Dokumen tersebut membahas tentang preeklamsia pada ibu hamil, meliputi definisi, gejala, klasifikasi, dan etiologi preeklamsia. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul selama kehamilan ditandai dengan tekanan darah tinggi dan protein dalam urine, yang dapat berakibat buruk bagi ibu dan janin. Penyebab pasti preeklamsia belum diketahui secara jelas.
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Kti wa ida 2
1. BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Preeklamsia adalah gejala terjadinya hipertensi pada masa kehamilan di
atas 20 minggu yang ditandai dengan 3 gejala khas, yakni naiknya tekanan darah
di atas 140/90 mmHG, pembengkakan anggota tubuh, dan adanya protein di
dalam air seni ibu. Kehamilan ganda, obesitas, sejarah medis adanya darah
tinggi, diabetes atau kelainan ginjal dan kehamilan pada masa remaja atau di atas
40 tahun merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pre-eklampsia.
Pada kondisi hamil, tekanan darah ibu seharusnya normal atau justru lebih rendah
karena seorang wanita hamil, maka tubuhnya secara otomatis akan
mengencerkan dan menambah volume darahnya. Gunanya adalah agar bisa lebih
banyak mengalirkan oksigen dan sari makanan ke janin. Selain itu, penambahan
volume darah juga sebagai persiapan untuk proses melahirkan (di mana si ibu
akan mengeluarkan banyak darah) sehingga kelak tidak kekurangan darah.
Penyebab pasti Preeklamsia hingga saat ini tidak diketahui dengan jelas. Diduga
karena kondisi plasentanya, kekurangan oksigen atau ada gangguan di pembuluh
darah. Kondisi ini harus mendapat perhatian khusus, karena akibatnya bisa
membahayakan (Asniar 2013).
2. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi dalam
penelitian ini adalah berapa persentase faktor risiko ibu hamil yang
mengalami Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
tahun 2014 s.d. 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami
preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun
2014 s.d. 2015.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi faktor risiko ibu hamil yang mengalami preeklamsia
berdasarkan umur di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tahun 2014 s.d. 2015.
Mengidentifikasi faktor risiko ibu hamil yang mengalami preeklamsia
berdasarkan gravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tahun 2014 s.d. 2015.
Mengidentifikasi faktor risiko ibu hamil yang mengalami preeklamsia
berdasarkan faktor lain di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tahun 2014 s.d 2015.s
3. D. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
Dapat menambah wawasan dan informasi ilmiah dalam ilmu kebidanan
khususnya tentang gambaran factor resiko ibu hamil dengan preeklamsia
serta sebagai pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru
khususnya dalam ilmu kebidanan.
2. Praktis
Bagi Tempat Peneliti
Sebagai sumber informasi dalam memberikan penyuluhan pada ibu
hamil tentang Preeklamsia
Bagi Institusi Kebidanan
Sebagai penambahan informasi untuk mahasiswi jurusan kebidanan
dalam melakukan penelitian kebidan selanjutnya yang berkaitan dengan
preeklamsia .
Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman dalam mengaplikasikan
mata kuliah metode penelitian.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Telaah Pustaka
Kehamilan
Definisi Kehamilan
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid
terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati. Yang menandai awal periode
antepartum (Varney, 2006). Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan
fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami
menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ
reproduksinya sehat sangat besar kemungkinanya akan mengalami kehamilan (Mandriwati,
2007).
Proses Kehamilan
6
Secara medis, kehamilan dimulai dari proses pembuahan sel telur wanita oleh
spermatozoa dari pria. Sel telur yang dibuahiakan berkembang jadi bakal embrio yang
kemudian akan menjalani pembelahan sampai menjadi embrio. Bakal janin ini lalu akan
menempel di selaput lender rahim yang terletak dirongga rahim Diagnosa Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan (Saifuddin, 2002).
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Telaah Pustaka
Kehamilan
Definisi Kehamilan
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid
terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati. Yang menandai awal periode
antepartum (Varney, 2006). Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan
fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami
menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ
reproduksinya sehat sangat besar kemungkinanya akan mengalami kehamilan (Mandriwati,
2007).
