SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
STRUKTUR ALJABAR II
( Sifat - sifat Ring )
KELOMPOK 1
Satrio Primaguna ( 1711500064 )
Siti Eliyah ( 1714500065 )
Ulfa Nur Afifah ( 1714500067 )
PMTK 6C
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pancasakti Tegal
2017
A. Sifat – sifat Gelanggang
1. Definisi
Misalkan (R, +, .) suatau gelanggang,maka (R, +) adalah suatu grup komitatif,
sehingga semua sifat yang belaku dalam grup aditif ( Penjumlahan) berlaku pla dalam
gelanggang. Misalnya -(-a) = , ∀ a ∊ R; dan –(a + b) = (-a) + (-b), ∀ a, b ∊ R. Oleh karena
itu sifat-sifat seperti itu dapat diterapkan dalam gelanggang.
Sifat-sifat
I. Az = za = z, ∀ a ∊ R dan z adalah elemen nol dalam R
Bukti :
Misalkan (R, +, . )adalah suatu gelanggang dengan elemen nol z dan elemen
kesatuan u
Ambil a ∊ R dan az = a (z + z) (sifat elemen nol z)
az = az + az (sifat distributif kanan)
az + z = az + az (sifat elemen nol z)
z = az (sifat kanselasi penjumlahan)
jadi az = z , untuk setiap a dalam R
II. A(-b) = (-a)b = -(ab), ∀ a, b ∊ R
Bukti :
Ambil a ∊ R dan dan a(-b) + ab = a(-b + b) (sifat distributif kanan)
= az
A(-b) + ab = z
Hal ini berkaitan bahwa a(-b) = -(ab)
Begitu pula (-a)b + ab = (-a + a)b (sifat distributif kiri)
= zb
= z
(-a)b + ab = z
(-a)b =-(ab)
Jadi (-a)b = a(-b) = -(ab), untuk setiap a, b dalam R
III. (-a)(-b) = ab, ∀ a,b ∊ R
Bukti :
Ambil a, b ∊ R maka menurut (II) (-a)(-b) = -(a(-b))
= -(-(ab))
= ab
Jadi (-a)(-b) = ab, untuk setiap a dan b dalam R
IV. (-a)(-b) = ab, ∀ a,b ∊ R
Bukti :
Ambil a, b ∊ R maka
(a+b) + ((-a) + (-b)) = ((a + b) + (-a) + (-b)) (sifat asisiatif penjumlahan)
= (a + (b + (-a))) + (-b)
= (a + ((-a) + b) + (-b)
= (a + (-a)) + (b + (-b))
= z + z
= z
Jadi –(a + b) = (-a) + (-b), untuk setiap a dan b dalam R Kanselasi
V. A(b – c) = ab – ac, ∀ a, b, c ∊ R
Bukti :
Ambil a, b ∊ R dan a(b – c) = a(b + (-c))
= ab + a(-c) ( Sifat distributif kanan)
= ab + (-ac)
= ab – ac
Jadi a(b – c) = ab – bc untuk setiap a dan b dalam R
VI. (-u)a = -a, ∀ a ∊ R dan u adalah elemen kesatuan dalam R
2. Definisi
Suatu himpunan tak kosong R disebut suatu ring jika di dalam R didefinisikan dua
buah operasi biner yang dilambangkan dengan + dan ⋅ sedemikian hingga untuk setiap a, b,
c ∊ R berlaku hal-hal berikut:
1. a + b ∊ R [R bersifat tertutup terhadap operasi +]
2. a + b = b + a [Operasi + bersifat komutatif]
3. (a + b) + c = a + (b + c) [Sifat asosiatif operasi +]
4. Terdapat elemen 0 ∊ R sedemikian hingga a + 0 = a untuk setiap a ∊ R [R memiliki
unsur identitas terhadap penjumlahan, dilambangkan dengan 0]
5. Untuk setiap a ∊ R terdapat elemen –a ∊ R sedemikian hingga a + (-a) = 0 [Setiap
anggota R memiliki invers terhadap operasi +]
6. a ⋅ b ∊ R [R bersifat tertutup terhadap operasi ∙]
7. a ⋅ (b ⋅ c) = (a ⋅ b) ⋅ c [Sifat asosiatif operasi ∙]
8. a ⋅ (b + c) = a ⋅ b + a ⋅ c dan (b + c) ⋅ a = b⋅ a + c⋅a [Sifat distributif operasi ∙ terhadap +]
Operasi + yang terdapat pada syarat 1 sampai dengan 4 biasa dinamakan operasi
tambah atau penjumlahan, sedangkan operasi⋅ pada syarat 6 sampai dengan 8 biasa
dinamakan operasi kali atau perkalian. Ring R dengan operasi tambah (+) dan operasi kali
( ⋅ ) biasa dilambangkan dengan (R,+,-). Jika (R,+,∙) suatu ring maka berlakulah sifat-sifat
berikut:
1. Hukum pencoretan: Jika a + b = a + c maka b = c dan jika a + b = c + b maka a = c
Bukti :
Misalkan a, b, c ∊ R dan a + b = a + c
Karena a ∊ R, terdapat –a ∊ R sedemikian hingga –a + a = 0. Tambahkan masing-
masing ruas dengan –a sebagai berikut:
-a + (a + b) = -a + (a + c)
Dengan sifat asosiatif penjumlahan dalam ring, diperoleh:
(-a + a) + b = (-a + a) + c
0 + b = 0 + c
b = c
Jadi, a + b = a c ⇒ b = c (terbukti)
Selanjutnya, misalkan a, b, c ∊ R dan a + b = c + b.
Karena b ∊ R, terdapat –b ∊ R sedemikian hingga b + (-b) = 0. Tambahkan masing-
masing ruas dengan –b sebagai berikut:
(a + b) + (-b) = (c + b) + (-b)
Dengan sifat asosiatif penjumlahan dalam ring, diperoleh:
