SlideShare a Scribd company logo
1 of 127
Download to read offline
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN
TARGET PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN
DAERAH KOTA BEKASI PERIODE TAHUN 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik dan Melengkapi
Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi
Oleh
ROSA MERRY
2011420018
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
NIM : 2011420018, Judul : EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL
DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DAERAH
PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI PERIODE
TAHUN 2010-2014
Jumlah Hal : xii + 83 hal
Kata Kunci : Pengendalian Internal, Pencapaian Target
Penerimaan Pajak Daerah
Penelitian ini membahas tentang Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
telah menerapkan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan
pajak daerah periode tahun 2010-2014, penerapan pengendalian internal
tersebut dapat berlaku efektif terhadap pencapaian target penerimaan pajak
daerah periode tahun 2010-2014.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pencapaian pajak daerah pada tahun
2014 dibandingkan 4 tahun sebelumnya nampak adanya peningkatan dalam
PAD yaitu tahun 2010 sebesar Rp 150.822.290.606, kemudian meningkat
pada tahun 2011 menjadi Rp 375.978.082.270, pada tahun 2012 meningkat
menjadi Rp 497.833.031.022, pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp
723.511.938.746, pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp 845.771.913.123.
Daftar Acuan : (2008-2014)
Jakarta, 14 Agustus 2015
Penulis
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Efektivitas Pengendalian Internal Dalam Pencapaian Target
Penerimaan Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Periode
Tahun 2010-2014”, yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Darma Persada.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak
pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa
yang tak pernah putus untuk kelancaran penulisan skripsi.
2. Bapak Sukardi, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Darma Persada.
3. Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Universitas Darma Persada.
4. Ibu Dra. Sri Ari Wahyuningsih, MM, selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak Drs. Haryanto, Ak, MM selaku Dosen Pembimbing bagi penulis
yang dengan sabar, bijaksana dan sistematis membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk waktu, tenaga dan pikiran
yang telah bapak berikan untuk penulis.
vii
6. Para pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yang telah
memberikan fasilitas pelayanan yang baik sehingga penulis dapat
memenuhi data-data yang dibutuhkan selama penulisan skripsi.
7. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi pembaca.
Jakarta, 14 Agustus 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL SKRIPSI …………………………………............................... i
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………….. iii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… iv
ABSTRAK ……………………………………………………………... v
KATA PENGANTAR ......................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Pajak ............................................................................ 6
2.2 Jenis-Jenis Pajak ………………………………………………... 9
ix
2.3 Fungsi Pajak............................................................................... 10
2.4 Sistem Pemungutan Pajak .......................................................... 12
2.5 Tata Cara Pemungutan Pajak …………………………………… 13
2.6 Asas Pemungutan Pajak ………………………………………… 14
2.7 Wajib Pajak ……………………………………………………... 15
2.8 Definisi Pajak Daerah …………………………………………... 16
2.9 Jenis-Jenis Pajak Daerah ………………………………………. 18
2.10 Tolok Ukur Untuk Menilai Pajak Daerah …………………….. 21
2.11 Sanksi Pajak Daerah …………………………………………... 23
2.12 Peraturan Daerah Kota Bekasi Tentang Pajak Daerah ………... 25
2.13 Objek Pajak Daerah …………………………………………… 26
2.14 Objek Yang Tidak Dikenakan Pajak Daerah ………………….. 30
2.15 Subjek Pajak Daerah …………………………………………... 34
2.16 Tarif Pajak Daerah …………………………………………….. 35
2.17 Dasar Pengenaan Pajak ………………………………………... 38
2.18 Definisi Pengendalian Internal ………………………………... 41
2.19 Komponen Pengendalian Internal …………………………….. 42
2.20 Definisi Efektivitas ……………………………………………. 43
2.21 Pendekatan Terhadap Efektivitas ……………………………... 44
2.22 Definisi Target ………………………………………………… 45
2.23 Sifat Target atau Sasaran ……………………………………… 46
2.24 Definisi Penerimaan Pajak Daerah ………………………….… 46
2.25 Kerangka Berpikir …………………………………………...... 47
x
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ……………………………………………….. 49
3.2 Jenis Data …………………………………………………….… 49
3.3 Metode Pengumpulan Data …………………………………….. 50
3.4 Metode Analisis Data ………………………………………….. 50
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi ………. 52
4.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi …………. 54
4.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi …… 54
4.4 Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………... 56
4.5 Analisis Data .......................................................................….. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………... 82
5.2 Saran ……………………………………………………………. 83
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Pajak Daerah Kota Bekasi ……………..... 58
Tabel 4.2 Penerimaan Pajak Hotel ......................................................... 60
Tabel 4.3 Penerimaan Pajak Restoran ……………. ............................... 61
Tabel 4.4 Penerimaan Pajak Hiburan ………….…. ............................... 62
Tabel 4.5 Penerimaan Pajak Reklame ……………. ............................... 63
Tabel 4.6 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan …................................... 64
Tabel 4.7 Penerimaan Pajak Bahan Galian Golongan C …………….. ... 65
Tabel 4.8 Penerimaan Pajak Parkir ……………..................................... 66
Tabel 4.9 Penerimaan Pajak Air Tanah ………...................................... 67
Tabel 4.10 Penerimaan BPHTB ………………………………………... 68
Tabel 4.11 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan ……………………………………....................... 69
Tabel 4.12 Indikator Pengukuran Efektivitas …………………………... 70
Tabel 4.13 Pengukuran Efektivitas Pajak Daerah Kota Bekasi ………… 71
Tabel 4.14 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2010 ………… 72
Tabel 4.15 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2011 ………… 73
Tabel 4.16 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2012 ………… 74
Tabel 4.17 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2013 ………… 75
Tabel 4.18 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2014 ………… 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir ................................................................ 47
Gambar 2 Struktur Organisasi ………………………………………….. 55
Gambar 3 Bagan Target Pendapatan Kota Bekasi .................................. 77
Gambar 4 Bagan Pengendalian Internal Kota Bekasi ………………….. 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu faktor penting yang merupakan sumber
penerimaan yang digunakan untuk pengeluaran negara, baik itu pengeluaran
rutin maupun pembangunan. Pajak di pungut berdasarkan Undang-undang.
Asas Undang-undang pajak yang universal adalah Undang-undang pajak yang
berdasarkan keadilan sesuai dengan beban yang dipikul berdasarkan
kemampuan rakyat dan non diskriminasi, menjamin kepastian hukum dan
mengatur adanya hak dan kewajiban yang seimbang antara rakyat dan negara.
Untuk mewujudkan suatu masyarakat yang taat pajak memang bukan suatu
hal yang mudah, apalagi dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan
seperti sekarang ini. Hal ini hanya dapat terwujud bila masyarakat dan
pemerintah saling menyadari akan tugas dan kewajibannya sebagai warga
negara.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat
penting untuk daerah guna membiayai penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah yang merupakan salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pembiayaan pemerintah
daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan daerah
memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Salah satu cara untuk
2
membiayai pembangunan adalah dengan cara penarikan pendapatan yang
potensial. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah semenjak
diberlakukannya otonomi daerah. Semenjak adanya otonomi daerah maka
pemerintah harus mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung
pembiayaan pengeluaran daerah yang sumber penerimaannya dipungut dari
suatu daerah. Melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, pemerintah
daerah diperbolehkan untuk mengumpulkan pajak daerah. Pemungutan pajak
di suatu daerah dapat disesuaikan dengan potensi dan kebijakan daerah yang
didirikan bersama-sama dengan peraturan daerah.
Pajak harus dikelola dengan baik dan benar tetapi masalah parkir masih
saja tidak dapat diselesaikan karena pada umumnya pemilik pusat
perbelanjaan tidak menyediakan area parkir hal ini dikarenakan sempitnya
pembangunan area perbelanjaan dan parkir yang berantakan atau sembarangan
(ISSN 2354-5976 Vol.2 No.1 Januari 2015).
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak penerangan jalan
adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain. Jumlah pelanggan dan penjual daya listrik
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak penerangan
jalan (Perda Nomor 15 Tahun 2010).
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak air tanah adalah
pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air tanah. Pengambilan atau
pemanfaatan pajak air tanah adalah pengambilan atau pemanfaatan air tanah
untuk digunakan orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan atau
3
pemanfaatan air tanah, sedangkan air tanah yaitu air yang terdapat didalam
lapisan atau batuan dibawah permukaan tanah (L.Safitri:2015).
Efektivitas merupakan hubungan antara output dan tujuan atau dapat
juga di katakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu,
kebijakan dan prosedur dari organisasi. Apabila suatu perusahaan berhasil
mencapai tujuan yang diharapkan, maka perusahaan tersebut dinyatakan telah
berjalan secara efektif. Pengendalian internal adalah proses penetapan standar
dengan menerima umpan balik berupa kinerja yang sesungguhnya dan dapat
mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja yang sesungguhnya berbeda
secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya (Hansen
dan Mowen:2010).
Pencapaian merupakan suatu proses, cara dan perbuatan yang dilakukan
untuk mencapai apa yang diinginkan (Kamus Besar Indonesia Edisi Tiga,
2009:195). Target merupakan sasaran dari pernyataan spesifik mengenai suatu
kegiatan atau hasil yang dapat diukur, dinilai dan direncanakan cara
pencapaiannya (Dharma, 2008:120). Sedangkan penerimaan pajak daerah
dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan daerah untuk kemandirian
pembiayaan pemerintah daerah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Pencapaian target penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bekasi dinilai sudah efektif karena adanya kerjasama dari masing-
masing tim dan adanya suatu pengendalian internal dalam pencapaian target
penerimaan pajak daerah yang melakukan monitoring dan evaluasi sehingga
pengendalian internalnya pun sudah efektif dilaksanakan.
4
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dalam penulisan skripsi ini dengan judul
“EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM
PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA
DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI PERIODE TAHUN
2010-2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut :
a. Apakah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi telah menerapkan
pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah
periode tahun 2010-2014 ?
b. Apakah penerapan pengendalian internal tersebut dapat berlaku efektif
terhadap pencapaian target penerimaan pajak daerah periode tahun 2010-
2014 ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
5
a. Untuk mengevaluasi apakah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi telah
menerapkan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan
pajak daerah periode tahun 2010-2014.
b. Untuk mengevaluasi efektivitas penerapan pengendalian internal
terhadap pencapaian target penerimaan pajak daerah Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bekasi periode tahun 2010-2014.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak
yang terkait yaitu :
a. Bagi Penulis
Penelitian ini berguna bagi penulis yaitu menambah wawasan,
pengetahuan dan kemampuan terutama kaitannya dengan efektivitas
penerapan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan
pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah.
b. Bagi Dinas Pendapatan Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Pendapatan
Daerah, khususnya kaitannya dengan efektivitas penerapan pengendalian
internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah.
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi khususnya dalam
kaitannya dengan kajian efektivitas penerapan pengendalian internal
dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Pajak
Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh
masyarakat demi terciptanya suatu kelangsungan hidup yang lebih baik serta
digunakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Maka dapat
dikatakan bahwa pajak adalah berupa sumbangan dari masyarakat untuk kas
negara yang dipungut berdasarkan ketentuan perpajakan yang memang sudah
diberlakukan oleh negara dan dipaksakan secara langsung yang dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara demi mensejahterakan
masyarakat. Adapun macam-macam definisi pajak menurut para ahli
diantaranya :
Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 pajak
merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
7
Pengertian pajak menurut Prasetyono (2009:25) pajak merupakan
pembayaran berupa uang kepada perbendaharaan negara ataupun daerah yang
dapat dikenakan atas wajib pajak sesuai dengan peraturan yang sudah
diterapkan Undang-undang perpajakan, yang imbalannya berasal dari negara
dan daerah yang bersifat umum dan menyeluruh, serta tidak dapat dipisahkan
secara khusus untuk masing-masing pembayarannya, akan tetapi
pemungutannya dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak membayarkan
kewajibannya.
Pengertian pajak menurut S.I Djajadiningrat (2009:1) pajak merupakan
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadilan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara
umum.
Pengertian pajak menurut Soeparman Soemahamidjaja (2009:3) pajak
merupakan iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-
barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Pengertian pajak menurut Siti Resmi (2011:1) pajak merupakan suatu
kewajiban yang harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara yang
terutang oleh pribadi maupun badan yang sifatnya memaksa dan wajib untuk
dibayarkan. Berdasarkan dengan Undang-undang, wajib pajak patut untuk
8
membayarkan sebab pembayaran pajak dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan digunakan sebagai keperluan negara yang pada akhirnya untuk
kemakmuran rakyat.
Pengertian pajak menurut P.J.A Adriani (2011:2) pajak merupakan iuran
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan.
Dari definisi di atas, dapat diuraikan beberapa ciri-ciri pajak menurut
Siti Resmi (2011:2) antara lain :
a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta
aturan pelaksanaannya
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah
c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintahan pusat maupun
pemerintahan daerah
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk
membiayai public investment
9
2.2 Jenis-Jenis Pajak
Menurut Waluyo (2011:12) pajak dapat dikategorikan dalam tiga
kelompok yaitu :
a. Menurut golongan dan pembebanan, pajak dibagi menjadi :
1) Pajak Langsung
Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain,
tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan.
2) Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
b. Menurut sifatnya, pajak dibagi menjadi :
1) Pajak Subjektif
Pajak yang berdasarkan kepada subjek yang selanjutnya dicari syarat
objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak.
Contoh : Pajak penghasilan.
2) Pajak Objektif
Pajak yang berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan dari wajib pajak. Contoh : Pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah.
c. Menurut pemungutan dan pengelolaannya, pajak dibagi menjadi :
1) Pajak Pusat
Pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat yang digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak penghasilan, pajak
10
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak
bumi dan bangunan dan bea materai.
2) Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Pajak yang dikelola oleh
pemerintah tingkat I menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
yaitu pajak kendaraan bermotor, pajak bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak pengambilan
pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, sedangkan pajak
yang di kelola oleh pemerintah tingkat II atau kabupaten atau kota
yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak
parkir.
2.3 Fungsi Pajak
Menurut Siti Resmi (2011:3) terdapat dua fungsi pajak yaitu :
a. Pajak berfungsi sebagai sumber penerimaan negara, sebagai pembiayaan
pengeluaran rutin maupun untuk pembangunan.
b. Pajak sebagai pengatur, melaksanakan suatu kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi agar lebih makmur dan sejahtera.
11
Fungsi pajak menurut Aristansi Widyaningsih (2011:3) terdapat lima
fungsi pajak yaitu :
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber pendanaan yang untuk pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam APBN, pajak merupakan
sumber penerimaaan dalam negara.
b. Fungsi Mengatur (Regulator)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur maupun melaksanakan
kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Seperti PPnBM untuk barang-
barang mewah, hal ini diterapkan pemerintah dalam upaya mengatur
agar tingkat konsumsi barang mewah dapat dikendalikan.
c. Fungsi Stabilitas
Fungsi ini berhubungan langsung dengan kebijakan untuk menjaga
stabilitas harga, sehingga laju inflasi dapat meningkat.
d. Fungsi Retistribusi
Dalam fungsi ini lebih terlihat bahwa unsur pemerataan dan keadilan
dalam masyarakat, karena adanya suatu lapisan tarif dalam pengenaan
pajak.
e. Fungsi Demokrasi
Fungsi pajak yang terakhir ini lebih mengarah kepada demokrasi yang
merupakan wujud sistem gotong royong. Fungsi ini berkaitan dengan
tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat untuk membayar
pajak.
12
Dari fungsi pajak diatas dapat disimpulkan bahwa pajak dapat
dikatakan alat untuk menentukan suatu perekonomian, pajak memiliki
kegunaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.4 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011) mengemukakan sistem pemungutan pajak
terdiri dari tiga sistem yaitu :
a. Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.
Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
wajib pajak sendiri.
13
2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya : Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.
2.5 Tata Cara Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2009:160) mengemukakan tentang tata cara
pemungutan pajak yang dilakukan berdasarkan tiga stelsel adalah sebagai
berikut :
a. Stelsel Nyata (Riil Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis.
Kelemahannya adalah pajak baru dapat pada akhir periode (setelah
penghasilan riil diketahui).
b. Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
Undang-undang, sebagai contoh penghasilan satu tahun dianggap sama
14
dengan tahun sebelumnya sehingga awal tahun pajak telah dapat
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada
keadaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupan gabungan antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan
yang kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan
lebih besar dari pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus
menambah kekurangan. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil
maka kelebihannya dapat diminta kembali.
2.6 Asas Pemungutan Pajak
Asas adalah suatu yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan
suatu masalah perpajakan. Permasalahan yang dimaksud seperti pemungutan
pajak yang dikenakan atas harta, kekayaan maupun penghasilan seseorang
atau badan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penyusunan Undang-undang
dan peraturan perpajakan dan dapat diperhatikan beberapa asas pemungutan
pajak. Asas pemungutan pajak yang dikenal salah satunya adalah “Four
Common of taxation” atau “The four maxims” yang dikemukakan oleh Adam
Smith dalam bukunya yang berjudul “An inquiry in to the nature and Cause of
thewealth of Nations” yaitu :
15
a. Asas Equity (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan)
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Tidak diwajibkan bagi wajib
pajak yang tidak mampu membayar pajak, jika kita membayar pajak
kepada negara maka negara akan memberikan manfaat kepada
masyarakat.
b. Asas Certainty (asas kepastian hukum)
Pemungutan pajak harus dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-
undang. Namun pajak bukanlah suatu asumsi, akan tetapi pajak adalah
untuk kepastian yang dapat memungutnya dengan kepastian berapa yang
harus dipungut dan dibayarkan oleh wajib pajak.
c. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak tepat waktu)
Pemungutan pajak harus dilakukan pada saat yang tepat dan tidak
menyulitkan wajib pajak, seperti wajib pajak menerima suatu
penghasilan berupa hadiah, pada saat itulah merupakan saat yang tepat
untuk memungut pajak.
d. Asas Economy (asas ekonomis)
Biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban wajib pajak yang
diharapkan seminimum mungkin.
2.7 Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang atau badan yang sekaligus memenuhi syarat
subjektif dan objektif. Pengertian wajib pajak menurut UU RI Nomor 6 Tahun
16
1983 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 1994 dan UU
Nomor 16 Tahun 2000 yaitu wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau
pemotongan pajak tertentu.
Adapun pengertian badan menurut pengertian di atas yaitu sekelompok
orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, BUMN atau BUMD,
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, koperasi, dana pensiun dan
bentuk lainnya.
2.8 Definisi Pajak Daerah
Adapun macam-macam definisi pajak daerah menurut para ahli
diantaranya :
Pengertian pajak daerah menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pengertian pajak daerah menurut Mardiasmo (2009:12) pajak daerah
merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
17
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah.
Pengertian pajak daerah menurut Dias Priantara (2012:543) pajak daerah
merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Munculnya istilah pajak daerah merupakan konsekuensi logis dari
adanya pembagian tugas dan kewenangan antara pemerintah pusat maupun
daerah sehingga beberapa tugas pemerintah pusat diberikan ke pemerintah
daerah. Pemberian kewenangan ini bertujuan untuk menarik pajak daerah
yang merupakan salah satu aspek penting yang tercakup dalam desentralisasi
fiskal pada sisi penerimaan pajak.
Disamping itu, pajak daerah juga salah satu sumber pendapatan yang
sangat penting untuk daerah guna membiayai penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan daerah yang merupakan salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Sistem perpajakan daerah
sebenarnya bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem perpajakan yang
berlaku secara nasional.
18
Dengan adanya otonomi daerah maka setiap daerah diperbolehkan
mengembangkan kreatifitas untuk menemukan sumber-sumber pajak baru
bagi daerah tersebut, berkaitan dengan hal ini maka dibutuhkan keberanian
dari aparat untuk menemukan sumber pendapatan daerah dari pajak tetapi
yang perlu diperhatikan jangan sampai sumber-sumber pendapatan daerah ini
berbenturan dengan jenis-jenis pajak yang telah ditetapkan oleh pusat.
2.9 Jenis-Jenis Pajak Daerah
Dari definisi di atas maka menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009, jenis-jenis pajak daerah kabupaten atau kota terdiri dari sebelas jenis
pajak yaitu :
a. Pajak Hotel
Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Karena hotel adalah
fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa
terkait lainnya dengan dipungut bayaran yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, persinggahan dan rumah
penginapan.
b. Pajak Restoran
Pajak atas pelayanan yang disediakan restoran. Artinya restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan minuman dengan dipungut bayaran yang
mencakup juga rumah makan, kafe, kantin, warung dan bar.
19
c. Pajak Hiburan
Pajak atas penyelenggaraan hiburan. Dalam hal ini hiburan adalah semua
jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan keramaian yang dinikmati
dengan pungutan bayaran.
d. Pajak Reklame
Pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame yang dimaksudkan disini
yaitu benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya
dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,
mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang
atau jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar,
dirasakan dan dinikmati oleh umum.
e. Pajak Parkir
Pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.
f. Pajak Penerangan Jalan
Pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain.
20
g. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud didalam
peraturan perundang-undangan dibidang mineral dan batubara.
h. Pajak Air Tanah
Pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air permukaan.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak atas kegiatan pengambilan atau pengusahaan sarang burung walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas
tanah dan bangunan maksudnya adalah perbuatan atau peristiwa hukum
yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan
oleh pribadi atau badan.
21
2.10 Tolok Ukur Untuk Menilai Pajak Daerah
Dalam pengelolaan pajak daerah agar sesuai dengan makna pelaksanaan
otonomi daerah maka pemanfaatannya harus diupayakan untuk pelayanan
kepada sektor pajak yang bersangkutan. Apabila pembayar pajak daerah dapat
merasakan manfaat atas pembayarannya maka diharapkan timbul kesadaran
untuk melakukan pembayaran secara teratur dan sukarela. Secara umum
pemungutan pajak daerah harus dilihat dari dua sisi yaitu hasil guna dan daya
guna bagi pemerintah daerah dan masyarakat daerah yang bersangkutan.
Ada lima tolok ukur untuk menilai pajak daerah yaitu :
a. Hasil (yield) meliputi
1) Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan dengan berbagai
layanan yang di biayainya.
2) Stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besar atau kecilnya
hasil itu.
3) Elastisitas hasil pajak terhadap pertumbuhan penduduk.
4) Perbandingan hasil pajak dengan biaya yang di pungut.
b. Keadilan (equity) meliputi
1) Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak semena-
mena.
2) Pajak yang bersangkutan harus adil secara horizontal artinya beban
pajak haruslah sama antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi
dengan kedudukan ekonomi yang sama.
22
3) Pajak yang bersangkutan harus adil secara vertikal artinya kelompok
yang memiliki sumber ekonomi yang sama dapat memberikan
sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak memiliki
sumber daya ekonomi.
c. Daya guna ekonomi (economic efficiency) meliputi
1) Pajak hendaknya mendorong pengguna sumber daya secara efisien
dan efektif dalam kehidupan ekonomi.
2) Mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan pilihan produsen
menjadi salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung
dan memperkecil beban lebih pajak.
d. Kemampuan melaksanakan (ability to implement) meliputi
1) Pajak harus dapat dilaksanakan dari sudut kemauan politis dan
kemauan tata usaha.
2) Dalam menilai kemampuan administratif pengukurannya dilihat dari
kemudahan dalam prosedur pemungutan pajak daerah, kemudahan
data potensi objek pajak akan memberikan optimasi pemungutan
pajak daerah.
3) Kemampuan politis diperlukan dalam pengenaan pajak, menetapkan
struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan
bagaimana pajak tersebut ditetapkan, memungut pajak secara fisik
dan memaksakan sanksi terhadap para pelanggar.
23
e. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah meliputi
1) Haruslah jelas kepada daerah mana pajak harus dibayarkan dan
tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir
beban pajak.
2) Pajak tidak dapat dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak
dari suatu daerah ke daerah lain.
3) Pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari
kemampuan tata usaha pajak daerah.
2.11 Sanksi Pajak Daerah
Ada dua macam sanksi pajak daerah yaitu :
a. Sanksi Administrasi meliputi
1) Penagihan pajak daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) di kenakan sanksi 2% sebulan
dihitung dari pajak kurang bayar atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama dua puluh empat bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
2) Penagihan pajak dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan
pajak. Sanksi administrasi ini tidak akan dikenakan apabila wajib
pajak melaporkannya sebelum diadakan pemeriksaan.
24
3) Penagihan pajak dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) dengan perhitungan
secara jabatan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 25%
dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2%
sebulan dihitung dari pajak kurang bayar atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama dua puluh empat bulan dihitung
sejak saat terutangnya pajak sampai diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB).
4) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak
Daerah (STPD) karena pajak tidak dibayar atau kurang bayar atau
karena adanya penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD),
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap
bulan untuk paling lama lima belas bulan sejak saat terutangnya
pajak.
5) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang tidak dibayar atau
kurang bayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga 2% sebulan dan ditagih melalui Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD). Kepala daerah karena jabatannya
atau atas permohonan wajib pajak dan berlandaskan unsur keadilan
yang berwenang memperbaiki atau membatalkan ketetapan yang
tidak benar yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitung atau kekeliruan dalam penerapan perundang-
undangan perpajakan daerah. Selain kewenangan-kewenangan di
25
atas, kepala derah juga berwenang untuk mengurangi atau
menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan
kenaikan pajak terutang menurut peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena
kesalahan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya.
b. Sanksi Pidana meliputi
1) Wajib pajak yang karena kelupaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak
benar sehingga merugikan keuangan daerah maka dapat dipidanakan
dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling
banyak dua kali jumlah pajak yang terutang.
2) Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak
benar sehingga merugikan keuangan daerah maka dapat dipidanakan
dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau denda paling
banyak empat kali jumlah pajak yang terutang.
2.12 Peraturan Daerah Kota Bekasi Tentang Pajak Daerah
Berikut ini dapat dilihat Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi tentang
pajak daerah yaitu :
a. Perda Nomor 03 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir.
26
b. Perda Nomor 03 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan.
c. Perda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah.
d. Perda Nomor 07 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.
e. Perda Nomor 08 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran.
f. Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel.
g. Perda Nomor 14 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kota Bekasi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame.
h. Perda Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan.
i. Perda Nomor 16 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kota Bekasi Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pajak Penerangan Jalan.
2.13 Objek Pajak Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi yang dapat dilihat di
atas yang menjadi objek pajak daerah yaitu :
a. Pajak Parkir
Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor, penyelenggaraan parkir insidentil.
b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang
27
meliputi pemindahan hak karena :
1) Adanya jual beli.
2) Tukar menukar.
3) Hibah.
4) Hibah wasiat.
5) Warisan.
6) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain.
7) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan.
8) Penunjukan pembeli dalam lelang.
9) Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
10) Penggabungan usaha.
11) Peleburan usaha.
12) Pemekaran usaha.
13) Hadiah.
c. Pajak Air Tanah
Objek pajak air tanah adalah pengambilan atau pemanfaatan air tanah.
d. Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan
dipungut bayaran, yang meliputi :
1) Tontonan film.
2) Pagelaran kesenian, musik, tari dan busana.
3) Kontes kecantikan dan binaraga.
4) Pameran.
28
5) Diskotik, karaoke dan klab malam.
6) Sirkus, akrobat dan sulap.
7) Permainan bilyar, golf dan bowling.
8) Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan.
9) Panti pijat, refleksi, mandi uap atau spa dan pusat kebugaran (fitness
center).
10) Pertandingan olahraga.
e. Pajak Restoran
Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran,
termasuk didalamnya roti, donat, catering atau jasa boga dan sejenisnya.
Pelayanan yang disediakan restoran meliputi pelayanan penjualan
makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi
ditempat pelayanan maupun ditempat lain.
f. Pajak Hotel
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas
olahraga dan hiburan. Jasa penunjang yang dimaksud meliputi fasilitas
telepon, faksimile, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika,
transportasi dan fasilitas lainnya yang disediakan atau dikelola oleh
pihak hotel.
29
g. Pajak Reklame
Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame, yang
meliputi :
1) Reklame papan atau billboard atau videotron atau megatron.
2) Reklame kain.
3) Reklame melekat dan stiker.
4) Reklame selebaran.
5) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan.
6) Reklame udara.
7) Reklame apung.
8) Reklame suara.
9) Reklame film atau slide.
10) Reklame peragaan.
h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah bumi
dan bangunan yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.
i. Pajak Penerangan Jalan
Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik
yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Listrik
yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik.
30
2.14 Objek Yang Tidak Dikenakan Pajak Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi dapat dilihat bahwa
yang menjadi objek yang tidak dikenakan pajak daerah yaitu :
a. Pajak Parkir
Objek yang tidak dikenakan pajak parkir yaitu meliputi :
1) Penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
2) Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya
digunakan untuk karyawannya sendiri.
3) Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas
timbal balik.
4) Penyelenggaraan tempat parkir di pemakaman, pendidikan dan
tempat ibadah.
b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Objek yang tidak dikenakan BPHTB yaitu meliputi :
1) Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik.
2) Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum.
3) Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan
dengan peraturan menteri keuangan dengan syarat tidak menjalankan
31
usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan
atau perwakilan organisasi tersebut.
4) Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama.
5) Orang pribadi atau badan karena wakaf.
6) Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
c. Pajak Air Tanah
Objek yang tidak dikenakan pajak air tanah adalah pengambilan atau
pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan
pertanian dan perikanan rakyat serta peribadatan.
d. Pajak Hiburan
Objek yang tidak dikenakan pajak hiburan adalah penyelenggaraan
hiburan yang tidak dipungut bayaran pada acara pernikahan, upacara
adat, kegiatan keagamaan dan pameran buku.
e. Pajak Restoran
Objek yang tidak dikenakan pajak restoran adalah pelayanan penjualan
makanan atau minuman yang omsetnya tidak melebihi sebesar Rp
3.000.000 per bulan.
f. Pajak Hotel
Objek yang tidak dikenakan pajak hotel yaitu meliputi :
1) Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah.
2) Jasa sewa apartemen.
32
3) Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.
4) Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo,
panti asuhan dan panti sosial lainnya.
5) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan
oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
g. Pajak Reklame
Objek yang tidak dikenakan pajak reklame yaitu meliputi :
1) Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta
harian, warta mingguan dan warta bulanan.
2) Label atau merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan suatu produk.
3) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan tempat usaha atau profesi yang diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal tempat usaha atau
profesi tersebut.
4) Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan organisasi kemasyarakatan partai paling lama dua minggu.
h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Objek yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan yaitu meliputi :
1) Objek pajak yang digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
untuk penyelenggaraan pemerintahan.
33
2) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, kesehatan, sosial, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh suatu
keuntungan.
3) Digunakan untuk pemakaman dan peninggalan purbakala.
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik.
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang
ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan.
i. Pajak Penerangan Jalan
Objek yang tidak dikenakan pajak penerangan jalan yaitu meliputi :
1) Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah dan pemerintah
daerah.
2) Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh
kedutaan, konsulat dan perwakilan negara asing dengan asas timbal
balik.
3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas
tertentu yang tidak memerlukan ijin dari instansi teknis terkait.
4) Penggunaan tenaga listrik pada tempat ibadah dan sosial.
34
2.15 Subjek Pajak Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi dapat dilihat bahwa
yang menjadi subjek pajak daerah yaitu :
a. Pajak Parkir
Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
parkir kendaraan bermotor.
b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas tanah dan bangunan.
c. Pajak Air Tanah
Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan atau pemanfaatan air tanah.
d. Pajak Hiburan
Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati
hiburan.
e. Pajak Restoran
Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli
makanan atau minuman dari restoran.
f. Pajak Hotel
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada yang mengusahakan hotel.
35
g. Pajak Reklame
Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atu badan yang menggunakan
reklame.
h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Subjek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah orang
pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi
atau memperoleh manfaat atas bumi dan memiliki, menguasai atau
memperoleh manfaat atas bangunan.
i. Pajak Penerangan Jalan
Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang
dapat menggunakan tenaga listrik.
2.16 Tarif Pajak Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi maka ditetapkan tarif
untuk masing-masing pajak daerah yaitu sebagai berikut :
a. Pajak Parkir
Tarif pajak parkir ditetapkan sebesar 25% dari omset, untuk tempat
penitipan kendaraan bermotor sebesar 15% dari omset dan untuk jasa
valet atau jasa sejenisnya tarif pajak ditetapkan sebesar 25% dari omset.
b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan sebesar 5%.
c. Pajak Air Tanah
Tarif pajak air tanah ditetapkan sebesar 20% dari nilai perolehan air.
36
d. Pajak Hiburan
Tarif pajak untuk setiap jenis hiburan yaitu:
1) Tontonan film meliputi HTM mulai dari Rp 35.000 keatas ditetapkan
sebesar 15% dan HTM dibawah Rp 35.000 ditetapkan sebesar 11%.
2) Pagelaran kesenian dan tari ditetapkan sebesar 5%.
3) Pagelaran musik dan busana ditetapkan sebesar 10%.
4) Kontes kecantikan dan binaraga ditetapkan sebesar 10%.
5) Pameran ditetapkan sebesar 10%.
6) Diskotik dan klab malam ditetapkan sebesar 40%.
7) Karaoke ditetapkan sebesar 25%.
8) Sirkus, akrobat dan sulap ditetapkan sebesar 10%.
9) Permainan bilyar ditetapkan sebesar 10%.
10) Permainan golf ditetapkan sebesar 25%.
11) Permainan bowling ditetapkan sebesar 15%.
12) Pacuan kuda, kendaraan bermotor meliputi ATV, road race,
permainan ketangkasan meliputi gelanggang permainan anak dan
outbond ditetapkan sebesar 10%.
13) Panti pijat modern ditetapkan sebesar 25%.
14) Panti pijat tradisional dan refleksi ditetapkan sebesar 10%.
15) Mandi uap atau spa dan pusat kebugaran (fitness center) ditetapkan
sebesar 25%.
16) Pertandingan olahraga ditetapkan sebesar 10%.
37
e. Pajak Restoran
Tarif pajak restoran ditetapkan sebesar 10%.
f. Pajak Hotel
Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10%.
g. Pajak Reklame
Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25%.
h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan
sebagai berikut :
1) Sebesar 0,1% untuk NJOP sampai dengan Rp 500.000.000.
2) Sebesar 0,15% untuk NJOP di atas Rp 500.000.000 sampai dengan
Rp 1.000.000.000.
3) Sebesar 0,25% untuk NJOP di atas Rp 1.000.000.000.
i. Pajak Penerangan Jalan
Tarif pajak untuk setiap jenis penerangan jalan yaitu :
1) Tarif rumah tangga meliputi pengguna 450 watt ditetapkan sebesar
3%, pengguna 900 watt ditetapkan sebesar 4%, pengguna 1300 watt
ditetapkan sebesar 6%, pengguna 2200 watt ke atas ditetapkan
sebesar 8%.
2) Tarif fasilitas sosial dan umum meliputi sosial murni ditetapkan
sebesar 0%, sosial komersil ditetapkan sebesar 3%.
3) Tarif untuk bisnis meliputi pengguna 450 watt ditetapkan sebesar
3%, pengguna 900 watt ditetapkan sebesar 4%, pengguna 1300 Watt
38
ditetapkan sebesar 6%, pengguna 2200 watt ke atas ditetapkan
sebesar 8%.
4) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam ditetapkan sebesar 3%.
5) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri untuk industri dan
bukan industri ditetapkan sebesar 1,5%.
2.17 Dasar Pengenaan Pajak
Berdasarkan tarif pajak daerah yang telah dijelaskan di atas maka
ditetapkan dasar pengenaan pajak untuk masing-masing pajak daerah yaitu
sebagai berikut :
a. Pajak Parkir
Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran yang
seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir.
b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Dasar pengenaan BPHTB adalah nilai perolehan objek pajak, yang
meliputi :
1) Adanya jual beli.
2) Tukar menukar.
3) Hibah.
4) Hibah wasiat.
5) Warisan.
6) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya.
39
7) Pemisahan hak.
8) Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap.
9) Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak.
10) Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak.
11) Penggabungan usaha.
12) Peleburan usaha.
13) Pemekaran usaha.
14) Hadiah.
15) Penunjukan pembeli dalam lelang.
c. Pajak Air Tanah
Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air tanah yang
dinyatakan dalam mata uang rupiah dan dihitung dari sebagian atau
seluruh faktor-faktor sebagai berikut :
1) Jenis sumber air yaitu jenis air bawah yang terdiri dari air tanah dalam, air
tanah dangkal dan mata air.
2) Lokasi sumber air yaitu tempat titik pengambilan air yang berada dengan
memperhatikan sumber alternatif (sumber air lainnya di luar air bawah
tanah).
3) Tujuan pengambilan atau pemanfaatan air yaitu untuk kebutuhan dan jenis
pemanfaatan air.
4) Volume air yang diambil atau dimanfaatkan yaitu besarnya air bawah tanah
yang diambil per galon dalam satuan meter kubik.
40
5) Kualitas air yaitu mutu air bawah yang ditentukan dengan cara melakukan
uji laboratorium terhadap unsur-unsur yang terkandung di dalam air.
6) Tingkat kerusakan Iingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan atau
pemanfaatan air.
d. Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau
yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan.
e. Pajak Restoran
Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang
diterima atau yang seharusnya diterima oleh restoran termasuk
didalamnya rumah makan, kafetaria, kantin, depot atau warung, bar, roti,
donat, catering atau jasa boga dan sejenisnya.
f. Pajak Hotel
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel.
g. Pajak Relame
Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame.
h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
adalah NJOP yang ditetapkan setiap tiga tahun sekali, kecuali untuk
objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahunnya sesuai dengan
perkembangan wilayahnya. Besarnya penetapan NJOP dalam ditetapkan
oleh walikota.
41
i. Pajak Penerangan Jalan
Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga lisrik,
dapat ditetapkan dalam hal tenaga listrik yang berasal dari sumber lain
dan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri.
2.18 Definisi Pengendalian Internal
Adapun macam-macam definisi pengendalian internal menurut para ahli
diantaranya :
Pengertian pengendalian internal menurut Romney dan Steinbart
(2009:229) pengendalian internal merupakan rencana organisasi dan metode
bisnis yang dipergunakan untuk menjaga kekayaan organisasi, memberikan
informasi yang dapat dipercaya atau mendorong dan memperbaiki efisiensi
jalannya suatu organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang
telah ditetapkan.
Pengertian pengendalian internal menurut Sukrisno Agoes (2013:99)
pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen dan personal lain yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang dapat dipercaya mengenai pencapaian yang bertujuan untuk
melihat kebenaran laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Dari kedua definisi pengendalian internal di atas maka penulis
simpulkan bahwa pengendalian internal merupakan sistem, struktur atau
42
prosedur yang saling berhubungan memiliki beberapa tujuan yaitu menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kebenaran data akuntansi yang
dikoordinasikan sedemikian mungkin dan mendorong kepatuhan kebijakan
hukum dan peraturan yang berlaku untuk melaksanakan fungsi utama
perusahaan.
2.19 Komponen Pengendalian Internal
Menurut Sukrisno Agoes (2013:100) pengendalian internal terdiri dari
lima komponen yang saling berkaitan. Lima komponen pengendalian internal
tersebut yaitu :
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Suatu keadaan organisasi yang dapat mempengaruhi kesadaran akan
suatu pengendalian dari sikap masing-masing orang. Lingkungan
pengendalian merupakan suatu bentuk dari semua komponen
pengendalian internal lainnya yang bersifat disiplin dan berstruktur.
b. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Suatu kebijakan atau prosedur yang dapat membantu suatu perusahaan
dalam menilai bahwa tugas atau perintah yang diberikan oleh
manajemen telah dijalankan dengan baik atau tidak.
c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Suatu kebijakan atau prosedur yang dapat membantu suatu perusahaan
dalam meyakinkan bahwa tugas atau perintah yang diberikan oleh
manajemen telah dijalankan.
43
d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Pengidentifikasian atau penangkapan dan pertukaran informasi dalam
suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu
melaksanakan tanggung jawabnya.
e. Pemantauan (Monitoring)
Suatu proses yang menilai kualitas kerja pengendalian internal pada
suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan
pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.
2.20 Definisi Efektivitas
Efektivitas merupakan hubungan antara output dan tujuan atau dapat
juga dikatakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan dan
prosedur dari organisasi. Adapun macam-macam definisi efektivitas menurut
para ahli diantaranya :
Pengertian efektivitas menurut Sondang P.Siagian (2008:4) efektivitas
merupakan pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas
menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah
ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin
tinggi efektivitasnya.
44
Pengertian efektivitas menurut Mardiasmo (2009:134) efektivitas
merupakan ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai
tujuannya maka organisasi tersebut dapat dikatakan telah berjalan
dengan efektif.
2.21 Pendekatan Terhadap Efektivitas
Ada empat pendekatan terhadap efektivitas diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Pendekatan Sasaran
Pendekatan ini melihat sejauh mana keberhasilan suatu sasaran yang
hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dapat
dimulai melalui identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
b. Pendekatan Sumber
Pendekatan ini mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
perusahaan dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang
dibutuhkan. Suatu organisasi harus dapat memperoleh berbagai macam
sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi
efektif.
45
c. Pendekatan Proses
Pendekatan ini menganggap efektivitas sebagai suatu definisi dan
kondisi kesehatan dari suatu organisasi. Pada organisasi yang efektif
maka proses internal berjalan dengan lancar, dimana keadaan bagian-
bagian yang ada didalam organisasi tersebut dapat berjalan secara
terkoordinasi.
2.22 Definisi Target
Adapun macam-macam definisi target menurut para ahli diantaranya :
Pengertian target menurut Fandy Tjiptono (2008:65) target merupakan
daya tarik masing–masing segmen dengan menggunakan variabel–variabel
yang bisa menguantifikasi kemungkinan permintaan dari setiap segmen, biaya
melayani setiap segmen, biaya memproduksi produk dan jasa yang diinginkan
pelanggan dan kesesuaian antara kompetensi inti perusahaan dan peluang
pasar.
Pengertian target menurut Ali Hasan (2008:1991) target merupakan
suatu kegiatan menentukan pasar sasaran yaitu tindakan memilih satu atau
lebih segmen untuk dilayani.
Pengertian target menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2008:1404)
target merupakan sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk
dicapai.
46
Dari ketiga definisi target di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa
target merupakan suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan agar dapat
dicapai semaksimal mungkin.
2.23 Sifat Target atau Sasaran
Berikut ini merupakan sejumlah sifat yang mendukung kriteria bagi
target atau sasaran yaitu sebagai berikut :
a. Sesuai dengan manfaat dan misi organisasi.
b. Realisis.
c. Dapat diterima masyarakat organisasi.
d. Luwes terhadap resiko.
e. Memberikan motivasi.
f. Dipahami oleh anggota.
g. Keterkaitan antara sasaran.
h. Terukur dalam pengertian waktu.
i. Spesifik.
2.24 Definisi Penerimaan Pajak Derah
Menurut Suryadi (2008:105) penerimaan pajak daerah merupakan
sumber pembiayaan daerah yang dominan baik untuk belanja rutin maupun
belanja pembangunan daerah.
47
Dari definisi tersebut maka penulis simpulkan bahwa penerimaan pajak
daerah dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan daerah untuk
kemandirian pembiayaan pemerintah daerah dan dilaksanakan secara efektif
dan efisien.
2.25 Kerangka Berpikir
Gambar 1
Sumber : Penulis
Pengendalian internal memang sangatlah dibutuhkan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kebenaran data akuntansi yang
dikoordinasikan sedemikian mungkin. Akan tetapi jika tidak diseimbangkan
dengan efektivitas maka hasilnya kurang baik jadi pengendalian dan
efektivitas harus berjalan seimbang karena efektivitas merupakan hubungan
Pengendalian Internal
Efektivitas
Target Penerimaan Pajak
48
antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan ukuran seberapa jauh
tingkat output tertentu, kebijakan dan prosedur dari organisasi.
Maka jika pengendalian internal dan efektivitas sudah dikatakan berjalan
dengan baik atau seimbang maka diperoleh suatu tujuan yang dapat dicapai
yaitu target penerimaan pajak. Karena target penerimaan pajak dapat menjadi
sumber pembiayaan pembangunan untuk kemandirian pembiayaan pemerintah
dan dilaksanakan secara efektif dan efisien.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Dalam rangka penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di
Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Jl.Ir.H.Juanda nomor 100, Bekasi.
Penelitian dilakukan selama lima bulan sejak bulan April sampai dengan
Agustus 2015.
3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yaitu
sebagai berikut :
a. Data Primer
Merupakan data atau keterangan yang diperoleh secara langsung dari
sumber dimana penelitian berlangsung. Dalam hal ini penulis melakukan
penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Jl.Ir.H.Juanda
nomor 100, Bekasi.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
50
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah berupa :
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu dengan mencari, membaca, mencatat, dan mengumpulkan bahan
bacaan dari literatur yang terdapat dalam perpustakaan, media cetak serta
data-data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang sedang
diteliti.
b. Studi Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi
langsung ke tempat objek penelitian, yang terdiri dari :
1) Observasi (Observation)
Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
2) Wawancara (Interview)
Mengadakan tanya jawab langsung dan meminta penjelasan kepada
pihak-pihak yang terkait mengetahui persoalan dari objek yang
sedang diteliti.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif
yaitu metode analisis data dengan cara menggambarkan kenyataan dan
keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan
51
keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan
penelitian ini.
Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan guna memberikan
gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang diajukan sehingga
memberikan informasi yang lengkap tentang objek yang sedang diteliti.
Selanjutnya hasil yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan teori-teori
yang berlaku untuk kemudian dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan
dan saran.
52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
Pada masa kepemimpinan kepala daerah dengan sebutan pertama kali
walikota bekasi dimulai tahun 1998 sampai dengan sekarang, saat itu walikota
bekasi periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2003 dipimpin oleh H. N.
SONTANIE. Pengelolaan pendapatan daerah pada masa kepemimpinan H. N.
SONTANIE mengalami dua kali perubahan yaitu :
a. Periode pertama tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 pengelolaan
pendapatan dibawah naungan lembaga berbentuk dinas yang bernama
Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kota Bekasi.
b. Periode kedua tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 pengelolaan
pendapatan dibawah naungan lembaga berbentuk badan yang bernama
Badan Pengelolaan Keuangan, Kekayaan dan Aset Daerah (Bakukeda)
Kota Bekasi.
Periode selanjutnya yaitu pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008
walikota bekasi dipimpin oleh AKHMAD ZURFAIH, masa kepemimpinan
beliau pengelolaan pendapatan dimasa awal kepemimpinannya masih bernama
Bakukeda Kota Bekasi. Memasuki tahun kedua kepemimpinan beliau yakni di
bulan juni 2004 pengelolaan pendapatan daerah masih dibawah naungan
lembaga berbentuk Badan yakni bernama Badan Pendapatan Daerah Kota
53
Bekasi (Bapenda) Kota Bekasi periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.
Walikota bekasi selanjutnya periode tahun 2008 sampai dengan tahun
2013 kepemimpinan pemerintah kota bekasi dipegang oleh H. MOCHTAR
MOHAMAD, pada masa kepemimpinan beliau ditahun pertama pengelolaan
pendapatan daerah masih bernama Bapenda Kota Bekasi. memasuki awal
tahun kedua kepemimpinan beliau pengelolaan pendapatan daerah
menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, bahwa berdasarkan peraturan pemerintah
tersebut pengelolaan pendapatan daerah dibawah Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) berbentuk dinas yang bernama Dinas Pengelolaan
Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) periode tahun 2009
sampai dengan tahun 2011.
Dikarenakan terlalu besarnya beban lingkup dari DPPKAD Kota Bekasi
sehingga kurangnya fokus dalam urusan pengelolaan pendapatan maka
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2010
tentang Perubahan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi Nomor 06 Tahun
2008 tentang Dinas Daerah, maka pengelolaan pendapatan daerah berubah
menjadi Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bekasi. Walaupun perda
tentang Dispenda telah disahkan pada tahun 2010 namun berlaku efektifnya
Dispenda Kota Bekasi yakni pada bulan juni tahun 2011 sampai dengan
sekarang.
54
4.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
Visi dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yaitu menjadikan Dinas
Pendapatan Daerah Kota Bekasi sebagai pengelola pendapatan daerah yang
profesional dan amanah.
Sedangkan misi dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yaitu :
a. Meningkatkan tata kelola pelayanan pajak daerah.
b. Memantapkan kinerja kompetensi aparatur dan organisasi.
c. Mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerah.
4.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
Bagan dibawah ini memberikan gambaran mengenai struktur organisasi
Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yaitu sebagai berikut :
55
KEPALA DINAS
Gambar 2
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SEKRETARIS
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN UMUM
& PERENCANAAN
BIDANG EVALUASI
PENGAWASAN
DAN KONSULTASI
BIDANG PBB &
BPHTB
BIDANG PAD DAN
DANA
PERIMBANGAN
BIDANG PERENCANAAN
PENDAPATAN DAERAH
SEKSI
PERENCANAAN
PENDAPATAN
SEKSI
INTENSIFIKASI DAN
EKSTENSIFIKASI
SEKSI PELAPORAN
PEMBUKUAN
SEKSI PAJAK
DAERAH
SEKSI RETRIBUSI
DAERAH DAN
BENDA
BERHARGA
SEKSI DANA
PERIMBANGAN
SEKSI PENDATAAN
PENILAIAN DAN
PENETAPAN ATAS PBB
DAN BPHTB
SEKSI PENAGIHAN DAN
PELAYANAN PBB DAN
BPHTB
SEKSI DATA DAN
INFORMASI PBB &
BPHTB
SEKSI PENGAWASAN
EVALUASI DAN
KEBIJAKAN
PENDAPATAN DAERAH
SEKSI KONSULTASI
KEBERATAN DAN
BANDING
SEKSI PEMERIKSAAN
DAN PENYIDIKAN
UPTD
56
4.4 Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan struktur organisasi diatas, maka berikut dijelaskan tugas
dan fungsi dari masing-masing bagian yaitu sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
Membantu walikota dalam memimpin, mengendalikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas yang meliputi urusan
perencanaan pendapatan daerah, PAD dan dana perimbangan, PBB dan
BPHTB serta evaluasi pengawasan dan konsultasi.
b. Sekretaris
Membantu kepala dinas dalam memimpin dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan pelayanan teknis administratif kegiatan dan
ketatausahaan yang meliputi urusan umum dan perencanaan,
kepegawaian serta keuangan.
c. Bidang PAD dan Dana Perimbangan
Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas pada bidang yang
meliputi pajak daerah, retribusi daerah dan benda berharga serta dana
perimbangan.
d. Bidang Perencanaan Pendapatan Daerah
Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
57
pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas pada bidang yang
meliputi perencanaan pendapatan, intensifikasi dan ekstensifikasi serta
pelaporan pembukuan.
e. Bidang PBB dan BPHTB
Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas pada bidang yang
meliputi pendataan, penilaian dan penetapan atas PBB dan BPHTB,
penagihan dan pelayanan PBB dan BPHTB serta data dan informasi
PBB dan BPHTB.
f. Bidang Evaluasi Pengawasan Dan Konsultasi
Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas pada bidang yang
meliputi pengawasan, evaluasi dan kebijakan pendapatan daerah,
konsultasi, keberatan dan banding serta pemeriksaan dan penyidikan.
g. UPTD Pendapatan
Melakukan pendataan, pendaftaran dan penagihan pajak daerah meliputi
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak
parkir dan lain-lain.
58
4.5 Analisis Data
4.5.1 Laju Pertumbuhan Pajak Daerah Kota Bekasi
Untuk menghitung pertumbuhan pajak daerah dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Laju Pertumbuhan Pajak Daerah Kota Bekasi
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Realisasi Selisih
Pertumbuhan
(%)
2009 99.031.556.174 - -
2010 150.822.290.606 51.790.734.432 52.30
2011 375.978.082.270 225.155.791.664 149.28
2012 497.833.031.022 121.854.948.752 32.41
2013 723.511.938.746 225.678.907.724 45.33
2014 845.771.913.123 122.259.974.377 16.90
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan pajak daerah pada tahun
2010 mengalami penurunan dikarenakan target pajak daerah tahun 2009 lebih
besar dibandingkan penerimaan pajak daerah. Pada tahun 2010-2011
pertumbuhan pajak daerah mengalami kenaikan yang signifikan sebesar
52.30% tahun 2010 menjadi 149.28% tahun 2011 merupakan pertumbuhan
pajak daerah terbesar dibandingkan tahun yang lainnya. Penurunan pada tahun
G =
	( )
	( )
x 100%
59
2010 dikarenakan pajak air tanah, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
dan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan masih belum ada di
Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Kenaikan yang signifikan pada tahun
2011 dikarenakan adanya penambahan pajak air tanah dan bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan yang sudah ada di Dinas Pendapatan Daerah Kota
Bekasi.
Pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan pertumbuhan pajak daerah
sebesar 32.41% tahun 2012 dikarenakan tahun 2012 pajak bahan galian
golongan c sudah dihapuskan. Pada tahun 2012-2013 pertumbuhan pajak
daerah mengalami kenaikan sebesar 45.33% tahun 2013 dikarenakan adanya
penambahan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan yang
penerimaannya lebih besar dibandingkan target yang ditetapkan. Pada tahun
2013-2014 pertumbuhan pajak daerah hanya sebesar 16.90% tahun 2014
merupakan pertumbuhan pajak daerah terkecil dibandingkan tahun
sebelumnya.
60
4.5.2 Penerimaan Pajak Hotel
Tabel 4.2
Penerimaan Pajak Hotel
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 2.605.618.000 2.711.074.812 104.05
2011 3.299.999.400 3.348.011.541 101.45
2012 4.500.000.000 4.062.680.578 90.28
2013 4.439.768.300 4.843.348.650 109.09
2014 8.440.924.100 9.223.385.527 109.27
Rata-Rata 102.828
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak hotel tahun 2010-2014
menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 104.05%, 101.45%,
90.28%, 109.09% dan 109.27%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi
yaitu pada tahun 2014 sebesar 109.27% dan persentase terendah yaitu pada
tahun 2012 sebesar 90.28%.
Rendahnya penerimaan pajak hotel tahun 2012 dikarenakan penetapan
target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang
didapatkan yaitu sebesar Rp 4.062.680.578.
61
4.5.3 Penerimaan Pajak Restoran
Tabel 4.3
Penerimaan Pajak Restoran
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 36.816.105.000 35.993.072.300 97.76
2011 43.279.918.850 45.324.573.725 104.72
2012 54.237.912.400 58.706.451.527 108.24
2013 79.243.776.270 81.662.055.038 103.05
2014 119.724.247.150 122.423.971.422 102.25
Rata-Rata 103.204
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak restoran tahun 2010-
2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 97.76%, 104.72%,
108.24%, 103.05% dan 102.25%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi
yaitu pada tahun 2012 sebesar 108.24% dan persentase terendah yaitu pada
tahun 2010 sebesar 97.76%.
Rendahnya penerimaan pajak restoran tahun 2010 dikarenakan
penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan
yang didapatkan yaitu sebesar Rp 35.993.072.300.
62
4.5.4 Penerimaan Pajak Hiburan
Tabel 4.4
Penerimaan Pajak Hiburan
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 6.528.654.900 5.940.680.537 90.99
2011 8.083.507.100 8.610.847.387 106.52
2012 12.034.187.700 12.749.787.164 105.95
2013 17.710.472.013 15.761.124.253 88.99
2014 23.712.753.200 23.850.867.613 100.58
Rata-Rata 98.606
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak hiburan tahun 2010-
2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 90.99%, 106.52%,
105.95%, 88.99% dan 100.58%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi
yaitu pada tahun 2011 sebesar 106.52% dan persentase terendah yaitu pada
tahun 2013 sebesar 88.99%.
Rendahnya penerimaan pajak hiburan tahun 2013 dikarenakan penetapan
target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang
didapatkan yaitu sebesar Rp 15.761.124.253.
63
4.5.5 Penerimaan Pajak Reklame
Tabel 4.5
Penerimaan Pajak Reklame
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 17.829.247.000 13.875.969.916 77.83
2011 17.946.682.000 16.317.201.997 90.92
2012 19.842.799.800 16.187.872.619 81.58
2013 24.844.000.000 24.316.259.790 97.88
2014 40.677.884.000 29.282.773.150 71.99
Rata-Rata 84.04
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak reklame tahun 2010-
2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 77.83%, 90.92%,
81.58%, 97.88% dan 71.99%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi
yaitu pada tahun 2013 sebesar 97.88% dan persentase terendah yaitu pada
tahun 2014 sebesar 71.99%.
Rendahnya penerimaan pajak reklame tahun 2014 dikarenakan
penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan
yang didapatkan yaitu sebesar Rp 29.282.773.150.
64
4.5.6 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan
Tabel 4.6
Penerimaan Pajak Penerangan Jalan
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 94.961.827.844 88.323.935.080 93.01
2011 114.175.764.254 117.979.596.235 103.33
2012 128.854.295.900 130.887.027.632 101.58
2013 155.150.221.504 157.558.293.680 101.55
2014 188.471.461.000 195.623.886.559 103.79
Rata-Rata 100.652
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak penerangan jalan tahun
2010-2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 93.01%,
103.33%, 101.58%, 101.55% dan 103.79%. Dapat dilihat bahwa persentase
paling tinggi yaitu pada tahun 2014 sebesar 103.79% dan persentase terendah
yaitu pada tahun 2010 sebesar 93.01%.
Rendahnya penerimaan pajak penerangan jalan tahun 2010 dikarenakan
penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan
yang didapatkan yaitu sebesar Rp 88.323.935.080.
65
4.5.7 Penerimaan Pajak Bahan Galian Golongan C
Tabel 4.7
Penerimaan Pajak Bahan Galian Golongan C
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 206.000.000 202.161.916 98.14
2011 145.000.000 185.289.497 127.79
2012 - - -
2013 - - -
2014 - - -
Rata-Rata 112.965
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak bahan galian golongan
c tahun 2010-2011 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar
98.14 dan 127.79. Untuk tahun 2012-2014 pajak bahan galian golongan c
sudah dihapuskan karena sesuai dengan ketetapan peraturan daaerah. Maka
dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar
127.79% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2010 sebesar 98.14%.
Rendahnya penerimaan pajak bahan galian golongan c tahun 2010
dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan
penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 202.161.916.
66
4.5.8 Penerimaan Pajak Parkir
Tabel 4.8
Penerimaan Pajak Parkir
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 4.995.784.700 3.775.396.045 75.57
2011 5.683.734.000 6.051.487.394 106.47
2012 7.300.000.000 6.108.187.680 83.67
2013 8.635.100.000 8.986.364.412 104.07
2014 16.654.934.456 16.826.337.104 101.03
Rata-Rata 94.162
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak parkir tahun 2010-2014
menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 75.57%, 106.47%,
83.67%, 104.07% dan 101.03%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi
yaitu pada tahun 2011 sebesar 106.47% dan persentase terendah yaitu pada
tahun 2010 sebesar 75.57%.
Rendahnya penerimaan pajak parkir tahun 2010 dikarenakan penetapan
target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang
didapatkan yaitu sebesar Rp 3.775.396.045.
67
4.5.9 Penerimaan Pajak Air Tanah
Tabel 4.9
Penerimaan Pajak Air Tanah
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 - - -
2011 1.700.000.000 1.723.347.943 101.37
2012 2.268.000.000 2.355.282.822 103.85
2013 2.485.316.000 2.496.826.530 100.46
2014 3.399.804.900 2.524.144.947 74.24
Rata-Rata 94.98
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak air tanah tahun 2011-
2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 101.37%,
103.85%, 100.46% dan 74.24%. Pajak air tanah di Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bekasi tahun 2010 belum ada. Maka dapat dilihat bahwa persentase
paling tinggi yaitu pada tahun 2012 sebesar 103.85% dan persentase terendah
yaitu pada tahun 2014 sebesar 74.24%.
Rendahnya penerimaan pajak air tanah tahun 2014 dikarenakan
penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan
yang didapatkan yaitu sebesar Rp 2.524.144.947.
68
4.5.10 Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Tabel 4.10
Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 - - -
2011 129.000.000.000 176.437.726.551 136.77
2012 220.300.000.000 266.775.741.000 121.10
2013 266.798.153.273 266.985.553.380 100.07
2014 266.798.153.300 275.102.400.480 103.11
Rata-Rata 115.262
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan tahun 2011-2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu
sebesar 136.77%, 121.10%, 100.07% dan 103.11%. Pada tahun 2010 bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan di Dinas Pendapatan Daerah Kota
Bekasi belum ada. Maka dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu
pada tahun 2011 sebesar 136.77% dan persentase terendah yaitu pada tahun
2013 sebesar 100.07%.
Rendahnya penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
tahun 2013 dikarenakan penerimaannya hanya melebihi sedikit dari target
yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 266.985.553.380.
69
4.5.11 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Tabel 4.11
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Tahun Target Realisasi
Pencapaian
(%)
2010 - - -
2011 - - -
2012 - - -
2013 158.945.151.148 160.902.113.013 101.23
2014 185.036.573.394 170.914.146.321 92.37
Rata-Rata 96.8
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak bumi dan bangunan
pedesaan dan perkotaan tahun 2013-2014 menunjukan bahwa besarnya
persentase yaitu sebesar 101.23% dan 92.37%. Pajak bumi dan bangunan
pedesaan dan perkotaan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi tahun 2010-
2012 belum ada. Maka dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada
tahun 2013 sebesar 101.23% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2014
sebesar 92.37%.
Rendahnya penerimaan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan
perkotaan tahun 2014 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi
sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp
170.914.146.321.
70
4.5.12 Pengukuran Efektivitas Pajak Daerah Kota Bekasi
Menurut Halim (2011) rasio pengukuran efektivitas pajak daerah dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Untuk mengukur tingkat keefektifan maka dapat digunakan indikator
sebagai berikut :
Tabel 4.12
Indikator Pengukuran Efektivitas
Persentase (%) Kriteria
>100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No 690.900.327
Dari tabel di atas menunjukan bahwa apabila persentase yang dicapai
lebih dari 100% itu berarti sangat efektif dan apabila persentase kurang dari
100% itu berarti tidak efektif.
Untuk mengetahui apakah suatu instansi dapat dikatakan efektif maka
diperlukan suatu indikator sebagai tolok ukur untuk mengetahui tingkat
keefekifan suatu objek.
Efektivitas = 	
Realisasi	Pajak	Daerah
Target	Pajak	Daerah
	x	100%
71
Tabel 4.13
Pengukuran Efektivitas Pajak Daerah Kota Bekasi
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014
No Jenis Pajak
Persentase
(%)
Kriteria
Persentase
(%)
Kriteria
Persentase
(%)
Kriteria
Persentase
(%)
Kriteria
Persentase
(%)
Kriteria
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
1 HOTEL 104.05 Sangat Efektif 101.45 Sangat Efektif 90.28 Efektif 109.09 Sangat Efektif 109.27 Sangat Efektif
2 RESTORAN 97.76 Efektif 104.72 Sangat Efektif 108.24 Sangat Efektif 103.05 Sangat Efektif 102.25 Sangat Efektif
3 HIBURAN 90.99 Efektif 106.52 Sangat Efektif 105.95 Sangat Efektif 88.99 Cukup Efektif 100.58 Sangat Efektif
4 REKLAME 77.83 Kurang Efektif 90.92 Efektif 81.58 Cukup Efektif 97.88 Efektif 71.99 Kurang Efektif
5 PPJ 93.01 Efektif 103.33 Sangat Efektif 101.58 Sangat Efektif 101.55 Sangat Efektif 103.79 Sangat Efektif
6 PBGG C 98.14 Efektif 127.79 Sangat Efektif - - - - - -
7 PARKIR 75.57 Kurang Efektif 106.47 Sangat Efektif 83.67 Cukup Efektif 104.07 Sangat Efektif 101.03 Sangat Efektif
8 PAT - - 101.37 Sangat Efektif 103.85 Sangat Efektif 100.46 Sangat Efektif 74.24 Kurang Efektif
9 BPHTB - - 136.77 Sangat Efektif 121.10 Sangat Efektif 100.07 Sangat Efektif 103.11 Sangat Efektif
10 PBBPP - - - - - - 101.23 Sangat Efektif 92.37 Efektif
Total 92.00 Efektif 116.29 Sangat Efektif 110.79 Sangat Efektif 100.73 Sangat Efektif 99.16 Efektif
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat di lihat total persentase pada tahun 2010 sebesar
92.00% itu berarti sudah efektif, pada tahun 2011 total persentasenya sebesar
116.29% itu berarti sangat efektif, pada tahun 2012 total persentasenya
sebesar 110.79% itu berarti sangat efektif, pada tahun 2013 total
persentasenya sebesar 100.73% itu berarti sangat efektif dan pada tahun 2014
total persentasenya sebesar 99.16% itu berarti sudah efektif.
Persentase pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2011
mengalami kenaikan sebesar 24.29%, pada tahun 2011 dibandingkan dengan
tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 5,5%, pada tahun 2012
dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 10.06% dan
pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan
72
sebesar 1,57% dari perbandingan ini maka dapat di lihat penurunan yang
paling besar yaitu pada tahun 2014 karena didalam pencapaian target
penerimaan pajak daerah tidak melebihi target yang diharapkan.
4.5.13 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi
Menurut Handoko (2013) kontribusi pajak daerah bagi penerimaan pajak
daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Tabel 4.14
Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi
Tahun 2010
(Dalam Rupiah)
Jenis Pajak Realisasi Tahun 2010 Kontribusi (%)
Hotel 2.711.074.812 1.80
Restoran 35.993.072.300 23.87
Hiburan 5.940.680.537 3.94
Reklame 13.875.969.916 9.20
Pajak Penerangan Jalan 88.323.935.080 58.56
Pajak Bahan Galian Golongan C 202.161.916 0.13
Parkir 3.775.396.045 2.50
Pajak Air Tanah - -
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan - -
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan - -
Total 150.822.290.606 100
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Kontribusi =	
Realisasi	Pajak	Hotel
Realisasi	Pajak	Daerah
	x	100%
73
Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2010
yang paling kecil yaitu pajak bahan galian golongan c sebesar 0.13% karena
target lebih besar dibandingkan realisasi yaitu Rp 202.161.916. Kontribusi
pajak daerah pada tahun 2010 yang paling besar yaitu pajak penerangan jalan
sebesar 58.56% karena realisasi pajak penerangan jalan sebesar Rp
88.323.935.080 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya
meskipun pajak penerangan jalan tahun 2010 realisasinya tidak melebihi target
yang ditetapkan.
Tabel 4.15
Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi
Tahun 2011
(Dalam Rupiah)
Jenis Pajak Realisasi Tahun 2011 Kontribusi (%)
Hotel 3.348.011.541 0.89
Restoran 45.324.573.725 12.05
Hiburan 8.610.847.387 2.29
Reklame 16.317.201.997 4.34
Pajak Penerangan Jalan 117.979.596.235 31.38
Pajak Bahan Galian Golongan C 185.289.497 0.05
Parkir 6.051.487.394 1.61
Pajak Air Tanah 1.723.347.943 0.46
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 176.437.726.551 46.93
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan - -
Total 375.978.082.270 100
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2011
yang paling kecil yaitu pajak bahan galian golongan c sebesar 0.05%
74
meskipun melebihi target tetapi realisasinya merupakan yang paling kecil
dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Kontribusi pajak daerah pada
tahun 2011 yang paling besar yaitu bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan sebesar 46.93% karena realisasinya melebihi target yang ditetapkan
sebesar Rp 176.437.726.551 dan realisasi bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan tahun 2010 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang
lainnya.
Tabel 4.16
Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi
Tahun 2012
(Dalam Rupiah)
Jenis Pajak Realisasi Tahun 2012 Kontribusi (%)
Hotel 4.062.680.578 0.82
Restoran 58.706.451.527 11.79
Hiburan 12.749.787.164 2.56
Reklame 16.187.872.619 3.25
Pajak Penerangan Jalan 130.887.027.632 26.29
Pajak Bahan Galian Golongan C - -
Parkir 6.108.187.680 1.23
Pajak Air Tanah 2.355.282.822 0.47
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 266.775.741.000 53.59
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan - -
Total 497.833.031.022 100
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2012
yang paling kecil yaitu pajak air tanah sebesar 0.47% meskipun realisasinya
hanya sedikit melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 2.355.282.822 dan
75
realisasi pajak air tanah tahun 2012 merupakan yang paling kecil
dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Kontribusi pajak daerah pada
tahun 2012 yang paling besar yaitu bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan sebesar 53.59% karena realisasinya melebihi target yang ditetapkan
sebesar Rp 266.775.741.000 dan realisasi bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan tahun 2012 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang
lainnya.
Tabel 4.17
Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi
Tahun 2013
(Dalam Rupiah)
Jenis Pajak Realisasi Tahun 2013 Kontribusi (%)
Hotel 4.843.348.650 0.67
Restoran 81.662.055.038 11.29
Hiburan 15.761.124.253 2.18
Reklame 24.316.259.790 3.36
Pajak Penerangan Jalan 157.558.293.680 21.78
Pajak Bahan Galian Golongan C - -
Parkir 8.986.364.412 1.24
Pajak Air Tanah 2.496.826.530 0.34
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 266.985.553.380 36.90
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 160.902.113.013 22.24
Total 723.511.938.746 100
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2013
yang paling kecil yaitu pajak air tanah sebesar 0.34% meskipun realisasinya
hanya sedikit melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 2.496.826.530 dan
76
realisasi pajak air tanah tahun 2013 merupakan yang paling kecil
dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Kontribusi pajak daerah pada
tahun 2013 yang paling besar yaitu bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan sebesar 36.90% karena realisasinya melebihi target yang ditetapkan
sebesar Rp 266.985.553.380 dan realisasi bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan tahun 2013 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang
lainnya.
Tabel 4.18
Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi
Tahun 2014
(Dalam Rupiah)
Jenis Pajak Realisasi Tahun 2014 Kontribusi (%)
Hotel 9.223.385.527 1.09
Restoran 122.423.971.422 14.47
Hiburan 23.850.867.613 2.82
Reklame 29.282.773.150 3.46
Pajak Penerangan Jalan 195.623.886.559 23.13
Pajak Bahan Galian Golongan C - -
Parkir 16.826.337.104 1.99
Pajak Air Tanah 2.524.144.947 0.30
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 275.102.400.480 32.53
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 170.914.146.321 20.21
Total 845.771.913.123 100
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2014
yang paling kecil yaitu pajak air tanah sebesar 0.30% karena realisasinya tidak
melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 3.399.804.900 dan realisasi pajak
77
air tanah tahun 2014 merupakan yang paling kecil sebesar Rp 2.524.144.947
dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Kontribusi pajak daerah pada
tahun 2014 yang paling besar yaitu bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan sebesar 32.53% karena realisasinya melebihi target yang ditetapkan
sebesar Rp 275.102.400.480 dan realisasi bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan tahun 2014 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang
lainnya.
4.5.14 Bagan Target Pendapatan Kota Bekasi
Gambar 3
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
Dari bagan di atas dapat dilihat alur target pendapatan Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bekasi, dapat dilihat dari target sepuluh atau lima tahun
kebelakang apakah sudah tercapai atau tidak dan dilihat dari potensinya
Realisasi Tahun Sebelumnya dan Potensi
Usulan dari SKPD penghasil terkait
RPJMD
Ditetapkan Target
78
apakah potensinya setiap tahun mengalami peningkatan atau tidak, setelah itu
adanya usulan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penghasil terkait
mengenai target pendapatan yang akan ditetapkan, setelah itu adanya Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan cara diadakannya
rapat dan setelah adanya suatu keputusan dalam hasil rapat tersebut maka
ditetapkan target.
4.5.15 Pengendalian Internal Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
Tujuan diadakannya pengendalian internal yaitu untuk mengoptimalisasi
dan penatausahaan pajak daerah, pengendalian internal tersebut dapat
dikatakan tercapai apabila capaian penerimaan dan tata kelola pajak daerah
menjadi yang tertinggi dan terbaik. Didalam lingkungan pengendalian terdapat
permasalahan yaitu :
a. Penegakan integritas dan nilai etika.
b. Komitmen terhadap kompetensi.
c. Kepemimpinan yang kondusif.
d. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat.
f. Kebijakan pengembangan SDM.
g. Pengawasan internal yang efektif.
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah.
79
Selain itu didalam lingkungan pengendalian terdapat suatu risiko yang
terindentifikasi diantaranya :
a. Lemahnya sistem dan prosedur pelayanan dan penatausahaan pajak
daerah.
b. Belum adanya penegakan peraturan daerah tentang pajak daerah dalam
hal pengenaan sanksi.
c. Piutang PBB yang diserah terimakan dari dirjen pajak belum valid.
d. Objek pajak restoran (bakery) belum dapat dipungut.
e. Belum optimalnya pelayanan PBB secara langsung
f. Pelaporan pendapatan belum akurat.
g. Belum efektifnya dan tidak tepatnya tugas pokok dan fungsi.
h. Fungsi informasi dan pelayanan pengaduan lemah.
Pengendalian internal yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bekasi sudah sangat efektif untuk dilaksanakan karena dengan
pengendalian itu maka akan bisa mengendalikan risiko yang ada. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pengendalian internal tersebut efektif untuk
dilaksanakan yaitu :
a. SDM tingkat kompetensinya tinggi.
b. Adanya infrastruktur yang memadai.
c. Adanya dana yang mencukupi.
80
Dampak pengendalian internal bagi penerimaan pajak daerah yaitu bagi
wajib pajak yang sudah patuh membayar pajak maka tidak ada dampaknya
tetapi bagi wajib pajak yang belum patuh membayar pajak maka akan
berdampak kepada masyarakat bahwa membayar pajak itu sangatlah penting.
Pengendalian internal yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bekasi untuk mencapai target penerimaan pajak daerah per tahunnya
yaitu dengan cara :
a. SOP yang menyatakan supaya ada keteraturan.
b. Penegakan peraturan daerah.
c. Pengendalian data-data yang belum valid.
d. Tahapan target.
e. Infrastruktur yang memadai.
Tetapi jika pengendalian internal tersebut dikatakan belum efektif karena
apa yang sudah dianalisa belum dilaksanakan sehingga dapat mempengaruhi
pengendalian internal tersebut. Pengaruhnya bagi penerimaan pajak daerah
jika pengendalian internal tersebut belum efektif yaitu dapat menyebabkan
tingginya tingkat kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kendala-kendala
yang menyebabkan pengendalian internal tersebut belum efektif diantaranya :
a. Infrastruktur yang belum memadai.
b. SDM tingkat kompetensinya masih rendah.
c. Tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah.
81
4.5.16 Bagan Pengendalian Internal Kota Bekasi
Gambar 4
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
Dari bagan di atas dapat dilihat proses pengendalian internal Dinas
Pendapatan Daerah Kota Bekasi dalam melaksanakan tugasnya yaitu
melakukan breafing dan rapat tiap minggunya untuk membahas pelaksanaan
yang akan dilaksanakan oleh tim pengendalian internal kepada wajib pajak
yang belum taat pajak dan yang sudah taat pajak, setelah itu dilakukan
monitoring dan cek lapangan bagi wajib pajak yang belum taat pajak dan
apakah kendalanya wajib pajak tersebut tidak taat pajak, setelah itu maka tim
pengendalian internal merumuskan solusi dari suatu masalah tersebut.
Breafing
Rapat
Monitoring
Cek Lapangan
Merumuskan Solusi Dari Suatu Masalah
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada Bab IV, maka
penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Pencapaian penerimaan pajak daerah pada tahun 2014 dibandingkan
empat tahun sebelumnya nampak adanya peningkatan dalam Pendapatan
Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
sehingga dapat membangun beberapa fasilitas daerah yang digunakan
oleh masyarakat.
2. Peningkatan PAD tersebut tidak terlepas dari penerapan pengendalian
internal yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
yang cukup efektif sehingga target penerimaan pajak daerah dapat
tercapai dan terus meningkat.
83
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bekasi, maka penulis memberikan saran untuk meningkatkan
penerimaan pajak daerah yaitu :
1. Para pegawai yang terlibat dalam pencapaian penerimaan pajak daerah
sebaiknya diberikan bonus agar terus termotivasi meningkatkan
kinerjanya.
2. Meskipun sistem pengendalian intern yang diterapkan telah cukup
efektif, sebaiknya terus dilakukan evaluasi, apabila perlu dilakukan
modifikasi sehingga dapat lebih bermanfaat di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, P.J.A. 2009. Pajak dan Pembangunan. Jakarta
Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing. Jakarta: Salemba Empat
Dharma. 2008. Perpajakan. Jakarta
Hasan, Ali. 2008. Perpajakan. Jakarta
Harjo, Dwikora. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media
Handoko. 2013. Analisis Kontribusi Pajak Daerah. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.
15 No. 1
Halim. 2011. Analisis Efektivitas Pajak. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 15 No. 1
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta
Safitri, L. 2014. Perpajakan. Jakarta
Mowen dan Hansen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Andi
Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
Prasetyono. 2009. Buku Pintar Pajak. Yogyakarta: Laksana
Priantara, Dias. 2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat
Suryadi. 2008. Perpajakan. Yogyakarta
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta
Steinbart, Romney. 2009. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta
Soemahamidjaja, Soeparman. 2009. Pajak Berdasarkan Azaz Gotong Royong. Jakarta
Djajadiningrat, S.I. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Yogyakarta: Andi
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategik Pemasaran. Yogyakarta
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-undang Pajak Lengkap. 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media
Waluyo. 2009. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Widyaningsih, Aristanti. 2011. Hukum Pajak dan Perpajakan. Bandung: Alfabeta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Rosa Merry
Alamat : Kav. Taman Wisata Blok A12 No. 23 Rt.004 Rw.
031 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juni 1993
Agama : Kristen Protestan
E-mail : rosamerry56@yahoo.com
Pendidikan Formal
SD Stella Maris II, Bekasi Utara, Tahun Ajaran 1999-2005
SMP Stella Maris II, Bekasi Utara, Tahun Ajaran 2005-2008
SMK Yaperti, Bekasi Barat, Tahun Ajaran 2008-2011
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi
Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi

More Related Content

What's hot

Kesiapan Daerah dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sus...
Kesiapan Daerah dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sus...Kesiapan Daerah dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sus...
Kesiapan Daerah dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sus...Dadang Solihin
 
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan tan...
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman  pengelolaan  tan...Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman  pengelolaan  tan...
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan tan...Yudhi Aldriand
 
Penyusunan RPJMDes dan RKPDes
Penyusunan RPJMDes dan RKPDesPenyusunan RPJMDes dan RKPDes
Penyusunan RPJMDes dan RKPDesEka Saputra
 
Penilaian kerja. kepala sekolah
Penilaian kerja. kepala sekolahPenilaian kerja. kepala sekolah
Penilaian kerja. kepala sekolahbucantie
 
3. teknik penganggaran modal
3. teknik penganggaran modal3. teknik penganggaran modal
3. teknik penganggaran modaldianpipit
 
Presentasi tesis 12 feb 2015
Presentasi tesis 12 feb 2015Presentasi tesis 12 feb 2015
Presentasi tesis 12 feb 2015Rahmat Calvin
 
Permendes PDTT No 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2...
Permendes PDTT No 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2...Permendes PDTT No 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2...
Permendes PDTT No 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2...SuheriPD2
 
Peraturan Kepala Desa Tentang Ruwatan dan Sedekah Bumi
Peraturan Kepala Desa Tentang Ruwatan dan Sedekah BumiPeraturan Kepala Desa Tentang Ruwatan dan Sedekah Bumi
Peraturan Kepala Desa Tentang Ruwatan dan Sedekah BumiKang Margino
 
Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)
Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)
Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)Muliadin Forester
 
Villagepreneurship: Inovasi Pengembangan Desa Wira Usaha Berbasis Kolaborasi
Villagepreneurship: Inovasi Pengembangan Desa Wira Usaha Berbasis KolaborasiVillagepreneurship: Inovasi Pengembangan Desa Wira Usaha Berbasis Kolaborasi
Villagepreneurship: Inovasi Pengembangan Desa Wira Usaha Berbasis KolaborasiTri Widodo W. UTOMO
 
Minggu 1 tanaman sub tema makanan pokok
Minggu 1 tanaman sub tema makanan pokokMinggu 1 tanaman sub tema makanan pokok
Minggu 1 tanaman sub tema makanan pokokIwanJogya
 
Naskah Visi, Misi dan Program
Naskah Visi, Misi dan Program Naskah Visi, Misi dan Program
Naskah Visi, Misi dan Program Info Pekalongan
 
Laporan Audit Mizan Amanah Tahun 2019
Laporan Audit Mizan Amanah Tahun 2019Laporan Audit Mizan Amanah Tahun 2019
Laporan Audit Mizan Amanah Tahun 2019Mizan Amanah
 
Pengelolaan Keuangan Desa.pptx
Pengelolaan Keuangan Desa.pptxPengelolaan Keuangan Desa.pptx
Pengelolaan Keuangan Desa.pptxAgusthinMinggu1
 
Menggerakkan ekonomi desa Melalui BUMDes
Menggerakkan ekonomi desa Melalui BUMDesMenggerakkan ekonomi desa Melalui BUMDes
Menggerakkan ekonomi desa Melalui BUMDesEka Saputra
 
12. klasifikasi jenis usaha bum desa
12. klasifikasi jenis usaha bum desa12. klasifikasi jenis usaha bum desa
12. klasifikasi jenis usaha bum desakeuangandesa
 
Buku induk guru oke(1)
Buku induk guru oke(1)Buku induk guru oke(1)
Buku induk guru oke(1)Ajung Masteer
 
apbd dan pelayanan publik
apbd dan pelayanan publikapbd dan pelayanan publik
apbd dan pelayanan publikRokhmad Munawir
 

What's hot (20)

Kesiapan Daerah dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sus...
Kesiapan Daerah dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sus...Kesiapan Daerah dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sus...
Kesiapan Daerah dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sus...
 
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan tan...
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman  pengelolaan  tan...Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman  pengelolaan  tan...
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan tan...
 
Penyusunan RPJMDes dan RKPDes
Penyusunan RPJMDes dan RKPDesPenyusunan RPJMDes dan RKPDes
Penyusunan RPJMDes dan RKPDes
 
Penilaian kerja. kepala sekolah
Penilaian kerja. kepala sekolahPenilaian kerja. kepala sekolah
Penilaian kerja. kepala sekolah
 
3. teknik penganggaran modal
3. teknik penganggaran modal3. teknik penganggaran modal
3. teknik penganggaran modal
 
Presentasi tesis 12 feb 2015
Presentasi tesis 12 feb 2015Presentasi tesis 12 feb 2015
Presentasi tesis 12 feb 2015
 
Permendes PDTT No 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2...
Permendes PDTT No 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2...Permendes PDTT No 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2...
Permendes PDTT No 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2...
 
Kebijakan dana alokasi umum 2021
Kebijakan dana alokasi umum 2021Kebijakan dana alokasi umum 2021
Kebijakan dana alokasi umum 2021
 
Peraturan Kepala Desa Tentang Ruwatan dan Sedekah Bumi
Peraturan Kepala Desa Tentang Ruwatan dan Sedekah BumiPeraturan Kepala Desa Tentang Ruwatan dan Sedekah Bumi
Peraturan Kepala Desa Tentang Ruwatan dan Sedekah Bumi
 
Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)
Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)
Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)
 
Jadwal Imam dan Bilal Shalat Tarawih 2022.pdf
Jadwal Imam dan Bilal Shalat Tarawih 2022.pdfJadwal Imam dan Bilal Shalat Tarawih 2022.pdf
Jadwal Imam dan Bilal Shalat Tarawih 2022.pdf
 
Villagepreneurship: Inovasi Pengembangan Desa Wira Usaha Berbasis Kolaborasi
Villagepreneurship: Inovasi Pengembangan Desa Wira Usaha Berbasis KolaborasiVillagepreneurship: Inovasi Pengembangan Desa Wira Usaha Berbasis Kolaborasi
Villagepreneurship: Inovasi Pengembangan Desa Wira Usaha Berbasis Kolaborasi
 
Minggu 1 tanaman sub tema makanan pokok
Minggu 1 tanaman sub tema makanan pokokMinggu 1 tanaman sub tema makanan pokok
Minggu 1 tanaman sub tema makanan pokok
 
Naskah Visi, Misi dan Program
Naskah Visi, Misi dan Program Naskah Visi, Misi dan Program
Naskah Visi, Misi dan Program
 
Laporan Audit Mizan Amanah Tahun 2019
Laporan Audit Mizan Amanah Tahun 2019Laporan Audit Mizan Amanah Tahun 2019
Laporan Audit Mizan Amanah Tahun 2019
 
Pengelolaan Keuangan Desa.pptx
Pengelolaan Keuangan Desa.pptxPengelolaan Keuangan Desa.pptx
Pengelolaan Keuangan Desa.pptx
 
Menggerakkan ekonomi desa Melalui BUMDes
Menggerakkan ekonomi desa Melalui BUMDesMenggerakkan ekonomi desa Melalui BUMDes
Menggerakkan ekonomi desa Melalui BUMDes
 
12. klasifikasi jenis usaha bum desa
12. klasifikasi jenis usaha bum desa12. klasifikasi jenis usaha bum desa
12. klasifikasi jenis usaha bum desa
 
Buku induk guru oke(1)
Buku induk guru oke(1)Buku induk guru oke(1)
Buku induk guru oke(1)
 
apbd dan pelayanan publik
apbd dan pelayanan publikapbd dan pelayanan publik
apbd dan pelayanan publik
 

Viewers also liked

FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...Uofa_Unsada
 
155112208201011561
155112208201011561155112208201011561
155112208201011561Agus Witono
 
PENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
PENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWANPENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
PENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWANZulla Jolie
 
Skripsi lengkap manajemen feb muhammad aji nugroho (1)
Skripsi lengkap manajemen feb   muhammad aji nugroho (1)Skripsi lengkap manajemen feb   muhammad aji nugroho (1)
Skripsi lengkap manajemen feb muhammad aji nugroho (1)Era-ku
 
Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) peru...
Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) peru...Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) peru...
Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) peru...Muhammad Ramlan
 

Viewers also liked (7)

Financial distress
Financial distressFinancial distress
Financial distress
 
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...
 
155112208201011561
155112208201011561155112208201011561
155112208201011561
 
PENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
PENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWANPENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
PENGARUH MOTIVASI DAN PENILAIAN PRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
 
Skripsi lengkap manajemen feb muhammad aji nugroho (1)
Skripsi lengkap manajemen feb   muhammad aji nugroho (1)Skripsi lengkap manajemen feb   muhammad aji nugroho (1)
Skripsi lengkap manajemen feb muhammad aji nugroho (1)
 
Skripsi016
Skripsi016Skripsi016
Skripsi016
 
Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) peru...
Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) peru...Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) peru...
Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) peru...
 

Similar to Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi

EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH...
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH...EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH...
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH...Uofa_Unsada
 
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEN...
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEN...EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEN...
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEN...Uofa_Unsada
 
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA PENCAIRAN TUNGGAK...
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA PENCAIRAN TUNGGAK...EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA PENCAIRAN TUNGGAK...
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA PENCAIRAN TUNGGAK...Uofa_Unsada
 
Penerapan akrual basis pada osp di wilayah bogor (7)
Penerapan akrual basis pada osp di wilayah bogor (7)Penerapan akrual basis pada osp di wilayah bogor (7)
Penerapan akrual basis pada osp di wilayah bogor (7)Taufiq Arrahman
 
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK (KP)
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK  (KP)LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK  (KP)
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK (KP)endahnurfebriyanti
 
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...ginasyarifah2
 
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...Uofa_Unsada
 
PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENI...
PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENI...PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENI...
PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENI...Uofa_Unsada
 
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Praktik Kerja LapanganLaporan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Praktik Kerja LapanganYudi Pratama
 
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...Uofa_Unsada
 
Analisis penerapan standar akuntansi pemerintah (sap) terhadap kualitas lapor...
Analisis penerapan standar akuntansi pemerintah (sap) terhadap kualitas lapor...Analisis penerapan standar akuntansi pemerintah (sap) terhadap kualitas lapor...
Analisis penerapan standar akuntansi pemerintah (sap) terhadap kualitas lapor...MegaMustika7
 
Juklak juknis pelimpahan kewenangan 2011
Juklak juknis pelimpahan kewenangan 2011Juklak juknis pelimpahan kewenangan 2011
Juklak juknis pelimpahan kewenangan 2011A Harisman
 
Aspek Kelembagaan dalam Pengembangan Akuntansi
Aspek Kelembagaan dalam Pengembangan AkuntansiAspek Kelembagaan dalam Pengembangan Akuntansi
Aspek Kelembagaan dalam Pengembangan AkuntansiYuni Andriany
 
EFEKTIVITAS JURUSITA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PENAGIHAN PAJAK PADA ...
EFEKTIVITAS JURUSITA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PENAGIHAN PAJAK PADA ...EFEKTIVITAS JURUSITA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PENAGIHAN PAJAK PADA ...
EFEKTIVITAS JURUSITA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PENAGIHAN PAJAK PADA ...Uofa_Unsada
 
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...paulus7
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATEKPD
 

Similar to Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi (20)

EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH...
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH...EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH...
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH...
 
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEN...
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEN...EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEN...
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEN...
 
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA PENCAIRAN TUNGGAK...
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA PENCAIRAN TUNGGAK...EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA PENCAIRAN TUNGGAK...
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA PENCAIRAN TUNGGAK...
 
Penerapan akrual basis pada osp di wilayah bogor (7)
Penerapan akrual basis pada osp di wilayah bogor (7)Penerapan akrual basis pada osp di wilayah bogor (7)
Penerapan akrual basis pada osp di wilayah bogor (7)
 
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK (KP)
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK  (KP)LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK  (KP)
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK (KP)
 
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
 
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
 
PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENI...
PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENI...PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENI...
PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENI...
 
makalah pajak
makalah pajakmakalah pajak
makalah pajak
 
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Praktik Kerja LapanganLaporan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Praktik Kerja Lapangan
 
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
 
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 1.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 1.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 1.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 1.pdf
 
makalah teori akuntansi
makalah teori akuntansimakalah teori akuntansi
makalah teori akuntansi
 
Analisis penerapan standar akuntansi pemerintah (sap) terhadap kualitas lapor...
Analisis penerapan standar akuntansi pemerintah (sap) terhadap kualitas lapor...Analisis penerapan standar akuntansi pemerintah (sap) terhadap kualitas lapor...
Analisis penerapan standar akuntansi pemerintah (sap) terhadap kualitas lapor...
 
Juklak juknis pelimpahan kewenangan 2011
Juklak juknis pelimpahan kewenangan 2011Juklak juknis pelimpahan kewenangan 2011
Juklak juknis pelimpahan kewenangan 2011
 
Aspek Kelembagaan dalam Pengembangan Akuntansi
Aspek Kelembagaan dalam Pengembangan AkuntansiAspek Kelembagaan dalam Pengembangan Akuntansi
Aspek Kelembagaan dalam Pengembangan Akuntansi
 
EFEKTIVITAS JURUSITA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PENAGIHAN PAJAK PADA ...
EFEKTIVITAS JURUSITA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PENAGIHAN PAJAK PADA ...EFEKTIVITAS JURUSITA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PENAGIHAN PAJAK PADA ...
EFEKTIVITAS JURUSITA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PENAGIHAN PAJAK PADA ...
 
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
 
Ekonomi teknik
Ekonomi teknikEkonomi teknik
Ekonomi teknik
 

More from Uofa_Unsada

OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAM
OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAMOTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAM
OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAMUofa_Unsada
 
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...Uofa_Unsada
 
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013Uofa_Unsada
 
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...Uofa_Unsada
 
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...Uofa_Unsada
 
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...Uofa_Unsada
 
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...Uofa_Unsada
 
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...Uofa_Unsada
 
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...Uofa_Unsada
 
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...Uofa_Unsada
 
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...Uofa_Unsada
 
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEB
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEBANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEB
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEBUofa_Unsada
 
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...Uofa_Unsada
 
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...Uofa_Unsada
 
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...Uofa_Unsada
 
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...Uofa_Unsada
 
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARAANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARAUofa_Unsada
 
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHzPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHzUofa_Unsada
 
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...Uofa_Unsada
 
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...Uofa_Unsada
 

More from Uofa_Unsada (20)

OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAM
OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAMOTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAM
OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAM
 
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...
 
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013
 
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
 
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...
 
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
 
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...
 
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...
 
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...
 
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
 
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...
 
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEB
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEBANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEB
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEB
 
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...
 
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...
 
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...
 
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...
 
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARAANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
 
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHzPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz
 
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...
 
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...
 

Recently uploaded

menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAHKISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAHIrmaYanti71
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 

Recently uploaded (10)

menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAHKISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 

Berikut ini beberapa poin penting dari latar belakang masalah yang dibahas:1. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara dan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. 2. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sejak diberlakukannya otonomi daerah.3. Dengan otonomi

  • 1. EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI PERIODE TAHUN 2010-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik dan Melengkapi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh ROSA MERRY 2011420018 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015
  • 2. ii
  • 3. iii
  • 4. iv
  • 5. v ABSTRAK NIM : 2011420018, Judul : EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI PERIODE TAHUN 2010-2014 Jumlah Hal : xii + 83 hal Kata Kunci : Pengendalian Internal, Pencapaian Target Penerimaan Pajak Daerah Penelitian ini membahas tentang Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi telah menerapkan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah periode tahun 2010-2014, penerapan pengendalian internal tersebut dapat berlaku efektif terhadap pencapaian target penerimaan pajak daerah periode tahun 2010-2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa pencapaian pajak daerah pada tahun 2014 dibandingkan 4 tahun sebelumnya nampak adanya peningkatan dalam PAD yaitu tahun 2010 sebesar Rp 150.822.290.606, kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp 375.978.082.270, pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp 497.833.031.022, pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp 723.511.938.746, pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp 845.771.913.123. Daftar Acuan : (2008-2014) Jakarta, 14 Agustus 2015 Penulis
  • 6. vi KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Pengendalian Internal Dalam Pencapaian Target Penerimaan Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Periode Tahun 2010-2014”, yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa yang tak pernah putus untuk kelancaran penulisan skripsi. 2. Bapak Sukardi, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada. 3. Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Darma Persada. 4. Ibu Dra. Sri Ari Wahyuningsih, MM, selaku Pembimbing Akademik. 5. Bapak Drs. Haryanto, Ak, MM selaku Dosen Pembimbing bagi penulis yang dengan sabar, bijaksana dan sistematis membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk waktu, tenaga dan pikiran yang telah bapak berikan untuk penulis.
  • 7. vii 6. Para pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yang telah memberikan fasilitas pelayanan yang baik sehingga penulis dapat memenuhi data-data yang dibutuhkan selama penulisan skripsi. 7. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi pembaca. Jakarta, 14 Agustus 2015 Penulis
  • 8. viii DAFTAR ISI Halaman JUDUL SKRIPSI …………………………………............................... i LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………... ii LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………….. iii LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… iv ABSTRAK ……………………………………………………………... v KATA PENGANTAR ......................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................... viii DAFTAR TABEL …………………………………………………….. xi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 4 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak ............................................................................ 6 2.2 Jenis-Jenis Pajak ………………………………………………... 9
  • 9. ix 2.3 Fungsi Pajak............................................................................... 10 2.4 Sistem Pemungutan Pajak .......................................................... 12 2.5 Tata Cara Pemungutan Pajak …………………………………… 13 2.6 Asas Pemungutan Pajak ………………………………………… 14 2.7 Wajib Pajak ……………………………………………………... 15 2.8 Definisi Pajak Daerah …………………………………………... 16 2.9 Jenis-Jenis Pajak Daerah ………………………………………. 18 2.10 Tolok Ukur Untuk Menilai Pajak Daerah …………………….. 21 2.11 Sanksi Pajak Daerah …………………………………………... 23 2.12 Peraturan Daerah Kota Bekasi Tentang Pajak Daerah ………... 25 2.13 Objek Pajak Daerah …………………………………………… 26 2.14 Objek Yang Tidak Dikenakan Pajak Daerah ………………….. 30 2.15 Subjek Pajak Daerah …………………………………………... 34 2.16 Tarif Pajak Daerah …………………………………………….. 35 2.17 Dasar Pengenaan Pajak ………………………………………... 38 2.18 Definisi Pengendalian Internal ………………………………... 41 2.19 Komponen Pengendalian Internal …………………………….. 42 2.20 Definisi Efektivitas ……………………………………………. 43 2.21 Pendekatan Terhadap Efektivitas ……………………………... 44 2.22 Definisi Target ………………………………………………… 45 2.23 Sifat Target atau Sasaran ……………………………………… 46 2.24 Definisi Penerimaan Pajak Daerah ………………………….… 46 2.25 Kerangka Berpikir …………………………………………...... 47
  • 10. x BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ……………………………………………….. 49 3.2 Jenis Data …………………………………………………….… 49 3.3 Metode Pengumpulan Data …………………………………….. 50 3.4 Metode Analisis Data ………………………………………….. 50 BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi ………. 52 4.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi …………. 54 4.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi …… 54 4.4 Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………... 56 4.5 Analisis Data .......................................................................….. 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……………………………………………………... 82 5.2 Saran ……………………………………………………………. 83 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
  • 11. xi DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Pajak Daerah Kota Bekasi ……………..... 58 Tabel 4.2 Penerimaan Pajak Hotel ......................................................... 60 Tabel 4.3 Penerimaan Pajak Restoran ……………. ............................... 61 Tabel 4.4 Penerimaan Pajak Hiburan ………….…. ............................... 62 Tabel 4.5 Penerimaan Pajak Reklame ……………. ............................... 63 Tabel 4.6 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan …................................... 64 Tabel 4.7 Penerimaan Pajak Bahan Galian Golongan C …………….. ... 65 Tabel 4.8 Penerimaan Pajak Parkir ……………..................................... 66 Tabel 4.9 Penerimaan Pajak Air Tanah ………...................................... 67 Tabel 4.10 Penerimaan BPHTB ………………………………………... 68 Tabel 4.11 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ……………………………………....................... 69 Tabel 4.12 Indikator Pengukuran Efektivitas …………………………... 70 Tabel 4.13 Pengukuran Efektivitas Pajak Daerah Kota Bekasi ………… 71 Tabel 4.14 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2010 ………… 72 Tabel 4.15 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2011 ………… 73 Tabel 4.16 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2012 ………… 74 Tabel 4.17 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2013 ………… 75 Tabel 4.18 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2014 ………… 76
  • 12. xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Berpikir ................................................................ 47 Gambar 2 Struktur Organisasi ………………………………………….. 55 Gambar 3 Bagan Target Pendapatan Kota Bekasi .................................. 77 Gambar 4 Bagan Pengendalian Internal Kota Bekasi ………………….. 81
  • 13. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu faktor penting yang merupakan sumber penerimaan yang digunakan untuk pengeluaran negara, baik itu pengeluaran rutin maupun pembangunan. Pajak di pungut berdasarkan Undang-undang. Asas Undang-undang pajak yang universal adalah Undang-undang pajak yang berdasarkan keadilan sesuai dengan beban yang dipikul berdasarkan kemampuan rakyat dan non diskriminasi, menjamin kepastian hukum dan mengatur adanya hak dan kewajiban yang seimbang antara rakyat dan negara. Untuk mewujudkan suatu masyarakat yang taat pajak memang bukan suatu hal yang mudah, apalagi dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti sekarang ini. Hal ini hanya dapat terwujud bila masyarakat dan pemerintah saling menyadari akan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara. Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting untuk daerah guna membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah yang merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan daerah memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Salah satu cara untuk
  • 14. 2 membiayai pembangunan adalah dengan cara penarikan pendapatan yang potensial. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah semenjak diberlakukannya otonomi daerah. Semenjak adanya otonomi daerah maka pemerintah harus mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah yang sumber penerimaannya dipungut dari suatu daerah. Melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, pemerintah daerah diperbolehkan untuk mengumpulkan pajak daerah. Pemungutan pajak di suatu daerah dapat disesuaikan dengan potensi dan kebijakan daerah yang didirikan bersama-sama dengan peraturan daerah. Pajak harus dikelola dengan baik dan benar tetapi masalah parkir masih saja tidak dapat diselesaikan karena pada umumnya pemilik pusat perbelanjaan tidak menyediakan area parkir hal ini dikarenakan sempitnya pembangunan area perbelanjaan dan parkir yang berantakan atau sembarangan (ISSN 2354-5976 Vol.2 No.1 Januari 2015). Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Jumlah pelanggan dan penjual daya listrik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak penerangan jalan (Perda Nomor 15 Tahun 2010). Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air tanah. Pengambilan atau pemanfaatan pajak air tanah adalah pengambilan atau pemanfaatan air tanah untuk digunakan orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan atau
  • 15. 3 pemanfaatan air tanah, sedangkan air tanah yaitu air yang terdapat didalam lapisan atau batuan dibawah permukaan tanah (L.Safitri:2015). Efektivitas merupakan hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga di katakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Apabila suatu perusahaan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, maka perusahaan tersebut dinyatakan telah berjalan secara efektif. Pengendalian internal adalah proses penetapan standar dengan menerima umpan balik berupa kinerja yang sesungguhnya dan dapat mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja yang sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya (Hansen dan Mowen:2010). Pencapaian merupakan suatu proses, cara dan perbuatan yang dilakukan untuk mencapai apa yang diinginkan (Kamus Besar Indonesia Edisi Tiga, 2009:195). Target merupakan sasaran dari pernyataan spesifik mengenai suatu kegiatan atau hasil yang dapat diukur, dinilai dan direncanakan cara pencapaiannya (Dharma, 2008:120). Sedangkan penerimaan pajak daerah dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan daerah untuk kemandirian pembiayaan pemerintah daerah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pencapaian target penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi dinilai sudah efektif karena adanya kerjasama dari masing- masing tim dan adanya suatu pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah yang melakukan monitoring dan evaluasi sehingga pengendalian internalnya pun sudah efektif dilaksanakan.
  • 16. 4 Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam penulisan skripsi ini dengan judul “EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI PERIODE TAHUN 2010-2014”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut : a. Apakah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi telah menerapkan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah periode tahun 2010-2014 ? b. Apakah penerapan pengendalian internal tersebut dapat berlaku efektif terhadap pencapaian target penerimaan pajak daerah periode tahun 2010- 2014 ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
  • 17. 5 a. Untuk mengevaluasi apakah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi telah menerapkan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah periode tahun 2010-2014. b. Untuk mengevaluasi efektivitas penerapan pengendalian internal terhadap pencapaian target penerimaan pajak daerah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi periode tahun 2010-2014. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang terkait yaitu : a. Bagi Penulis Penelitian ini berguna bagi penulis yaitu menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuan terutama kaitannya dengan efektivitas penerapan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah. b. Bagi Dinas Pendapatan Daerah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Pendapatan Daerah, khususnya kaitannya dengan efektivitas penerapan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah. c. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi khususnya dalam kaitannya dengan kajian efektivitas penerapan pengendalian internal dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah.
  • 18. 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh masyarakat demi terciptanya suatu kelangsungan hidup yang lebih baik serta digunakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Maka dapat dikatakan bahwa pajak adalah berupa sumbangan dari masyarakat untuk kas negara yang dipungut berdasarkan ketentuan perpajakan yang memang sudah diberlakukan oleh negara dan dipaksakan secara langsung yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara demi mensejahterakan masyarakat. Adapun macam-macam definisi pajak menurut para ahli diantaranya : Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
  • 19. 7 Pengertian pajak menurut Prasetyono (2009:25) pajak merupakan pembayaran berupa uang kepada perbendaharaan negara ataupun daerah yang dapat dikenakan atas wajib pajak sesuai dengan peraturan yang sudah diterapkan Undang-undang perpajakan, yang imbalannya berasal dari negara dan daerah yang bersifat umum dan menyeluruh, serta tidak dapat dipisahkan secara khusus untuk masing-masing pembayarannya, akan tetapi pemungutannya dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak membayarkan kewajibannya. Pengertian pajak menurut S.I Djajadiningrat (2009:1) pajak merupakan suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadilan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Pengertian pajak menurut Soeparman Soemahamidjaja (2009:3) pajak merupakan iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang- barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Pengertian pajak menurut Siti Resmi (2011:1) pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara yang terutang oleh pribadi maupun badan yang sifatnya memaksa dan wajib untuk dibayarkan. Berdasarkan dengan Undang-undang, wajib pajak patut untuk
  • 20. 8 membayarkan sebab pembayaran pajak dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan sebagai keperluan negara yang pada akhirnya untuk kemakmuran rakyat. Pengertian pajak menurut P.J.A Adriani (2011:2) pajak merupakan iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Dari definisi di atas, dapat diuraikan beberapa ciri-ciri pajak menurut Siti Resmi (2011:2) antara lain : a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment
  • 21. 9 2.2 Jenis-Jenis Pajak Menurut Waluyo (2011:12) pajak dapat dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu : a. Menurut golongan dan pembebanan, pajak dibagi menjadi : 1) Pajak Langsung Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. 2) Pajak Tidak Langsung Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. b. Menurut sifatnya, pajak dibagi menjadi : 1) Pajak Subjektif Pajak yang berdasarkan kepada subjek yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh : Pajak penghasilan. 2) Pajak Objektif Pajak yang berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh : Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. c. Menurut pemungutan dan pengelolaannya, pajak dibagi menjadi : 1) Pajak Pusat Pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat yang digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak penghasilan, pajak
  • 22. 10 pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan dan bea materai. 2) Pajak Daerah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak yang dikelola oleh pemerintah tingkat I menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu pajak kendaraan bermotor, pajak bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak pengambilan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, sedangkan pajak yang di kelola oleh pemerintah tingkat II atau kabupaten atau kota yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir. 2.3 Fungsi Pajak Menurut Siti Resmi (2011:3) terdapat dua fungsi pajak yaitu : a. Pajak berfungsi sebagai sumber penerimaan negara, sebagai pembiayaan pengeluaran rutin maupun untuk pembangunan. b. Pajak sebagai pengatur, melaksanakan suatu kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi agar lebih makmur dan sejahtera.
  • 23. 11 Fungsi pajak menurut Aristansi Widyaningsih (2011:3) terdapat lima fungsi pajak yaitu : a. Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber pendanaan yang untuk pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam APBN, pajak merupakan sumber penerimaaan dalam negara. b. Fungsi Mengatur (Regulator) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur maupun melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Seperti PPnBM untuk barang- barang mewah, hal ini diterapkan pemerintah dalam upaya mengatur agar tingkat konsumsi barang mewah dapat dikendalikan. c. Fungsi Stabilitas Fungsi ini berhubungan langsung dengan kebijakan untuk menjaga stabilitas harga, sehingga laju inflasi dapat meningkat. d. Fungsi Retistribusi Dalam fungsi ini lebih terlihat bahwa unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat, karena adanya suatu lapisan tarif dalam pengenaan pajak. e. Fungsi Demokrasi Fungsi pajak yang terakhir ini lebih mengarah kepada demokrasi yang merupakan wujud sistem gotong royong. Fungsi ini berkaitan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat untuk membayar pajak.
  • 24. 12 Dari fungsi pajak diatas dapat disimpulkan bahwa pajak dapat dikatakan alat untuk menentukan suatu perekonomian, pajak memiliki kegunaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2.4 Sistem Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2011) mengemukakan sistem pemungutan pajak terdiri dari tiga sistem yaitu : a. Official Assessment System Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya : 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. 2) Wajib pajak bersifat pasif. 3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya : 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.
  • 25. 13 2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. 3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya : Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak. 2.5 Tata Cara Pemungutan Pajak Menurut Waluyo (2009:160) mengemukakan tentang tata cara pemungutan pajak yang dilakukan berdasarkan tiga stelsel adalah sebagai berikut : a. Stelsel Nyata (Riil Stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui). b. Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-undang, sebagai contoh penghasilan satu tahun dianggap sama
  • 26. 14 dengan tahun sebelumnya sehingga awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya. c. Stelsel Campuran Stelsel ini merupan gabungan antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan yang kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah kekurangan. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat diminta kembali. 2.6 Asas Pemungutan Pajak Asas adalah suatu yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan suatu masalah perpajakan. Permasalahan yang dimaksud seperti pemungutan pajak yang dikenakan atas harta, kekayaan maupun penghasilan seseorang atau badan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penyusunan Undang-undang dan peraturan perpajakan dan dapat diperhatikan beberapa asas pemungutan pajak. Asas pemungutan pajak yang dikenal salah satunya adalah “Four Common of taxation” atau “The four maxims” yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul “An inquiry in to the nature and Cause of thewealth of Nations” yaitu :
  • 27. 15 a. Asas Equity (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan) Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Tidak diwajibkan bagi wajib pajak yang tidak mampu membayar pajak, jika kita membayar pajak kepada negara maka negara akan memberikan manfaat kepada masyarakat. b. Asas Certainty (asas kepastian hukum) Pemungutan pajak harus dilakukan berdasarkan ketentuan Undang- undang. Namun pajak bukanlah suatu asumsi, akan tetapi pajak adalah untuk kepastian yang dapat memungutnya dengan kepastian berapa yang harus dipungut dan dibayarkan oleh wajib pajak. c. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak tepat waktu) Pemungutan pajak harus dilakukan pada saat yang tepat dan tidak menyulitkan wajib pajak, seperti wajib pajak menerima suatu penghasilan berupa hadiah, pada saat itulah merupakan saat yang tepat untuk memungut pajak. d. Asas Economy (asas ekonomis) Biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban wajib pajak yang diharapkan seminimum mungkin. 2.7 Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang atau badan yang sekaligus memenuhi syarat subjektif dan objektif. Pengertian wajib pajak menurut UU RI Nomor 6 Tahun
  • 28. 16 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 1994 dan UU Nomor 16 Tahun 2000 yaitu wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Adapun pengertian badan menurut pengertian di atas yaitu sekelompok orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, BUMN atau BUMD, dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, koperasi, dana pensiun dan bentuk lainnya. 2.8 Definisi Pajak Daerah Adapun macam-macam definisi pajak daerah menurut para ahli diantaranya : Pengertian pajak daerah menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengertian pajak daerah menurut Mardiasmo (2009:12) pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
  • 29. 17 daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Pengertian pajak daerah menurut Dias Priantara (2012:543) pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Munculnya istilah pajak daerah merupakan konsekuensi logis dari adanya pembagian tugas dan kewenangan antara pemerintah pusat maupun daerah sehingga beberapa tugas pemerintah pusat diberikan ke pemerintah daerah. Pemberian kewenangan ini bertujuan untuk menarik pajak daerah yang merupakan salah satu aspek penting yang tercakup dalam desentralisasi fiskal pada sisi penerimaan pajak. Disamping itu, pajak daerah juga salah satu sumber pendapatan yang sangat penting untuk daerah guna membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah yang merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Sistem perpajakan daerah sebenarnya bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem perpajakan yang berlaku secara nasional.
  • 30. 18 Dengan adanya otonomi daerah maka setiap daerah diperbolehkan mengembangkan kreatifitas untuk menemukan sumber-sumber pajak baru bagi daerah tersebut, berkaitan dengan hal ini maka dibutuhkan keberanian dari aparat untuk menemukan sumber pendapatan daerah dari pajak tetapi yang perlu diperhatikan jangan sampai sumber-sumber pendapatan daerah ini berbenturan dengan jenis-jenis pajak yang telah ditetapkan oleh pusat. 2.9 Jenis-Jenis Pajak Daerah Dari definisi di atas maka menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, jenis-jenis pajak daerah kabupaten atau kota terdiri dari sebelas jenis pajak yaitu : a. Pajak Hotel Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Karena hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, persinggahan dan rumah penginapan. b. Pajak Restoran Pajak atas pelayanan yang disediakan restoran. Artinya restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan minuman dengan dipungut bayaran yang mencakup juga rumah makan, kafe, kantin, warung dan bar.
  • 31. 19 c. Pajak Hiburan Pajak atas penyelenggaraan hiburan. Dalam hal ini hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan keramaian yang dinikmati dengan pungutan bayaran. d. Pajak Reklame Pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame yang dimaksudkan disini yaitu benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang atau jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan dinikmati oleh umum. e. Pajak Parkir Pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. f. Pajak Penerangan Jalan Pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
  • 32. 20 g. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud didalam peraturan perundang-undangan dibidang mineral dan batubara. h. Pajak Air Tanah Pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air permukaan. i. Pajak Sarang Burung Walet Pajak atas kegiatan pengambilan atau pengusahaan sarang burung walet. j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan bangunan maksudnya adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh pribadi atau badan.
  • 33. 21 2.10 Tolok Ukur Untuk Menilai Pajak Daerah Dalam pengelolaan pajak daerah agar sesuai dengan makna pelaksanaan otonomi daerah maka pemanfaatannya harus diupayakan untuk pelayanan kepada sektor pajak yang bersangkutan. Apabila pembayar pajak daerah dapat merasakan manfaat atas pembayarannya maka diharapkan timbul kesadaran untuk melakukan pembayaran secara teratur dan sukarela. Secara umum pemungutan pajak daerah harus dilihat dari dua sisi yaitu hasil guna dan daya guna bagi pemerintah daerah dan masyarakat daerah yang bersangkutan. Ada lima tolok ukur untuk menilai pajak daerah yaitu : a. Hasil (yield) meliputi 1) Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan dengan berbagai layanan yang di biayainya. 2) Stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besar atau kecilnya hasil itu. 3) Elastisitas hasil pajak terhadap pertumbuhan penduduk. 4) Perbandingan hasil pajak dengan biaya yang di pungut. b. Keadilan (equity) meliputi 1) Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak semena- mena. 2) Pajak yang bersangkutan harus adil secara horizontal artinya beban pajak haruslah sama antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama.
  • 34. 22 3) Pajak yang bersangkutan harus adil secara vertikal artinya kelompok yang memiliki sumber ekonomi yang sama dapat memberikan sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak memiliki sumber daya ekonomi. c. Daya guna ekonomi (economic efficiency) meliputi 1) Pajak hendaknya mendorong pengguna sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi. 2) Mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan pilihan produsen menjadi salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung dan memperkecil beban lebih pajak. d. Kemampuan melaksanakan (ability to implement) meliputi 1) Pajak harus dapat dilaksanakan dari sudut kemauan politis dan kemauan tata usaha. 2) Dalam menilai kemampuan administratif pengukurannya dilihat dari kemudahan dalam prosedur pemungutan pajak daerah, kemudahan data potensi objek pajak akan memberikan optimasi pemungutan pajak daerah. 3) Kemampuan politis diperlukan dalam pengenaan pajak, menetapkan struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan, memungut pajak secara fisik dan memaksakan sanksi terhadap para pelanggar.
  • 35. 23 e. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah meliputi 1) Haruslah jelas kepada daerah mana pajak harus dibayarkan dan tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. 2) Pajak tidak dapat dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain. 3) Pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah. 2.11 Sanksi Pajak Daerah Ada dua macam sanksi pajak daerah yaitu : a. Sanksi Administrasi meliputi 1) Penagihan pajak daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) di kenakan sanksi 2% sebulan dihitung dari pajak kurang bayar atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. 2) Penagihan pajak dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak. Sanksi administrasi ini tidak akan dikenakan apabila wajib pajak melaporkannya sebelum diadakan pemeriksaan.
  • 36. 24 3) Penagihan pajak dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) dengan perhitungan secara jabatan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 25% dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan dihitung dari pajak kurang bayar atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). 4) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) karena pajak tidak dibayar atau kurang bayar atau karena adanya penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD), ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama lima belas bulan sejak saat terutangnya pajak. 5) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang tidak dibayar atau kurang bayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan dan ditagih melalui Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Kepala daerah karena jabatannya atau atas permohonan wajib pajak dan berlandaskan unsur keadilan yang berwenang memperbaiki atau membatalkan ketetapan yang tidak benar yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung atau kekeliruan dalam penerapan perundang- undangan perpajakan daerah. Selain kewenangan-kewenangan di
  • 37. 25 atas, kepala derah juga berwenang untuk mengurangi atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kesalahan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya. b. Sanksi Pidana meliputi 1) Wajib pajak yang karena kelupaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah maka dapat dipidanakan dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak dua kali jumlah pajak yang terutang. 2) Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah maka dapat dipidanakan dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak empat kali jumlah pajak yang terutang. 2.12 Peraturan Daerah Kota Bekasi Tentang Pajak Daerah Berikut ini dapat dilihat Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi tentang pajak daerah yaitu : a. Perda Nomor 03 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir.
  • 38. 26 b. Perda Nomor 03 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. c. Perda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah. d. Perda Nomor 07 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan. e. Perda Nomor 08 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran. f. Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel. g. Perda Nomor 14 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. h. Perda Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. i. Perda Nomor 16 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pajak Penerangan Jalan. 2.13 Objek Pajak Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi yang dapat dilihat di atas yang menjadi objek pajak daerah yaitu : a. Pajak Parkir Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor, penyelenggaraan parkir insidentil. b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang
  • 39. 27 meliputi pemindahan hak karena : 1) Adanya jual beli. 2) Tukar menukar. 3) Hibah. 4) Hibah wasiat. 5) Warisan. 6) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain. 7) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan. 8) Penunjukan pembeli dalam lelang. 9) Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap. 10) Penggabungan usaha. 11) Peleburan usaha. 12) Pemekaran usaha. 13) Hadiah. c. Pajak Air Tanah Objek pajak air tanah adalah pengambilan atau pemanfaatan air tanah. d. Pajak Hiburan Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran, yang meliputi : 1) Tontonan film. 2) Pagelaran kesenian, musik, tari dan busana. 3) Kontes kecantikan dan binaraga. 4) Pameran.
  • 40. 28 5) Diskotik, karaoke dan klab malam. 6) Sirkus, akrobat dan sulap. 7) Permainan bilyar, golf dan bowling. 8) Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan. 9) Panti pijat, refleksi, mandi uap atau spa dan pusat kebugaran (fitness center). 10) Pertandingan olahraga. e. Pajak Restoran Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran, termasuk didalamnya roti, donat, catering atau jasa boga dan sejenisnya. Pelayanan yang disediakan restoran meliputi pelayanan penjualan makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain. f. Pajak Hotel Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang yang dimaksud meliputi fasilitas telepon, faksimile, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi dan fasilitas lainnya yang disediakan atau dikelola oleh pihak hotel.
  • 41. 29 g. Pajak Reklame Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame, yang meliputi : 1) Reklame papan atau billboard atau videotron atau megatron. 2) Reklame kain. 3) Reklame melekat dan stiker. 4) Reklame selebaran. 5) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan. 6) Reklame udara. 7) Reklame apung. 8) Reklame suara. 9) Reklame film atau slide. 10) Reklame peragaan. h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. i. Pajak Penerangan Jalan Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Listrik yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik.
  • 42. 30 2.14 Objek Yang Tidak Dikenakan Pajak Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi dapat dilihat bahwa yang menjadi objek yang tidak dikenakan pajak daerah yaitu : a. Pajak Parkir Objek yang tidak dikenakan pajak parkir yaitu meliputi : 1) Penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2) Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri. 3) Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik. 4) Penyelenggaraan tempat parkir di pemakaman, pendidikan dan tempat ibadah. b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Objek yang tidak dikenakan BPHTB yaitu meliputi : 1) Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 2) Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum. 3) Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan dengan syarat tidak menjalankan
  • 43. 31 usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut. 4) Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama. 5) Orang pribadi atau badan karena wakaf. 6) Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah. c. Pajak Air Tanah Objek yang tidak dikenakan pajak air tanah adalah pengambilan atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat serta peribadatan. d. Pajak Hiburan Objek yang tidak dikenakan pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran pada acara pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan dan pameran buku. e. Pajak Restoran Objek yang tidak dikenakan pajak restoran adalah pelayanan penjualan makanan atau minuman yang omsetnya tidak melebihi sebesar Rp 3.000.000 per bulan. f. Pajak Hotel Objek yang tidak dikenakan pajak hotel yaitu meliputi : 1) Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. 2) Jasa sewa apartemen.
  • 44. 32 3) Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan. 4) Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan dan panti sosial lainnya. 5) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum. g. Pajak Reklame Objek yang tidak dikenakan pajak reklame yaitu meliputi : 1) Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan dan warta bulanan. 2) Label atau merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan suatu produk. 3) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal tempat usaha atau profesi tersebut. 4) Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan organisasi kemasyarakatan partai paling lama dua minggu. h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Objek yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yaitu meliputi : 1) Objek pajak yang digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan.
  • 45. 33 2) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, kesehatan, sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh suatu keuntungan. 3) Digunakan untuk pemakaman dan peninggalan purbakala. 4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 5) Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan. i. Pajak Penerangan Jalan Objek yang tidak dikenakan pajak penerangan jalan yaitu meliputi : 1) Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah dan pemerintah daerah. 2) Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat dan perwakilan negara asing dengan asas timbal balik. 3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan ijin dari instansi teknis terkait. 4) Penggunaan tenaga listrik pada tempat ibadah dan sosial.
  • 46. 34 2.15 Subjek Pajak Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi dapat dilihat bahwa yang menjadi subjek pajak daerah yaitu : a. Pajak Parkir Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan. c. Pajak Air Tanah Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan atau pemanfaatan air tanah. d. Pajak Hiburan Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan. e. Pajak Restoran Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan atau minuman dari restoran. f. Pajak Hotel Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada yang mengusahakan hotel.
  • 47. 35 g. Pajak Reklame Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atu badan yang menggunakan reklame. h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Subjek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi dan memiliki, menguasai atau memperoleh manfaat atas bangunan. i. Pajak Penerangan Jalan Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. 2.16 Tarif Pajak Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi maka ditetapkan tarif untuk masing-masing pajak daerah yaitu sebagai berikut : a. Pajak Parkir Tarif pajak parkir ditetapkan sebesar 25% dari omset, untuk tempat penitipan kendaraan bermotor sebesar 15% dari omset dan untuk jasa valet atau jasa sejenisnya tarif pajak ditetapkan sebesar 25% dari omset. b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan sebesar 5%. c. Pajak Air Tanah Tarif pajak air tanah ditetapkan sebesar 20% dari nilai perolehan air.
  • 48. 36 d. Pajak Hiburan Tarif pajak untuk setiap jenis hiburan yaitu: 1) Tontonan film meliputi HTM mulai dari Rp 35.000 keatas ditetapkan sebesar 15% dan HTM dibawah Rp 35.000 ditetapkan sebesar 11%. 2) Pagelaran kesenian dan tari ditetapkan sebesar 5%. 3) Pagelaran musik dan busana ditetapkan sebesar 10%. 4) Kontes kecantikan dan binaraga ditetapkan sebesar 10%. 5) Pameran ditetapkan sebesar 10%. 6) Diskotik dan klab malam ditetapkan sebesar 40%. 7) Karaoke ditetapkan sebesar 25%. 8) Sirkus, akrobat dan sulap ditetapkan sebesar 10%. 9) Permainan bilyar ditetapkan sebesar 10%. 10) Permainan golf ditetapkan sebesar 25%. 11) Permainan bowling ditetapkan sebesar 15%. 12) Pacuan kuda, kendaraan bermotor meliputi ATV, road race, permainan ketangkasan meliputi gelanggang permainan anak dan outbond ditetapkan sebesar 10%. 13) Panti pijat modern ditetapkan sebesar 25%. 14) Panti pijat tradisional dan refleksi ditetapkan sebesar 10%. 15) Mandi uap atau spa dan pusat kebugaran (fitness center) ditetapkan sebesar 25%. 16) Pertandingan olahraga ditetapkan sebesar 10%.
  • 49. 37 e. Pajak Restoran Tarif pajak restoran ditetapkan sebesar 10%. f. Pajak Hotel Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10%. g. Pajak Reklame Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25%. h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan sebagai berikut : 1) Sebesar 0,1% untuk NJOP sampai dengan Rp 500.000.000. 2) Sebesar 0,15% untuk NJOP di atas Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 1.000.000.000. 3) Sebesar 0,25% untuk NJOP di atas Rp 1.000.000.000. i. Pajak Penerangan Jalan Tarif pajak untuk setiap jenis penerangan jalan yaitu : 1) Tarif rumah tangga meliputi pengguna 450 watt ditetapkan sebesar 3%, pengguna 900 watt ditetapkan sebesar 4%, pengguna 1300 watt ditetapkan sebesar 6%, pengguna 2200 watt ke atas ditetapkan sebesar 8%. 2) Tarif fasilitas sosial dan umum meliputi sosial murni ditetapkan sebesar 0%, sosial komersil ditetapkan sebesar 3%. 3) Tarif untuk bisnis meliputi pengguna 450 watt ditetapkan sebesar 3%, pengguna 900 watt ditetapkan sebesar 4%, pengguna 1300 Watt
  • 50. 38 ditetapkan sebesar 6%, pengguna 2200 watt ke atas ditetapkan sebesar 8%. 4) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam ditetapkan sebesar 3%. 5) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri untuk industri dan bukan industri ditetapkan sebesar 1,5%. 2.17 Dasar Pengenaan Pajak Berdasarkan tarif pajak daerah yang telah dijelaskan di atas maka ditetapkan dasar pengenaan pajak untuk masing-masing pajak daerah yaitu sebagai berikut : a. Pajak Parkir Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Dasar pengenaan BPHTB adalah nilai perolehan objek pajak, yang meliputi : 1) Adanya jual beli. 2) Tukar menukar. 3) Hibah. 4) Hibah wasiat. 5) Warisan. 6) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya.
  • 51. 39 7) Pemisahan hak. 8) Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap. 9) Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak. 10) Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak. 11) Penggabungan usaha. 12) Peleburan usaha. 13) Pemekaran usaha. 14) Hadiah. 15) Penunjukan pembeli dalam lelang. c. Pajak Air Tanah Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air tanah yang dinyatakan dalam mata uang rupiah dan dihitung dari sebagian atau seluruh faktor-faktor sebagai berikut : 1) Jenis sumber air yaitu jenis air bawah yang terdiri dari air tanah dalam, air tanah dangkal dan mata air. 2) Lokasi sumber air yaitu tempat titik pengambilan air yang berada dengan memperhatikan sumber alternatif (sumber air lainnya di luar air bawah tanah). 3) Tujuan pengambilan atau pemanfaatan air yaitu untuk kebutuhan dan jenis pemanfaatan air. 4) Volume air yang diambil atau dimanfaatkan yaitu besarnya air bawah tanah yang diambil per galon dalam satuan meter kubik.
  • 52. 40 5) Kualitas air yaitu mutu air bawah yang ditentukan dengan cara melakukan uji laboratorium terhadap unsur-unsur yang terkandung di dalam air. 6) Tingkat kerusakan Iingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan atau pemanfaatan air. d. Pajak Hiburan Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. e. Pajak Restoran Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh restoran termasuk didalamnya rumah makan, kafetaria, kantin, depot atau warung, bar, roti, donat, catering atau jasa boga dan sejenisnya. f. Pajak Hotel Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. g. Pajak Relame Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame. h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah NJOP yang ditetapkan setiap tiga tahun sekali, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahunnya sesuai dengan perkembangan wilayahnya. Besarnya penetapan NJOP dalam ditetapkan oleh walikota.
  • 53. 41 i. Pajak Penerangan Jalan Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga lisrik, dapat ditetapkan dalam hal tenaga listrik yang berasal dari sumber lain dan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri. 2.18 Definisi Pengendalian Internal Adapun macam-macam definisi pengendalian internal menurut para ahli diantaranya : Pengertian pengendalian internal menurut Romney dan Steinbart (2009:229) pengendalian internal merupakan rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga kekayaan organisasi, memberikan informasi yang dapat dipercaya atau mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya suatu organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Pengertian pengendalian internal menurut Sukrisno Agoes (2013:99) pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal lain yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang dapat dipercaya mengenai pencapaian yang bertujuan untuk melihat kebenaran laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Dari kedua definisi pengendalian internal di atas maka penulis simpulkan bahwa pengendalian internal merupakan sistem, struktur atau
  • 54. 42 prosedur yang saling berhubungan memiliki beberapa tujuan yaitu menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kebenaran data akuntansi yang dikoordinasikan sedemikian mungkin dan mendorong kepatuhan kebijakan hukum dan peraturan yang berlaku untuk melaksanakan fungsi utama perusahaan. 2.19 Komponen Pengendalian Internal Menurut Sukrisno Agoes (2013:100) pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling berkaitan. Lima komponen pengendalian internal tersebut yaitu : a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Suatu keadaan organisasi yang dapat mempengaruhi kesadaran akan suatu pengendalian dari sikap masing-masing orang. Lingkungan pengendalian merupakan suatu bentuk dari semua komponen pengendalian internal lainnya yang bersifat disiplin dan berstruktur. b. Penilaian Risiko (Risk Assessment) Suatu kebijakan atau prosedur yang dapat membantu suatu perusahaan dalam menilai bahwa tugas atau perintah yang diberikan oleh manajemen telah dijalankan dengan baik atau tidak. c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Suatu kebijakan atau prosedur yang dapat membantu suatu perusahaan dalam meyakinkan bahwa tugas atau perintah yang diberikan oleh manajemen telah dijalankan.
  • 55. 43 d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Pengidentifikasian atau penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya. e. Pemantauan (Monitoring) Suatu proses yang menilai kualitas kerja pengendalian internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. 2.20 Definisi Efektivitas Efektivitas merupakan hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Adapun macam-macam definisi efektivitas menurut para ahli diantaranya : Pengertian efektivitas menurut Sondang P.Siagian (2008:4) efektivitas merupakan pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
  • 56. 44 Pengertian efektivitas menurut Mardiasmo (2009:134) efektivitas merupakan ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuannya maka organisasi tersebut dapat dikatakan telah berjalan dengan efektif. 2.21 Pendekatan Terhadap Efektivitas Ada empat pendekatan terhadap efektivitas diantaranya adalah sebagai berikut : a. Pendekatan Sasaran Pendekatan ini melihat sejauh mana keberhasilan suatu sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dapat dimulai melalui identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. b. Pendekatan Sumber Pendekatan ini mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkan. Suatu organisasi harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.
  • 57. 45 c. Pendekatan Proses Pendekatan ini menganggap efektivitas sebagai suatu definisi dan kondisi kesehatan dari suatu organisasi. Pada organisasi yang efektif maka proses internal berjalan dengan lancar, dimana keadaan bagian- bagian yang ada didalam organisasi tersebut dapat berjalan secara terkoordinasi. 2.22 Definisi Target Adapun macam-macam definisi target menurut para ahli diantaranya : Pengertian target menurut Fandy Tjiptono (2008:65) target merupakan daya tarik masing–masing segmen dengan menggunakan variabel–variabel yang bisa menguantifikasi kemungkinan permintaan dari setiap segmen, biaya melayani setiap segmen, biaya memproduksi produk dan jasa yang diinginkan pelanggan dan kesesuaian antara kompetensi inti perusahaan dan peluang pasar. Pengertian target menurut Ali Hasan (2008:1991) target merupakan suatu kegiatan menentukan pasar sasaran yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen untuk dilayani. Pengertian target menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2008:1404) target merupakan sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai.
  • 58. 46 Dari ketiga definisi target di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa target merupakan suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan agar dapat dicapai semaksimal mungkin. 2.23 Sifat Target atau Sasaran Berikut ini merupakan sejumlah sifat yang mendukung kriteria bagi target atau sasaran yaitu sebagai berikut : a. Sesuai dengan manfaat dan misi organisasi. b. Realisis. c. Dapat diterima masyarakat organisasi. d. Luwes terhadap resiko. e. Memberikan motivasi. f. Dipahami oleh anggota. g. Keterkaitan antara sasaran. h. Terukur dalam pengertian waktu. i. Spesifik. 2.24 Definisi Penerimaan Pajak Derah Menurut Suryadi (2008:105) penerimaan pajak daerah merupakan sumber pembiayaan daerah yang dominan baik untuk belanja rutin maupun belanja pembangunan daerah.
  • 59. 47 Dari definisi tersebut maka penulis simpulkan bahwa penerimaan pajak daerah dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan daerah untuk kemandirian pembiayaan pemerintah daerah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien. 2.25 Kerangka Berpikir Gambar 1 Sumber : Penulis Pengendalian internal memang sangatlah dibutuhkan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kebenaran data akuntansi yang dikoordinasikan sedemikian mungkin. Akan tetapi jika tidak diseimbangkan dengan efektivitas maka hasilnya kurang baik jadi pengendalian dan efektivitas harus berjalan seimbang karena efektivitas merupakan hubungan Pengendalian Internal Efektivitas Target Penerimaan Pajak
  • 60. 48 antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Maka jika pengendalian internal dan efektivitas sudah dikatakan berjalan dengan baik atau seimbang maka diperoleh suatu tujuan yang dapat dicapai yaitu target penerimaan pajak. Karena target penerimaan pajak dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan untuk kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien.
  • 61. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Dalam rangka penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Jl.Ir.H.Juanda nomor 100, Bekasi. Penelitian dilakukan selama lima bulan sejak bulan April sampai dengan Agustus 2015. 3.2 Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut : a. Data Primer Merupakan data atau keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber dimana penelitian berlangsung. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Jl.Ir.H.Juanda nomor 100, Bekasi. b. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
  • 62. 50 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah berupa : a. Studi Kepustakaan (Library Research) Yaitu dengan mencari, membaca, mencatat, dan mengumpulkan bahan bacaan dari literatur yang terdapat dalam perpustakaan, media cetak serta data-data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. b. Studi Lapangan (Field Research) Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke tempat objek penelitian, yang terdiri dari : 1) Observasi (Observation) Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. 2) Wawancara (Interview) Mengadakan tanya jawab langsung dan meminta penjelasan kepada pihak-pihak yang terkait mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti. 3.4 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu metode analisis data dengan cara menggambarkan kenyataan dan keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan
  • 63. 51 keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian ini. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang diajukan sehingga memberikan informasi yang lengkap tentang objek yang sedang diteliti. Selanjutnya hasil yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan teori-teori yang berlaku untuk kemudian dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan dan saran.
  • 64. 52 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Pada masa kepemimpinan kepala daerah dengan sebutan pertama kali walikota bekasi dimulai tahun 1998 sampai dengan sekarang, saat itu walikota bekasi periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2003 dipimpin oleh H. N. SONTANIE. Pengelolaan pendapatan daerah pada masa kepemimpinan H. N. SONTANIE mengalami dua kali perubahan yaitu : a. Periode pertama tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 pengelolaan pendapatan dibawah naungan lembaga berbentuk dinas yang bernama Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kota Bekasi. b. Periode kedua tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 pengelolaan pendapatan dibawah naungan lembaga berbentuk badan yang bernama Badan Pengelolaan Keuangan, Kekayaan dan Aset Daerah (Bakukeda) Kota Bekasi. Periode selanjutnya yaitu pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 walikota bekasi dipimpin oleh AKHMAD ZURFAIH, masa kepemimpinan beliau pengelolaan pendapatan dimasa awal kepemimpinannya masih bernama Bakukeda Kota Bekasi. Memasuki tahun kedua kepemimpinan beliau yakni di bulan juni 2004 pengelolaan pendapatan daerah masih dibawah naungan lembaga berbentuk Badan yakni bernama Badan Pendapatan Daerah Kota
  • 65. 53 Bekasi (Bapenda) Kota Bekasi periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Walikota bekasi selanjutnya periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 kepemimpinan pemerintah kota bekasi dipegang oleh H. MOCHTAR MOHAMAD, pada masa kepemimpinan beliau ditahun pertama pengelolaan pendapatan daerah masih bernama Bapenda Kota Bekasi. memasuki awal tahun kedua kepemimpinan beliau pengelolaan pendapatan daerah menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, bahwa berdasarkan peraturan pemerintah tersebut pengelolaan pendapatan daerah dibawah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berbentuk dinas yang bernama Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Dikarenakan terlalu besarnya beban lingkup dari DPPKAD Kota Bekasi sehingga kurangnya fokus dalam urusan pengelolaan pendapatan maka berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah, maka pengelolaan pendapatan daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bekasi. Walaupun perda tentang Dispenda telah disahkan pada tahun 2010 namun berlaku efektifnya Dispenda Kota Bekasi yakni pada bulan juni tahun 2011 sampai dengan sekarang.
  • 66. 54 4.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Visi dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yaitu menjadikan Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi sebagai pengelola pendapatan daerah yang profesional dan amanah. Sedangkan misi dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yaitu : a. Meningkatkan tata kelola pelayanan pajak daerah. b. Memantapkan kinerja kompetensi aparatur dan organisasi. c. Mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerah. 4.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Bagan dibawah ini memberikan gambaran mengenai struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yaitu sebagai berikut :
  • 67. 55 KEPALA DINAS Gambar 2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN KEUANGAN SEKRETARIS SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN UMUM & PERENCANAAN BIDANG EVALUASI PENGAWASAN DAN KONSULTASI BIDANG PBB & BPHTB BIDANG PAD DAN DANA PERIMBANGAN BIDANG PERENCANAAN PENDAPATAN DAERAH SEKSI PERENCANAAN PENDAPATAN SEKSI INTENSIFIKASI DAN EKSTENSIFIKASI SEKSI PELAPORAN PEMBUKUAN SEKSI PAJAK DAERAH SEKSI RETRIBUSI DAERAH DAN BENDA BERHARGA SEKSI DANA PERIMBANGAN SEKSI PENDATAAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ATAS PBB DAN BPHTB SEKSI PENAGIHAN DAN PELAYANAN PBB DAN BPHTB SEKSI DATA DAN INFORMASI PBB & BPHTB SEKSI PENGAWASAN EVALUASI DAN KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH SEKSI KONSULTASI KEBERATAN DAN BANDING SEKSI PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN UPTD
  • 68. 56 4.4 Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan struktur organisasi diatas, maka berikut dijelaskan tugas dan fungsi dari masing-masing bagian yaitu sebagai berikut : a. Kepala Dinas Membantu walikota dalam memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas yang meliputi urusan perencanaan pendapatan daerah, PAD dan dana perimbangan, PBB dan BPHTB serta evaluasi pengawasan dan konsultasi. b. Sekretaris Membantu kepala dinas dalam memimpin dan mengkoordinasikan penyelenggaraan pelayanan teknis administratif kegiatan dan ketatausahaan yang meliputi urusan umum dan perencanaan, kepegawaian serta keuangan. c. Bidang PAD dan Dana Perimbangan Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas pada bidang yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah dan benda berharga serta dana perimbangan. d. Bidang Perencanaan Pendapatan Daerah Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
  • 69. 57 pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas pada bidang yang meliputi perencanaan pendapatan, intensifikasi dan ekstensifikasi serta pelaporan pembukuan. e. Bidang PBB dan BPHTB Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas pada bidang yang meliputi pendataan, penilaian dan penetapan atas PBB dan BPHTB, penagihan dan pelayanan PBB dan BPHTB serta data dan informasi PBB dan BPHTB. f. Bidang Evaluasi Pengawasan Dan Konsultasi Membantu kepala dinas dalam memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum yang menjadi kewenangan dinas pada bidang yang meliputi pengawasan, evaluasi dan kebijakan pendapatan daerah, konsultasi, keberatan dan banding serta pemeriksaan dan penyidikan. g. UPTD Pendapatan Melakukan pendataan, pendaftaran dan penagihan pajak daerah meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak parkir dan lain-lain.
  • 70. 58 4.5 Analisis Data 4.5.1 Laju Pertumbuhan Pajak Daerah Kota Bekasi Untuk menghitung pertumbuhan pajak daerah dapat digunakan rumus sebagai berikut : Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Realisasi Selisih Pertumbuhan (%) 2009 99.031.556.174 - - 2010 150.822.290.606 51.790.734.432 52.30 2011 375.978.082.270 225.155.791.664 149.28 2012 497.833.031.022 121.854.948.752 32.41 2013 723.511.938.746 225.678.907.724 45.33 2014 845.771.913.123 122.259.974.377 16.90 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan pajak daerah pada tahun 2010 mengalami penurunan dikarenakan target pajak daerah tahun 2009 lebih besar dibandingkan penerimaan pajak daerah. Pada tahun 2010-2011 pertumbuhan pajak daerah mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 52.30% tahun 2010 menjadi 149.28% tahun 2011 merupakan pertumbuhan pajak daerah terbesar dibandingkan tahun yang lainnya. Penurunan pada tahun G = ( ) ( ) x 100%
  • 71. 59 2010 dikarenakan pajak air tanah, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan masih belum ada di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Kenaikan yang signifikan pada tahun 2011 dikarenakan adanya penambahan pajak air tanah dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang sudah ada di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan pertumbuhan pajak daerah sebesar 32.41% tahun 2012 dikarenakan tahun 2012 pajak bahan galian golongan c sudah dihapuskan. Pada tahun 2012-2013 pertumbuhan pajak daerah mengalami kenaikan sebesar 45.33% tahun 2013 dikarenakan adanya penambahan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan yang penerimaannya lebih besar dibandingkan target yang ditetapkan. Pada tahun 2013-2014 pertumbuhan pajak daerah hanya sebesar 16.90% tahun 2014 merupakan pertumbuhan pajak daerah terkecil dibandingkan tahun sebelumnya.
  • 72. 60 4.5.2 Penerimaan Pajak Hotel Tabel 4.2 Penerimaan Pajak Hotel Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 2.605.618.000 2.711.074.812 104.05 2011 3.299.999.400 3.348.011.541 101.45 2012 4.500.000.000 4.062.680.578 90.28 2013 4.439.768.300 4.843.348.650 109.09 2014 8.440.924.100 9.223.385.527 109.27 Rata-Rata 102.828 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak hotel tahun 2010-2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 104.05%, 101.45%, 90.28%, 109.09% dan 109.27%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2014 sebesar 109.27% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2012 sebesar 90.28%. Rendahnya penerimaan pajak hotel tahun 2012 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 4.062.680.578.
  • 73. 61 4.5.3 Penerimaan Pajak Restoran Tabel 4.3 Penerimaan Pajak Restoran Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 36.816.105.000 35.993.072.300 97.76 2011 43.279.918.850 45.324.573.725 104.72 2012 54.237.912.400 58.706.451.527 108.24 2013 79.243.776.270 81.662.055.038 103.05 2014 119.724.247.150 122.423.971.422 102.25 Rata-Rata 103.204 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak restoran tahun 2010- 2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 97.76%, 104.72%, 108.24%, 103.05% dan 102.25%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2012 sebesar 108.24% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2010 sebesar 97.76%. Rendahnya penerimaan pajak restoran tahun 2010 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 35.993.072.300.
  • 74. 62 4.5.4 Penerimaan Pajak Hiburan Tabel 4.4 Penerimaan Pajak Hiburan Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 6.528.654.900 5.940.680.537 90.99 2011 8.083.507.100 8.610.847.387 106.52 2012 12.034.187.700 12.749.787.164 105.95 2013 17.710.472.013 15.761.124.253 88.99 2014 23.712.753.200 23.850.867.613 100.58 Rata-Rata 98.606 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak hiburan tahun 2010- 2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 90.99%, 106.52%, 105.95%, 88.99% dan 100.58%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar 106.52% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2013 sebesar 88.99%. Rendahnya penerimaan pajak hiburan tahun 2013 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 15.761.124.253.
  • 75. 63 4.5.5 Penerimaan Pajak Reklame Tabel 4.5 Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 17.829.247.000 13.875.969.916 77.83 2011 17.946.682.000 16.317.201.997 90.92 2012 19.842.799.800 16.187.872.619 81.58 2013 24.844.000.000 24.316.259.790 97.88 2014 40.677.884.000 29.282.773.150 71.99 Rata-Rata 84.04 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak reklame tahun 2010- 2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 77.83%, 90.92%, 81.58%, 97.88% dan 71.99%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2013 sebesar 97.88% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2014 sebesar 71.99%. Rendahnya penerimaan pajak reklame tahun 2014 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 29.282.773.150.
  • 76. 64 4.5.6 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Tabel 4.6 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 94.961.827.844 88.323.935.080 93.01 2011 114.175.764.254 117.979.596.235 103.33 2012 128.854.295.900 130.887.027.632 101.58 2013 155.150.221.504 157.558.293.680 101.55 2014 188.471.461.000 195.623.886.559 103.79 Rata-Rata 100.652 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak penerangan jalan tahun 2010-2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 93.01%, 103.33%, 101.58%, 101.55% dan 103.79%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2014 sebesar 103.79% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2010 sebesar 93.01%. Rendahnya penerimaan pajak penerangan jalan tahun 2010 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 88.323.935.080.
  • 77. 65 4.5.7 Penerimaan Pajak Bahan Galian Golongan C Tabel 4.7 Penerimaan Pajak Bahan Galian Golongan C Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 206.000.000 202.161.916 98.14 2011 145.000.000 185.289.497 127.79 2012 - - - 2013 - - - 2014 - - - Rata-Rata 112.965 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak bahan galian golongan c tahun 2010-2011 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 98.14 dan 127.79. Untuk tahun 2012-2014 pajak bahan galian golongan c sudah dihapuskan karena sesuai dengan ketetapan peraturan daaerah. Maka dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar 127.79% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2010 sebesar 98.14%. Rendahnya penerimaan pajak bahan galian golongan c tahun 2010 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 202.161.916.
  • 78. 66 4.5.8 Penerimaan Pajak Parkir Tabel 4.8 Penerimaan Pajak Parkir Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 4.995.784.700 3.775.396.045 75.57 2011 5.683.734.000 6.051.487.394 106.47 2012 7.300.000.000 6.108.187.680 83.67 2013 8.635.100.000 8.986.364.412 104.07 2014 16.654.934.456 16.826.337.104 101.03 Rata-Rata 94.162 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak parkir tahun 2010-2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 75.57%, 106.47%, 83.67%, 104.07% dan 101.03%. Dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar 106.47% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2010 sebesar 75.57%. Rendahnya penerimaan pajak parkir tahun 2010 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 3.775.396.045.
  • 79. 67 4.5.9 Penerimaan Pajak Air Tanah Tabel 4.9 Penerimaan Pajak Air Tanah Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 - - - 2011 1.700.000.000 1.723.347.943 101.37 2012 2.268.000.000 2.355.282.822 103.85 2013 2.485.316.000 2.496.826.530 100.46 2014 3.399.804.900 2.524.144.947 74.24 Rata-Rata 94.98 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak air tanah tahun 2011- 2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 101.37%, 103.85%, 100.46% dan 74.24%. Pajak air tanah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi tahun 2010 belum ada. Maka dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2012 sebesar 103.85% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2014 sebesar 74.24%. Rendahnya penerimaan pajak air tanah tahun 2014 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 2.524.144.947.
  • 80. 68 4.5.10 Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Tabel 4.10 Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 - - - 2011 129.000.000.000 176.437.726.551 136.77 2012 220.300.000.000 266.775.741.000 121.10 2013 266.798.153.273 266.985.553.380 100.07 2014 266.798.153.300 275.102.400.480 103.11 Rata-Rata 115.262 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan tahun 2011-2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 136.77%, 121.10%, 100.07% dan 103.11%. Pada tahun 2010 bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi belum ada. Maka dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar 136.77% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2013 sebesar 100.07%. Rendahnya penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan tahun 2013 dikarenakan penerimaannya hanya melebihi sedikit dari target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 266.985.553.380.
  • 81. 69 4.5.11 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan Tabel 4.11 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2010 - - - 2011 - - - 2012 - - - 2013 158.945.151.148 160.902.113.013 101.23 2014 185.036.573.394 170.914.146.321 92.37 Rata-Rata 96.8 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan tahun 2013-2014 menunjukan bahwa besarnya persentase yaitu sebesar 101.23% dan 92.37%. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi tahun 2010- 2012 belum ada. Maka dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi yaitu pada tahun 2013 sebesar 101.23% dan persentase terendah yaitu pada tahun 2014 sebesar 92.37%. Rendahnya penerimaan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan tahun 2014 dikarenakan penetapan target yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 170.914.146.321.
  • 82. 70 4.5.12 Pengukuran Efektivitas Pajak Daerah Kota Bekasi Menurut Halim (2011) rasio pengukuran efektivitas pajak daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Untuk mengukur tingkat keefektifan maka dapat digunakan indikator sebagai berikut : Tabel 4.12 Indikator Pengukuran Efektivitas Persentase (%) Kriteria >100% Sangat Efektif 90%-100% Efektif 80%-90% Cukup Efektif 60%-80% Kurang Efektif <60% Tidak Efektif Sumber : Depdagri, Kepmendagri No 690.900.327 Dari tabel di atas menunjukan bahwa apabila persentase yang dicapai lebih dari 100% itu berarti sangat efektif dan apabila persentase kurang dari 100% itu berarti tidak efektif. Untuk mengetahui apakah suatu instansi dapat dikatakan efektif maka diperlukan suatu indikator sebagai tolok ukur untuk mengetahui tingkat keefekifan suatu objek. Efektivitas = Realisasi Pajak Daerah Target Pajak Daerah x 100%
  • 83. 71 Tabel 4.13 Pengukuran Efektivitas Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 No Jenis Pajak Persentase (%) Kriteria Persentase (%) Kriteria Persentase (%) Kriteria Persentase (%) Kriteria Persentase (%) Kriteria Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 1 HOTEL 104.05 Sangat Efektif 101.45 Sangat Efektif 90.28 Efektif 109.09 Sangat Efektif 109.27 Sangat Efektif 2 RESTORAN 97.76 Efektif 104.72 Sangat Efektif 108.24 Sangat Efektif 103.05 Sangat Efektif 102.25 Sangat Efektif 3 HIBURAN 90.99 Efektif 106.52 Sangat Efektif 105.95 Sangat Efektif 88.99 Cukup Efektif 100.58 Sangat Efektif 4 REKLAME 77.83 Kurang Efektif 90.92 Efektif 81.58 Cukup Efektif 97.88 Efektif 71.99 Kurang Efektif 5 PPJ 93.01 Efektif 103.33 Sangat Efektif 101.58 Sangat Efektif 101.55 Sangat Efektif 103.79 Sangat Efektif 6 PBGG C 98.14 Efektif 127.79 Sangat Efektif - - - - - - 7 PARKIR 75.57 Kurang Efektif 106.47 Sangat Efektif 83.67 Cukup Efektif 104.07 Sangat Efektif 101.03 Sangat Efektif 8 PAT - - 101.37 Sangat Efektif 103.85 Sangat Efektif 100.46 Sangat Efektif 74.24 Kurang Efektif 9 BPHTB - - 136.77 Sangat Efektif 121.10 Sangat Efektif 100.07 Sangat Efektif 103.11 Sangat Efektif 10 PBBPP - - - - - - 101.23 Sangat Efektif 92.37 Efektif Total 92.00 Efektif 116.29 Sangat Efektif 110.79 Sangat Efektif 100.73 Sangat Efektif 99.16 Efektif Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat di lihat total persentase pada tahun 2010 sebesar 92.00% itu berarti sudah efektif, pada tahun 2011 total persentasenya sebesar 116.29% itu berarti sangat efektif, pada tahun 2012 total persentasenya sebesar 110.79% itu berarti sangat efektif, pada tahun 2013 total persentasenya sebesar 100.73% itu berarti sangat efektif dan pada tahun 2014 total persentasenya sebesar 99.16% itu berarti sudah efektif. Persentase pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 24.29%, pada tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 5,5%, pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 10.06% dan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan
  • 84. 72 sebesar 1,57% dari perbandingan ini maka dapat di lihat penurunan yang paling besar yaitu pada tahun 2014 karena didalam pencapaian target penerimaan pajak daerah tidak melebihi target yang diharapkan. 4.5.13 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Menurut Handoko (2013) kontribusi pajak daerah bagi penerimaan pajak daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Tabel 4.14 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2010 (Dalam Rupiah) Jenis Pajak Realisasi Tahun 2010 Kontribusi (%) Hotel 2.711.074.812 1.80 Restoran 35.993.072.300 23.87 Hiburan 5.940.680.537 3.94 Reklame 13.875.969.916 9.20 Pajak Penerangan Jalan 88.323.935.080 58.56 Pajak Bahan Galian Golongan C 202.161.916 0.13 Parkir 3.775.396.045 2.50 Pajak Air Tanah - - Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan - - Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan - - Total 150.822.290.606 100 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Kontribusi = Realisasi Pajak Hotel Realisasi Pajak Daerah x 100%
  • 85. 73 Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2010 yang paling kecil yaitu pajak bahan galian golongan c sebesar 0.13% karena target lebih besar dibandingkan realisasi yaitu Rp 202.161.916. Kontribusi pajak daerah pada tahun 2010 yang paling besar yaitu pajak penerangan jalan sebesar 58.56% karena realisasi pajak penerangan jalan sebesar Rp 88.323.935.080 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya meskipun pajak penerangan jalan tahun 2010 realisasinya tidak melebihi target yang ditetapkan. Tabel 4.15 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2011 (Dalam Rupiah) Jenis Pajak Realisasi Tahun 2011 Kontribusi (%) Hotel 3.348.011.541 0.89 Restoran 45.324.573.725 12.05 Hiburan 8.610.847.387 2.29 Reklame 16.317.201.997 4.34 Pajak Penerangan Jalan 117.979.596.235 31.38 Pajak Bahan Galian Golongan C 185.289.497 0.05 Parkir 6.051.487.394 1.61 Pajak Air Tanah 1.723.347.943 0.46 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 176.437.726.551 46.93 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan - - Total 375.978.082.270 100 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2011 yang paling kecil yaitu pajak bahan galian golongan c sebesar 0.05%
  • 86. 74 meskipun melebihi target tetapi realisasinya merupakan yang paling kecil dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Kontribusi pajak daerah pada tahun 2011 yang paling besar yaitu bea perolehan hak atas tanah dan bangunan sebesar 46.93% karena realisasinya melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 176.437.726.551 dan realisasi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan tahun 2010 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Tabel 4.16 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2012 (Dalam Rupiah) Jenis Pajak Realisasi Tahun 2012 Kontribusi (%) Hotel 4.062.680.578 0.82 Restoran 58.706.451.527 11.79 Hiburan 12.749.787.164 2.56 Reklame 16.187.872.619 3.25 Pajak Penerangan Jalan 130.887.027.632 26.29 Pajak Bahan Galian Golongan C - - Parkir 6.108.187.680 1.23 Pajak Air Tanah 2.355.282.822 0.47 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 266.775.741.000 53.59 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan - - Total 497.833.031.022 100 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2012 yang paling kecil yaitu pajak air tanah sebesar 0.47% meskipun realisasinya hanya sedikit melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 2.355.282.822 dan
  • 87. 75 realisasi pajak air tanah tahun 2012 merupakan yang paling kecil dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Kontribusi pajak daerah pada tahun 2012 yang paling besar yaitu bea perolehan hak atas tanah dan bangunan sebesar 53.59% karena realisasinya melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 266.775.741.000 dan realisasi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan tahun 2012 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Tabel 4.17 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2013 (Dalam Rupiah) Jenis Pajak Realisasi Tahun 2013 Kontribusi (%) Hotel 4.843.348.650 0.67 Restoran 81.662.055.038 11.29 Hiburan 15.761.124.253 2.18 Reklame 24.316.259.790 3.36 Pajak Penerangan Jalan 157.558.293.680 21.78 Pajak Bahan Galian Golongan C - - Parkir 8.986.364.412 1.24 Pajak Air Tanah 2.496.826.530 0.34 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 266.985.553.380 36.90 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 160.902.113.013 22.24 Total 723.511.938.746 100 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2013 yang paling kecil yaitu pajak air tanah sebesar 0.34% meskipun realisasinya hanya sedikit melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 2.496.826.530 dan
  • 88. 76 realisasi pajak air tanah tahun 2013 merupakan yang paling kecil dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Kontribusi pajak daerah pada tahun 2013 yang paling besar yaitu bea perolehan hak atas tanah dan bangunan sebesar 36.90% karena realisasinya melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 266.985.553.380 dan realisasi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan tahun 2013 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Tabel 4.18 Kontribusi Pajak Daerah Kota Bekasi Tahun 2014 (Dalam Rupiah) Jenis Pajak Realisasi Tahun 2014 Kontribusi (%) Hotel 9.223.385.527 1.09 Restoran 122.423.971.422 14.47 Hiburan 23.850.867.613 2.82 Reklame 29.282.773.150 3.46 Pajak Penerangan Jalan 195.623.886.559 23.13 Pajak Bahan Galian Golongan C - - Parkir 16.826.337.104 1.99 Pajak Air Tanah 2.524.144.947 0.30 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 275.102.400.480 32.53 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 170.914.146.321 20.21 Total 845.771.913.123 100 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Diolah penulis) Dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi pajak daerah pada tahun 2014 yang paling kecil yaitu pajak air tanah sebesar 0.30% karena realisasinya tidak melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 3.399.804.900 dan realisasi pajak
  • 89. 77 air tanah tahun 2014 merupakan yang paling kecil sebesar Rp 2.524.144.947 dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. Kontribusi pajak daerah pada tahun 2014 yang paling besar yaitu bea perolehan hak atas tanah dan bangunan sebesar 32.53% karena realisasinya melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 275.102.400.480 dan realisasi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan tahun 2014 lebih besar dibandingkan realisasi jenis pajak yang lainnya. 4.5.14 Bagan Target Pendapatan Kota Bekasi Gambar 3 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Dari bagan di atas dapat dilihat alur target pendapatan Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, dapat dilihat dari target sepuluh atau lima tahun kebelakang apakah sudah tercapai atau tidak dan dilihat dari potensinya Realisasi Tahun Sebelumnya dan Potensi Usulan dari SKPD penghasil terkait RPJMD Ditetapkan Target
  • 90. 78 apakah potensinya setiap tahun mengalami peningkatan atau tidak, setelah itu adanya usulan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penghasil terkait mengenai target pendapatan yang akan ditetapkan, setelah itu adanya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan cara diadakannya rapat dan setelah adanya suatu keputusan dalam hasil rapat tersebut maka ditetapkan target. 4.5.15 Pengendalian Internal Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Tujuan diadakannya pengendalian internal yaitu untuk mengoptimalisasi dan penatausahaan pajak daerah, pengendalian internal tersebut dapat dikatakan tercapai apabila capaian penerimaan dan tata kelola pajak daerah menjadi yang tertinggi dan terbaik. Didalam lingkungan pengendalian terdapat permasalahan yaitu : a. Penegakan integritas dan nilai etika. b. Komitmen terhadap kompetensi. c. Kepemimpinan yang kondusif. d. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan. e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat. f. Kebijakan pengembangan SDM. g. Pengawasan internal yang efektif. h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah.
  • 91. 79 Selain itu didalam lingkungan pengendalian terdapat suatu risiko yang terindentifikasi diantaranya : a. Lemahnya sistem dan prosedur pelayanan dan penatausahaan pajak daerah. b. Belum adanya penegakan peraturan daerah tentang pajak daerah dalam hal pengenaan sanksi. c. Piutang PBB yang diserah terimakan dari dirjen pajak belum valid. d. Objek pajak restoran (bakery) belum dapat dipungut. e. Belum optimalnya pelayanan PBB secara langsung f. Pelaporan pendapatan belum akurat. g. Belum efektifnya dan tidak tepatnya tugas pokok dan fungsi. h. Fungsi informasi dan pelayanan pengaduan lemah. Pengendalian internal yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi sudah sangat efektif untuk dilaksanakan karena dengan pengendalian itu maka akan bisa mengendalikan risiko yang ada. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengendalian internal tersebut efektif untuk dilaksanakan yaitu : a. SDM tingkat kompetensinya tinggi. b. Adanya infrastruktur yang memadai. c. Adanya dana yang mencukupi.
  • 92. 80 Dampak pengendalian internal bagi penerimaan pajak daerah yaitu bagi wajib pajak yang sudah patuh membayar pajak maka tidak ada dampaknya tetapi bagi wajib pajak yang belum patuh membayar pajak maka akan berdampak kepada masyarakat bahwa membayar pajak itu sangatlah penting. Pengendalian internal yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi untuk mencapai target penerimaan pajak daerah per tahunnya yaitu dengan cara : a. SOP yang menyatakan supaya ada keteraturan. b. Penegakan peraturan daerah. c. Pengendalian data-data yang belum valid. d. Tahapan target. e. Infrastruktur yang memadai. Tetapi jika pengendalian internal tersebut dikatakan belum efektif karena apa yang sudah dianalisa belum dilaksanakan sehingga dapat mempengaruhi pengendalian internal tersebut. Pengaruhnya bagi penerimaan pajak daerah jika pengendalian internal tersebut belum efektif yaitu dapat menyebabkan tingginya tingkat kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kendala-kendala yang menyebabkan pengendalian internal tersebut belum efektif diantaranya : a. Infrastruktur yang belum memadai. b. SDM tingkat kompetensinya masih rendah. c. Tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah.
  • 93. 81 4.5.16 Bagan Pengendalian Internal Kota Bekasi Gambar 4 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Dari bagan di atas dapat dilihat proses pengendalian internal Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi dalam melaksanakan tugasnya yaitu melakukan breafing dan rapat tiap minggunya untuk membahas pelaksanaan yang akan dilaksanakan oleh tim pengendalian internal kepada wajib pajak yang belum taat pajak dan yang sudah taat pajak, setelah itu dilakukan monitoring dan cek lapangan bagi wajib pajak yang belum taat pajak dan apakah kendalanya wajib pajak tersebut tidak taat pajak, setelah itu maka tim pengendalian internal merumuskan solusi dari suatu masalah tersebut. Breafing Rapat Monitoring Cek Lapangan Merumuskan Solusi Dari Suatu Masalah
  • 94. 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada Bab IV, maka penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Pencapaian penerimaan pajak daerah pada tahun 2014 dibandingkan empat tahun sebelumnya nampak adanya peningkatan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi sehingga dapat membangun beberapa fasilitas daerah yang digunakan oleh masyarakat. 2. Peningkatan PAD tersebut tidak terlepas dari penerapan pengendalian internal yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi yang cukup efektif sehingga target penerimaan pajak daerah dapat tercapai dan terus meningkat.
  • 95. 83 5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, maka penulis memberikan saran untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah yaitu : 1. Para pegawai yang terlibat dalam pencapaian penerimaan pajak daerah sebaiknya diberikan bonus agar terus termotivasi meningkatkan kinerjanya. 2. Meskipun sistem pengendalian intern yang diterapkan telah cukup efektif, sebaiknya terus dilakukan evaluasi, apabila perlu dilakukan modifikasi sehingga dapat lebih bermanfaat di masa yang akan datang.
  • 96. DAFTAR PUSTAKA Adriani, P.J.A. 2009. Pajak dan Pembangunan. Jakarta Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing. Jakarta: Salemba Empat Dharma. 2008. Perpajakan. Jakarta Hasan, Ali. 2008. Perpajakan. Jakarta Harjo, Dwikora. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media Handoko. 2013. Analisis Kontribusi Pajak Daerah. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 15 No. 1 Halim. 2011. Analisis Efektivitas Pajak. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 15 No. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta Safitri, L. 2014. Perpajakan. Jakarta Mowen dan Hansen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Prasetyono. 2009. Buku Pintar Pajak. Yogyakarta: Laksana
  • 97. Priantara, Dias. 2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Suryadi. 2008. Perpajakan. Yogyakarta Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta Steinbart, Romney. 2009. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta Soemahamidjaja, Soeparman. 2009. Pajak Berdasarkan Azaz Gotong Royong. Jakarta Djajadiningrat, S.I. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Yogyakarta: Andi Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Tjiptono, Fandy. 2008. Strategik Pemasaran. Yogyakarta Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-undang Pajak Lengkap. 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media Waluyo. 2009. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat Widyaningsih, Aristanti. 2011. Hukum Pajak dan Perpajakan. Bandung: Alfabeta
  • 98. DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA DIRI Nama : Rosa Merry Alamat : Kav. Taman Wisata Blok A12 No. 23 Rt.004 Rw. 031 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juni 1993 Agama : Kristen Protestan E-mail : rosamerry56@yahoo.com Pendidikan Formal SD Stella Maris II, Bekasi Utara, Tahun Ajaran 1999-2005 SMP Stella Maris II, Bekasi Utara, Tahun Ajaran 2005-2008 SMK Yaperti, Bekasi Barat, Tahun Ajaran 2008-2011