya, diucapkan tetapi tidak ditulis.
3
Acep Hermawan, Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), hlm.
10
7. 7
Problematika Bahasa Arab
e. Letak Penulisan Hamzah yang bermacam-macam. Ada yang terletak
diawal kalimat, ditengah, dan diakhir kalimat atau ditulis pada alif, pada ya,
pada waw atau ditulis secara tersendiri.
f. Penulisan Alif al-Maqsurah, perbedaannya dengan ya. Khususnya, ketika
ya ditulis tanpa titik.
Problem dalam tulisan ini, disebabkan karena tulisan Arab berbeda sama
sekali dengan bahasa (tulisanlatin). Oleh karena itu, tidak mengherankan
meskipun sudah duduk di perguruan tinggi, masih ada juga yang membuat
kesalahan dalam menulis Arab baik mengenai pelajaran bahasa maupun
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits, baik pada buku catatan ataupun dalam
karangan-karangan ilmiah.
4. Morfologi
Morfologi adalah studi tentang pola suatu kata yang terdiri dari beberapa
perubahan shighat/bentuk kata, menurut sistem yang ada pada morfologi
tersebut. Beberapa hal penting Problematika Morfologi ini diantaranya:
a. Banyaknya bab dan topik sharf, dimana setiap bab dan topik itu mempunyai
kaidah-kaidah tertentu yang terkadang menyita waktu dan menyulitkan.
b. Integrasi antara bab sharf dan Nahwu, karena terdapat hubungan antara
keduanya al-Astrabadi mengemukakan: “Ketahuilah bahwa Tashrif adalah
bagian dari Nahwu”. Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa tidak ada
batasan jelas antara bab sharf dan bab nahwu, kajian sharf terkadang masuk
pada kajian Nahwu, dan begitu sebaliknya,seperti fiil-fiil yang menashabkan
2 maf’ul masuk dalam objek kajian Nahwu, sedangkan disisi lain masuk
dalam objek kajian Sharf. hal ini menimbulkan keraguan dan kebingungan
bagi yang mempelajarinya.
c. Gabungan Sima’ dan Qiyas pada sebagian bab sharf, seperti: satu fiil
mempunyai 2 masdar.
d. Kesulitan dalam tata bunyi/phonetik, berpengaruh kepada kesulitan
memahami morfologi/sharf.
5. Sintaksis/Gramatikal
Ketika Sharf memperhatikan perubahan pola kalimat, maka nahwu sangat
memperhatikan hubungan antara unsur-unsur jumlah seperti hubungannya
dengan tekhnik Tarakib sesudah memahami tata bunyi dengan baik, tidak
mungkin bisa memahami sebuah kata, apabila tdak memahami tata bunyi
sebelumnya, yang pada akhirnya akan memahami sebuah pola kalimat.
Problematika sintaksisi ini tidak seberat problematia morfologi.
Beberapa Problematika sintaksis, diantaranya:
a. Perbedaan pola jumlah dalam bahasa Arab dari pola jumlah yang
dipelajari peserta didik dalam pembelajaran bahasa asing lainnya.
b. I’rab atau ciri-ciri i’rab yang tidak ditemui dalam bahasa-bahasa asing
lainnya, Memberikan kesan sulit dalam memahami bahasa Arab.
c. Perbedaan susunan kalimat dengan bahasa lainnya
6. Semantik
Beberapa problema semantik diantaranya:
a. Makna kalimat yang bermacam-macam dengan dilalah yang beraneka
ragam.
b. Banyaknya kata-kata Arab memiliki kelebihan-kelebihan makna dan
karakteristik tertentu.