a + (b+(-b)) = c + (b+(-b))
a + 0 = c + 0
a = c
Jadi, a + b = c + b ⇒ a = c
2. Perkalian dengan nol: a∙ 0 = 0 dan 0∙ a = 0
Bukti :
Misalkan a ∊ R sembarang. Karena sifat tertutup R terhadap perkalian a ∙ 0 ∊
R. Selanjutnya, a∙ 0 = a∙(0 + 0)
a∙0 = a∙0 + a∙0 [sifat distributif dalam ring]
Karena a∙ 0 + 0 = a∙ 0 persamaan terakhir di atas dapat dinyatakan sebagai
a∙0 + 0 = a∙ 0 + a∙0
Dengan hukum pencoretan, diperolehlah 0 = a∙ 0.
Jadi, untuk setiap a ∊ R berlaku a∙0 = 0. (terbukti)
Selanjutnya,
0∙a = (0 + 0)a
0 ∙ a = 0∙a + 0.a
Karena 0∙a + 0 = 0∙a persamaan terakhir di atas dapat dinyatakan sebagai
0∙a + 0 = 0∙a + 0∙a
Dengan hukum pencoretan, diperolehlah 0 = 0∙a.
Jadi, untuk setiap a ∊ R berlaku 0∙a = 0
3. Ketunggalan nol: Jika e ∊ R sedemikian hingga untuk setiap a ∊ R berlaku a + e = a
dan e + a = a maka e = 0. [0 adalah satu-satunya unsur identitas terhadap penjumlahan
di R.]
Bukti:
Misalkan e ∊ R memenuhi a + e = a dan e + a = a untuk setiap a ∊ R.
Karena 0 ∊ R, berlaku: e + 0 = 0 ............................................................................... (1)
Karena 0 adalah unsur identitas terhadap penjumlahan, e + 0 = e
....................................(2)
Dari (1) dan (2), disimpulkan e = 0. (terbukti)
4. Ketunggalan unsur invers terhadap penjumlahan: Untuk setiap a ∊ R terdapat satu
dan hanya satu –a ∊ R sedemikian hingga a + (-a) = 0 dan (-a) + a = 0.
Bukti:
Misalkan a ∊ R sembarang. Misalkan –a, a* ∊ R adalah invers-invers dari a. Akan
dibuktikan
bahwa a* = -a.
Karena –a, a* ∊ R adalah invers-invers dari a, berlakulah (-a) + a = 0 dan a + a* = 0.
Dengan sifat asosiatif penjumlahan pada R, diperoleh:
(-a + a) + a* = -a + (a + a*)
0 + a* = -a + 0
a* = -a
Jadi, invers-invers dari a ∊ R adalah unsur-unsur yang sama satu sama lain. Dengan
kata lain, setiap a ∊ R memiliki satu dan hanya satu buah invers di R.
5. a∙ (-b) = -(ab) dan (-a)∙ b = -(a ∙ b)
Bukti:
Misalkan a, b ∊ R sembarang.
a ∙b + a∙(-b) = a∙ (b + (-b)) [sifat distributif dalam ring]
a ∙b + a∙(-b) = a∙ 0 [-b adalah invers dari b terhadap penjumlahan, sehingga b + (-b) = 0]
a∙b + a∙(-b) = 0 [lihat butir 2 di atas mengenai perkalian dengan 0]
a∙ (-b) = -(a∙ b) [ketunggalan invers terhadap penjumlahan, lihat butir 4 di atas]
(terbukti)
Selanjutnya,
(-a)∙b + a∙b = (-a + a)∙b [sifat distributif dalam ring]
(-a)∙b + a∙b = 0∙ b [-a adalah invers dari a terhadap penjumlahan, sehingga –a + a = 0]
(-a)∙b + a∙b = 0 [lihat butir 2 di atas mengenai perkalian dengan 0]
(-a)∙b = -(a∙b) [ketunggalan invers terhadap penjumlahan, lihat butir 4 di atas] (terbukti)
6. (-a) ∙ (-b) = a∙ b
Bukti:
Misalkan a, b ∊ R sembarang.
Perhatikan bahwa ∙0 = 0 dan 0∙(-b) = 0, sehingga a∙0 = 0∙(-b) [lihat butir 2 di atas,
perkalian dengan nol.] Selanjutnya, karena –b adalah invers dari b dan –a adalah invers
dari a (terhadap penjumlahan), -b+b = 0 dan a+(-a) = 0. Substitusikan masing-masing 0
ini ke persamaan sebelumnya, diperoleh:
a.(-b + b) = (a+(-a))∙(-b)
a∙(-b) + a∙b = a∙ (-b) + (-a)∙(-b)
a∙b = (-a)∙(-b) [hukum pencoretan, lihat butir 1 di atas] (terbukti)
7. –(-a) = a
Bukti:
Misalkan a ∊ R sembarang. Karena a ∊ R, terdapat (–a) ∊ R sedemikian hingga (–a) + a
= 0.
Karena (–a) ∊ R, terdapat –(-a) ∊ R sedemikian hingga (-a) + (-(-a)) = (-(-a)) + (-a) =
0. Akan ditunjukkan bahwa –(-a) = a.
Perhatikan bahwa -a + a = 0 dan 0 = (-a) + (-(-a)), sehingga -a + a = -a + (-(-a)).
Dengan hukum pencoretan (lihat butir 1 di atas), diperolehlah a = -(-a). (terbukti)
Teorema 2.2 :
Suatu gelanggang tidak memuat pembagi nol jika dan hanya jika berlaku sifat
Bukti :
Misalkan r suatu gelanggang tanpa pembagi nol
Ambil a, b, c dalam R , sehingga a ≠ z dan ab = ac maka
Ab – ac = z
A(b-c) = z, untuk a ≠ z, maka berlaku
B – c = z, sehingga
B = z
Jadi sifat kanselasi kiri berlaku dalam R
Teorema 2.3
Setiap medan tidak memuat pembagi nol
Bukti :
Misal F adalah suatu medan
Ambil a, b ∊ F sedemikian sehingga ab = z
Apabila a ≠ z maka a¯¹ ∊ F sehingga a a¯¹ = u, dan diperoleh
