5. Gempa bumi merupakan bencana alam yang tidak
dapat diprediksi kapan terjadinya.
#THEHOMESCHOOLLIFE
Dalam arti luas, gempa bumi adalah proses pengumpulan dan
pelepasan stres jangka panjang yang rumit yang terjadi di media
Bumi yang sangat beragam. Ini adalah peristiwa kegagalan yang
cepat. Pemahaman tentang deformasi kerak dan proses
penumpukan tegangan telah meningkat secara signifikan selama
beberapa dekade terakhir sebagai akibat dari gerakan lempeng,
dinamika retakan, gesekan, interaksi antara patahan, struktur
zona patahan, dan dinamika nonlinier. Oleh karena itu, dengan
menggunakan berbagai pengamatan dari masa lalu dan sekarang,
adalah mungkin untuk mengantisipasi sampai batas tertentu
bagaimana perilaku seismik kerak akan berubah di masa depan.
Tetapi bahkan model gempa mekanis dasar menunjukkan. (Nur, 2010)
7. Apa saja hal yang bisa menyebabkan Gempa
Bumi ?
Gempa Bumi
8. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi adalah dinamika
bumi (tektonik), aktivitas gunungapi, akibat meteor
jatuh, longsoran (di bawah muka air laut), ledakan bom
nuklir di bawah Permukaan
Gempa Bumi
10. Kok bisa ya karena gempa bisa
menyebabkan kerusakan parah, bagaimana
terjadinya ?
Gempa Bumi
11. Gempa bumi adalah getaran asli dari dalam bumi, bersumber di dalam
bumi yang kemudian merambat ke permukaan bumi akibat rekahan bumi
pecah dan bergeser dengan keras.
Terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan yang sangat hebat
oleh pergerakan lempeng-lempeng yang menjadi landasan benua. Sebagian
besar terjadi ketika dua lempengan di kerak bumi saling bergesekan.
Lempengan yang dimaksud yaitu lempeng samudera dan lempeng benua.
Ketika lempeng saling bergesek dan bertumbukan, akan menghasilkan
gelombang kejut, yang kita rasakan sebagai gempa bumi.
15. Terdapat banyak sekali dampak
yang terjadi dari bencana Gempa
Bumi ini, dan yang paling umumnya
adalah runtuhnya sebuah gedung,.
Namun terdapat dampak yang lebih
berbahaya dari Gempa Bumi
tersebut, Apa saja ?
#THEHOMESCHOOLLIFE
16. Dampak dari Gempa Bumi
• Robohnya Jembatan
• Tsunami
• Longsor
• Bangunan Hancur
• Retaknya lempeng sesar
18. Pemanfaatan Teknik Geospasial dalam Mitigasi Bencana Gempa Bumi
• Terdapat beberapa pemanfaatan Teknik
Geospasial dalam Mitigasi kebencanaan,
salah satunya adalah dengan melakukan
Metode Buffering.
• Adapun pemanfaatan disini adalah
berdasarkan dari jurnal yang dibuat oleh
Tri Widodo, dkk. Tentang Aplikasi SIG dan
Inderaja untuk Zonasi Kerawanan
Bencana Gempa Bumi Sesar Lembang
19. Pemanfaatan Teknik Geospasial dalam Mitigasi Bencana Gempa Bumi
• Peneliti Menganalisa pergerakan sesar lembang dan seberapa besar
potensi terjadinya gempa bumi yang dimunculkan dari aktivitas
tektonik Sesar Lembang.
• Penelitian ini berdasarkan kisah Legenda yang merakyat yaitu
mengenai Sangkuriang yang memotong pohon besar yang tumbang
dalam sehari lalu setelahnya, dia melihat ada muncul danau – danau
kecil hingga membendung aliran sungai.
• Adapun Bahan dan data yang digunakan ini adalah sebagai berikut
– Peta Lokasi Sesar Lembang
– Peta Intensitas Gempa Bumi
– Peta Percepatan Gempa Bumi
– Peta Geologi
– Peta Penggunaan Lahan
– Peta Kemiringan Lereng
– Peta Kepadatan Penduduk
– Peta Jenis Tanah
20. Pemanfaatan Teknik Geospasial dalam Mitigasi Bencana Gempa Bumi
• Adapun Peneliti menentukan skoring dari Peta
parameter yaitu sebagai berikut
24. Pemanfaatan Teknik Geospasial dalam Mitigasi Bencana Gempa Bumi
• Adapun Mitigasi Kebencanaan dari artikel ini adalah :
– Wilayah dengan jarak lurus ≤ 3 kilometer dari garis Sesar Lembang tidak
direkomendasikan untuk dijadikan wilayah permukiman.
