Dokumen tersebut membahas tentang disentri basiler yang disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella. Dokumen ini menjelaskan definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan ilustrasi kasus pasien dengan disentri basiler.
3. EPIDEMIOLOGI
Disentri
S. Flexneri 82,8%
S. sonnei 15% >> di negara maju
S. Dysenteriae 2,2%
Di Indonesia, Shigella
spp penyebab
tersering kedua diare
yang dirawat di RS
Terjadi kematian ±600.000
orang akibat disentri basiler
pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun
disentri basiler
endemik diseluruh
dunia, banyak
ditemukan di negara
berkembang dan
beriklim tropis
4. Etiologi
Disentri basiler (shigellosis) disebabkan oleh kuman genus
Shigella, basil non motil,tanpa kapsul gram negatif, famili
Enterobactericeae.
• a. S. dysentriae (serogroup A)
• b. S. flexneri (serogroup B)
• c. S. bondii (serogroup C)
• d. S. sonnei (serogroup D)
4 spesies Shigella yang menyebabkan
disentri :
6. Patofisiologi
kolonisasi
kuman di
jejunum/ileum/
kolon
invasi ke sel
epitel mukosa
usus & lamina
propia
infiltrasi sel sel
radang,
produksi
enterotoksin
invasi ke plak
payeri dan
KGB
mesenterium
hipertrofi,
penurunan
aliran darah ke
mukosa
nekrosis
mukosa,
terjadi ulkus
eritrosit dan
plasma keluar
ke lumen
tinja berlendir
bercampur
darah - terjadi
terus menerus
luka, nyeri
daerah anus –
dehidrasi
timbul rasa haus, kulit kering dan
dingin , turgor kulit menurun, wajah
kebiruan, ekstremitas dingin
7. Gejala Klinis
Gejala Khas
• Defekasi sedikit2 terus
menerus encer,
berlendir kadang (+)
darah
• Abd pain kiri
• tenesmus
• Nusea-vomitus
• Febris, takikardi
• Cephalgia
Pada kasus berat
• Dehidrasi
• Renjatan septik
• Anus luka, nyeri,
kadang-kadang prolaps
• Hemoroid (+) mungkin
muncul keluar
• Kematian gang
sirkulasi perifer, anuria,
koma uremikum,
malnutrisi, kelaparan
Anak + Dewasa
• Anak : kehilangan air
dan elektrolit dapat
menimbulkan
dehidrasi, asidosis dan
bahkan kematian
• Dewasa : demam dan
diare menghilang
spontan dalam 2-5
hari.
Masa tunas dari beberapa jam-3 hari. Mulai gejala awal sampai timbulnya
gejala khas biasanya cepat.
8. Diagnosis
•adanya eritrosit dan leukosit
PMN.
Pemeriksaan
mikroskopik tinja
•dilakukan kultur dan bahan
tinja segar atau hapus rectal.
GOLD
STANDART
Pemeriksaan
sigmoidoskopi
dilakukan bila segera diperlukan
kepastian diagnosis apakah gejala
yang terjadi merupakan disentri atau
manifestasi akut kolitis ulserativa.
9. Diagnosis Banding
Diagnosis banding disentri basiler adalah setiap radang
kolon yang disebabkan oleh kuman enterohemoragik
dan enteroinvasif
E.coli
Campylobacter jejuni
Salmonella enteridis
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
protozoa Entamoeba hystolitica.
10. Disentri basiler Disentri amoeba
Timbulnya Akut Lebih sering perlahan-
lahan, diare awal tidak
ada atau jarang
Keluhan Toksemia, tenesmus, sakit
sifatnya umum
Toksemia ringan,
tenemus jarang, sakit
terbatas.
Perkembangan
penyakitnya
Pada permulaan penyakit
berat
Tidak tentu, cenderung
menahun
Tinja Kecil-kecil, banyak, tak
berbau, alkalis, berlendir,
nanah dan berdarah, bila
tinja berbentuk dilapisi
lendir
Besar, terus - menerus,
asam, berdarah, bila
bentuk biasanya
tercampur lendir
Komplikasi Artritis Abses hati amoeba
Kelainan
anatomik
Daerah sigmoid, ileum,
mengalami hiperemi
superficial ulseratif dan
selaput lendir menebal
Daerah sekum dan kolon
asendens, jarang
mengenai ileum;ulkus
bergaung.