a¯¹(ab) = a¯¹ z
(a¯¹ a ) z = z
u b = z
b = z
apabila b ≠ z, maka b¯¹ ∊ F , sehingga dari
ab = z diperoleh
(ab)b¯¹ = z b¯¹
A(bb¯¹) = z
Au = z
A =z
Jadi, untuk ab = z maka a= z atau b = z, sehingga medan F tidak memuat pembagi nol,
Teorema 2.4 :
Setiap daerah integral berhingga adalah suatu medan
Bukti :
Ingat bahwa daerh integral adalahsuatu gelanggang komutatif dengan elemen kesatuan dan
tidak memuat elemen pembagi nol, sehingga untuk membuktikan bahwa suatu daerh
integral berhingga adalah suatu medan.
Misalkan d adalah suatu daerah integral yang berorder n (suatu bilangan bula positif)
Ambil a ∊ D dengan a ≠ z
K = { ax I x ∊ D dan x ≠ z }
D memiliki sifat tertutup terhadap perkalian, maka elemen K adalah elemen D, yaitu K ⊂D
sehingga dalam K berlaku sifat kanselasi.
Jadi jika ax = ay dan a ≠ z maka
X = y, hal ini menunjukan bahwa elemen-elemen K berbeda satu dengan lainya,
sehingga K terdiri atas (n-1) elemen yang bukan elemen
B. Kelipatan dan Perpangkatan Bulat dari Elemen-elemen Suatu Gelanggang
1. Definisi 2.3 :
Misalkan ( R, +, . ) suatu gelanggang , a ∊ R dan m suatu bilangan bulat positif,
sebagai berikut :
i. Ma = a + a + a + a+ . . . + a (m kali)
ii. –ma = m(-a) = (-a)+(-a)+. . . +(-a) (n kali)
= -(ma)
iii. 0a = z
Teorema 2.5
Misalkan R suatu gelanggang, m dan n adalah suatu bilangan bulat sembarang,
maka ∀ a, b ∊ R berlaku ;
i. (m + n)a = ma + na
ii. m(a + b) = ma + mb
iii. m(na) = (mn)a = n(ma)
Bukti :
Karena m dan n bilangan-bilangan bulat, sdangkan definisi diatas memisahkan
dengan bilangan bulat positif, nol dan bilangan bulat negatif, maka teorema ini
diperhatikan dalam empat keadaan
a) Jika m dan kedudukanya bilangan bulat positif
b) Jika salah satu m atau n sama dengan nol dan lainya suatu bilangan bulat positif
atau bilangan bulat negatif
c) Jika salah satu dari m atau n suatu bilangan bulat positif dan lainya bilangan
bulat negatif
d) Jika m dan keduanya bilangan bulat negatif
 Jika salah satu dari m atau n sama dengan 0, misalnya n = 0 dan m suatu
bilangan bulat positif, maka
ma + na = (a + a + a +. . . + a) + 0a
= (a + a + a + . . . + a) => m+0 suku
= (m + 0)a
Jika m dan n keduanya merupakan bilangan-bilangan bulat positif, maka
ma + na = (a+a+a+. . . +a) + (a+a+a+. . . +a)
= (a+a+a+. . . + a) => ( m + n suku)
= (m + n)a
Jika salah satu dari m dab n suatu bilangan bulat positif dan lainya suatu
bilangan bulat negatif, dengan tidak mengurngi keumumanya, misalnya m
suatu bilangan bulat positif dan n suatu bilangan bulat negatif dengan m >
InI, misalkan n =-t, maka
ma + na = ma + (-t)a
= ma + t(-a)
= (a+a+a+. . . +a) + ((-a+(-a)+. . . +(-a))
= (a+a+a+. . . + a) (m-1 suku) + (a+(-a)) + (-a) + (-a) +. . . +(-a)
(t-1 suku)
= a+a+. . .+a+z+(-a)+(-a)+. . . +(-a)
= a+a+. . . +a(n-2 suku)+(a+(-a))+ (-a)+(- a)+. . .+(- a) (t-2
suku) Dan seterusnya, karena m >t, maka
= a+a+. . .+a
= (m-t)a, karena –t=n, maka
= (m+n)a
2. Definisi 2.4:
Misalkan r suatu gelanggang, a ∊ R dan m suatu bilangan bulat positif, maka
𝑎 𝑚
= a.a.a. . .a ( m kali)
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
Teorema 2.6 :
Jika R suatu gelanggang, m dan n bilangan-bilangan bulat positif, maka untuk setiap
a ∊ R berlaku :
i. 𝑎 𝑚
. 𝑎 𝑛
= 𝑎 𝑚+𝑛
ii. (𝑎 𝑚
) 𝑛
=𝑎 𝑚𝑛
Bukti :
i. 𝑎 𝑚
. 𝑎 𝑛
= a.a.a....a (m kali) a.a.a....a (n kali)
= a.a.a....a (m+n kali)
= 𝑎 𝑚+𝑛
Idempoten dan nilpoten
Definisi 2.6
Misalkan R adalah suatu gelanggang. Jika a ∊ Rsedemikian hingga 𝑎2
= a, maka a
disebut idempoten. Jika b ∊ R dan ada suatu bilangan bulat positif terkecil n,
sedemikian hingga 𝑏 𝑛
= z, maka b disebut nilpoten.
Contoh :
M = {(
𝑎 𝑏
𝑐 𝑑
) l a,b, c, d, bilangan − bilangan rasional} dengan penjumlahan dan
perkalian matriks adalah suatu gelanggang.
Misal :
M = (
0 3
0 1
)2
= (
0 3
0 1
) (
0 3
0 1
) = (
0 3
0 1
), maka (
0 3
0 1
) adalah
idempoten dalam M
Misal :
M = (
0 0
5 0
) = (
0 0
5 0
) (
0 0
5 0
) = (
0 0
0 0
), maka (
0 0
5 0
) adalah suatu nilpoten
berindeks 2 dalam M