– Wilayah permukiman yang masuk dalam zona sangat rawan gempa bumi Sesar
Lembang direkomendasikan untuk meningkatkan kapasitas lingkungan dari
ancaman gempa bumi, meliputi konstruksi bangunan yang relatif kuat untuk
sebuah guncangan gempabumi dan kemampuan masyarakat dalam mitigasi
bencana gempabumi.
– Penduduk yang berada di wilayah Kecamatan Lembang selain mewaspadai
aktifitas pergerakan Sesar Lembang juga direkomendasikan untuk memahami
keterkaitan antara aktivitas Gunung Tangkuban Prahu dengan pergerakan Sesar
Lembang, karena Sesar Lembang terbentuk pada tahap pasca pembentukan
kaldera Gunung Sunda, kejadian tersebut kemudian diikuti oleh lahirnya Gunung
Burangrang, dan Gunung Tangkuban Prahu. Sehingga antara Gunung Tangkuban
Prahu dan Sesar Lembang masih memiliki keterkaitan struktur geologis.
26. Daftar Pustaka
Ayub, S., Kosim, K., Gunada, I. W., & Zuhdi, M. (2019). Model Pembelajaran Kesiapsiagaan Bencana Gempabumi
Di Sekolah Dasar. ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi Dan Aplikasi Pendidikan Fisika, 5(2), 65.
https://doi.org/10.31764/orbita.v5i2.1187
Farisi, S. (2020). Analisa Tingkat Kerentanan Fisik dan Sosial Bencana Gempa Bumi di Sebagaian Surabaya Barat.
Swara Bhumi, 1(1), 66–73.
Kanamori, H., Hauksson, E., & Heaton, T. (1997). Real-time seismology and earthquake hazard mitigation.
Nature, 390(6659), 461–464. https://doi.org/10.1038/37280
Nur, A. M. (2010). Gempa Bumi, Tsunami Dan Mitigasinya. Gempa Bumi, Tsunami Dan Mitigasinya, 7(1).
https://doi.org/10.15294/jg.v7i1.92
Fatma, D. (2019). 10 Penyebab Longsor Bawah Laut. Ilmu Geografi.
Gempa Bumi
Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan aspek kebumian karena bumi telah menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan manusia. Minyak dan gas bumi, air, mineral logam dan non logam, sumberdaya nirhayati, semuanya tersedia dan tersimpan oleh bumi. Namun demikian bumi juga menyimpan potensi bencana yang harus diwaspadai manusia. Terkadang manusia terlena oleh semua fasilitas dan kebutuhan yang disediakan oleh bumi. Manusia sering lupa atau melupakan bahwa bumi juga menyimpan potensi bencana. Kejadian tersebut pada dasarnya merupakan hal yang “wajar”, karena merupakan suatu proses keseimbangan alam.
Longsor bawah laut dimulai ketika tegangan penggerak ke bawah (gravitasi dan faktor-faktor lain) melebihi tegangan penahan dari material lereng dasar laut yang menyebabkan pergerakan sepanjang satu atau lebih cekung ke permukaan pecah planar.
Buffering
Berdasarkan Peta Buffering Sesar Lembang, Desa Lembang, Desa Kayuambon, Desa Langensari, dan Desa Cibodas termasuk daerah ‘sangat rawan’ bencana gempa bumi, karena desa-desa tersebut terletak sejauh 1 km dari Sesar Lembang. Kemudian Desa Suntenjaya, Desa Cibogo, Desa Pagerwangi, Desa Gudangkahuripan, Desa Wangunharja, Desa Wangunsari, dan Desa Mekarwangi, sebagian besar wilayah mereka termasuk kedalam daerah ‘rawan’ bencana gempa bumi, karena jarak desa tersebut kurang lebih 2 – 3 km terhadap Sesar Lembang. Sedangkan sisanya, yaitu Desa Sukajaya, Desa Jayagiri Desa Cikahuripan, Desa Cikole, dan Desa Cikidang berada pada daerah ‘agak rawan’ terhadap bencana gempa bumi Sesar Lembang, karena desadesa tersebut terletak antara 4 – 7 km dari Sesar Lembang.