Disentri
Basiler
vs
Disentri
Amoeba
11. Penatalaksanaan
infeksi ringan >> dapat sembuh sendiri, penyakit akan
sembuh dalam 4-7 hari.
istirahat untuk mencegah dan memperbaiki dehidrasi.
Penyebab kematian terutama akibat dehidrasi
Untuk pengobatan antibakterial terdapat beberapa
pilihan:
Norfloksasin
Ofloksasin
Ciprofloksasin
Asam nalidiksat
Trimetropim-sulfametoksazol.
12. Pencegahan
Memperhatikan pola
hidup sehat dan bersih
Menjaga kebersihan
makanan dan minuman
dari kontaminasi
kotoran dan serangga
pembawa kuman
Menjaga kebersihan
lingkungan
Membersihkan tangan
dengan baik sesudah
buang air besar atau
sebelum makan
Mencegah terjadinya
dehidrasi
13. Prognosis
• Bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila
mendapatkan pengobatan dini.
• Bentuk sedang, biasanya angka kematian rendah.
• Bentuk dysentriae biasanya berat dan masa
penyembuhan lama, meskipun dalam bentuk yg ringan.
14. Komplikasi
Komplikasi intestinal: stenosis, obstruksi, peritonitis,
megakolon.
Bakteremia terutama pada AIDS
Artritis: masa penyembuhan, sendi besar (lutut)
Neuritis perifer, iritis, iridosiklitis, peritonitis jarang,
ensefalopati, kesadaran
Hemolytic Uremic Syndrome (HUS)
16. STATUS PASIEN
• Tn. L
Nama
• 27 tahun
Umur
• Laki-laki
Jenis Kelamin
• Surakarta
Alamat
• Islam
Agama
• Jawa
Suku
• Menikah
Status Perkawinan
• Pedagang
Pekerjaan
• 10 Maret 2017
Tanggal Pemeriksaan
• 013782xx
No RM
IDENTITAS
17. •BAB Cair dan disertai darah
Keluhan Utama
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
BAB cair dan disertai
darah sejak 3 hari
SMRS
Frekuensi BAB 6-8x /
hari
Tinja : cair, kuning,
lendir, darah, bau busuk
± satu gelas belimbing
per BAB
Keluhan lain : demam,
mual, muntah, saat BAB
nyeri, perut kiri melilit,
lemas, nafsu makan ↓,
merasa haus
3 hari SMRS minum es
dawet yang dibeli di
pasar tradisional
Sudah membeli obat
diare di apotek, namun
keluhan tidak berkurang
18. Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit serupa ( - )
• Riwayat asma ( - )
• Rawayat alergi obat, makanan, udara dingin (- )
• Riwayat sakit darah tinggi (-)
• Riwayat sakit ginjal sebelumnya(-)
• Riwayat sakit gula (-)
• Riwayat trauma (-)
19. Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat penyakit serupa ( - )
• Riwayat asma ( - )
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat sakit darah tinggi (-)
• Riwayat sakit gula (-)
Riwayat kebiasaan
• Riwayat merokok (-)
• Riwayat minuman keras (-)
• Riwayat olah raga : bersepeda 1x / minggu
20. Riwayat Gizi
• Makan teratur sebelum sakit 2-3 kali dengan porsi biasa dengan
lauk pauk dan sayur
• Minum kurang lebih 6-8 gelas
• Sering membeli makan dan minum di pasar tradisional dekat rumah
saat jam makan siang
• Semenjak sakit nafsu makan menurun, mual, muntah dan sering
haus
Riwayat sosial ekonomi
• Penderita berprofesi sebagai penjual ikan di pasar tradisional dekat
rumahnya. Pasien sudah menikah dan belum memiliki anak. Saat ini
pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS.
21. PEMERIKSAAN FISIK
• Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS
E4/V5/M6, kesan gizi cukup
Keadaan
umum
• Tensi : 120 /80 mmHg
• Nadi : 84x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup, equal
• Frekuensi nafas : 21x/menit
• Suhu : 38,50C
Tanda Vital
• Berat Badan : 61kg
• Tinggi Badan: 165 cm
• IMT : 22,40 kg/m2
• Kesan : normoweight
Status Gizi
22. MATA:
CP(-/-), SI (-/-), pupil
isokor (3 mm / 3
mm), reflek cahaya
(+/+). Mata cekung
(+/+)
TELINGA:
MT intak, sekret (-/-),
darah (-/-), nyeri tekan
mastoid-tragus(-/-),
gangguan pendengaran
(-/-).
HIDUNG:
NCH(-/-), sekret (-/-),
epistaksis (-/-)
MULUT:
Sianosis (-), gusi
berdarah (-), bibir
kering (+), pucat (-),
lidah tifoid (-), papil
lidah atrofi (-),
stomatitis (-),
LEHER:
JVP (R+2), trakea di tengah,
simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran limfonodi cervical
(-), kaku kuduk (-).
23. THORAKS:
Normochest, simetris,
retraksi intercostal (-),
SIC melebar (-), KGB
axilla >> (-/-), nyeri tekan
sternum (-).
JANTUNG:
I: IC tak tampak
P: IC tak kuat angkat,
teraba di SIC VI 2 cm
dari LMCS
P: batas jantung tidak
melebar
A:. BJ I-II murni, intensitas
normal, reguler, gallop (-),
bising (-).
PULMO ANTERIOR-
POSTERIOR:
I: Normochest, simetris, SIC
tidak melebar, PD ka=ki,
retraksi intercostal (-).
P: simestris, PD ka=ki, FR
ka=ki, penanjakan dada
ka=ki
P: sonor/sonor, paru-hepar
di SIC V LMCD, paru-
lambung setinggi SIC VI
LMCS
A: SDV, RBH (-/-), RBK (-/-)
24. ABDOMEN:
I: DP//DD, distented (-)
A: Peristaltik (+)
meningkat.
P: Timpani, area troube
redup, pekak alih (-), pekak
sisi (-), tes undulasi (-), liver
span 4 cm
P: Supel, NT (+) sebelah
kiri, H/L tidak teraba bruit (-
)
EKSTREMITAS:
oedem (-/-/-/-)
Pucat (-/-/-/-)
Dingin (-/-/-/-)
Peteki (-/-/-/-)
25. PEMERIKSAAN LABORATORIS
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
Hb 14,2 g/dl 13,5 – 17,5
Hct 42 % 33 – 45
AL 9,2 103 / L 4,5 – 11,0
AT 201 103 / L 150 – 450
AE 4,90 103/ L 4,50 – 5,90
INDEX ERITROSIT
MCV 91 /um 80.0 - 96.0
MCH 30,5 Pg 28.0 - 33.0
MCHC 34,3 g/dl 33.0 - 36.0
HITUNG JENIS
Eosinofil 1,20 % 0.00 - 4.00
Basofil 0,70 % 0.00 - 2.00
Neutrofil 66,00 % 55.0-80.0
Limfosit 30,00 % 22.0 - 44.0
Monosit 2,10 % 0.00 - 7.00
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 84 mg/dl 60-140
SGOT 28 u/l 0-35
SGPT 33 u/l 0-45
Cr 1,1 mg/dl 0,9-1,3
Ur 26 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Na darah 139 mmol/L 136 – 145
26. Pemeriksaan penunjang
• Biakan Tinja (+)Shigella dysenteriae
• Perlu dilakukan juga Uji kultur dan sensitivitas
Diagnosis
• DD:
o Disentri basiler
o Disentri amoeba
• Diagnosis kerja:
o Disentri basiler
27. Terapi
• Non Medikamentosa
o Istirahat, makan dan minum dipertahankan untuk mencegah
terjadinya dehidrasi dan menjaga kebutuhan nutrisi
o Diet Makanan lunak, rendah serat
o Kalau ada tanda-tanda dehidrasi berat segera dibawa ke
pelayanan kesehatan
o Edukasi mengenaI kebersihan lingkungan dan diri
• Medikamentosa
o Ciprofloksasin 500 mg
o Attapulgite : New Diatabs 600 mg
o Oralit
o Metoclopramide 10 mg
o Parasetamol 500 mg
28.
29. Ciprofloksasin
Mekanisme
kerja
Ciprofloksasin merupakan
anti infeksi sintetik
golongan kuinolon yang
menghambat DNA-girase.