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Bab ii ring
Bab ii ringBab ii ring
Bab ii ring
 
Exercise 2.3
Exercise 2.3Exercise 2.3
Exercise 2.3
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Ring faktor dan homomorfisma
Ring faktor dan homomorfismaRing faktor dan homomorfisma
Ring faktor dan homomorfisma
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Operasi biner
Operasi binerOperasi biner
Operasi biner
 
VD-108 klmpk 5: Operasi Biner dan Grup
VD-108 klmpk 5: Operasi Biner dan GrupVD-108 klmpk 5: Operasi Biner dan Grup
VD-108 klmpk 5: Operasi Biner dan Grup
 
83047338 modul2
83047338 modul283047338 modul2
83047338 modul2
 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklik
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukan
Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukanPersamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukan
Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukan
 
Differensial analisis 1
Differensial   analisis 1Differensial   analisis 1
Differensial analisis 1
 
Integral Riemann Stieltjes
Integral Riemann StieltjesIntegral Riemann Stieltjes
Integral Riemann Stieltjes
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 

Similar to Ring Aljabar

Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatAbdul Rais P
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Ig Fandy Jayanto
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilanganMas Becak
 
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptxRING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptxDeviOktaviana4
 
Sistem Bilangan Lengkap
Sistem Bilangan LengkapSistem Bilangan Lengkap
Sistem Bilangan LengkapPutri Rizqi
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 
File lapangan terbaru materii matematika
File lapangan terbaru materii matematikaFile lapangan terbaru materii matematika
File lapangan terbaru materii matematikaLorddRangga
 
Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)arrinidittamargarani
 
Himpunan dan sistem_bilangan_real
Himpunan dan sistem_bilangan_realHimpunan dan sistem_bilangan_real
Himpunan dan sistem_bilangan_realAchmad Syahyoudie
 

Similar to Ring Aljabar (20)

PPT Struktur Aljabar
PPT Struktur AljabarPPT Struktur Aljabar
PPT Struktur Aljabar
 
Ring
RingRing
Ring
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Analisis Real
Analisis RealAnalisis Real
Analisis Real
 
Ring(gelanggang)
Ring(gelanggang)Ring(gelanggang)
Ring(gelanggang)
 
Ring(gelanggang)
Ring(gelanggang)Ring(gelanggang)
Ring(gelanggang)
 
