SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Tatiana Siska Wardani
Suatu toksikan diserap melalui berbagai
jalur. Setelah diabsorpsi, toksikan
terdistribusi ke berbagai bagian tubuh
termasuk organ ekskresi sehingga siap
dikeluarkan dari tubuh.
Banyak zat kimia yang mengalami
biotransformasi atau transformasi metaholit
di dalam tubuh. Tempat yang terpenting
untuk proses ini adalah hati, meskipun
proses ini juga terjadi di paru-paru,
lambung, usus, kulit dan ginjal.
BIOTRANSFORMASI
TOKSIKAN
BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN
1. REAKSI PENGURAIAN (FASE I)
Yaitu pemutusan hidrolitik, oksidasi dan reduksi.
Umumnya reaksi fase I mengubah bahan yang masuk
ke dalam sel menjadi lebih bersifat hidrofilik (mudah
larut dalam air) daripada bahan asalnya.
2. REAKSI KONJUGASI (FASE II)
Terdiri dari reaksi sintesis dan konjugasi. Reaksi fase II
ini merupakan proses biosintesis yang mengubah
bahan asing atau metabolit dari fase I membuat ikatan
kovalen dengan molekul endogen menjadi konjugat.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOTRANSFORMASI
GENETIK
ISONIAZID METABOLISME ASETILASI ↑ BANGSA ESKIMO, ASIA
USIA
BAYI FUNGSI ENZIM BELUM SEMPURNA c/. KLORAMFENIKOL → AKUMULASI
KARENA ENZIM GLUKORONIL TRANSFERASE <
PATOLOGI
PENYAKIT GINJAL → EKSKRESI ↓
PENYAKIT HEPAR → METABOLISME ↓
INDUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIM ↑→ PENGURAIAN OBAT ↑→ EFEK↓
c/. MARCUMAR + BARBITURA (ANTIKOAGULAN) (ENZIM INDUKTOR)
INHIBISI ENZIM
PRODUKSI ENZIM ↓→ PENGURAIAN OBAT ↓→ EFEK
Sumber Tersebar (nonpoint source )
1. Limpasan air
2. Lahan pertanian
3. Air tanah terkontaminasi
4. buangan udara dari transportasi
Sumber Menetap ( point source )
1. Pembuangan effluent limbah industri
2. Tempat pembuangan sampah
3. Instalasi pengolahan air limbah
1. Sifat Fisika – Kimia Toksikan
2. Sifat Kimia – Biologis Toksikan
3. Sumber Keluaran dan Kecepatan
Masukan Toksikan
a. Struktur molekul
b. Kelarutan dalam air
c. Tekanan uap
d. Kecepatan hidrolis, fotolisis, degradasi
biologis, evaporasi adsorpsi, koefisien
partisi, dan lain-lain.
Contoh :
Toksikan yang mempunyai tekanan uap
tinggi dan kelarutan air rendah, maka
toksikan bertendensi lepas ke udara.
Toksikan yang mempunyai kelarutan air
tinggi bertendensi lebih terdistribusi merata
dalam media lingkungan air.
a. Area, kedalaman,Volume, dan debit
b. Temperatur
c. Salinitas
d. pH
e. Kandungan Padatan
f. Ukuran Partikel Sedimen
g. Kandungan Karbon Sedimen, dan lain-lain
Contoh :
a. Terlarut : Siap mempengaruhi biota
b. Teradsorpsi pada komponen biota,
tersuspensi
dalam air / terendap dalam toksikan bersifat
hidrofobik ( tidak suka dengan air )
c. Terakumulasi didalam jaringan biota : toksikan
dapat ditransformasi secara biologis.
a. Sumber manufaktur, penggunaan atau pembuangan
b. Masukan dengan kecepatan konstan / fluktuatif
c. Kualitas awal masukan dan produk transformasinya
Contoh :
a. Konsentrasi toksikan pada sumber penggunaan jauh
lebih kecil dibandingn dengan sumber pembuangan
b. Konsentrasi fluktuasi akan terdapat maksimum dan
minimum dibanding dengan konsentrasi toksikan
konstan
c. Bentuk akhir toksikan, perbedaan persitens antara
bentuk awal maupun produkk transformasi
EFEK BERACUN BAHAN KIMIA
 Efek Akut : efek yang terjadi secara cepat
sebagai hasil pemaparan zat jangka
pendek yang dapat menimbulkan efek
akut, juga dapat mengakibatkan penyakit
kronik.
 Efek Kronis : terjadi karena zat
menghasilkan efek merusak sebagai hasil
pemaparan tunggal, tetapi sering terjadi
karena pemaparan berulang / jangka
panjang
Efek reversible : Biota dapat pulih
kembali secara mekanisme
perbaukan (regenerasi )
Efek irreversible : Biota tidak
dapat pulih setelah terpapar
toksikan, meskipun setelah dapat