Proses Kehamilan
6
Secara medis, kehamilan dimulai dari proses pembuahan sel telur wanita oleh
spermatozoa dari pria. Sel telur yang dibuahiakan berkembang jadi bakal embrio yang
kemudian akan menjalani pembelahan sampai menjadi embrio. Bakal janin ini lalu akan
menempel di selaput lender rahim yang terletak dirongga rahim Diagnosa Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan (Saifuddin, 2002).
6. Perubahan Fisiologis dan Psikologis
Perubahan Fisiologis Ibu
Uterus
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya 30 gram akan
mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat
akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi
lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan
janin (Manuaba, 2010).
Ovarium
Dengan adanya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum
gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang
sempurna pada usia 16 minggu (Manuaba, 2010).
c) Vagina dan Perineum
Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain terjadinya
peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah
7. Perubahan-Perubahan Psikologis dalam Kehamilan
Perubahan psikologis trimester I
Segera setelah konsepsi kadar harmon progesteron dan estrogen dalam tubuh
meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali
membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan dan kesedihan. Sering kali pada awal kehamilan, ibu berharap untuk
tidak hamil. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda
untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang
terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama, karena perutnya
masih kecil.
Perubahan psikologis trimester II
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat. Tubuh ibu sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan merasa tidak nyaman karena
hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan
sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat
menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini
pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran
bayinya sebagai seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa
terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, faktor psikologis, dan faktor sosial budaya
dan ekonomi.
Faktor Fisik
Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi tersebut. Status kesehatan dapat
diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, Puskesmas,
Rumah Bersalin atau Poliklinik kebidanan. Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat
berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk
bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen
dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga
terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat
proses persalinan.
Faktor Psikologis
Stess
Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami
keterlambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani
dengan baik
Dukungan keluarga
Merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga
mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka
ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan
dan masa nifas.
Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja
ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu
9. Preeklamsia
Definisi Preeklamsia
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umunya terjadi
dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya
pada molahidatidosa (Wiknjosastro H, 2007). Hipertensi adalah tekanan
darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 4 – 6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi. Bila ditemukan tekanan darah tinggi ( ≥ 140/90
mmHg ) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan
tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis (WHO,
2013). Klasifikasi Preeklamsia adalah sebagai berikut
Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada
masa nifas. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas (Nugroho T, 2010).
Preeklamsia Berat/Eklamsia
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil sudah dapat
digolongkan preeklampsia berat :
a) tekanan darah 160/110 mmHg.
b) oliguria, urin kurang dari 400cc/24jam.
c) proteinuria lebih dari 0.3 gr/liter.
10. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab Preeklamsia dan
eklamsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab
penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat
diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas,
kehamilan ganga, hidramnion, dan mola hidatidosa
Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya
kehamilan
Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus
Sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya
Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan
koma.
11. (c). Patofisiologi
Preeklamsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar
pemeriksaan anatomi patologik berasal dari penderita eklamsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-
akhir ini dengan biopsies hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu
pada Preeklamsia tidak banyak berbeda dari pada yang ditemukan pada preeklamsia. Perlu dikemukakan
disini bahwa tidak ada perubahan hitopatologik yang khas pada preeklamsia dan eklamsia. Perdarahan,
dan thrombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh.
Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam
pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam pathogenesis kelainan-kelainan tersebut.
Perubahan anatomi patologik
Plasenta
Pada Preeklamsia terdapat spasmus arteriola spiralis desi dua dengan akibat menurunya aliran darah ke
plasenta. Perubahan plasenta normal sebagai akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium,
menebalnya dinding pembuluh darah dalam filli karena fibrosis, dan konfersi mesoderm menjadi jaringan
fibotik, dipercepat prosesnya pada Preeklamsia dan hipertensi.
Ginjal
Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Dan pada simpai ginjal dan pada pemotongan
mungkin ditemukan perdarahan-perdaran kecil. Penyelidikan biopsie pada ginjal oleh Altchek dan kawan-
kawanya (1968) menunjukan pada Preeklamsia bahwa kelainan gomerulus berupa :
Hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler
Kelainan pada tubulus-tubulus Henle
Spasmus pembuluh darah ke glomerulus
Hati
Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-tempat perdarahan yang tidak
teratur. Pada periksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi lobules, disertai
thrombosis pada pembuluh darah kecil terutama disekitar vena porta.walaupun umumnya lokasi ialah
periportal,
12. Penanganan Preeklamsia
Preeklamsia Ringan
Pada Preeklamsia ringan, penanganan simtomatis dan
berobat jalan dengan memberikan:
Sedative ringan (Phenobarbital 3x30 mg, valium 3x10 mg)
Obat penunjang (vitamin B kompleks, vitamin C atau vitamin
E, zat besi)
Nasehat (garam dalam makanan dikurangi, lebih banhyak
istrahat, baring kearah punggung janin, segera datang
memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata
kabur, edema mendadak, atau berat badan naik, pernapasan
semakin sesak, nyeri pada epigastrium, kesadaran makin
berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin
berkurang)