Ring ( gelanggang_)
Ring ( gelanggang_)Ring ( gelanggang_)
Ring ( gelanggang_)
 
Ring ( gelanggang_)
Ring ( gelanggang_)Ring ( gelanggang_)
Ring ( gelanggang_)
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilangan
 
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptxRING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
 
Sistem Bilangan Lengkap
Sistem Bilangan LengkapSistem Bilangan Lengkap
Sistem Bilangan Lengkap
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
File lapangan terbaru materii matematika
File lapangan terbaru materii matematikaFile lapangan terbaru materii matematika
File lapangan terbaru materii matematika
 
Lap individu siklus 1 arrini dm
Lap individu siklus 1 arrini dmLap individu siklus 1 arrini dm
Lap individu siklus 1 arrini dm
 
Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)
 
Grup Siklik
Grup SiklikGrup Siklik
Grup Siklik
 
Himpunan dan sistem_bilangan_real
Himpunan dan sistem_bilangan_realHimpunan dan sistem_bilangan_real
Himpunan dan sistem_bilangan_real
 

More from Ulfa Nur Afifah

Fungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Fungsi komposisi dan fungsi invers -pptFungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Fungsi komposisi dan fungsi invers -pptUlfa Nur Afifah
 
PPT Model Pembelajaran Jigsaw
PPT Model Pembelajaran JigsawPPT Model Pembelajaran Jigsaw
PPT Model Pembelajaran JigsawUlfa Nur Afifah
 
PPT Matematika Diskrit - POHON
PPT Matematika Diskrit - POHONPPT Matematika Diskrit - POHON
PPT Matematika Diskrit - POHONUlfa Nur Afifah
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN
PPT PROFESI KEPENDIDIKANPPT PROFESI KEPENDIDIKAN
PPT PROFESI KEPENDIDIKANUlfa Nur Afifah
 

More from Ulfa Nur Afifah (6)

Fungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Fungsi komposisi dan fungsi invers -pptFungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Fungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
 
PPT Model Pembelajaran Jigsaw
PPT Model Pembelajaran JigsawPPT Model Pembelajaran Jigsaw
PPT Model Pembelajaran Jigsaw
 
PPT Matematika Diskrit - POHON
PPT Matematika Diskrit - POHONPPT Matematika Diskrit - POHON
PPT Matematika Diskrit - POHON
 
Ppt induksi matematika
Ppt induksi matematikaPpt induksi matematika
Ppt induksi matematika
 
PPT Matriks
PPT MatriksPPT Matriks
PPT Matriks
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN
PPT PROFESI KEPENDIDIKANPPT PROFESI KEPENDIDIKAN
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN
 