8. 8
Problematika Bahasa Arab
c. Dilalah suatu kalimat berkaitan dengan morfologi dan sintaksis.4
B. Problematika Non Linguistik
Berkaitan dengan problematika linguistik, karena perbedaan sosio-kultural
antara bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, terdapat perbedaan-perbedaan,
ungkapan-ungkapan, Istilah-istilah, dan nama benda. Problematika yang
kemudian timbul adalah ungkapan-ungkapan, istilah-istilah dan nama benda
yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dan tidak mudah dipahami
pengertiannya oleh pelajar bahasa Arab di Indonesia, yang belum mengenal
sedikitpun sosio kultural bangsa Arab.5
Adapun yang termasuk Problem Non Linguistik yaitu:
1) Guru
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-
mengajar.6
Dengan memperhatikan kebutuhan siswa akan hal ini dapat
menumbuhkan minat atau motivasi anak didik dalam mencapai tujuan
belajarnya.
2) Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah Media Pembelajaran, Buku,
dan alat-alat yang menunjang dalam pembelajaran seperti LCD Proyektor
dan lain-lain.
Untuk mengatasi problematika ini perlu diusahakan penyusunan materi
pelajaran bahasa Arab yang mengandung hal-hal yang dapat memberikan
gambaran sekitar sosio-kulturil bangsa Arab. Tentu saja, materi tersebut
harus berhubungan dengan praktek penggunaan bahasa Arab. Persoalan ini
dianggap sangat penting, karena bagaimanapun wawasan dan pengetahuan
sekitar sosio-kultural jazirah Arab akan dapat mempercepat pemahaman
pelajar bahasa Arab tentang makna dan pengertian berbagai ungkapan,
istilah dan nama benda yang kas bagi bahasa Arab, secara umum, istilah
tersebut tidak memiliki persamaan dalam bahasa Indonesia, namun apabila
telah mengenalnya akan bias menempatkan dalam situasi yang tepat.7
D. Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring sederhananya dapat diartikan sebagai sebuah sistem
kegiatan pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui tatap muka secara
langsung melainkan melalui jaringan internet. Kusumawardani menyebut
pembelajaran daring sebagai bagian dari E-Learning atau pembelajaran
elektronik. E-Learning menurutnya merujuk pada sebuah proses
pembelajaran yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) sebagai mediumnya. E-Learning merupakan hasil integrasi yang
4
Noor Amiruddin, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal Pendidikan, November 2017,
hlm.8.
5
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2011), hlm. 70.
6
Sardiman, Interaksi Motivasi dan Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Ghafindo Persada, 2012), hlm.
125.
7
Ahmad Izzan, Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), hlm. 63.
9. 9
Problematika Bahasa Arab
sistematis atas komponen-komponen pembelajaran yang tetap
memperhatikan mutu, sumber belajar, serta berciri khas adanya interaksi
pembelajaran (engagement) lintas waktu juga ruang.
Daring sendiri merupakan sebuah singkatan dari frasa “dalam jaringan”
sebuah terjemahan dari kata online untuk menyebut perangkat elektronik
yang terhubung ke dalam jaringan internet. Pembelajaran daring berarti
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan melalui medium internet.
Sebenarnya istilah pembelajaran daring sudah dari dulu ada bahkan sebelum
populer seperti sekarang. Kegiatan pembelajaran daring dianggap sebagai
sebuah inovasi pembelajaran di tengah kemajuan teknologi yang kian pesat.
Istilah ini semakin populer di masa pandemi COVID-19 sebagai sebuah
solusi dari kebijakan pemerintah dunia yang melarang aktivitas atau
kegiatan dengan jumlah banyak orang. Kegiatan pembelajaran daring
dilakukan melalui berbagai platform komunikasi khusus yang
memungkinkan aktivitas pembelajaran selayaknya di dalam kelas dapat
dilakukan. Seperti Google Classroom, Google Meet, Zoom, Edmodo, dan
lain sebagainya. Melalui platform tersebut interaksi antara pengajar dengan
siswa pun dapat berjalan, materi pelajaran hingga ujian atau tes pun dapat
dilakukan. Adanya pembelajaran daring menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya kegiatan belajar mengajar untuk tetap dilaksanakan meskipun
keadaan yang tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung.8
E. Problematika Pembelajaran Melalui Daring
a. Problematika metode pembelajaran
Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator, motivator dan
pendidik. Akan tetapi, metode pembelajaran sangat penting dalam proses
pembelajaran. Terbatasnya ruang gerak membuat beberapa pengajar harus berpikir
keras dalam menentukan metode pembelajaran yang efektif. Ilmu bahasa butuh
penerapan terlebih lagi bahasa asing. Penerapan/praktek secara langsung sangat
membantu pelajar dalam menguasai bahasa tersebut.
b. Problematika penunjang proses pembelajaran
1. Kuota internet
Satu hal yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran daring adalah kuota internet.