13. Faktor Risiko Ibu Hamil yang Mengalami Preeklamsia.
Usia
Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)
Kehamilan terlalu muda adalah hamil pada usia < 20
tahun. Pada usia <20 tahun secara fisik kondisi rahim dan
panggul belum berkembang optimal, sehingga dapat
mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada
kehamilan dan dapat menyebabkan pertumbuhan serta
perkembangan fisik ibu terhambat.
Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)
Kehamilan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun
kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem
tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi
mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi
penurunan curah jantung (BKKBN, 2007).
14. Landasan Teori
Kehamilan
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan
perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya,
perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan
(Maulana, 2008). Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008).
Preeklamsia
Preeklamsia/eklamsia adalah kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan
disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda oedem
(pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi,
dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari
laboratorium. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan
pada tingkat preeklampsia berat (Dewi, 2009).
Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan /atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala
ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas
15. Preeklamsia Berat
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Sujiyatini dkk,
2009).
Umur Ibu
Usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia.
Menurut Bobak (2006), usia yang rentan terkena preeklamsia adalah usia
< 20 atau > 35 tahun. Seperti yang telah dijelaskan Manuaba (2006),
pada usia < 20 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk
menerima kehamilan. Hal ini akan meningkatkan terjadinya keracunan
kehamilan dalam bentuk preeklamsia dan eklamsia. Sedangkan pada
usia 35 tahun atau lebih, menurut Rochjati (2006),
rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi, dan
eklamsia. Hal ini menurut Rochjati (2006) disebabkan karena tenjadinya
perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur
lagi. Selain itu, hal ini menurut Potter (2006), juga diakibatkan karena
tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Sehingga pada usia 35 tahun atau lebih dapat cenderung meningkatkan
risiko terjadinya preeklamsia.
16. C. Kerangka Konsep
Umur
Variabel Independen Variabel Dependen
Gravida
Preeklamsia
Faktor lain
Gambar 1. Kerangka Konsep
Keterangan :
= Variabel Independen (variabel bebas)
= Variabel Dependen (variabel terikat)
= Hubungan
17. D. Jalanya Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah gambaran faktor risiko ibu hamil yang
mengalami preeklamsia berdasarkan umur di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015 ?
Bagaimanakah gambaran faktor risiko ibu hamil yang
mengalami preeklamsia berdasarkan gravida di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015 ?
Bagaimanakah gambaran faktor risiko ibu hamil yang
mengalami preeklamsia berdasarkan faktor lain di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015 ?
18. BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui persentase faktor risiko ibu
hamil yang mengalami preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Raha
Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna.
C. Subyek Penelitian
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami
preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d.
2015 sebanyak 45 orang.
Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 45 orang yang mengalami preeklampsia.
19. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel dependent dan variabel Independen
variabel dependen (variabel terikat) : Preeklamsia.
variabel independent (variabel bebas) : umur, gravida, dan penyebab lain.
E. Variabel dan Definisi Operasional
1. Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang yang
dapat dilihat melalui medical record, dengan kategori:
a .< 20 dan > 35 tahun : Berisiko
b. 20 – 35 tahun : Tidak Berisiko
c. Faktor lain : Penyebabnya Tidak Diketahui
Skala: Nominal
2. Gravida
Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk abortus, molahidatidosa,
dan kehamilan ektopik yang pernah dialami oleh seorang ibu (sumarah dkk, 2008)
dengan kategori :
Gravida 1 : Berisiko
Gravida ≥ 1 : Tidak Berisiko
Skala: Nominal
Faktor lain
Faktor lain yang dimaksud adalah penyebabnya tidak diketahui.
20. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Muna terletak di Ibu kota
Kabupaten tepatnya di jalan Sultan Syahrir No. 6 Kelurahan Raha 1 Kota Raha. Lokasi
ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan kendaraan umum. RSUD
Kabupaten Muna memiliki batas-batas yaitu sebelah utara berbatasan dengan jalan
Basuki Rahmat, sebelah timur berbatasan dengan jalan Sultan Hasanuddin, sebelah
selatan berbatasan dengan jalan La Ode Pulu, dan sebelah barat berbatasan dengan
jalan Ir. Juanda
Sejarah Singkat
RSUD Kabupaten Muna didirikan pada masa penjajahan Belanda oleh mantri yang
berkebangsaan Belanda. Pada saat itu mantri tersebut hanya dibantu oleh seorang
asistenya dan 2 orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali
ke negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter dari Jawa
yang bernama dokter Soeparjo. Masyarakat muna mengenal dokter Soeparjo dengan
sebutan dokter Jawa. Beliau tamatan dari sekolah Belanda yaitu Nederlandhes In
Launshe Aonzen School (NIAS). Masa kepemimpinan dokter Soeparjo hanya
berlangsung selama 7 tahun. Kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan
Belanda bernama dokter Hyaman. Selang waktu 5 tahun kemudian, tepatnya pada tahun
1940 seorang dokter asal China bernama dokter Pang Ing Ciang sangat disukai oleh
masyarakat Muna sebab beliau sangat memperhatikan kesehatan masyarakat Muna
pada saat itu.
21. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
mengenai penyebab terjadinya preeklamsia
sebanyak 45 orang. Data sekunder yang
diperoleh dari register di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna kemudian data diolah
dengan cara manual dengan menggunakan
kalkulator yang disajikan dalam bentuk tabel,
selanjutnya akan dinarasikan.
22.
23. Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti akan menguraikan
hasil penelitian yang di lakukan di Ruang Delima Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2014 s.d
2015 mengenai "Identifikasi Faktor Resiko Ibu Hamil yang
Mengalami Preeklamsia di Ruang Delima Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2014 s.d 2015"
dari teori – teori yang peneliti uraikan dalam landasan
teori. Adapun jumlah sampelnya yaitu 45 orang.
Variabel yang di teliti oleh peneliti yaitu umur ibu, gravida
dan faktor lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
ruang kebidanan. Peneliti akan membahas tentang
Identifikasi Faktor Risiko Ibu Hamil yang Mengalami
Preeklamsia di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna Tahun 2014 s.d 2015.
24. Hasil penelitian di Ruang Delima RSUD Kabupaten Muna, ditemukan
kasus preeklamsia paling banyak pada ibu dengan umur <20 & > 35
tahun yaitu 13 orang dengan persentase 29%, sedangkan kelompok
ibu dengan umur 20 dan diatas 35 tahun yaitu sebanyak 5 orang
(11%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian preeklamsia
berdasarkan umur paling banyak pada umur <20 & >35 tahun. Hal ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya dan teori, bahwa menurut
Manuaba (2006), pada usia < 20 tahun, keadaan alat reproduksi
belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan meningkatkan
terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsia dan
eklamsia. Sedangkan pada usia 35 tahun atau lebih, menurut Rochjati
(2006), rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi,
dan eklamsia. Tetapi bukan berarti teori-teori tersebut tidak benar
karena kasus preeklamsia bukan hanya disebabkan oleh faktor umur
namun banyak faktor yang menyebabkan preeklamsia antara lain
gravida, kehamilan kembar, mola hidatidosa, diabetes mellitus, sosial
ekonomi dan riwayat preeklamsia. Namun demikian semua umur baik
20 sampai 35 tahun ataupun dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
tetap berisiko mengalami preeklamsia karena usia merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya preeklamsia.
25. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadjiko
Y (2014) berdasarkan buku laporan Ruang G1 Kebidanan di RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo bahwa distribusi responden
berdasarkan kelompok umur yang paling banyak yaitu pada umur >35
tahun sebanyak 14 responden (42.4%), dan umur 20-35 tahun
sebanyak 12 responden (36.4%), sedangkan pada kelompok umur
terkecil pada usia <21 tahun yaitu 7 responden (21.2%).
Gravida adalah faktor risiko yang berkaitan dengan timbulnya
preeklamsia. Menurut Wiknjosastro H (2007), frekuensinya lebih
tinggi terjadi pada primigravida daripada multigravida. Berdasarkan
teori immunologik yang disampaikan Sudhaberata (2006), hal ini
dikarenakan pada kehamilan pertama terjadi pembentukan “blocking
antibodies” terhadap antigen tidak sempurna. Selain itu menurut
Angsar (2008), pada kehamilan pertama terjadi pembentukan “Human
Leucocyte Antigen Protein G (HLA)” yang berperan penting dalam
modulasi respon immune, sehingga ibu menolak hasil konsepsi
(plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga
terjadi preeklamsia.
26. Hasil penelitian di Ruang Delima RSUD Kabupaten Muna
tanpak bahwa penderita preeklamsia paling banyak
terdapat pada gravida 1 yaitu berjumblah 15 orang
dengan persentase 33% dibandingkan dengan gravida > 1
berjumblah 10 orang dengan persentase 22%. Penelitian
ini sejalan dengan teori sebelumnya bahwa frekuensi
preeklamsia lebih tinggi terjadi pada primigravida daripada
multigravida karena menurut Sudhaberata (2006), hal ini
dikarenakan pada kehamilan pertama terjadi pembentukan
“blocking antibodies” terhadap antigen tidak sempurna.
Selain itu menurut Angsar (2008), pada kehamilan
pertama terjadi pembentukan “Human Leucocyte Antigen
Protein G (HLA)” yang berperan penting dalam modulasi
respon immune, sehingga ibu menolak hasil konsepsi
(plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta
sehingga terjadi preeklamsia.
27. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawati Artikasari di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sejalan
dengan hasil penelitiasn sebelunya yaitu berdasarkan hasil uji analisis
chi square dengan tingkat kepercyaan 95% menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan (Р < 0,05) antara primigravida dengan
angka kejadian preeklamasi/eklamsia dengan nilai Ratio Prevalinsi
[RP] 1.458. Hal ini berarti pada primigravida mempunyai faktor risiko
1,458 kali lebih besar untuk terkena preeklamsia dibanding ibu tidak
primigravida.
Hasil penelitian dari Ruang Delima yang diambil dari buku register
berdasarkan variabel yang diteliti tahun 2014 s.d 2015 yang
mengalami preeklamsia berdasarkan umur, gravida, dan faktor lain
yang tidak diketahui penyebabnya sebanyak 45 sampel dimana dari
45 sampel tersebut terdapat 1 orang 2 masalah yang dialami yaitu
umur < 20 dan >35 tahun dan gravida I sebanyak 2 orang (5%).
28. Hasil penelitian di Ruang Delima RSUD Kabupaten
Muna, ditemukan kasus preeklamsia paling
banyak terdapat pada penyebab faktor lain yang
tidak diketahui penyebabnya yang mana dari
variabel umur 20-35 tahun sebanyak 5 orang
(11%), dan pada gravida > I sebanyak 10 orang
(22%), sehingga jumlah keseluruhan 15 orang
(33%). Sebagaimana teori yang dibahas
sebelumnya bahwa faktor risiko yang dapat
menyebabkan preeklamsia pada ibu hamil bukan
hanya faktor umur dan gravida melainkan ada
banyak faktor lain seperti kehamilan kembar,
molahidatodosa, diabetes militus, sosial ekonomi,
dan riwayat preeklamsia.
29. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa penderita preeklamsia di RSUD Kabupaten Muna
tahun 2014 s.d 2015 adalah sebagai berikut :
1. Faktor risiko penderita preeklampsia sebagian besar
terjadi pada ibu hami yang berumur <20 & 35 tahun
(29%,)
2. Faktor risiko penderita preeklampsia sebagian besar
terjadi pada gravida 1 sebesar 33%.
3. Faktor risiko penderita preeklamsia sebagian besar
terjadi pada penyebab faktor lain yang tidak diketahui
penyebabnya sebesar 33%.
30. B. Saran
1. Bagi Pelayanan kesehatan
Diharapkan petugas bidan profesi di Ruang
Delima selalu meningkatkan pengetahuan dalam
pendeteksian preeklamsia.
2. Bagi pihak RSUD Kabupaten Muna
Diharapkan pada pihak RSUD mempersiapkan
obat-obatan penanganan preeklamsia lebih awal
sebelum ada pasien masuk di Ruang Delima