Recently uploaded

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 

Recently uploaded (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 

Ring Aljabar

  • 1. STRUKTUR ALJABAR II ( Sifat - sifat Ring ) KELOMPOK 1 Satrio Primaguna ( 1711500064 ) Siti Eliyah ( 1714500065 ) Ulfa Nur Afifah ( 1714500067 ) PMTK 6C Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pancasakti Tegal 2017
  • 2. A. Sifat – sifat Gelanggang 1. Definisi Misalkan (R, +, .) suatau gelanggang,maka (R, +) adalah suatu grup komitatif, sehingga semua sifat yang belaku dalam grup aditif ( Penjumlahan) berlaku pla dalam gelanggang. Misalnya -(-a) = , ∀ a ∊ R; dan –(a + b) = (-a) + (-b), ∀ a, b ∊ R. Oleh karena itu sifat-sifat seperti itu dapat diterapkan dalam gelanggang. Sifat-sifat I. Az = za = z, ∀ a ∊ R dan z adalah elemen nol dalam R Bukti : Misalkan (R, +, . )adalah suatu gelanggang dengan elemen nol z dan elemen kesatuan u Ambil a ∊ R dan az = a (z + z) (sifat elemen nol z) az = az + az (sifat distributif kanan) az + z = az + az (sifat elemen nol z) z = az (sifat kanselasi penjumlahan) jadi az = z , untuk setiap a dalam R II. A(-b) = (-a)b = -(ab), ∀ a, b ∊ R Bukti : Ambil a ∊ R dan dan a(-b) + ab = a(-b + b) (sifat distributif kanan) = az A(-b) + ab = z Hal ini berkaitan bahwa a(-b) = -(ab) Begitu pula (-a)b + ab = (-a + a)b (sifat distributif kiri) = zb = z (-a)b + ab = z (-a)b =-(ab) Jadi (-a)b = a(-b) = -(ab), untuk setiap a, b dalam R III. (-a)(-b) = ab, ∀ a,b ∊ R Bukti : Ambil a, b ∊ R maka menurut (II) (-a)(-b) = -(a(-b)) = -(-(ab)) = ab Jadi (-a)(-b) = ab, untuk setiap a dan b dalam R IV. (-a)(-b) = ab, ∀ a,b ∊ R Bukti : Ambil a, b ∊ R maka (a+b) + ((-a) + (-b)) = ((a + b) + (-a) + (-b)) (sifat asisiatif penjumlahan) = (a + (b + (-a))) + (-b)
  • 3. = (a + ((-a) + b) + (-b) = (a + (-a)) + (b + (-b)) = z + z = z Jadi –(a + b) = (-a) + (-b), untuk setiap a dan b dalam R Kanselasi V. A(b – c) = ab – ac, ∀ a, b, c ∊ R Bukti : Ambil a, b ∊ R dan a(b – c) = a(b + (-c)) = ab + a(-c) ( Sifat distributif kanan) = ab + (-ac) = ab – ac Jadi a(b – c) = ab – bc untuk setiap a dan b dalam R VI. (-u)a = -a, ∀ a ∊ R dan u adalah elemen kesatuan dalam R 2. Definisi Suatu himpunan tak kosong R disebut suatu ring jika di dalam R didefinisikan dua buah operasi biner yang dilambangkan dengan + dan ⋅ sedemikian hingga untuk setiap a, b, c ∊ R berlaku hal-hal berikut: 1. a + b ∊ R [R bersifat tertutup terhadap operasi +] 2. a + b = b + a [Operasi + bersifat komutatif] 3. (a + b) + c = a + (b + c) [Sifat asosiatif operasi +] 4. Terdapat elemen 0 ∊ R sedemikian hingga a + 0 = a untuk setiap a ∊ R [R memiliki unsur identitas terhadap penjumlahan, dilambangkan dengan 0] 5. Untuk setiap a ∊ R terdapat elemen –a ∊ R sedemikian hingga a + (-a) = 0 [Setiap anggota R memiliki invers terhadap operasi +] 6. a ⋅ b ∊ R [R bersifat tertutup terhadap operasi ∙] 7. a ⋅ (b ⋅ c) = (a ⋅ b) ⋅ c [Sifat asosiatif operasi ∙] 8. a ⋅ (b + c) = a ⋅ b + a ⋅ c dan (b + c) ⋅ a = b⋅ a + c⋅a [Sifat distributif operasi ∙ terhadap +] Operasi + yang terdapat pada syarat 1 sampai dengan 4 biasa dinamakan operasi tambah atau penjumlahan, sedangkan operasi⋅ pada syarat 6 sampai dengan 8 biasa dinamakan operasi kali atau perkalian. Ring R dengan operasi tambah (+) dan operasi kali ( ⋅ ) biasa dilambangkan dengan (R,+,-). Jika (R,+,∙) suatu ring maka berlakulah sifat-sifat berikut:
  • 4. 1. Hukum pencoretan: Jika a + b = a + c maka b = c dan jika a + b = c + b maka a = c Bukti : Misalkan a, b, c ∊ R dan a + b = a + c Karena a ∊ R, terdapat –a ∊ R sedemikian hingga –a + a = 0. Tambahkan masing- masing ruas dengan –a sebagai berikut: -a + (a + b) = -a + (a + c) Dengan sifat asosiatif penjumlahan dalam ring, diperoleh: (-a + a) + b = (-a + a) + c 0 + b = 0 + c b = c Jadi, a + b = a c ⇒ b = c (terbukti) Selanjutnya, misalkan a, b, c ∊ R dan a + b = c + b. Karena b ∊ R, terdapat –b ∊ R sedemikian hingga b + (-b) = 0. Tambahkan masing- masing ruas dengan –b sebagai berikut: (a + b) + (-b) = (c + b) + (-b) Dengan sifat asosiatif penjumlahan dalam ring, diperoleh: a + (b+(-b)) = c + (b+(-b)) a + 0 = c + 0 a = c Jadi, a + b = c + b ⇒ a = c 2. Perkalian dengan nol: a∙ 0 = 0 dan 0∙ a = 0 Bukti : Misalkan a ∊ R sembarang. Karena sifat tertutup R terhadap perkalian a ∙ 0 ∊ R. Selanjutnya, a∙ 0 = a∙(0 + 0) a∙0 = a∙0 + a∙0 [sifat distributif dalam ring] Karena a∙ 0 + 0 = a∙ 0 persamaan terakhir di atas dapat dinyatakan sebagai a∙0 + 0 = a∙ 0 + a∙0