dilepaskan dari paparan toksikan
dan akhirnya mati.
Efek lokal : Terjadi pada target pertama
kontak toksikan ( perubahan warna,
luka bakar, erosi bagi ikan )
Efek sistematik : Terjadi melalui
absorpsi dan distribusi zat ke tempat
yang jauh dari target pertama ( sistem
nevous dan beberapa organ )
Tingkat Organisasi
Biota Efek Struktural Efek Fungsional
Komunitas
Penurunan
Keanekaragaman Penurunan Stabilitas
Populasi Radio Sex Penurunan Reproduksi
Distribusi Umur
Organisme Penyakit Penurunan Pertumbuhan
Pengkerdilan Kematian
Organ Penyakit Kerusakan Fungsional
Jaringan Penyakit Jaringan Tumot Kerusakan Fungsional
Sel Kerusakan Kromosom
Kerusakan Metabolisme
Sel
Biomolekul Kerusakan DNA Mutasi Genetik
Efek Pada Tingkat Organisasi Biota
Biotransformasi atau metabolisme didefinisikan sebagai
perubahan xenobiotik/toksin yang dikatalis oleh suatu enzim
tertentu dalam makhluk hidup. Tujuannya yaitu dengan merubah
toksin bersifat non polar menjadi bersifat polar dan kemudian
dirubah menjadi bersifat hidrofil sehingga dapat dieksresikan
keluar dari tubuh.
Toksikan akan melalui barier untuk mencapai target organ
Absorpsi: Kemampuan toksikan masuk kedalam peredaran darah
Intravenous: Absorpsi yang tidak terbatas (100% diabsorpsi)
Inhalasi: Berpenetrasi kedalam kantong alveolar kmd masuk kapiler darah
Ingesti: Absorpsi melalui dinding saluran pencernaan (efek fase 1)
Intraperitoneal: mealui efek fase 1, tetapi tidak perlu absorpsi melaui ddg pencernaan
Dermal/topikal: Perlu absorpsi melaui kulit
Distribusi: Proses tranlokasi toksikan dari dan keseluruh tubuh, disimpan, biotransformasi dan dieliminasi
Deposit – DDT dalam lemak
Pb dalam tulang dan gigi
Metabolisme: proses biotransformasi, dimana toksikan dimodifikasi melalui sistem enzim dirubah
menjadi lebih mudah larut dalam air dan diekskresikan
Penurunan kelarutan dalam lemakmenurunkan jumlah toksikan mencapai target organ
Peningkatan ionisasipeningkatan ekskresipenurunan daya toksisitas
Ekskresi: Toksikan dibuang keluar tubuh melalui beberapa rute:
Urinasi: toksikan mudah larut dalam air
Exhalasi : komponen mudah menguap di ekshalasi lewat pernafasan
Ekskresi cairan empedu melalui ekskresi fekal
BIOTRANSFORMASI TOKSIN SENYAWA ORGANIK
Non Polar Polar Hidrofil
( Lihat gambar diagram alir botransformasi toksikan )
Non Polar : meliputi bahan kimia lipofil dan lipofil sangat stabil
( memiliki gugus fungsional –CH ). Misal CH4
(metana)
Lipofil : mudah larut dalam lemak : CH4 (metana),
C2H4 ( etena ), C6H6 ( benzena )
Lipofil sangat stabil : lipofil yang sulit diuraikan/didegradasi :
terjadi penimbunan di jaringan lemak ( benzopirin, DDT, PCB atau
poli clor bipenil )
Reaksi Fasa I Reaksi Fasa II
Oksidasi,Reduksi,
Hidrolisis
Konjugasi
C H
H
H
H
Metana
Benzena
H2C CH2
Etena
Contoh Reaksi biotransformasi dari fasa I sampai fasa II
menghasilkan
larutan yang mudah dieksresikan lewat urin
O S O
O
O
Ester fenosulfat
Benzena
COH
fenol
Oksidasi Konjugasi dg H2SO4
Organ penting dalam proses
biotransformasi
Hati ( tinggi)
Paru, ginjal, usus (sedang)
Jaringan lain (rendah)
1. Faktor Itrinsik meliputi : sifat yg dimikili xenobiotik
seperti sifat fisik-kimia, lipofilitas dosisi dan cara
terpapar (sifat lipofil dapat menstimulir pembentukan
dan aktifitas enzim hati, sehinggga dapat
menghambat dan menginaktifkan enzim tersebut
diantaranya adalah “anti koagulasi, anti diabentika
oral, sulfonamide, anti depresivatrisiklis dll.
• Faktor Perbrdaan spesies dalam proses
metabolisme kemungkinan sama atau sedikit
berbeda tetapi kadang2 ada perbedaan yg
signifikan pd reaksi tersebut.
• Faktor Genetik : Faktor keturunan jg
berpengaruh terhadap kecepatan
metabolisme
• Faktor umur : pada usia tua metabolisme
hati menurun dan yg lebih penting lagi
adalah menurunnya fungsi ginjal dimana laju
filtrasi Glomerulus 30% dan tiap 1 tahun
• Faktor jenis kelamin yang mempengaruhi biotransformasi toksin dalam
tubuh laki-laki ( L),
perempuan ( P ) dan wanita hamil
Parameter Perbedaan fisiologi Dampak toksikokinetik
Metabolik hati BMR L>P>W.hamil Metabolisme meningkat dg
fluktuatif) meningkatnya BMR
Protein plasma L,P>W.hamil Metabolisme toksin
hidrofil meningkat
dengan meningkatnya
protein plasma
Ket : BMR = basal metabolic rate (energi yg diperlukan untuk memelihara
kegiatan tubuh minimal ( dalam keadaan istirahat sempurna)
( Sumber : DHAE,camberra,2002)
• Meliputi enhibisi enzim oleh inhibitor dan induksi enzim
oleh induktor. Akibatnya, kadar dlm plasma berkurang
dan memperpendek waktu, oleh karena itu intensitas dan
efek farmakologinya berkurang dan sebaliknya.
• Berhubungan dengan kondisi daya tahan tubuh
(penyakit) : salah satunya adalah strok, jika pemberian
fenobarbital bersamaan dgn warafin secara agonis akan
mengurangi efek anti koagulasinya (sehingga sumbatan
pembuluh darah dapat dibuka).
• Komsumsi alkohol, rokok dan protein
• Konsumsi panggang arang dan sayur mayur cruciferous
dapat menginduksi enzim CYP1A sedangkan
• Konsumsi jus buah anggur dapat menghambat
metabolisme CYP3A terhadap substrat yg diberikan
secara bersamaan
• Adanya interaksi dgn logam berat
• Perokok dapat memetabolisme obat lebih cepat dari
pada yang tidak merokok, karena terjadi induksi enzim.
• Banyak obat mampu menaikkan kapasitas
metabolosmenya sendiri dgn induksi enzim, induktor
tersebut dibedakan menjadi dua jenis diantaranya
adalah:
1) Jenis fenobarbital
2) Jenis metilkolantrena
• Pengobatan jangka panjang dengan induktor
enzim mengakibatkan terjadi penurunan
konsentrasi bahan obat hingga mencapai tingkat
konsentrasi dalam plasma pd awal pengobatan dgn
dosis tertentu
• Kadar bahan berkhasiat tubuh sendiri dalam
plasma dapat menurun sampai dibawah angka
normal
• pemberian obat berbeda secara bersamaan
terkadang dapat membahayakan
• Inhibisi enzim penghambatan enzim dapat
menyebebkan interaksi yg tidak diharapkan.
Proses biotransformasi (metabolisme) toksikan dapat terjadi selama perjalanan obat dari mulai diabsorpsi
Sampai diekskresikan
Proses biotransformasi sangat berpengaruh terhadap laju pengeluaran obat
Obat tanpa tranformasi dengan transformasi
Ethanol 4 minggu 10 ml/hr
Phenobarbital 5 bulan 8 jam
DDT tidak terbatas hari sampai minggu
Organ penting dalam proses biotransformasi
Hati ( tinggi)
Paru, ginjal, usus (sedang)
Jaringan lain (rendah)
Jalur biotransformasi
Fase I enzim - merubah toksikan menjadi mudah larut
Fase II enzim : berikatan atau bergabung dengan bahan kimia yang mudah larut (konjugasi)
Kepekaan individu
Variasi individu sampai berbeda 10-30 kali:
Genetik, gender, umur, status nutrisi, kondisi kesehatan, pengalaman terpapar
TAHAP REAKSI BIOTRANSFORMASI
Konjugasi dengan
• asam glukoronat
• sulfat
• asetat
• glutation
Metabolit Fase II
Reaksi Fase II
Oksidasi
Reduksi
Hidrolisis
Reaksi Fase I
Xenobiotika Metabolit Fase I
Reaksi Fase I disebut juga dengan reaksi fungsionalisasi, dinama
melalui reaksi-reaksi pada fase ini terjadi pemasukan gugus
fungsional : - OH, -NH2, -SH, -COOH, Jika cukup polar maka
akan dapat tereksresi langsung,
TAHAP REAKSI BIOTRANSFORMASI
Konjugasi dengan
• asam glukoronat
• sulfat
• asetat
• glutation
Metabolit Fase II
Reaksi Fase II
Oksidasi
Reduksi
Hidrolisis
Reaksi Fase I
Xenobiotika Metabolit Fase I
Reaksi Fase II disebut juga dengan reaksi konjugasi, dinama gugus
fungsi yang terbentuk akan dikopel oleh senyawa endogen dengan
bantuan enzim-enzim tertentu, Dengan penambahan konjugat
endogen akan meningkat kepolaran dari xenobiotika sehingga
akan lebih mudah dapat diekskresi melalui ginjal

More Related Content

What's hot

Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika
4nakmans4
 
Toksikologi pertemuan 1
Toksikologi pertemuan 1Toksikologi pertemuan 1
Toksikologi pertemuan 1
Agus Candra
 
4. biofarmasi sediaan oral
4. biofarmasi sediaan oral4. biofarmasi sediaan oral
4. biofarmasi sediaan oral
risti eyen
 

What's hot (19)

Xenobiotik
XenobiotikXenobiotik
Xenobiotik
 
Farmakologi umum 1
Farmakologi umum 1Farmakologi umum 1
Farmakologi umum 1
 
Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 
Prinsip umum toksikologi
Prinsip umum toksikologiPrinsip umum toksikologi
Prinsip umum toksikologi
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika
 
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
TOKSIKOLOGI
TOKSIKOLOGITOKSIKOLOGI
TOKSIKOLOGI
 
3. ekotoksikologi lingkungan : faktor biotik yang memengaruhi toksisitas racu...
3. ekotoksikologi lingkungan : faktor biotik yang memengaruhi toksisitas racu...3. ekotoksikologi lingkungan : faktor biotik yang memengaruhi toksisitas racu...
3. ekotoksikologi lingkungan : faktor biotik yang memengaruhi toksisitas racu...
 
Farmakokinetik
FarmakokinetikFarmakokinetik
Farmakokinetik
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
 
Uji toksisitas akuatik
Uji toksisitas akuatikUji toksisitas akuatik
Uji toksisitas akuatik
 
Toksikologi b
Toksikologi bToksikologi b
Toksikologi b
 
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasi
 
Toksikologi pertemuan 1
Toksikologi pertemuan 1Toksikologi pertemuan 1
Toksikologi pertemuan 1
 
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
 
4. biofarmasi sediaan oral
4. biofarmasi sediaan oral4. biofarmasi sediaan oral
4. biofarmasi sediaan oral
 

Similar to Pertemuan ke tiga toksikologi

TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
Monhik1
 
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptxppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
RajapfKorsel
 
Dasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologiDasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologi
titamranda
 

Similar to Pertemuan ke tiga toksikologi (20)

BIOTRANFORMASI TOKSIKAN (1).pptx
BIOTRANFORMASI TOKSIKAN (1).pptxBIOTRANFORMASI TOKSIKAN (1).pptx
BIOTRANFORMASI TOKSIKAN (1).pptx
 
Fase Kerja Toksik.pptx
Fase Kerja Toksik.pptxFase Kerja Toksik.pptx
Fase Kerja Toksik.pptx
 
4. TOKSIKOLOGI.pptx
4. TOKSIKOLOGI.pptx4. TOKSIKOLOGI.pptx
4. TOKSIKOLOGI.pptx
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
 
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptxppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
 
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptxPPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
 
farkin 1 - edit.pdf
farkin 1 - edit.pdffarkin 1 - edit.pdf
farkin 1 - edit.pdf
 
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptx
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptxKELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptx
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptx
 
kuliah 1 (2021).pptx
kuliah 1 (2021).pptxkuliah 1 (2021).pptx
kuliah 1 (2021).pptx
 
Dasar-dasar.ppt
Dasar-dasar.pptDasar-dasar.ppt
Dasar-dasar.ppt
 
Farmakokinetik ii
Farmakokinetik iiFarmakokinetik ii
Farmakokinetik ii
 
Dasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologiDasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologi
 
Biotransformasi sediaan oral
Biotransformasi sediaan oralBiotransformasi sediaan oral
Biotransformasi sediaan oral
 
Biologi Sel: Metabolisme Obat
Biologi Sel: Metabolisme ObatBiologi Sel: Metabolisme Obat
Biologi Sel: Metabolisme Obat
 
Membran Transpor
Membran TransporMembran Transpor
Membran Transpor
 
2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel
 
Kimia medisinal 2
Kimia medisinal 2Kimia medisinal 2
Kimia medisinal 2
 
Dasar Terapi Antidotum.ppt
Dasar Terapi Antidotum.pptDasar Terapi Antidotum.ppt
Dasar Terapi Antidotum.ppt
 
2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel
 

Recently uploaded

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 

Recently uploaded (20)

#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 

Pertemuan ke tiga toksikologi

  • 2. Suatu toksikan diserap melalui berbagai jalur. Setelah diabsorpsi, toksikan terdistribusi ke berbagai bagian tubuh termasuk organ ekskresi sehingga siap dikeluarkan dari tubuh. Banyak zat kimia yang mengalami biotransformasi atau transformasi metaholit di dalam tubuh. Tempat yang terpenting untuk proses ini adalah hati, meskipun proses ini juga terjadi di paru-paru, lambung, usus, kulit dan ginjal. BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN
  • 3. BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN 1. REAKSI PENGURAIAN (FASE I) Yaitu pemutusan hidrolitik, oksidasi dan reduksi. Umumnya reaksi fase I mengubah bahan yang masuk ke dalam sel menjadi lebih bersifat hidrofilik (mudah larut dalam air) daripada bahan asalnya. 2. REAKSI KONJUGASI (FASE II) Terdiri dari reaksi sintesis dan konjugasi. Reaksi fase II ini merupakan proses biosintesis yang mengubah bahan asing atau metabolit dari fase I membuat ikatan kovalen dengan molekul endogen menjadi konjugat.
  • 4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOTRANSFORMASI GENETIK ISONIAZID METABOLISME ASETILASI ↑ BANGSA ESKIMO, ASIA USIA BAYI FUNGSI ENZIM BELUM SEMPURNA c/. KLORAMFENIKOL → AKUMULASI KARENA ENZIM GLUKORONIL TRANSFERASE < PATOLOGI PENYAKIT GINJAL → EKSKRESI ↓ PENYAKIT HEPAR → METABOLISME ↓ INDUKSI ENZIM PRODUKSI ENZIM ↑→ PENGURAIAN OBAT ↑→ EFEK↓ c/. MARCUMAR + BARBITURA (ANTIKOAGULAN) (ENZIM INDUKTOR) INHIBISI ENZIM PRODUKSI ENZIM ↓→ PENGURAIAN OBAT ↓→ EFEK
  • 5. Sumber Tersebar (nonpoint source ) 1. Limpasan air 2. Lahan pertanian 3. Air tanah terkontaminasi 4. buangan udara dari transportasi Sumber Menetap ( point source ) 1. Pembuangan effluent limbah industri 2. Tempat pembuangan sampah 3. Instalasi pengolahan air limbah
  • 6. 1. Sifat Fisika – Kimia Toksikan 2. Sifat Kimia – Biologis Toksikan 3. Sumber Keluaran dan Kecepatan Masukan Toksikan
  • 7. a. Struktur molekul b. Kelarutan dalam air c. Tekanan uap d. Kecepatan hidrolis, fotolisis, degradasi biologis, evaporasi adsorpsi, koefisien partisi, dan lain-lain. Contoh : Toksikan yang mempunyai tekanan uap tinggi dan kelarutan air rendah, maka toksikan bertendensi lepas ke udara. Toksikan yang mempunyai kelarutan air tinggi bertendensi lebih terdistribusi merata dalam media lingkungan air.
  • 8. a. Area, kedalaman,Volume, dan debit b. Temperatur c. Salinitas d. pH e. Kandungan Padatan f. Ukuran Partikel Sedimen g. Kandungan Karbon Sedimen, dan lain-lain Contoh : a. Terlarut : Siap mempengaruhi biota b. Teradsorpsi pada komponen biota, tersuspensi dalam air / terendap dalam toksikan bersifat hidrofobik ( tidak suka dengan air ) c. Terakumulasi didalam jaringan biota : toksikan dapat ditransformasi secara biologis.
  • 9. a. Sumber manufaktur, penggunaan atau pembuangan b. Masukan dengan kecepatan konstan / fluktuatif c. Kualitas awal masukan dan produk transformasinya Contoh : a. Konsentrasi toksikan pada sumber penggunaan jauh lebih kecil dibandingn dengan sumber pembuangan b. Konsentrasi fluktuasi akan terdapat maksimum dan minimum dibanding dengan konsentrasi toksikan konstan c. Bentuk akhir toksikan, perbedaan persitens antara bentuk awal maupun produkk transformasi
  • 10. EFEK BERACUN BAHAN KIMIA  Efek Akut : efek yang terjadi secara cepat sebagai hasil pemaparan zat jangka pendek yang dapat menimbulkan efek akut, juga dapat mengakibatkan penyakit kronik.  Efek Kronis : terjadi karena zat menghasilkan efek merusak sebagai hasil pemaparan tunggal, tetapi sering terjadi karena pemaparan berulang / jangka panjang
  • 11. Efek reversible : Biota dapat pulih kembali secara mekanisme perbaukan (regenerasi ) Efek irreversible : Biota tidak dapat pulih setelah terpapar toksikan, meskipun setelah dapat dilepaskan dari paparan toksikan dan akhirnya mati.
  • 12. Efek lokal : Terjadi pada target pertama kontak toksikan ( perubahan warna, luka bakar, erosi bagi ikan ) Efek sistematik : Terjadi melalui absorpsi dan distribusi zat ke tempat yang jauh dari target pertama ( sistem nevous dan beberapa organ )
  • 13. Tingkat Organisasi Biota Efek Struktural Efek Fungsional Komunitas Penurunan Keanekaragaman Penurunan Stabilitas Populasi Radio Sex Penurunan Reproduksi Distribusi Umur Organisme Penyakit Penurunan Pertumbuhan Pengkerdilan Kematian Organ Penyakit Kerusakan Fungsional Jaringan Penyakit Jaringan Tumot Kerusakan Fungsional Sel Kerusakan Kromosom Kerusakan Metabolisme Sel Biomolekul Kerusakan DNA Mutasi Genetik Efek Pada Tingkat Organisasi Biota
  • 14. Biotransformasi atau metabolisme didefinisikan sebagai perubahan xenobiotik/toksin yang dikatalis oleh suatu enzim tertentu dalam makhluk hidup. Tujuannya yaitu dengan merubah toksin bersifat non polar menjadi bersifat polar dan kemudian dirubah menjadi bersifat hidrofil sehingga dapat dieksresikan keluar dari tubuh.
  • 15. Toksikan akan melalui barier untuk mencapai target organ Absorpsi: Kemampuan toksikan masuk kedalam peredaran darah Intravenous: Absorpsi yang tidak terbatas (100% diabsorpsi) Inhalasi: Berpenetrasi kedalam kantong alveolar kmd masuk kapiler darah Ingesti: Absorpsi melalui dinding saluran pencernaan (efek fase 1) Intraperitoneal: mealui efek fase 1, tetapi tidak perlu absorpsi melaui ddg pencernaan Dermal/topikal: Perlu absorpsi melaui kulit Distribusi: Proses tranlokasi toksikan dari dan keseluruh tubuh, disimpan, biotransformasi dan dieliminasi Deposit – DDT dalam lemak Pb dalam tulang dan gigi Metabolisme: proses biotransformasi, dimana toksikan dimodifikasi melalui sistem enzim dirubah menjadi lebih mudah larut dalam air dan diekskresikan Penurunan kelarutan dalam lemakmenurunkan jumlah toksikan mencapai target organ Peningkatan ionisasipeningkatan ekskresipenurunan daya toksisitas Ekskresi: Toksikan dibuang keluar tubuh melalui beberapa rute: Urinasi: toksikan mudah larut dalam air Exhalasi : komponen mudah menguap di ekshalasi lewat pernafasan Ekskresi cairan empedu melalui ekskresi fekal
  • 16. BIOTRANSFORMASI TOKSIN SENYAWA ORGANIK Non Polar Polar Hidrofil ( Lihat gambar diagram alir botransformasi toksikan ) Non Polar : meliputi bahan kimia lipofil dan lipofil sangat stabil ( memiliki gugus fungsional –CH ). Misal CH4 (metana) Lipofil : mudah larut dalam lemak : CH4 (metana), C2H4 ( etena ), C6H6 ( benzena ) Lipofil sangat stabil : lipofil yang sulit diuraikan/didegradasi : terjadi penimbunan di jaringan lemak ( benzopirin, DDT, PCB atau poli clor bipenil ) Reaksi Fasa I Reaksi Fasa II Oksidasi,Reduksi, Hidrolisis Konjugasi C H H H H Metana Benzena H2C CH2 Etena
  • 17. Contoh Reaksi biotransformasi dari fasa I sampai fasa II menghasilkan larutan yang mudah dieksresikan lewat urin O S O O O Ester fenosulfat Benzena COH fenol Oksidasi Konjugasi dg H2SO4 Organ penting dalam proses biotransformasi Hati ( tinggi) Paru, ginjal, usus (sedang) Jaringan lain (rendah)
  • 18. 1. Faktor Itrinsik meliputi : sifat yg dimikili xenobiotik seperti sifat fisik-kimia, lipofilitas dosisi dan cara terpapar (sifat lipofil dapat menstimulir pembentukan dan aktifitas enzim hati, sehinggga dapat menghambat dan menginaktifkan enzim tersebut diantaranya adalah “anti koagulasi, anti diabentika oral, sulfonamide, anti depresivatrisiklis dll.
  • 19. • Faktor Perbrdaan spesies dalam proses metabolisme kemungkinan sama atau sedikit berbeda tetapi kadang2 ada perbedaan yg signifikan pd reaksi tersebut. • Faktor Genetik : Faktor keturunan jg berpengaruh terhadap kecepatan metabolisme • Faktor umur : pada usia tua metabolisme hati menurun dan yg lebih penting lagi adalah menurunnya fungsi ginjal dimana laju filtrasi Glomerulus 30% dan tiap 1 tahun
  • 20. • Faktor jenis kelamin yang mempengaruhi biotransformasi toksin dalam tubuh laki-laki ( L), perempuan ( P ) dan wanita hamil Parameter Perbedaan fisiologi Dampak toksikokinetik Metabolik hati BMR L>P>W.hamil Metabolisme meningkat dg fluktuatif) meningkatnya BMR Protein plasma L,P>W.hamil Metabolisme toksin hidrofil meningkat dengan meningkatnya protein plasma Ket : BMR = basal metabolic rate (energi yg diperlukan untuk memelihara kegiatan tubuh minimal ( dalam keadaan istirahat sempurna) ( Sumber : DHAE,camberra,2002)
  • 21. • Meliputi enhibisi enzim oleh inhibitor dan induksi enzim oleh induktor. Akibatnya, kadar dlm plasma berkurang dan memperpendek waktu, oleh karena itu intensitas dan efek farmakologinya berkurang dan sebaliknya.
  • 22. • Berhubungan dengan kondisi daya tahan tubuh (penyakit) : salah satunya adalah strok, jika pemberian fenobarbital bersamaan dgn warafin secara agonis akan mengurangi efek anti koagulasinya (sehingga sumbatan pembuluh darah dapat dibuka).
  • 23. • Komsumsi alkohol, rokok dan protein • Konsumsi panggang arang dan sayur mayur cruciferous dapat menginduksi enzim CYP1A sedangkan • Konsumsi jus buah anggur dapat menghambat metabolisme CYP3A terhadap substrat yg diberikan secara bersamaan
  • 24. • Adanya interaksi dgn logam berat • Perokok dapat memetabolisme obat lebih cepat dari pada yang tidak merokok, karena terjadi induksi enzim.
  • 25. • Banyak obat mampu menaikkan kapasitas metabolosmenya sendiri dgn induksi enzim, induktor tersebut dibedakan menjadi dua jenis diantaranya adalah: 1) Jenis fenobarbital 2) Jenis metilkolantrena
  • 26. • Pengobatan jangka panjang dengan induktor enzim mengakibatkan terjadi penurunan konsentrasi bahan obat hingga mencapai tingkat konsentrasi dalam plasma pd awal pengobatan dgn dosis tertentu • Kadar bahan berkhasiat tubuh sendiri dalam plasma dapat menurun sampai dibawah angka normal • pemberian obat berbeda secara bersamaan terkadang dapat membahayakan • Inhibisi enzim penghambatan enzim dapat menyebebkan interaksi yg tidak diharapkan.
  • 27. Proses biotransformasi (metabolisme) toksikan dapat terjadi selama perjalanan obat dari mulai diabsorpsi Sampai diekskresikan Proses biotransformasi sangat berpengaruh terhadap laju pengeluaran obat Obat tanpa tranformasi dengan transformasi Ethanol 4 minggu 10 ml/hr Phenobarbital 5 bulan 8 jam DDT tidak terbatas hari sampai minggu Organ penting dalam proses biotransformasi Hati ( tinggi) Paru, ginjal, usus (sedang) Jaringan lain (rendah) Jalur biotransformasi Fase I enzim - merubah toksikan menjadi mudah larut Fase II enzim : berikatan atau bergabung dengan bahan kimia yang mudah larut (konjugasi) Kepekaan individu Variasi individu sampai berbeda 10-30 kali: Genetik, gender, umur, status nutrisi, kondisi kesehatan, pengalaman terpapar
  • 28. TAHAP REAKSI BIOTRANSFORMASI Konjugasi dengan • asam glukoronat • sulfat • asetat • glutation Metabolit Fase II Reaksi Fase II Oksidasi Reduksi Hidrolisis Reaksi Fase I Xenobiotika Metabolit Fase I Reaksi Fase I disebut juga dengan reaksi fungsionalisasi, dinama melalui reaksi-reaksi pada fase ini terjadi pemasukan gugus fungsional : - OH, -NH2, -SH, -COOH, Jika cukup polar maka akan dapat tereksresi langsung,
  • 29. TAHAP REAKSI BIOTRANSFORMASI Konjugasi dengan • asam glukoronat • sulfat • asetat • glutation Metabolit Fase II Reaksi Fase II Oksidasi Reduksi Hidrolisis Reaksi Fase I Xenobiotika Metabolit Fase I Reaksi Fase II disebut juga dengan reaksi konjugasi, dinama gugus fungsi yang terbentuk akan dikopel oleh senyawa endogen dengan bantuan enzim-enzim tertentu, Dengan penambahan konjugat endogen akan meningkat kepolaran dari xenobiotika sehingga akan lebih mudah dapat diekskresi melalui ginjal