Intensitas
Deskripsi dampak kerusakan dari keterangan tersebut adalah skala III yaitu dirasakan oleh sedikit orang, terutama yang berada di dalam rumah, seperti getaran yang berasal dari kendaraan berat yang melintas di dekat rumah. Kemudian skala IV adalah dirasakan oleh banyak orang, beberapa orang terbangun disaat tidur, piring dan jendela bergetar, dapat mendengar suara-suara yang berasal dari pecahan barang pecah belah. asal dari pecahan barang pecah belah. Faktor yang membuat wilayah Kecamatan Lembang masuk kedalam skala III – IV (MMI) yaitu di wilayah tersebut memang jarang dirasakan gempa dengan intensitas besar. Hal ini dikarenakan lokasi Kecamatan Lembang jauh dari aktivitas Subduksi Indo-Australia yang merupakan zona dengan tingkat intensitas kegempaan tinggi. Gempa yang berasal dari aktivitas Subduksi Indo-Australia yang dirasakan sampai di Kecamatan Lembang hanya dalam skala kecil.
PGA
berdasarkan peta yang bersumber dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam 500 tahun terakhir terbagi kedalam dua kelas yaitu 0,15 – 0,2 g dan 0,2 – 0,25 g. Zona kelas percepatan gempa bumi atau percepatan gerakan tanah maksimum dengan kelas 0,15 – 0,2 g berada di wilayah utara Kecamatan Lembang, yang lokasinya berdekatan dengan gunungapi Tangkuban Prahu. Kondisi aktifitas vulkanik Gunung Tangkuban Prahu yang masih aktif cukup memberikan pengaruh terhadap nilai PGA di wilayah sekitarnya. Zona kelas percepatan gempa bumi atau percepatan gerakan tanah maksimum dengan kelas 0,2 – 0,25 g berada di wilayah selatan Kecamatan Lembang. Nilai PGA di wilayah selatan Kecamatan Lembang lebih besar dibandingkan dengan wilayah utara yang mengindikasikan bahwa di wilayah selatan Kecamatan Lembang terdapat faktor endogen lain yang lebih besar dibanding aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Prahu. Angka tersebut bisa dijadikan bukti lain bahwa Sesar Lembang yang berada di wilayah selatan Kecamatan Lembang merupakan sesar yang cukup aktif sehingga bisa memberikan nilai PGA yang lebih besar dibandingkan wilayah yang jauh dengan zona sesar lembang.
Berdasarkan hasil analisis overlay terhadap delapan peta parameter kerawanan gempa bumi diperoleh hasil zonasi kerawanan gempa bumi Sesar Lembang. Ada tiga zonasi yang dihasilkan yaitu daerah sangat rawan gempa bumi Sesar Lembang, daerah rawan gempa bumi Sesar Lembang, dan daerah tidak rawan terhadap gempa bumi Sesar Lembang. Secara umum zona sangat rawan gempa bumi Sesar Lembang berada di sekitar wilayah sesar lembang tersebut, dengan luas wilayah 1.246 Ha atau 12,94 % dari luas area Kecamatan Lembang merupakan wilayah sangat rawan terhadap gempa bumi Sesar Lembang. Zona rawan gempa bumi sesar lembang berada di wilayah antara 1 – 3 kilometer dari Sesar Lembang tersebut, dengan luas wilayah . 5.804 Ha atau 60,24 % dari luas area Kecamatan Lembang merupakan wilayah rawan terhadap gempa bumi Sesar Lembang. Zona tersebut berada di wilayah tengah Kecamatan Lembang membentang dari timur sampai barat. Zona tidak rawan gempa bumi Sesar Lembang berada di wilayah dengan jarak 5 – 7 km dari Sesar Lembang tersebut, dengan luas wilayah 2.584 Ha atau 26,82 % dari luas area Kecamatan Lembang merupakan wilayah tidak rawan terhadap gempa bumi Sesar Lembang. Zona tersebut berada di wilayah utara Kecamatan Lembang.