  • 5. Dengan hukum pencoretan, diperolehlah 0 = a∙ 0. Jadi, untuk setiap a ∊ R berlaku a∙0 = 0. (terbukti) Selanjutnya, 0∙a = (0 + 0)a 0 ∙ a = 0∙a + 0.a Karena 0∙a + 0 = 0∙a persamaan terakhir di atas dapat dinyatakan sebagai 0∙a + 0 = 0∙a + 0∙a Dengan hukum pencoretan, diperolehlah 0 = 0∙a. Jadi, untuk setiap a ∊ R berlaku 0∙a = 0 3. Ketunggalan nol: Jika e ∊ R sedemikian hingga untuk setiap a ∊ R berlaku a + e = a dan e + a = a maka e = 0. [0 adalah satu-satunya unsur identitas terhadap penjumlahan di R.] Bukti: Misalkan e ∊ R memenuhi a + e = a dan e + a = a untuk setiap a ∊ R. Karena 0 ∊ R, berlaku: e + 0 = 0 ............................................................................... (1) Karena 0 adalah unsur identitas terhadap penjumlahan, e + 0 = e ....................................(2) Dari (1) dan (2), disimpulkan e = 0. (terbukti) 4. Ketunggalan unsur invers terhadap penjumlahan: Untuk setiap a ∊ R terdapat satu dan hanya satu –a ∊ R sedemikian hingga a + (-a) = 0 dan (-a) + a = 0. Bukti: Misalkan a ∊ R sembarang. Misalkan –a, a* ∊ R adalah invers-invers dari a. Akan dibuktikan bahwa a* = -a. Karena –a, a* ∊ R adalah invers-invers dari a, berlakulah (-a) + a = 0 dan a + a* = 0. Dengan sifat asosiatif penjumlahan pada R, diperoleh: (-a + a) + a* = -a + (a + a*)
  • 6. 0 + a* = -a + 0 a* = -a Jadi, invers-invers dari a ∊ R adalah unsur-unsur yang sama satu sama lain. Dengan kata lain, setiap a ∊ R memiliki satu dan hanya satu buah invers di R. 5. a∙ (-b) = -(ab) dan (-a)∙ b = -(a ∙ b) Bukti: Misalkan a, b ∊ R sembarang. a ∙b + a∙(-b) = a∙ (b + (-b)) [sifat distributif dalam ring] a ∙b + a∙(-b) = a∙ 0 [-b adalah invers dari b terhadap penjumlahan, sehingga b + (-b) = 0] a∙b + a∙(-b) = 0 [lihat butir 2 di atas mengenai perkalian dengan 0] a∙ (-b) = -(a∙ b) [ketunggalan invers terhadap penjumlahan, lihat butir 4 di atas] (terbukti) Selanjutnya, (-a)∙b + a∙b = (-a + a)∙b [sifat distributif dalam ring] (-a)∙b + a∙b = 0∙ b [-a adalah invers dari a terhadap penjumlahan, sehingga –a + a = 0] (-a)∙b + a∙b = 0 [lihat butir 2 di atas mengenai perkalian dengan 0] (-a)∙b = -(a∙b) [ketunggalan invers terhadap penjumlahan, lihat butir 4 di atas] (terbukti) 6. (-a) ∙ (-b) = a∙ b Bukti: Misalkan a, b ∊ R sembarang. Perhatikan bahwa ∙0 = 0 dan 0∙(-b) = 0, sehingga a∙0 = 0∙(-b) [lihat butir 2 di atas, perkalian dengan nol.] Selanjutnya, karena –b adalah invers dari b dan –a adalah invers dari a (terhadap penjumlahan), -b+b = 0 dan a+(-a) = 0. Substitusikan masing-masing 0 ini ke persamaan sebelumnya, diperoleh: a.(-b + b) = (a+(-a))∙(-b) a∙(-b) + a∙b = a∙ (-b) + (-a)∙(-b) a∙b = (-a)∙(-b) [hukum pencoretan, lihat butir 1 di atas] (terbukti)
  • 7. 7. –(-a) = a Bukti: Misalkan a ∊ R sembarang. Karena a ∊ R, terdapat (–a) ∊ R sedemikian hingga (–a) + a = 0. Karena (–a) ∊ R, terdapat –(-a) ∊ R sedemikian hingga (-a) + (-(-a)) = (-(-a)) + (-a) = 0. Akan ditunjukkan bahwa –(-a) = a. Perhatikan bahwa -a + a = 0 dan 0 = (-a) + (-(-a)), sehingga -a + a = -a + (-(-a)). Dengan hukum pencoretan (lihat butir 1 di atas), diperolehlah a = -(-a). (terbukti) Teorema 2.2 : Suatu gelanggang tidak memuat pembagi nol jika dan hanya jika berlaku sifat Bukti : Misalkan r suatu gelanggang tanpa pembagi nol Ambil a, b, c dalam R , sehingga a ≠ z dan ab = ac maka Ab – ac = z A(b-c) = z, untuk a ≠ z, maka berlaku B – c = z, sehingga B = z Jadi sifat kanselasi kiri berlaku dalam R Teorema 2.3 Setiap medan tidak memuat pembagi nol Bukti : Misal F adalah suatu medan Ambil a, b ∊ F sedemikian sehingga ab = z Apabila a ≠ z maka a¯¹ ∊ F sehingga a a¯¹ = u, dan diperoleh a¯¹(ab) = a¯¹ z (a¯¹ a ) z = z u b = z b = z apabila b ≠ z, maka b¯¹ ∊ F , sehingga dari ab = z diperoleh (ab)b¯¹ = z b¯¹ A(bb¯¹) = z Au = z A =z Jadi, untuk ab = z maka a= z atau b = z, sehingga medan F tidak memuat pembagi nol,
  • 8. Teorema 2.4 : Setiap daerah integral berhingga adalah suatu medan Bukti : Ingat bahwa daerh integral adalahsuatu gelanggang komutatif dengan elemen kesatuan dan tidak memuat elemen pembagi nol, sehingga untuk membuktikan bahwa suatu daerh integral berhingga adalah suatu medan. Misalkan d adalah suatu daerah integral yang berorder n (suatu bilangan bula positif) Ambil a ∊ D dengan a ≠ z K = { ax I x ∊ D dan x ≠ z } D memiliki sifat tertutup terhadap perkalian, maka elemen K adalah elemen D, yaitu K ⊂D sehingga dalam K berlaku sifat kanselasi. Jadi jika ax = ay dan a ≠ z maka X = y, hal ini menunjukan bahwa elemen-elemen K berbeda satu dengan lainya, sehingga K terdiri atas (n-1) elemen yang bukan elemen B. Kelipatan dan Perpangkatan Bulat dari Elemen-elemen Suatu Gelanggang 1. Definisi 2.3 : Misalkan ( R, +, . ) suatu gelanggang , a ∊ R dan m suatu bilangan bulat positif, sebagai berikut : i. Ma = a + a + a + a+ . . . + a (m kali) ii. –ma = m(-a) = (-a)+(-a)+. . . +(-a) (n kali) = -(ma) iii. 0a = z Teorema 2.5 Misalkan R suatu gelanggang, m dan n adalah suatu bilangan bulat sembarang, maka ∀ a, b ∊ R berlaku ; i. (m + n)a = ma + na ii. m(a + b) = ma + mb iii. m(na) = (mn)a = n(ma) Bukti : Karena m dan n bilangan-bilangan bulat, sdangkan definisi diatas memisahkan dengan bilangan bulat positif, nol dan bilangan bulat negatif, maka teorema ini diperhatikan dalam empat keadaan a) Jika m dan kedudukanya bilangan bulat positif
  • 9. b) Jika salah satu m atau n sama dengan nol dan lainya suatu bilangan bulat positif atau bilangan bulat negatif c) Jika salah satu dari m atau n suatu bilangan bulat positif dan lainya bilangan bulat negatif d) Jika m dan keduanya bilangan bulat negatif  Jika salah satu dari m atau n sama dengan 0, misalnya n = 0 dan m suatu bilangan bulat positif, maka ma + na = (a + a + a +. . . + a) + 0a = (a + a + a + . . . + a) => m+0 suku = (m + 0)a Jika m dan n keduanya merupakan bilangan-bilangan bulat positif, maka ma + na = (a+a+a+. . . +a) + (a+a+a+. . . +a) = (a+a+a+. . . + a) => ( m + n suku) = (m + n)a Jika salah satu dari m dab n suatu bilangan bulat positif dan lainya suatu bilangan bulat negatif, dengan tidak mengurngi keumumanya, misalnya m suatu bilangan bulat positif dan n suatu bilangan bulat negatif dengan m > InI, misalkan n =-t, maka ma + na = ma + (-t)a = ma + t(-a) = (a+a+a+. . . +a) + ((-a+(-a)+. . . +(-a)) = (a+a+a+. . . + a) (m-1 suku) + (a+(-a)) + (-a) + (-a) +. . . +(-a) (t-1 suku) = a+a+. . .+a+z+(-a)+(-a)+. . . +(-a) = a+a+. . . +a(n-2 suku)+(a+(-a))+ (-a)+(- a)+. . .+(- a) (t-2 suku) Dan seterusnya, karena m >t, maka = a+a+. . .+a = (m-t)a, karena –t=n, maka = (m+n)a 2. Definisi 2.4: Misalkan r suatu gelanggang, a ∊ R dan m suatu bilangan bulat positif, maka 𝑎 𝑚 = a.a.a. . .a ( m kali) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 Teorema 2.6 : Jika R suatu gelanggang, m dan n bilangan-bilangan bulat positif, maka untuk setiap a ∊ R berlaku : i. 𝑎 𝑚 . 𝑎 𝑛 = 𝑎 𝑚+𝑛
  • 10. ii. (𝑎 𝑚 ) 𝑛 =𝑎 𝑚𝑛 Bukti : i. 𝑎 𝑚 . 𝑎 𝑛 = a.a.a....a (m kali) a.a.a....a (n kali) = a.a.a....a (m+n kali) = 𝑎 𝑚+𝑛 Idempoten dan nilpoten Definisi 2.6 Misalkan R adalah suatu gelanggang. Jika a ∊ Rsedemikian hingga 𝑎2 = a, maka a disebut idempoten. Jika b ∊ R dan ada suatu bilangan bulat positif terkecil n, sedemikian hingga 𝑏 𝑛 = z, maka b disebut nilpoten. Contoh : M = {( 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 ) l a,b, c, d, bilangan − bilangan rasional} dengan penjumlahan dan perkalian matriks adalah suatu gelanggang. Misal : M = ( 0 3 0 1 )2 = ( 0 3 0 1 ) ( 0 3 0 1 ) = ( 0 3 0 1 ), maka ( 0 3 0 1 ) adalah idempoten dalam M Misal : M = ( 0 0 5 0 ) = ( 0 0 5 0 ) ( 0 0 5 0 ) = ( 0 0 0 0 ), maka ( 0 0 5 0 ) adalah suatu nilpoten berindeks 2 dalam M