Hal ini juga hal yang paling dikeluhkan oleh pelajar. Borosnya pemakaian kuota
internet, susah sinyal, dan harga kuota internet yang mahal.
2. Semangat dan minat pelajar
Kondisi pandemi seperti ini merupakan kondisi asing bagi kita semua. Semua
kegiatan diluar dialihkan menjadi dirumah saja. Hal ini membuat proses
pembelajaran menjadi tidak efektif. Banyak pelajar yang mengeluh bahwa mereka
tidak bisa fokus dalam proses pembelajaran daring. Tak jarang, para pelajar tidak
bisa menghargai pengajar. Contohnya mereka tidak menghidupkan kamera atau
tidak merespon perkataan pengajar.
C. Kesimpulan
8
Salmaa, “Pengertian, Kendala, Manfaat dan Strategi Pembelajaran Daring”,
https://penerbitdeepublish.com/pembelajaran-daring/, pada tanggal 1 april 2022, pukul 13.38.
10. 10
Problematika Bahasa Arab
Problematika linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam
proses pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik bahasa Arab itu sendiri
sebagai bahasa Asing. Problema yang datang dari pengajar adalah kurangnya
profesionalisme dalam mengajar dan keterbatasannya komponen-komponen yang
akan terlaksannya proses pembelajaran bahasa Arab baik dari segi tujuan, bahan
pelajaran (materi), kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan
alat evaluasi.
Berkaitan dengan problematika linguistik, karena perbedaan sosio-kultural
antara bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, terdapat perbedaan-perbedaan,
ungkapan-ungkapan, Istilah-istilah, dan nama benda. Adapun yang termasuk
problem non linguistik adalah guru, prasarana.
Pembelajaran daring sederhananya dapat diartikan sebagai sebuah sistem kegiatan
pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui tatap muka secara langsung melainkan
melalui jaringan internet. Problematika pembelajaran melalui daring adalah : 1.
Kouta internet, 2. Semanagt dan minat pelajar.
D. Daftar Pustaka
Zulfan, Muhammad.2018.Metode Praktis Memahami Bahasa Arab dan Al-
qur’an.Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.
Andriani, Asna.2015.Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab Dalam
Pendidikan Islam.Jurnal Ta’allum. Vol.03, No.01.
Rachmawati dkk.2021.Pengantar Psikolinguistik.Jogjakarta : Penerbit
KBM Indonesia.
Alfaini, Sania dan Siti Nurilngin.20121.Problematika dan Solusi
Pembelajaran Daring Bahasa Arab Via WhatsApp Group.Jurnal Pendidikan
Bahasa Arab. Vol.02, No.02.
Hidayat, Nandang Sarip.2012.Problematika Pembelajaran Bahasa
Arab.Jurnal Pemikiran Islam. Vol.37, No.01
Salmaa, “Pengertian, Kendala, Manfaat dan Strategi Pembelajaran
Daring”, https://penerbitdeepublish.com/pembelajaran-daring/, pada tanggal 1 april
2022, pukul 13.38.
Noor Amiruddin, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal
Pendidikan, November 2017.
Ahmad Izzan.2011.Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.Bandung:
Humaniora.
Sardiman.2012.Interaksi Motivasi dan Belajar Mengajar.Jakarta: PT. Raja
Ghafindo Persada.
Acep Hermawan.2011.Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab.Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Muljanto Sumardi. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan
Tinggi IAIN. Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, 1974
Jamaluddin.2003.Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra.