415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
JUDUL
1. EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM
MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik Dan Melengkapai
Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Oleh
SISKA DWI RAHAYU
2011420027
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
2.
3.
4.
5. ABSTRAK
NIM : 2011420027, Judul : EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL
DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
2010-2014,
Jumlah Hal : xiii + 60 hal : 2015,
Kata Kunci : Efektivitas,Pajak Hotel, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah
Penelitian ini menunjukan bahwa pemungutan pajak hotel di Kabupaten
Majalengka tergolong efektif, dimana tingkat efektivitas pemungutan mencapai
94,98% dan rata-ratanya mencapai 92,13%. Besarnya pertumbuhan pajak daerah
pada tahun 2010-2014 mencapai 17,28% dari total pendapatan asli daerah.
pendapatan asli daerah pada tahun 2010-2014 berhasil mencapai 101,75% atau
sebesar Rp605.703.776.621. kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah
mencapai 0,44% dan kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah
mencapai 0,08%, dalam hal ini kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dan
pendapatan asli daerah tergolong sangat rendah.
Penerimaan pajak hotel mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pajak
daerah dan pendapatan asli daerah namun kontribusi yang diberikan terlalu
rendah. upaya dalam meningkatkan kontribusi pajak hotel tersebut dengan cara
melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, serta penggalian potensi yang
baru untuk meningkatkan pendapatan pajak daerah.
Daftar Acuan : (2004-2014)
Jakarta, 03 September 2015
Penulis
v
6. KATA PENGANTAR
Bismil-laahir-rahmanir-raahim
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat yang telah diberikan penulis, baik kesehatan fisik dan mental sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan akuntansi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Darma Persada Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan sehingga memungkinkan skripsi ini
terwujud. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Papah dan Mamah yang telah memberikan do’a, perhatian kepada penulis,
memberikan kasih sayang yang tulus, dan dukungan yang begitu besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan
selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Sukardi Sentono selaku Dekan Fakultas Ekonomi
4. Ibu Dra. Sri Ari Wahyuningsih, MM selaku pembimbing akademis
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi atas ilmu yang telah diberikan kepada
penulis.
vi
7. 6. Bapak Momon selaku Kasubag Pep Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Majalengka, terima kasih telah mengijinkan penulis
melakukan penelitian di DPKAD Kabupaten Majalengka.
7. Bapak Dhany selaku Kasi Pengelolaan PAD dan Lainnya, terima kasih penulis
ucapkan atas bantuan bapak dalam memberikan data yang diperlukan,
motivasi serta dukungannya.
8. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan
bermanfaat dengan baik.
Jakarta, 03 September 2015
Penulis
vii
8. DAFTAR ISI
JUDUL SKRIPSI …………………………………………………………… i
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………... iii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… iv
ABSTRAK ………………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 3
C. Tujuan Penelitian ………………………………...................... 4
D. Kegunaan Penelitian ………………………………………….. 4
viii
9. BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………..... 6
1. Ruang Lingkup Pajak ……………………………………… 6
a. Definisi Pajak …………………………………………. 6
b. Tujuan Pajak …………………………………………… 8
c. Fungsi Pajak …………………………………………… 9
d. Jenis Pajak ……………………………………………... 9
e. Asas Pemungutan Pajak ……………………………….. 11
f. Syarat Pemungutan Pajak ……………………………… 12
g. Sistem Pemungutan Pajak ……………………………... 12
2. Pendapatan Asli Daerah …………………………………… 13
3. Pajak Daerah ………………………………………………. 15
a. Definisi Pajak Daerah ………………………………..... 15
b. Jenis Pajak Daerah …………………………………….. 16
c. Tolak Ukur Penilaian Pajak Daerah ……….………….. 20
d. Sanksi Pajak Daerah …………………………………… 20
4. Pajak Hotel …………………………………………………. 22
a. Definisi Pajak Hotel …………………………………… 22
b. Objek dan Bukan Objek Pajak Hotel …………………. 22
c. Subjek dan Wajib Pajak Hotel ………………………... 23
d. Dasar, Pengenaan, Tarif dan
Perhitungan Pajak Hotel ………………………………. 24
5. Efektivitas dan Kontribusi ………………………………… 25
ix
10. B. Kerangka Berpikir ……………………………………………... 29
C. Penelitian Terdahulu …………………………………………… 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………….. 32
B. Jenis Data ……………………………………………………… 32
C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 32
D. Metode Analisis Data …………………………………………. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum DPKAD …………………………………….. 34
1. Sejarah Singkat DPKAD ……………………………………. 34
2. Visi dan Misi DPKAD ……………………………………… 35
3. Tugas dan Fungsi DPKAD …………………………………. 36
4. Struktur Organisasi DPKAD ……………………………….. 38
5. Tugas dan Fungsi Kantor DPKAD …………………………. 40
B. Pembahasan …………………………………………………….. 41
1. Analisis Pertumbuhan Pajak Daerah
Kabupaten Majalengka …………………………………….. 43
2. Analisis Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Majalengka …………………………….………. 48
3. Analisis Efektivitas Pajak Hotel …………………………… 50
4. Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap
Pajak Daerah dan PAD …………………………………… 52
x
11. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 55
B. Saran ……………………………………………………………... 56
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 58
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 60
xi
12. DAFTAR TABEL
1. Indikator Efektifitas Pemungutan Pajak Hotel ……………………………... 27
2. Indikator Kontribusi Pajak Hotel …………………………………………… 28
3. Laju Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Majalengka ……………..…. 43
4. Sumber Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Majalengaka …………….. 46
5. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Majalengka …………………………………………………..... 49
6. Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Kabupaten Majalengka …………… 51
7. Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Penerimaan
Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka …….. 53
xii
13. DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………… 30
2. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keungan dan
Aset Daerah Kabupaten Majalengka …………………………………….. 39
3. Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014…………………………………………………………. 41
4. Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014 ………………………………………………………... 44
5. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014 …………………………………………………………. 48
xiii
14. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah-daerah kabupaten
atau kota. tujuan dilakukannya pembagian daerah untuk meningkatkan
efesiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 ditegaskan bahwa pajak dipungut berdasarkan peraturan yang
berlaku dimana pemungutan pajak tersebut diatur dalam Undang-undang
Nomor 18 tahun 1997 yang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-
undang Nomor 34 tahun 2000.
Pembagian pemungutan pajak dilakukan sejak ditetapkan otonomi daerah,
dimana pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam mengatur dan
mengurusi kepentingan masyarakatnya. Penerapan otonomi daerah membawa
perubahan dalam sistem pengelolaan keuangan, dimana perubahan ini
menimbulkan suatu permasalahan dalam pembagian keuangan antar pusat dan
daerah.
Tujuan diterapkannya otonomi daerah agar pemerintah daerah mampu
meningkatan pendapatan asli daerah, meningkatkan pelayanan publik,
sehingga dapat membiayai kegiatan rumah tangganya. Upaya dalam
meningkatkan sumber daya yaitu dengan cara menggali sumber penerimaan
baru dan terus meningkatkan efesiensi dan efektivitas sumber daya yang ada.
1
15. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penerimaan pendapatan asli
daerah kabupaten atau kota, antara lain :
1. Banyaknya sumber pendapatan di kabupaten yang belum tergali secara
maksimal
2. Kurangnya kesadaran dalam membayar pajak
3. Adanya kebocoran-kebocoran
4. Biaya pemungutan yang masih tinggi
5. Peraturan daerah yang perlu disesuaikan
6. Kemampuan masyarakat dalam membayar pajak
Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Jawa Barat dimana penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun
2010 sampai dengan 2014 sudah melewati target yang direncanakan dimana
penerimaan PAD nya sebesar Rp 616.281.370.314 sudah melampaui target
sebesar Rp 605.703.776.920,57 atau mencapai 101,75%. Hal ini menandakan
bahwa penerimaan komponen PAD terus mengalami perkembangan. Namun
ada beberapa penerimaan pajak yang mempunyai kontribusi yang sangat
rendah salah satunya penerimaan pajak hotel.
Hotel merupakan salah satu sarana penginapan atau tempat tinggal
sementara selama berada di Kabupaten Majalengka. hotel digunakan juga
sebagai sarana bermain dan berkumpul, pesta ulang tahun, pernikahan, dan
acara lainnya. Semakin banyaknya bangunan hotel atau penginapan maka laju
pertumbuhan hotel tersebut semakin tinggi sehingga penerimaan pajak daerah
pun ikut meningkat. namun pada kenyataanya kontribusi pajak hotel terhadap
2
16. pajak daerah dan PAD sangat rendah. Menurut Listiyarko rendahnya
kontribusi penerimaan pajak terhadap PAD didasarkan pada penggaliam
potensi yang masih rendah dan kinerja pemungutan yang masih kurang efektif
dimana dalam pemungutan pajak dipengaruhi oleh dua hal yaitu kepatuhan
pajak yang mencakup kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dan
penggalian potensi yang mencakup intensifikasi dan ekstensifikasi.
Dilihat dari permasalahan diatas, penulis mengambil judul skripsi
“Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Penerimaan
Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana laju pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Majalengka pada
tahun 2010-2014?
2. Seberapa besar target pendapatan asli daerah Kabupaten Majalengka pada
tahun 2010-2014 dapat terealisasi?
3. Apakah pemungutan pajak hotel di Kabupaten Majalengka pada tahun
2010-2014 sudah efektif?
3
17. 4. Seberapa besar kontribusi pajak hotel terhadap penerimaan pajak daerah
dan pendapatan asli daerah di Kabupaten Majalengka pada tahun
2010-2014?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui laju pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Majalengka tahun
2010-2014.
2. Mengetahui besarnya target pendapatan asli daerah Kabupaten Majalengka
tahun 2010-2014 yang dapat terealisasi.
3. Mengetahui efektivitas pemungutan pajak hotel di Kabupaten Majalengka
pada tahun 2010-2014.
4. Mengetahui besarnya kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dan
pendapatan asli daerah Kabupaten Majalengka tahun 2010-2014.
D. Kegunaan Penelitian
Penulis berharap hasil dari penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak seperti:
1. Bagi Perkuliahan
Dapat dijadikan referensi untuk bahan penelitian selanjutnya guna
mempermudah pengetahuan dalam mempelajari pajak daerah khususnya
pajak daerah, pendapatan asli daerah, dan pajak hotel.
4
18. 2. Bagi Mahasiswa
Penelitian yang telah dilakukan akan di jadikan bahan masukan dalam
menambah wawasan, pengetahuan, dan perbandingan, untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan
pemerintah agar penerimaan pajak terus meningkat.
5
19. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Ruang Lingkup Pajak
a. Definisi Pajak
Dalam melaksanakan pembangunan nasional pemerintah harus
dapat mengatasi masalah pembiayaan dalam pembangunan tersebut,
dimana biaya tersebut dapat diperoleh dari penerimaan sumber-sumber
yang berasal dari dalam negeri seperti penerimaan pajak. Pajak dapat
digunakan untuk membiayai pembangunan yang nantinya dapat
berguna bagi kepentingan masyarakat.
Pajak dapat di definisikan berdasarkan pandangan masing-masing
orang yang mempunyai tujuan yang sama yakni meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan membangun fasilitas yang dibutuhkan rakyat
nya. Beberapa pengertian mengenai pajak menurut para ahli
perpajakan yaitu:
Menurut P.J.A Andriani dan Waluyo (2011) pengertian pajak:
“Pajak merupakan iuran wajib kepada negara (yang dapat
dipaksakan), yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjukan, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas
negara yang menyelenggarakan pemerintah”.
6
20. Menurut Resmi dalam bukunya berjudul “Perpajakan : Teori dan
Kasus”
Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanannya, dimana diperuntukan bagi pengeluaran-
pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat
surplus, yang digunakan untuk membiayai public investment”.
Menurut Prof.Dr.MJH.Smeets yang disadur oleh Diaz Priantara
(2012) Pajak merupakan prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat diajukan dalam hal yang individual,
dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Pajak merupakan suatu cara negara untuk membiayai pengeluaran
secara umum disamping kewajiban suatu warga negara. secara politik
pajak merupakan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan
dan pertahanan menuju masyarakat yang adil.
Jadi pajak merupakan suatu prestasi pemerintah dalam
melaksanakan kewajiban yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang yang berlaku tanpa adanya timbal balik secara
langsung terhadap wajib pajaknya.
Pengertian pajak dapat dipandang dalam dua aspek yaitu dari sudut
pandang ekonomi dan sudut pandang hukum. Pajak dilihat dari sudut
pandang ekonomi, pajak digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan pajak dilihat dari sudut pandang hukum, pajak
digunakan untuk mengatur permasalahan negara. Dari beberapa
7
21. definisi diatas pajak dapat disimpulkan bahwa unsur pokok dalam
perpajakan yaitu:
1) Pajak dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2) Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
3) Tidak terdapat kontraprestasi individual oleh pemerintah, dimana
swasta atau pihak lain tidak boleh memungut.
4) Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
b. Tujuan Pajak
Tujuan diadakannya pemungutan pajak yaitu untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pemerintah yang digunakan
untuk kesejahteraan masyarakat melalui penyetoran iuran wajib kepada
kas negara yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat.
Dalam pencapaian tujuan negara, pemerintah membutuhkan asas
pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya sehingga
diperoleh keserasian dalam pemungutan pajak dengan tujuan dan asas
yang masih diperlukan.
8
22. c. Fungsi Pajak
Menurut Harjo (2013:7) fungsi pajak dibagi menjadi dua golongan
yaitu:
1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi
pembiayaan pengeluran-pengeluaran pemerintah.
Contoh: Pajak digunakan sebagai sumber penerimaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBD) sebagai pendapatan
dalam negri.
2) Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur untuk melaksanakan
dibidang sosial atau ekonomi.
Contoh: Pajak digunakan untuk mengatur barang mewah, pajak
minuman keras, dan pajak rokok. Pengenaan pajak
tersebut dilakukan untuk menekan konsumen dalam
memproduksi barang tersebut
d. Jenis Pajak
Menurut Harjo (2013) pajak dibagi dalam tiga kategori yaitu:
1) Menurut golongan dan pembebanan, pajak dibagi menjadi dua
yaitu:
9
23. a) Pajak langsung
Pajak langsung merupakan pajak yang pembebanannya tidak
dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi
beban langsung wajib pajak yang bersangkutan.
b) Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang pembebanannya
dilimpahkan kepada pihak ketiga atau pihak lain.
2) Menurut sifatnya
Menurut sifatnya pajak dibagi kedalam dua jenis pajak yaitu:
a) Pajak subjektif
Pajak subjektif merupakan pajak yang berpangkal pada subjek
pajaknya kemudian dicari objek pajaknya. Dalam hal ini pajak
dilihat dari wajib pajaknya terlebih dahulu.
b) Pajak objektif
Pajak objektif merupakan pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan dari
wajib pajak.
3) Menurut pemungutannya
Menurut pemungutannya pajak dibagi menjadi dua jenis pajak
yaitu:
a) Pajak pusat
Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat yang digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
10
24. Misalnya: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok.
b) Pajak daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah
daerah dan digunakan untuk memenuhi pengeluaran-
pengeluaran daerah. Menurut Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah, bahwa pajak
daerah dibagi menjadi dua bagian yaitu pajak yang dipungut
oleh provinsi dan dipungut oleh kabupaten atau kota. pajak
yang dipungut provinsi mencakup empat jenis pajak dan pajak
kabupaten atau kota dibagi kedalam tujuh jenis pajak.
e. Asas-asas Pemungutan Pajak
Asas-asas pemungutan pajak dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Asas domisili
Asas domisili merupakan asas yang menyatakan bahwa negara
berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan. Wajib pajak
yang bertempat tinggal diwilayahnya baik yang berasal dari dalam
negeri maupun dari luar negeri. Setiap wajib pajak yang
berdomisili diwilayah indonesia akan dikenakan atas seluruh
penghasilan yang diperoleh baik dari Indonesia maupun dari luar
indonesia.
11
25. 2) Asas kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu negara. suatu negara akan memungut pajak
kepada setiap orang yang mempunyai hubungan kebangsaan atas
suatu negara yang bersangkutan tanpa memandang apakah
bertempat tinggal didalam negeri diluar negeri.
f. Syarat Pemungutan Pajak
Syarat-syarat pemungutan pajak dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesulitan atau hambatan yang terjadi dalam proses
pemungutan pajak dengan syarat:
1) Pemungutan pajak yang dilakukan pemerintah harus adil;
2) Pemungutan pajak yang dilakukannya harus berdasarkan undang-
undang yang berlaku;
3) Pemungutan harus efesien;
4) Pemungutan harus sederhana;
5) Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.
g. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak baik yang dikelola pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas
pemungutan pajak. Menurut Waluyo (2011:7) asas pemungutan pajak
terbagi menjadi :
12
26. 1) Official assessment system
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang.
2) Self assessment system
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayarkan.
3) Withoulding system
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya yang terutang oleh wajib pajak.
2. Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengatakan
sumber-sumber penerimaan daerah terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan Keuangan
c. Pinjaman Daerah
d. Sumber- sumber pendapatan lain yang sah
13
27. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu indikator kemandirian suatu
daerah, dimana sumber pendapatan asli daerah merupakan faktor penentu
terwujudnya otonomi daerah.
Menurut Indah (2014) Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan
yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola
sendiri oleh pemerintah daerah yang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
melaksanakan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Berdasarkan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terbagi menjadi:
a. Penerimaan Pajak Daerah
b. Penerimaan Retribusi Daerah
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Besarnya pendapatan asli daerah dapat mengurangi ketergantungan dari
bantuan pusat, dimana pemerintah daerah harus mampu menggali sumber-
sumber penerimaan di daerah tersebut agar pendapatan asli daerah yang
diperoleh dapat membiayai kegiatan rumah tangganya sendiri.
Menurut Frenadin upaya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
dapat dilihat dari pelaksanaan pajaknya. Namun dalam pelaksanaan pajak
tersebut ada beberapa faktor yang menghambat yaitu:
14
28. a. Keberadaan peraturan daerah yang masih berdasarkna undang-undang
b. Belum konsisten para penegak hukum dalam memberikan sanksi
terhadap subjek pajak yang melalaikan kewajibannya.
c. Kelemahan dalam mengidentifikasi ketersediaan potensi pajak
d. Kurangnya informasi dan sosialisasi terhadap kebijakan pajak
e. Masih lemahnya pengawasan termasuk instrumennya.
3. Pajak Daerah
a. Pengertian Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah bahwa pajak daerah merupakan:
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak merupakan
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Mardiasmo (2009:2) Pajak Daerah merupakan:
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak merupakan iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
Menurut Syahrial (2007:86) Pajak Daerah merupakan:
Iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapatkan prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjukan dan yang gunanya untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan tugas Negara
untuk menyelenggarakan pemerintah.
15
29. b. Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah, jenis pajak daerah terbagi menjadi 11
(sebelas) jenis pajak yaitu:
1. Pajak Hotel
Pajak hotel merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan
yang disediakan oleh hotel. Hotel merupakan fasilitas penyedia
jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan
dan sejenisnya.
Pajak hotel dikenakan terhadap jumlah pembayaran yang
diserahkan kepada wajib pajak hotel yaitu pemilik hotel yang
mempunyai tugas untuk menarik pajak hotel tersebut. sedangkan
pajak hotel dikenakan kepada subjek pajak hotel atau konsumen
yang sudah menikmati fasilitas dari hotel tersebut. tarif pajak yang
dikenakan paling besar 10%.
2. Pajak Restoran
Pajak restoran merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan
yang disediakan restoran. Restoran merupkan fasilitas penyedia
makanan dan minuman yang dipungut bayaran. Tarif pajak yang
dikenakan sebesar 10%.
16
30. 3. Pajak Hiburan
Pajak hiburan merupakan pajak yang dikenakan atas
penyelenggaraan hiburan. Hiburan merupakan senua jenis
tontonan, pertunjukan, permainan, dan keramaian yang dinikmati
dengan pungutan bayaran. Subjek pajak hiburan yaitu konsumen
yang menikmati hiburan dan yang yang menyelenggarakan hiburan
disebut wajib pajak. Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi
35%, khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes
kecantikan, diskotik, karoke, klab malam, permainan ketangkasan,
panti pijat dan mandi uap tarif pajak ditetapkan paling tinggi 75%,
khusus kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif pajak hiburan
sebesar 10%.
4. Pajak Reklame
Pajak reklame merupakan pajak yang dikenakan pada semua
penyelenggaraan reklame. Reklame merupakan benda, alat,
perbuatan, media, yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk tujuan komersial memperkenalkan, mempromosikan,yang
digunakan untuk menarik perhatian umum. Dasar pengenaan pajak
reklame yaitu nilai sewa dimana wajib pajak atau pihak ketiga
memungut pajak kepada subjek pajak reklame yaitu orang atau
badan yang menyewa. Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi
sebesar 25%.
17
31. 5. Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan merupakan pajak yang dikenakan atas
penggunaan tenaga listrik baik yang dihasilkan sendiri maupun
diperoleh dari sumber lain. Tarif pajak penerangan jalan
ditetapakan paling tinggi sebesar 10%, penggunaan listrik oleh
industry dan pertambangan minyak bumi dan gas sebesar 3%,
penggunaan listrik yang dihasilkan sendiri ditetapkan palin tinggi
sebesar 1,5%.
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak mineral bukan logam dan batuan merupakan pajak yang
dikenakan atas pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang
meliputi batu tulis, batu kapur, batu apung, batu permata, dan
marmer. Pajak dikenakan berdasarkan nilai jual hasil pengambilan
mineral bukan logam dan batuan dimana tarif yang ditetapkan
paling tinggi sebesar 25%.
7. Pajak Parkir
Pajak parkir merupakan pajak yang dikenakan atas
penyelenggaraan tempat parkir yang berada diluar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha. Pajak parkir dikenakan jumlah
pembayaran atau jumlah yang mestinya dibayarkan, tariff yang
dikenakan paling tinggi sebesar 30%.
18
32. 8. Pajak Air Tanah
Pajak air tanah merupakan pajak yang dikenakan atas
pengambilan/pemnfaatan air tanah dimana pajak dikenakan
berdasarkan nilai perolehan air tanah dan tarif yang dikenakan
paling tinggi sebesar 20%.
9. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet merupakan pajak yang dikenakan
atas pengambilan/ atau pengusahaan sarang burung wallet dimana
dasar pengenaan pajak dilihat dari nilai jual sarang burung wallet.
Tariff yang dikenakan paling tinggi sebesar 10%.
10. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BPHTB merupakan pajak yang dikenakan atas perolehan hak
atas tanah dan/atau bangunan. Pajak dikenakan atas dasar nilai
perolehan objek pajak dan tarif yang ditetapkan paling tinggi
sebesar 5%.
11. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB)
PBB merupakan pajak yang dikenakan atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan. PBB
dikenakan atas dasar NJOP dan tariff yang dikenakan paling tinggi
sebesar 0,3%.
19
33. c. Tolak Ukur Penilaian Pajak Daerah
Peningkatan pelayanan masyarakat merupakan salah satu tujuan
daerah dalam membangun kesejaheraan dan kemakmuran rakyat.
Dimana penerimaan pajak daerah mempunyai kontribusi yang sangat
besar dalam peningkatan pajak daerah. besarnya penerimaan pajak
daerah dapat ditentukan dari seberapa besar kesadaran masyarakat
akan kewajiban dalam membayar pajak dan apakah pajak yang
dibayarkan dilakukan secara teratur atau tidak. Oleh karena itu untuk
mengetahui penilaian pajak daerah dapat diketahui dengan lima tolak
ukur yaitu:
1) Hasil (Yield)
2) Keadilan (Equity)
3) Daya guna ekonomi (Economyc effeciency)
4) Kemampuan melaksanakan (Abality to implement)
5) Kecocokan sebagi sumber penerimaan daerah
d. Sanksi Pajak Daerah
1) Sanksi Administrasi
a) Apabila SKPD yang dimaksud tidak atau kurang bayar setelah
lewat waktu paling lama 30 hari (tiga puluh) hari sejak SKPD
diterima, dikenakan sanksi administratife berupa bunga 2%
20
34. (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD
dengan jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
b) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalan SKPDKB
dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua persen)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lam 24 (dua puluh empat) bulan
dihitung sejak saat terutangnya pajak.
c) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB dengan
perhitungan jabatan dikenakan sanksi administrative berupa
kenaikan 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak
ditambah sanksi administrative berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat
dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dihitung saat terhutangnya pajak.
2) Saksi Pidana
a) Wajib pajak yang karena kealpaannya yang tidak
menyampaikan SPTPD/SSPD atau mengisi dengan tidak benar
atu tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak
benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama satu tahun atau pidana
denda paling banyak dua kali jumlah pajak yang terutang atau
yang tidak dibayar.
21
35. b) Wajib pajak dengan sengaja tidak menyampaikan
SPTPD/SSPD atau mengisi dengan tidak benar sehingga
merugikan keuangan daerah dapat dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama dua tahun atau pidana denda
paling banyak empat kali jumlah pajak yang terutang yang
tidak atau kurang dibayar.
4. Pajak Hotel
a. Pengertian Pajak Hotel
Berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah menyatakan pajak hotel merupakan pajak
yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan hotel.
Hotel merupakan fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan
termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
b. Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Hotel
1) Objek Pajak Hotel
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan
hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
22
36. termasuk fasilias olahraga dan hiburan. Jasa penunjang hotel
misalnya fasilitas hotel, faksmile, teleks, internet, fotocopy,
pelayanan setrika, transfortasi dan fasilitas sejenis yang dikelola
oleh hotel.
2) Bukan Objek Pajak Hotel
Dalam pemungutan pajak hotel terdapat beberapa objek pajak
hotel yang tidak dikenakan pemungutan yaitu:
a) Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah.
b) Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya
c) Jasa tempat tinggal dipusat pendidikan atau kegiatan keagamaan
d) Jasa tempat tinggal dirumah sakit, asrama perawat, panti jompo,
panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis dan
e) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang
diselenggarakan oleh hotel dapat dimanfaatkan oleh umum.
c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel
Subjek pajak hotel merupakan orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang
mengusahakan hotel. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak
hotel yaitu konsumen yang menikmati fasilitas yang diberikan hotel
tersebut.
23
37. Wajib pajak hotel merupakan orang pribadi atau badan yang
mengusahakan hotel atau pemilik yang mempunyai hotel tersebut.
sehingga kedudukan subek dan wajib pajak berbeda, dimana subjek
pajak hotel membayarkan bertindak sebagai pembayar pajak dan wajib
pajak hotel bertindak sebagai pemungut pajak.
d. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hotel
1) Dasar Pengenaan Pajak Hotel
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada hotel. Pembayaran merupakan jumlah uang yang
harus dibayarkan subjek pajak kepada wajib pajak atas fasilitas
yang telah di berikan oleh hotel tersebut.
2) Tarif Pajak Hotel
Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen). Penetapan tarif berbeda-beda disetiap wilayahnya
tergantung potensi yang dimiliki wilayah tersebut.
3) Cara Perhitungan Pajak Hotel
Besaran pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Perhitungan
pajak hotel dapat di rumuskan sebagi berikut :
Pajak Terutang = Tarif pajak x Dasar pengenaan pajak
= Tarif pajak x jumlah pembayaran yang dibayarkan
24
38. 5. Efektivitas dan Kontribusi
a. Efektivitas
Menurut Edward (2013) Efektivitas merupakan hubungan antara
keluaran dan dengan tujuan tau sasaran yang arus dicapai. Dikatakan
efektif jika proses kegaiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir
kebijakan. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapian
tujuan dan sasaran yang ditentukan maka semakin efektif proses kerja
suatu unit.
Efektivitas merupakan pemerintah daerah dalam merealisasikan
pendapatan asli daerah yang didapatkan dibandingkan dengan
anggaran yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
Dari definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa efektivitas
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kinerja
dengan melihat kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.
Indikator efektivitas pemungutan pajak tidak hanya dapat dilihat
dari kinerja kantor pajak daerah dalam merealisasikan target
penerimaan pajak, namun juga dilihat dari kinerja dalam menjaring
wajib pajak baru melalui kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajk
serta menciptakan kepatuhan Wajib Pajak.
Perpajakan dikatakan efektif, jika dapat menyelesaikan masalah
berikut ini:
1) Wajib pajak yang tidak terdaftar, maksudnya mengetahui sejauh
mana anggota yang dapat terdeteksi dan mengambil tindakan
25
39. terhadap anggota masyarakat yang belum terdaftar sebagai wajib
pajak walaupun sebenarnya masyrakat tersebut telah memenuhi
kriteria wajib pajak.
2) Wajib pajak yang yang tidak menyanpaikan surat pemberitahuan,
maksudnya wajib pajak yang sudah mendaftarkan usahanya namun
tidak menyampaikan surat pemberitahuan.
3) Penyelundupan pajak, maksudnya wajib pajak yang melaporkan
pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan
perundang-undangan.
4) Penunggakan pajak, pajak dapat diperoleh secara maksimal apabila
masyarakat percaya akan pengenaan pajak tersebut sehingga
dengan adanyanya kepercayaan, penugakan pun dapat
terhindarkan.
Menurut Nasucha instrument operasional yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat efektivitas yaitu berupa intensitas dan
ekstensifikasi pajak. Dengan adanya kedua tingkatan tersebut
diharapkan terwujudnya kepatuhan wajib pajak, dimana tingkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi mempunyai pengaruh terhadap
tingkatan penerimaan pajak. Selain itu penegakan hukum pajak dan
kepatuhan wajib pajak juga mempunyai pengaruh tersendiri terhadap
penerimaan pajaknya.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan
pajak tidak hanya diukur dengan optimalisasi pajak saja, namun
26
40. pengukuran penerimaan pajak dapat dukur juga dengan melihat
realisasi. Apakah penerimaan pajak sudah mencapi target yang
diharpakan atau tidak. Sehingga dengan adanya target maka sasaran
dalam penerimaan pajak dapat tercapai.
Menurut Sri (2013) Efektivitas pemungutan pajak hotel dapat
dihitung dengan rasio efektivitas sebagai berikut:
Rasio efektivitas =
Tabel 1. Indikator Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel
Indikator Keterangan
> 100% Sangat Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
< 60% Tidak Efektif
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327
Dari tabel indikator diatas dapat dilhat bahwa tingkat rasio
melebihi angka 100% atau ( < 100%) maka dapat dikategorikan
pemungutan pajak tersebut sangat efektif, sedangkan jika rasio
efektivitas kurang dari 100% maka pemungutan pajak dikategorikan
tidak efektif ( > 100%).
b. Kontribusi
Menurut Edward (2013) Kontribusi digunakan untuk mengetahui
sejauh mana pajak hotel memberikan sumbangan dalam penerimaan
PAD.dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan
27
41. penerimaan pajak daerah (khususnya pajak hotel) dengan PAD
(Pendapatan Asli Daerah). semakin besar hasilnya berarti semakin
besar pula peranan pajak daerah terhadap PAD. Begitu pula
sebaliknya.
Menurut Sri (2013) besarnya kontribusi pajak hotel terhadap
pajak daerah dan pendapatan asli daerah dapat digunakan rasio
kontribusi sebagai berikut:
- Rasio kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah
Kontribusi =
- Rasio kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah
Kontribusi =
Tabel 2. Indikator Kontribusi Pajak Hotel
Indikator Keterangan
> 50% Sangat Baik
40,10% - 50,00% Baik
30,10 % - 40,00% Cukup Baik
20,10% - 30,00% Sedang
10,00% - 20,00% Kurang Baik
< 10% Sangat Kurang
Sumber : Tim Libang Depdagri Fisipol UGM
28
42. B. Kerangka Berpikir
Pendapatan Asli Daerah (PAD) digunakann pemerintah untuk membiayai
pembangunan daerah, dimana dalam proses pembangunannya dibutuhkan
sumber penerimaan yang dapat digunakan untuk merealisasikan tujuan
tersebut, salah satu sumber penerimaan PAD yaitu penerimaan pajak daerah.
Penerimaan pajak daerah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pendapatan asli daerah, hal tersebut dapat dibuktikan dalam penelitian Syifa
(2014) bahwa pemungutan pajak daerah mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan asli daerah sebesar 0,007 atau (0,007 > 0,005). Dari hasil
penelitian tersebut dapat diketahui pajak daerah merupakan salah satu faktor
meningkatnya pendapatan asli daerah.
Pajak daerah merupakan kontribusi wajib yang dikenakan kepada
masyarakat menurut undang-undang dengan tanpa adanya timbal balik secara
langsung. besarnya penerimaan pajak dapat dilihat dari sumber daya yang
terdapat didaerah tersebut, dimana dalam pengelolaannya harus diawasi
sebaik-baiknya agar penerimaan pajak tersebut dapat terus meningkat.
pengawasan tersebut dapat diukur dengan mengitung efektivitas penerimaan
pajak daerah tersebut dimana perhitungan efektivitas dapat diperoleh dengan
melihat target dengan realisasi yang dicapai. Sehingga dalam meningkatkan
pajak daerah dapat dilihat dari intensifikasi dan ekstensifikasi dalam
pemungutan pajak.
Faktor yang mepengaruhi besarnya penerimaan pajak daerah salah satunya
yaitu sumber daya yang tersedia, dalam penelitian ini penulis mengambil
29
43. Pajak Hotel sebagai sumber penerimaan Pajak Daerah. Pajak Hotel dikenakan
atas fasilitas yang diberikan oleh hotel tersebut, dimana maksud dari hotel
tersebut dapat dipersamakan dengan tempat penginapan. Menurut Muqqadas
(2011) faktor yang mempengaruhi besarnya Pajak Hotel yaitu jumlah kamar,
tarif rata-rata kamar.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
C. Penelitian Terdahulu
Dalam mengadakan penelitian, tidak terlepas dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari
penelitian yang sedang dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk
membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut ini
Membiayai membiayai pembangunan daerah
dengan menggunakan sumber-sumber
penerimaan
Pendapatan
Asli Daerah
Lain-lain
PAD yang
Sah
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Asli
Daerah
Retribusi DaerahPajak Daerah
Pajak Hotel
RealisasiTarget
30
44. ringkasan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut ringksan hasil
penelitian terdahulu yang dilakuakan oleh peneliti selama melakukan
penelitian:
1. Sofia, mengungkapkan bahwa rata-rata pertumbuhan pajak daerah di Kota
Malang pada tahun 2009-2013 meningkat sebesar 25,73%, dimana laju
pertumbuhannya mencapai 50,27% dan rata-rata kontribusi pajak hotel dan
pajak hiburan terhadap pendapatan pajak daerah pada tahun 2009-2013
mencapai 21,22% sehingga dapat dikategorikan berhasil.
2. Listiyarko dan Cahyo, mengungkapkan bahwa variabel struktur organisasi,
prosedur organisasi, stratergi organsasi dan budaya organisasi secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pemungutan
pajak.
3. Arvian, mengungkapkan bahwa tingkat efektivitas pemungutan pajak
reklame di Kota Bandung pada tahun 2006 cukup baik, mencapai 53,56%,
laju pertumbuhan pajak iklan selama enam tahun terakhir menunjuan rata-
rata mencapai 53,94% pertahun. Potensi pajak reklame yang harus
diperoleh oleh Kota Bandung dapat mencapai Rp 48.736.796.510. pajak
reklame pada tahun 2000 kontribusi terhadap pajak daerah untuk tahun
2006 berdasarkan realisasi mencapai 15,84% sedangkan berdasarkan
potensinya mampu mencapai 29,77%.
31
45. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan objek penelitian pada
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka, yang
berlokasi di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 9 Majalengka. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2015 sampai dengan tanggal Agustus
2015.
B. Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder yang
diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Majalengka. Data tersebut mencakup laporan realisasi anggaran dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2014. Selain itu informasi yang berhubungan
dengan pemungutan pajak hotel.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Penelitian Perpustakaan
Menurut Syifa (2008) metode ini digunakan untuk memperoleh
landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan.
Metode ini digunakan peneliti untuk memecahkan masalah dengan
32
46. mempelajari dan mengumpulkan data melalui buku-buku, jurnal
perpajakan, jurnal akuntansi, artikel, undang-undang perpajakan.
2. Penelitian Lapangan
Menurut Sugiyono (2014:137), teknik penelitian lapang ini merupakan
teknik penelitian untuk memperoleh data primer dengan cara :
a. Wawancara (Interview)
peneliti menggunakan teknik ini untuk memperoleh data yang tidak
dapat di peroleh dari observasi.
b. Pengamatan (Observasi)
Teknik pengumpulan data ini dapat digunakan dengan cara mengamati
dan mencatat gejala-gejala yang diselidiki.
D. Metode Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya
dapat digunakan untuk memecahkan dan mengatasi masalah.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah
penelitian deskriftif dan komparatif. Yaitu dengan cara melihat tingkat
efektivitas pemungutan pajak hotel, laju pertumbuhan pajak daerah, dan
kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dan pendapatan asli daerah
selama lima tahun.
33
47. BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD)
1. Sejarah Singkat DPKAD Kabupaten Majalengka
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun
2011 tentang perubahan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2009, Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka merupakan
salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Majalengka agar mampu eksis dan
unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang
berubah sangat cepat seperti dewasa ini. Sekarang ini, suatu instansi
pemerintah harus terus menerus melakukan perubahan kearah perbaikan.
Perubahan tersebut harus disusun dalam suatu tahapan yang konsisten dan
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang
berorientasi kepada pencapaian hasil.
Pembentukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dibentuk
agar memudahkan koordinasi antar bidang-bidang yang mengurusi
pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset. Bidang-bidang tersebut pada
awalnya dikelola oleh tiga lembaga yaitu Dinas Pendapatan Daerah, Bagian
Keuangan Sekretariat Daerah, dan Bagian Perlengkapan Sekertariat Daerah
Kabupaten Majalengka.
34
48. 2. Visi dan Misi DPKAD
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 tahun
2009, bagian kesembilan, urusan pemerintah daerah berdasarkan azas
desentralisasi dan tugas pembantu dibidang administrasi keuangan dan
aset daerah.
Berdasarkan tugas pokok dan dihubungkan dengan visi RPJD
2005-2025 dan visi Kabupaten Majalengka tahun 2014-2018 disusun visi
DPKAD Kabupaten Majalengka.
a. Visi
Mewujudkan tata kelola keuangan daerah yang professional dan
akuntabel
b. Misi
1) Meningkatkan SDM aparatur dibidang perpajakan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah
2) Meningkatkan kebijakan pendapatan daerah di Kabupaten
Majalengka sebagai alat untuk melakukan fungsi, alokasi, distribusi,
dan stabilitasi.
3) Meningkatkan efektivitas manajemen dan pengelolaan keuangan
dan daerah.
4) Meningkatkan keselarasan antar pemerintah daerah dilingkungan
pemerintah Kabupaten Majalengka.
5) Meningkatkan penyediaan administrasi asset yang akurat
6) Meningkatkan pelayanan publik dibidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah.
35
49. 7) Mewujudkan sistem informasi yang terintegrasi.
8) Meningkatkan penerimaan daerah dengan melalui peningkatan
kualitas pelayanan yang prima pada masyarakat, khususnya
masyarakat wajib pajak (WP).
9) Meningkatkan penyediaan prasarana, guna menunjang intensifikasi
pemungutan pajak dan retribusi daerah.
10) Mewujudkan data dan informasi perpajakan yang konfrehensif,
akurat, reliabel, transparan, dan dapat diakses oleh masyarakat.
11) Mewujudkan komunikasi pengiriman data dan transaksi secara
cepat transparan, akuntabel, dan reabel antara DPKAD dengan unit
kerja sejenis disetiap Kabupaten atau Kota.
12) Meningkatkan pengelolaan data dan menginformasikan kepada
masyarakat dan mitra kerja mengenai potensi serta peranan pajak
dan retribusi daerah maupun lain-lain terhadap pembangunan.
13) Mengoptimalkan kerjasama dan hubungan dengan mayarakat
(community development) yang berkompeten dengan meningkatkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah maupun pendapatan
lainnya.
3. Tugas dan Fungsi DPKAD
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10
Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka
Bagian Kesembilan, Paragraf 1 Pasal 27 ayat (1) Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah
36
50. Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan berkedudukan
dibawah serta bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.
a. Tugas Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10
Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Majalengka Bagian Kesembilan, Paragraf 1 Pasal 27 ayat (2) DPKAD
mempunyai tugas pokok :
Melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas
desentralisasi dan tugas pembantu dibidang administrasi keuangan dan
aset daerah.
b. Fungsi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10
Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Majalengka Bagian Kesembilan, Paragraf 1 Pasal 27 ayat (3) DPKAD
fungsi :
1) Perumusan kebijakan teknis bidang administrasi keuangan dan aset
daerah ;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan pelayanan umum
bidang administrasi keuangan dan aset daerah ;
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang administrasi keuangan
dan aset daerah ;
4) Pelaksanaan tugas lain dan fungsinya
37
51. 4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu rangkaian kerja dari sekelompok
orang dalam mencapai tujuan berasama. Dengan adanya struktur
organisasi yang jelas memungkinkan anggota organisasi memahami tugas
yang harus dilakukan serta kepada siapa harus bertanggung jawab dan apa
yang menjadi wewenang sehingga tugasnya dapat dilaksanakan secara
efektif dan penuh tanggung jawab.
Struktur organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Majalengka berbentuk garis dan staf yaitu wewenang dari
pucuk yang dilimpahkan kepada satuan bagian lain dibawahnya sehingga
pembagi tugasnya terlihat jelas dan menjamin adanya tanggung jawab
dalam organisasi.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka
dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah yang
mempunyai tugas pokok merumuskan, menyelenggarakan, membina, dan
mengevaluasi urusan pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi
dan tugas pembantu pada bidang administrasi keuangan dan aset daerah
yang meliputi bidang anggaran, bidang pendapatan, bidang
perbendaharaan dan akuntansi serta bidang aset.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan struktur organisasi
berikut ini:
38
52. Strukrur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka
Kepala Dinas
Sekertaris
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka
Gambar 2. Struktur Organisasi DPKAD Kabupaten Majalengka
Kasi Pelaporan Aset
Tetap
Kasi Penatausahaan
Aset Tetap
Kasi Penatausahaan
Aset Lancar
Kepala Bidang Aset
Kasi Pengelolaan Akuntansi
dan Pelaporan
Kasi Pengelolaan Belanja
Langsung
Kasi Pengelolaan Belanja
Tidak langsung
Kepala Bidang
Perbendaharaan dan Akuntansi
Kasi Pengelolaan DP
dan Lain-lain PAD
yang Sah
Kasi Pengelolaan
PAD dan Lainnya
Kasi Pengelolaan
PBB dan BPHTB
Kepala Bidang
Pendapatan
Kasi Pengendalian
Anggaran
Kasi Penyusunan
Anggaran
Kepala Bidang
Anggaran
Kasubag Perencanaan, Evaluasi,
dan Pelaporan
Kasubag KeuanganKasubag Umum
39
53. 5. Tugas dan Fungsi Organisasi
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas untuk merumuskan,
menyelenggarakan, membina, dan mengevaluasi, urusan pemerintah
daerah berdasarkan asas desentralisasi.
b. Sekertaris
Sekertaris mempunyai tugas untuk merencanakan operasional,
mengelola, mengoordinisasikan, mengendalikan, mengevaluasi dan
menegelola urusan umum, keuangan, perencanaan, evaluasi dan
pelaporan.
c. Kasubag Umum
Merencanakan kegiatan, melaksanakan, membagi tugas dan
mengawasi serta melaporkan urusan tata warkat, kepegawaian,
kehumasan, dan dokumentasi, perlengkapan, perbekalan, dan
keperluan alat tulisserta ruang perkantoran pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah.
d. Kasubag Keuangan
Merencanakan kegiatan, melaksanakan, membagi tugas dan
mengawasi serta melaporkan urusan administrasi keuangan pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
e. Kasubag Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Merencanakan kegiatan, melaksanakan, membagi tugas, dan
mengawasi serta melaporkan urusan perencanaan, evaluasi dan
40
54. pelaporan yang meliputi penghimpunan rencana program atau
kegiatan, evaluasi dan laporandari masing –masing bidang Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
B. Data dan Pembahasan
1. Pajak Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Pajak daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap PAD tersebut.
dimana laju pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Majalengka mengalami
peningkatan yang signifikan. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini bahwa
realisasi penerimaan pajak daerah dari tahun 2010-2014:
Gambar 3. Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2010-2014
Penerimaan pajak daerah Kabupaten Majalengka terus meningkat
dimana pada tahun 2010 penerimaan pajak daerah sebesar
-
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
30,000,000,000
35,000,000,000
40,000,000,000
Realisasi Pajak Daerah (Rp)
Realisasi Pajak
Daerah (Rp)
41
55. Rp 5.174.181.843 menjadi Rp 39.697.469.541 di tahun 2014. Peningkatan
tersebut terjadi di karenakan sumber penerimaan pajak daerah mengalami
peningkatan dan adanya penambahan jenis pajak daerah pada tahun 2013
yaitu pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan undang-undang nomor 28
tahun 2009 tujuan dilakukannya perpindahan pajak bumi dan bangunan
menjadi pungutan pajak daerah kabupaten/kota yaitu:
a. Untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah
b. Memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan
pemungutan baru
c. Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan
retribusi dengan memperluas basis pajak daerah
d. Memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak
daerah
e. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrument penganggaran dan
pengaturan pada daerah.
Peningakatan tersebut menunjukan pertumbuhan yang terjadi pada
penerimaan pajak daerah. untuk menghitung pertumbuhan pajak daerah
dapat digunakan rumus berikut:
G = X 100%
42
56. Analisis Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2010-2014
- Tahun 2010 = X 100% = - 12,42%
- Tahun 2011 = X 100% = 150,67%
- Tahun 2012 = X 100% = 12,96%
- Tahun 2013 = X 100% = 131,97%
- Tahun 2014 = X 100% = 16,81%
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2010-2014
Tahun Realisasi Pajak Daerah (Rp) Selisih (Rp)
Pertumbuhan
(%)
2009 5.907.816.772 - -
2010 5.174.181.843 (733.634.929) (12,42)
2011 12.970.000.948 7.795.819.105 150,67
2012 14.650.525.514 1.680.524.566 12,96
2013 33.984.716.510 19.334.190.996 131,97
2014 39.697.469.541 5.712.753.031 16,81
43
57. Gambar 4. Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2010-2014
Dari gambar diatas dapat dilihat penerimaan pajak daerah selama lima
tahun. Pada tahun 2010 pertumbuhan pajak daerah mengalami penurunan
dikarena kan pada tahun 2009 penerimaan pajak yang diperoleh lebih
besar dari pada tahun 2010. Pada tahun 2010-2011 pertumbuhan pajak
daerah mengalami kenaikan yang signifikan yaitu – 12,42% menjadi
150,67% di tahun 2011. Penurunan pada tahun 2010 dikarenakan
penerimaan pajak parkir, pajak air tanah, BPHTB dan PBB belum ditarik
ke daerah atau masih di pungut oleh pemerintah pusat. Dan pada tahun
2011 terjadi kenaikan yang signifikan di karenakan adanya penambahan
penerimaan pajak daerah yaitu pajak air tanah sebesar Rp 122.044.517
dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan sebesar Rp
1.651.651.897.
(12,42)
150,67
12,96
131,97
16,81
2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan(%)
44
58. Pada tahun 2011-2012 peningkatan pajak daerah hanya mencapai
12,96% dimana pertumbuhan pajak lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya, hal tersebut dikarena kan pajak sarang burung walet, pajak
mineral bukan logam dan batuan, dan pajak hiburan yang tidak dapat
mencapai target yang ditetapkan. Dimana pajak sarang burung walet
hanya dapat terealisasi sebesar 4,68%, pajak mineral bukan logam dan
batuan hanya dapat terealisasi sebesar 80,91%, dan pajak hiburan dapat
terealisasi sebesar 93,27%.
Pada tahun 2012-2013 pertumbuhan pajak daerah mencapai 131,97%
atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya hal ini dikarenakan penerimaan
pajak yang didapat melampaui target yang telah ditetapkan, selain itu
adanya penambahan jenis pajak daerah yaitu pajak bumi dan bangunan
sebesar Rp 14.820.747.275.
Pada tahun 2013- 2014 pertumbuhan pajak daerah hanya mencapai
16,81% hal ini dikarenakan penerimaan pajak sarang burung walet yang
mengalami penurunan atau tidak tercapinya target yang ditetapkan.
Realisasi pajak sarang burung walet mencapai 75,83% atau sebesar
Rp 4.550.000 dari target Rp 6.000.000.
Jadi besarnya pertumbuhan pajak daerah tergantung pada seberapa
besar sumber penerimaan pajak daerah tersebut diperoleh. Oleh karena itu
besarnya sumber penerimaan pajak dapat dilihat sebagi berikut:
45
59. Tabel 4. Sumber Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2010-2014
Jenis Pajak
Tahun (Rp)
2010 2011 2012 2013 2014
Pajak Hotel 36.830.000 71.930.000 98.393.900 120.035.500 140.091.800
Pajak Restoran 879.371.924 1.254.569.220 1.493.965.369 1.647.941.522 1.831.559.422
Pajak Hiburan 46.910.400 58.531.000 74.616.250 89.143.000 146.122.060
Pajak Reklame 526.964.285 1.005.222.625 1.082.066.279 1.265.620.481 1.291.738.451
Pajak Penerangan
Jalan 3.350.015.234 8.732.156.689 8.056.236.993 8.905.597.115 10.532.570.057
Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan 298.000.000 401.310.000 283.200.000 206.000.000 752.766.000
Pajak Parkir - - 32.800.000 75.000.000 75.000.000
Pajak Air Tanah - 122.044.517 181.426.189 250.677.760 305.948.435
Pajak Sarang Burung
Walet 36.090.000 38.585.000 21.050.000 6.000.000 4.550.000
Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan
Bangunan - 1.651.651.897 3.326.770.534 6.597.953.857 5.469.825.672
Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor
Perdesaan dan
Perkotaan - - - 14.820.747.275 19.147.297.644
Pajak Daerah 5.174.181.843 13.336.000.948 14.650.525.514 33.984.716.510 39.697.469.541
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majaelngka
Dari tabel diatas dapat diketahui sumber penerimaan pajak berasal
dari sebelas jenis pajak. di Kabupaten Majalengka penerimaan pajak
penerangan jalan memperoleh penerimaan terbesar setiap tahunnya,
dikarenakan kebutuhan listrik rumah tangga dan industri di Kabupaten
Majalengka mengalami peningkatan. Selain itu pada tahun 2014
penerimaan pajak PBB mempunyai penerimaan terbesar yaitu
Rp 19.147.297.644, hal ini dikarenakan penduduk yang memiliki lahan
semakin meningkat dari 80.494 pada tahun 2010 menjadi 100.616 di
46
60. tahun 2012 dan pada tahun 2013-2014 belum tersedia. Dengan semakin
meningkatnya sumber penerimaan pajak maka penerimaan pajak daerah
juga mengalami kenaikan.
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah atau PAD merupakan sumber terbesar
pendapatan daerah dimana pendapatan daerah merupakan semua hak
daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan ( UU No.34 Tahun 2004).
Menurut Baihaqi (2011) kontribusi pendapatan asli daerah terhadap
pendapatan daerah akan menunjukan semakin kecilnya ketergantungan
daerah kepada pusat. Dengan kontribusi yang semakin meningkat
diharapkan pemerintah daerah mampu membiayai keungan daerah.
pendapatan asli daerah dapat juga dikatakan sebagi indikator kemandirian
suatu daerah dimana sumber daya keuangan daerah dapat dilihat dari
seberapa besarnya penerimaan PAD tersebut dan seberapa besar target
yang di capainya.
47
61. Gambar 4. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Majalengka Tahun 2010-2014
Analisis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2010-2014
Target merupakan suatu alat yang digunakan dalam menetapkan suatu
rencana kerja dimana hasil yang didapat sesuai dengan harapan.
Sedangkan realisasi merupakan proses akhir atau hasil yang di peroleh.
Target dan realisasi dibutuhkan dalam menilai kinerja, dimana
pendapatan asli daerah dapat menunjukan seberapa besar pengaruh
ketergantungan daerah terhadap pusat.
-
50,000,000,000
100,000,000,000
150,000,000,000
200,000,000,000
250,000,000,000
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Realisasi PAD
48
62. Tabel 5. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Majalengka Tahun 2010-2014
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Majalengka (Data diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat realisasi pendapatan asli daerah
Kabupaten Majalengka tahun 2010-2014 menunjukan bahwa besarnya
presentase berturut-turut adalah 95,86%, 95,33%, 104,72%, 103,27%, dan
104,51%. Data diatas menunjukan bahwa persentase paling tinggi dan
paling memuaskan adalah tahun 2012 yaitu sebesar 104,72%. Sementara
presentase realisasi yang paling rendah adalah tahun 2011 yaitu 95,33%.
Rendahnya realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Majalengka
tahun 2011 dikarena kan penerimaan retribusi daerah dan lain-lain
pendapatan asli daerah belum mencapai target yang direncanakan, dimana
penerimaan retribusi daerah tahun 2011 sebesar Rp 11.987.641.003 dan
lain-lain PAD yang sah sebesar Rp 58.451.620.358. untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran.
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
Pencapaian
(%)
2010 79.695.505.977 76.398.018.123 95,86
2011 90.825.073.850 86.579.536.411 95,33
2012 99.061.748.602 103.740.974.491 104,72
2013 137.999.002.414 142.505.677.495 103,27
2014 198.122.446.078 207.057.163.794 104,51
Total 605.703.776.921 616.281.370.314 101,75
Rata-Rata 100,74
49
63. 3. Efektivitas Pajak Hotel
Pajak hotel merupakan pajak yang dikenakan atas fasilitas yang
diberikan hotel, sedangkan efektivitas merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan dengan tujuan
yang di tetapkan atau target. Jadi efektivitas pemungutan pajak hotel
merupakan suatu alat yang mengukur kinerja pemungutan pajak hotel
antara realisasi yang didapa dengan target yang telah ditetapkan.
Menurut Edward (2011) raio efektivitas pemungutan pajak hotel dapat
dilihat dari rumus berikut ini:
Efektivitas = x 100%
Analisis Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Kabupaten Majalengka
- Tahun 2010 = x 100% = 73,66%
- Tahun 2011 = x 100% = 79,92%
- Tahun 2012 = x 100% = 106,95%
- Tahun 2013 = x 100% = 100,03%
- Tahun 2014 = x 100% = 100.07%
50
64. Tabel 6. Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Majalengka (Data diolah)
Dari tabel efektivitas diatas dapat diketahui tingkat efektivitas
pemungutan pajak hotel pada tahun 2010-2014 mencapai 94,98% atau
dapat di ketahui bahwa pemungutan pajak hotel dilakukan secara efektif,
dimana pajak hotel dapat terealisasi sebesar Rp 467.281.200.
Pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak hotel mencapai
106,95%, dimana pemungutan pajak hotel dapat dikategorikan sangat
efektif begitu pula tahun 2013 dan 2014 pemungutan pajak hotel dapat
dikategorikan sangat efektif dikarena kan realisasi pajak hotel mencapai
>100%. Namun pada tahun 2010-2011 pajak hotel hanya dapat terealisasi
sebesar 73,66% dan 79,92% atau pemungutan pajak hotel dikategorikan
cukup efektif.
Tahun
Target Realisasi Presentase Keterangan
Pajak Hotel Pajak Hotel Efektivitas
(Rp) (Rp) ( % )
2010 50.000.000 36.830.000 73,66 Cukup Efektif
2011 90.000.000 71.930.000 79,92 Cukup Efektif
2012 92.000.000 98.393.900 106,95 Sangat Efektif
2013 120.000.000 120.035.500 100,03 Sangat Efektif
2014 140.000.000 140.091.800 100,07 Sangat Efektif
Total 492.000.000 467.281.200 94,98 Efektif
51
65. 4. Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Penerimaan Pajak Daerah dan
Pendapatan Asli Daerah
Kontribusi pajak hotel merupakan sumbangan yang diberikan pajak
hotel kepada pajak daerah dan pendapatan asli daerah yang digunakan
untuk mengukur besarnya pengaruh penerimaan pajak hotel.
Menurut Edward (2013) kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan
asli daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Kontribusi = x 100%
Menurut Zuhrakhtun kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Kontribusi = x 100%
Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah dan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
1) Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014
- Tahun 2010 = x 100% = 0,71%
- Tahun 2011 = x 100% = 0,55%
- Tahun 2012 = x 100% = 0,67%
- Tahun 2013 = x 100% = 0,35%
52
66. - Tahun 2014 = x 100% = 0,35%
2) Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Majalengka Tahun 2010-2014
- Tahun 2010 = x 100% = 0,05%
- Tahun 2011 = x 100% = 0,08%
- Tahun 2012 = x 100% = 0,09%
- Tahun 2013 = x 100% = 0,08%
- Tahun 2014 = x 100% = 0,07%
Tebel 7. Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Maalengka Tahun 2020-2014
Tahun
Pajak
Hotel Pajak Daerah
Pendapatan
Asli Daerah Kontribusi Pajak Hotel
(Rp) (Rp) (Rp)
Pajak
Daerah (%) PAD (%)
2010 36.830.000 5.174.181.843 76.398.018.123 0,71 0,05
2011 71.930.000 12.970.000.948 86.579.536.411 0,55 0,08
2012 98.393.900 14.650.525.514 103.740.974.491 0,67 0.09
2013 120.035.500 33.984.716.510 142.505.677.495 0,35 0,08
2014 140.091.800 39.697.469.541 207.051.637.947 0,35 0,07
Jumlah 467.281.200 106.476.894.356 616.275.844.467 0,44 0,08
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Majalengka
Dari tabel diatas dapat dilihat kontribusi pajak hotel terhadap pajak
daerah dan pendapatan asli daerah tahun 2010-2014 di kategorikan sangat
rendah. dimana kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah mencapai
53
67. 0,44%, dan kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah
mencapai 0,08%.
Rendahnya kontribusi dikarenakan penerimaan pajak hotel pada tahun
2010 dan 2011 belum mencapai target yang ditetapkan Kabupaten
Majalengka, dimana realisasi penerimaan pajak hotel pada tahun 2010
sebesar Rp 36.830.000 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 71.930.000,
sedangkan target yang ditetapkan tahun 2010 dan 2011 sebesar
Rp 50.000.000 dan Rp 90.000.000.
Penentuan target pajak daerah Kabupaten Majalengka pada tahun 2010
dan 2011 hanya berdasarkan tahun sebelumnya. Jadi pemungutan pajak
yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut.
54
68. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil analisis data dan pembahasan pada bab-bab
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Penerimaan pajak daerah selama lima tahun mengalami pertumbuhan yang
sangat baik hal ini dapat dilihat dari besarnya sumber penerimaan pajak
daerah di Kabupaten Majalengka yang mengalami kenaikan setiap
tahunnya. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya strategi yang
ditetapkan DPKAD Kabupaten Majalengka telah sesuai, selain itu adanya
perluasan subjek, objek pajak dan partisipasi masyarakat yang sadar atas
kewajibanya jug ikut serta dalam peningkatan penerimaan pajak daerah.
Besarnya penerimaan pajak daerah dari tahun 2010-2014 mencapai
17,28% dari total Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka. Dalam
hal ini penerimaan pajak menempati posisi kedua terbesar, namun
penerimaan pajak daerah mempunyai kontribusi sangat besar terhadap
Pendapatan Asli Daerah.
2. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka pada tahun 2010-2014
dapat terealisasi sebesar 101,75% atau sebesar Rp 605.703.776.621 dari
target yang telah direncanakan sebesar Rp 616.281.370.314.
55
69. 3. Pemungutan pajak hotel di Kabupaten Majalengka pada tahun 2010-2014
tergolong efektif dimana pemungutan pajak hotel mencapai 94,98% atau
sebesarRp 467.281.200 dari target yang telah ditetapkan.
4. Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dan pendapatan asli daerah
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mencapai 0,44% dan 0,08%.
Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dan pendapatan asli daerah
tergolong sangat rendah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, penulis memberikan
masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka dalam upaya
meningkatkan efektivitas pemungutan pajak hotel dan peningkatan pajak
daerah dan pendapatan asli daerah, maka dapat disarankan :
1. Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak diperlukan dalam meningkatkan
penerimaan pajak daerah. dimana salah satu upaya dalam meningkatkan
pajak daerah dengan menjaring wajib pajak yang belum terdaftar,
menggali potensi yang maksimal melalui intensifikasi pajak serta
mengenakan sanksi pajak jika terdapat kesalahan sehingga wajib pajak
dapat mewujudkan kepatuhan pajaknya.
2. Agar target dapat tercapai dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam
membayar pajaknya. Cara untuk mengajak wajib pajak agar patuh
membayar pajak yaitu:
a. Melakukan kampanye sadar pajak
56
70. b. Membuat poster tentang pajak
c. Lebih seringnya sosialisasi pada masyarakat dalam memberitahukan
pajak.
3. Penetapan target berdasarkan potensi diperlukan dalam meningkatakan
efektivitas pemungutan, target yang ditetapkan dapat memacu petugas
dalam melampaui target yang telah di tetapkan.
4. Penggalian potensi yang baru diperlukan dalam peningkatan pajak daerah
dan pendapatan asli daerah dimana kontribusi pajak hotel di Kabupaten
Majalengka masih dalam kategori rendah.
57
71. DAFTAR PUSTAKA
Adegustara, Frenadin. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan
Otonomi Daerah
Arvian Trianto. 2013. Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame dan Kontribusinya
Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Di Kota Bandung. Fokus Ekonomi.
Vol.5 No.1 Juni : 1-24
Baihaqi. 2011. Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan
Daerah Provinsi Bengkulu. Jurnal Akuntansi. Vol.1 No.3. 246-266
Edward. 2013. Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado. ISSN 2303-1174. Jurnal
EMBA. Vol. 1 No.3. Juni : 871-881
Handoko, Sri. 2013. Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Daerah Sebagai Sumber
Pendapatan Asli Daerah Kota Pontianak
Harjo, Dwikora. 2012.Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Publisher
Munzir, Syahrial. 2007. Peranan Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Ekonis. Vol 4. No 2
Muqqadas, A. Azinar, Karim Saleh. Faktor Penentu Penerimaan Pajak Perhotelan
Di Kota Pare-pare
Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2010
Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rician Tugas Pokok dan fungsi
Dinas Daerah Kabupaten Majalengka
Priantara, Diaz. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media
Rahmawati, Indah. 2014. Analisis Potensi Penerimaan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Di
Kabupaten Gresik
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Salemba Empat
Sofia, Kadarisman, dkk. 2013. Analisis Laju Pertumbuhan dan Kontribusi
Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Pajak
Daerah
72. Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Bandung
Syahfariyah, Syifa. 2008. Analisis Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta
Wijito, listiyarko. 2013. Pengaruh Administrasi Pepajakan Terhadap Efektivitas
Pemungutan Pajak Serta Hubungannya Dengan Tax Ratio
74. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Siska Dwi Rahayu
Alama : Desa Pasir Malati Blok Malati Rt.001
Rw. 004 No. 29 Kecamatan Dawuan
Kabupaten Majalengka
Tempat Tanggal Lahir : Majalengka, 26 Juli 1993
Agama : Islam
E-mail : Siskadwi039@gmail.com
Pendidikan Formal
SDN Pasir Malati, Majalengka, Tahun Ajaran 1999-2005
SMPN 2 Dawuan, Majalengka, Tahun Ajaran 2005-2008
SMAN 1 Kasokandel, Majalengka, Tahun Ajaran 2008-2011