2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
SPK STPH.pptx
1. SISTEM PERAMALAN HAMA
(PERTEMUAN 12 & 13)
(Metode Pengambilan Keputusan & Penentuan Pengambilan keputusan
dalam Pengendalian Hama Terpadu)
Tri Yaninta Ginting, S.P., M.Agr.
3. Masalah yang dihadapi dalam kegiatan/ usaha pengembangan budidaya
pertanian/ perkebunan antara lain terdapatnya gangguan hama penyakit yang
berdampak terhadap produktivitas dan kualitas hasil.
Upaya untuk meningkatkan produktivitas maupun kualitas produk dihasilkan dari
tanaman yang sehat dan terbebas dari serangan/ gangguan hama dan penyakit.
Upaya penanggulangan hama penyakit yang pernah dilakukan dengan
menggunakan pestisida kimia memang cukup berhasil, namun disamping
memerlukan biaya yang tinggi dampak lainnya adalah munculnya resistensi hama
penyakit, munculnya peledakan hama secara massal dan terbunuhnya organisme
bukan sasaran serta pencemaran lingkungan (Rachmat, et al., 1999).
PENDAHULUAN
5. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keputusan : hasil proses pemikiran yang berupa
pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Pengambilan keputusan : cara yang digunakan untuk
memberikan suatu pendapat yang dapat
menyelesaikan masalah dengan cara / teknik
tertentu sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
6. DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Intuisi (Perasaan/ Gambaran)
a. Segi positif dasar pengambilan keputusan berdasarkan intuisi :
- Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek.
- Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan
kepuasan pada umumnya.
b. Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi :
- Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
- Sulit mencari alat pembandingnya
- Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
- Pengalaman.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan
praktis.
7. DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau
orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang lebih rendah kedudukannya.
5. Rasional
Beberapa kemungkinan yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara rasional :
a. Kejelasan masalah.
b. Orientasi tujuan.
c. Pengetahuan alternative.
d. Preferensi yang jelas.
e. Hasil maksimal.
8. METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Tradisional : Pengambilan keputusan lebih
berdasarkan pada intuisi (perasaan) dan kebiasaan.
Modern : pengambilan keputusan didasarkan pada
perhitungan matematis dan penggunaan instrumen
yang bersifat modern, seperti komputer, perhitungan
statistik dan model pendekatan.
9. METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Identifikasi masalah : Kenali terlebih dahulu pokok
permasalahan.
2. Mencari alternatif pemecahan : Dilakukan pencarian
alternatif-alternatif yang mungkin dapat membantu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
3. Memilih alternatif : Setelah alternatif tersusun dan
menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif, ajukan
pertanyaan untuk tiap-tiap alternatif.
10. METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4. Pelaksanaan alternatif : Setelah alternatif dipilih, tibalah
saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk tindakan.
pelaksanaan harus sesuai dengan rencana, agar tujuan
memecahkan masalh dapat tercapai.
5. Evaluasi : Tidak maksimalnya hasil yang dicapai mungkin
terjadi karena pengaruh negatif potensial benar-benar terjadi,
atau mungkin pengaruh negatif yang tadinya tidak
diperkirakan.
11. Pengembangan program PHT tergantung pada beberapa interaksi informasi yang
digunakan secara bersama-sama untuk membuat keputusan penelolaan.
Keputusan yang paling efektif dalam PHT memerlukan informasi yang relevan dengan
semua langkah yang diperoleh sebelum keputusan dibuat.
Dalam mengabil keputusan maka perlu memperhatikan beberapa langkah, sebagai
berikut (Gatot Mudjiono, 2013) :
1. Melakukan identifikasi spesies hama dengan tepat
2. Menetapkan parameter hama dan biologi pertanaman
3. Merencanakan/menilai strategi preventif
4. Pemantauan
5. Pengambilan keputusan
6. Memilih taktik pengendalian hama optional
7. Implementasi
8. Evaluasi
PENENTUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PHT
12. 1. Melakukan identifikasi spesies hama dengan tepat
Mengidentifikasi hama pada tanaman yang ada dalam agroekosistem merupakan
langkah awal yang harus ditempuh serta langkah tersebut haruslah tepat, karena
apabila indetifikasi terhadap hama tidak tepat, maka informasi terkait ekologi dan
biologi hama yang digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan yang tidak
tepat. Apabila cara tersebut tidak tepat maka akan menghasilkan tindakan yang tidak
perlu dan tidak efektif yang dapat berakibat fatal apabila keputusan tersebut terus
dilaksanakan. Maka dari itu, penting untuk mengidentifikasi spesies hama secara
tepat.
PENENTUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PHT
13. 2. Menetapkan parameter hama dan biologi pertanaman
Parameter yang dimaksud dalam hal ini adalah ukuran populasi hama, distribusi hama,
tingkatan dan perkembangan hama, serta spesies, distribusi dan banyaknya serangga
berguna, status tanaman inang dan nilai ekonomi tanaman.
3. Merencanakan/menilai strategi preventif
Tindakan pencegahan adalah strategi penelolaan yang lebih efektif dan disukai dalam
PHT. Tindakan preventif/pencegahan dimulai dengan pemeriksaan lahan serta semua
aspek dari sistem produksi tanaman agar dapat menentukan apakah tanaman tersebut
dapat diobati guna mencegah populasi hama melebihi ambang ekonomi.
PENENTUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PHT
14. 4. Pemantauan
Pemantauan ini melibatkan cara langsung dan tidak langsung yang bertujuan untuk
menghitung dan menilai kerusakan, atau penggunaan alat perangkap. Pemantauan
melibatkan penilaian periodik dan perekaman hama, faktor pengendali, karakteristik
tanaman, dan faktor lingkungan. Komponen utama pada pemantauan terbagi atas dua
yaitu :
Menentukan padat populasi hama.
Menentukan kondisi dan karakteristik tanaman.
Cara terbaik untuk menentukan padat pupulasi adalah dengan menghitung kepadatan
di sejumlah daerah contoh dan kemudian diekstrapolasi untuk mewakili seluruh lahan.
Selain itu, untuk menentukan tingkat kesehatan dan pertumbuhan tanaman harus
diamati secara teratur.
PENENTUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PHT
15. 5. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan melibatkan evaluasi terhadap informasi hasil pemantauan yang
dikumpukan dalam langkah keempat untuk menilai manfaat ekonomi yang relevan versus
resiko suatu tindakan pengelolaan hama. Pertanyaan mencakup pengambilan keputusan,
antara lain:
Apakah kita akan kehilangan jika kita tidak berbuat apa-apa? Apa yang kita dapatkan?
Apakah cukup agen pengendali alami yang hadir untuk mengurani populasi hama di
bawah ambang ekonomi?
Apakah potensi kerusakan hama lebih mahal dibandungkan pengendalian hama?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, biasanya dilakukan dengan membandingkan
perkiraan urutan populasi hama dengan ambang ekonomi. Ini berfungsi sebagai referensi
untuk potensi kerugian pada tahap pertumbuhan tanaman tertentu atau sekumpulan
kondisi tanaman.
PENENTUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PHT
16. 6. Memilih taktik pengendalian hama optional
Beberapa pertimbangan yang terkait dengan memilih dan merekomendasikan tektik dalam
program PHT yang lebih luas adalah taktik tersebut perlu diintegrasikan ke dalam tiga
komponen komunitas pertanian, adapun tiga komponen tersebut antara lain:
Tersedia metode PHT
Penerapan PHT perlu menyatukan bersama-sama berbagai pencegahan, pengamatan,
keputusan, dan metode intervensi yang tersedia untuk petani
Sistem tanam / agroekosistem
Program PHT harus sesuai dengan sistem tanam dan agroekosistem
Kesehatan masyarakat
PHT perlu mempertimbangkan kesehatan masyarakat, melalui peningkatan keuntungan
dan menurunkan tingkat pemaparan pestisida
PENENTUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PHT
17. 7. Implementasi
Setelah intervensi ditetapkan, maka perlu digunakan pada waktu yang tepat dan
lengkap. Ketika telah diintervensi dengan pestisida, maka sangat penting untuk diingat
bahwa waktu dan penempatan yang tepat sering kali lebih penting daripada tingkat
aplikasi.
8. Evaluasi
Ketika telah melaksanakan program PHT, maka kita harus selalu meluangkan waktu
untuk menindaklanjuti dan mengevaluasi tindakan pengendalian hama untuk
menentukan apakah apa yang sudah dilaksanakan dapat dikategorikan memiliki hasil
yang maksimal. Apabilah hasilnya tidak seperti yang diharapkan maka dapat dievaluasi
guna memberikan hasil yang baik pada periode tanaman berikutnya.
PENENTUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PHT
18. Pendekatan Metode Statistik Simple Additive Weighting (SAW)
Metode Simple Additive Weighting (SAW) merupakan suatu metode perhitungan dengan
pendekatan statistik yang menyediakan jenis-jenis kriteria atau variabel tertentu yang memiliki
atau diberi bobot sehingga diperoleh nilai akhir yang terbobot dan menjadi pemberi referensi
pada penentuan keputusan akhir.
Langkah-Langkah Pendekatan Metode Simple Additive Weighting (SAW)
1. Menentukan kriteria atau variabel yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan.
2. Memberi nilai pembobotan pada masing-masing kriteria atau variabel yang telah ditentukan.
3. Menentukan kriteria nilai max dan min pada masing-masing kriteria atau variabel yang telah
ditentukan.
4. Menghitung nilai normalisasi pada masing-masing kriteria atau variabel yang telah
ditentukan.
5. Menghitung nilai referensi pada masing-masing pilihan yang akan diputuskan.
PERHITUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
19. Nilai Normalisasi pada Metode Simple Additive Weighting (SAW)
Kriteria Max : 𝑹𝒊 =
𝑿𝒊
𝑴𝒂𝒙 𝑿𝒊
Kriteria Min : 𝑹𝒊 =
𝑴𝒊𝒏 𝑿𝒊
𝑿𝒊
Keterangan :
Ri : Rating kerja ternormalisasi
Max Xi : Nilai maksimum dari setiap baris/ kolom
Min Xi : Nilai mamum dari setiap baris/ kolom
Xi : Nilai baris dan kolom dari matriks
PERHITUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
20. Nilai Referensi pada Metode Simple Additive Weighting (SAW)
𝑽𝒊 = 𝒘𝒊 𝒙 𝑵𝒊
Keterangan :
Vi = Nilai akhir sebagai referensi pengambilan keputusan
Wi = Nilai bobot yang diberikan pada variabel-i
Ni = Nilai normalisasi yang telah dihitung
Pengambilan keputusan dari beberapa pilihan yang ada ditentukan atau dipilih berdasarkan
hasil akhir perhitungan nilai Vi tertinggi/ terbesar
PERHITUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
21. Penerapan Metode Simple Additive Weighting (SAW)
Contoh Kasus :
Berikut ini adalah 9 jenis varietas unggul dari komoditas jagung manis: (1) Super Sweet, (2)
Bisi Sweet 2, (3) Sweet Boy, (4) Bicolour Sweet, (5) Sweet Lady, (6) Master Sweet, (7)
Bonanza, (8) SG-75, dan (9) Talenta.
Pilihlah satu jenis dari beberapa varietas unggul komoditas jagung tersebut dengan
mempertimbangkan :
1. Intensitas serangan hama (%)
2. Biaya Produksi (Juta)
3. Bobot Panen per Hektar (Ton)
PERHITUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
22. Penerapan Metode Simple Additive Weighting (SAW)
Contoh Kasus :
PERHITUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
No Variabel : Bobot Kriteria
1 Intensitas Serangan (%) 0,3 Min
2 Biaya Produksi (Juta) 0,2 Min
3 Bobot Panen (Ton) 0,5 Max
Langkah 1 & 2
No Varietas Unggul Intensitas Serangan (%) Biaya Produksi (Juta) Bobot Panen (Ton)
1 Super Sweet 35 13,28 6,50
2 Bisi Sweet 2 38 13,45 6,30
3 Sweet Boy 37 13,26 6,00
4 Bicolour Sweet 40 13,53 5,90
5 Sweet Lady 36 13,21 6,50
6 Master Sweet 35 13,39 6,20
7 Bonanza 36 13,41 5,80
8 SG-75 38 13,32 6,10
9 Talenta 36 13,37 5,90
35 13,21 6,50
Nilai Kriteria
Langkah 3
24. Penerapan Metode Simple Additive Weighting (SAW)
Contoh Kasus :
PERHITUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
No Varietas Unggul
1 Super Sweet
2 Bisi Sweet 2
3 Sweet Boy
4 Bicolour Sweet
5 Sweet Lady
6 Master Sweet
7 Bonanza
8 SG-75
9 Talenta
Referensi
1,00
0,96
0,94
0,91
0,99
0,97
0,93
0,94
0,94
Varietas Unggul Referensi Keputusan
Super Sweet 1,00 Pilihan 1
Sweet Lady 0,99 Pilihan 2
Master Sweet 0,97 Pilihan 3
Bisi Sweet 2 0,96 Pilihan 4
Sweet Boy 0,94 Pilihan 5
SG-75 0,94 Pilihan 6
Talenta 0,94 Pilihan 7
Bonanza 0,93 Pilihan 8
Bicolour Sweet 0,91 Pilihan 9
Sort
Referensi
dari nilai
tertinggi
sampai nilai
terendah