Efektif terhadap bakteri
yang resisten terhadap
antibiotika lain misalnya
aminoglikosida, penisilin,
sefalosporin dan
tetrasiklin. Siprofloksasin
efektif terhadap bakteri
gram-negatif dan gram-
positif.
Farmakokinetik
Fluorokuinolon diserap dengan
cepat melalui saluran cerna.
mencapai kadar puncaknya
dalam 12 jam setelah pemberian
obat. Penyerapan siprofloksasin
terhambat bila diberikan
bersama antasida. Kebanyakan
fluorokuinolon dimetabolisme di
hati dan diekskresikan melalui
ginjal. Ciprofloksasin memiliki
bioavaibilitas oral 60-80% tanpa
kehilangan yang berarti pada
metabolisme pertama. Waktu
paruh eliminasi pada orang
dengan fungsi ginjal normal kira-
kira 3-5 jam. Kira-kira 30-50%
dosis oral diekskresikan ke
dalam urin dalam bentuk yang
tidak berubah.
30. Indikasi
•Untuk infeksi yang
disebabkan oleh
kuman patogen yang
peka terhadap
siprofloksasin
•pada saluran kemih
kecuali prostatitis;
uretritis dan servisitis
gonore
•saluran pernafasan
kecuali pneumonia
oleh streptokokus
•kulit dan jaringan
lunak; tulang dan
sendi
•saluran pencemaan
termasuk demam
tifoid dan paratifoid.
Dosis
• Infeksi saluran
cerna: sehari 2 kali
500 mg.
Efek samping
•Mual,diare,muntah,dispe
psia sakit perut,
kembung dan anoreksia.
•Pusing, sakit kepala, rasa
letih. Jarang terjadi
gangguan penglihatan.
•Eosinofilia,
leukositopenia,
leukositosis, anemia
•Reaksi hipersensitif :
ruam/reaksi kulit.
•Pada penderita gangguan
fungsi hati, dapat
meningkatkan serum
transaminase.
31. Attapulgite (New Diatabs)
Mekanisme Kerja
• Attapulgite merupakan magnesium alumunium silikat alamiah yang
telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk
meningkatkan kemampuan absorbsinya. Attapulgite mempunyai daya
absorbsi untuk menyerap racun, bakteri dan enterovirus yang
menyebabkan diare. Dapat melapisi selaput lendir dan menyerap
cairan radang di usus sehingga membantu memperbaiki konsistensi
feses serta mengurangi frekuensi buang air besar.
Indikasi
• untuk pengobatan diare yang tidak diketahui penyebabnya,
mengurangi frekuensi buang air besar, dan memperbaiki
konsistensi feces yang encer.
33. Paracetamol
Mekanisme
kerja
Paracetamol atau
acetaminophen adalah obat
yang mempunyai efek
mengurangi nyeri (analgesik)
dan menurunkan demam
(antipiretik).
Mengurangi nyeri dengan cara
menghambat impuls/rangsang
nyeri (COX-1 dan COX-2) di
jaringan perifer.
Menurunkan demam dengan
cara menghambat pusat
pengatur panas tubuh di
hipotalamus.
Farmakokinetik
Absorpsi : diberikan peroral,
absorpsi bergantung pada
kecepatan pengosongan
lambung, dan kadar puncak
dalam darah biasanya tercapai
dalam waktu 30-60 menit.
Distribusi : Asetaminofen
sedikit terikat dengan protein
plasma
Metabolisme : oleh enzim
mikrosom hati dan diubah
menjadi asetaminofen sulfat
dan glukuronida
Ekskresi : diekskresikan ke
dalam urin dalam bentuk tidak
berubah
34. Sediaan
•tablet 500 mg
•sirup 120 mg/5 ml
Dosis
•Dewasa 300 mg-1 g
perkali, dengan
maksimum 4 gram
per hari.
•Anak 6-12 tahun: 150-
300 mg/kali, dengan
maksimum 1,2 g/hari.
•Anak 1-6 tahun: 60-
120 mg/kali dan bayi
di bawah 1 tahun: 60
mg/kali; pada
keduanya diberikan
maksimum 6 kali
sehari.
Efek samping
•Jarang terjadi efek
samping, tetapi
dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam
kulit, kelainan darah
(termasuk
trombositopenia,
leukopenia, neutropenia)
•Penggunaan jangka
panjang dan dosis
berlebihan atau overdosis
dapat menyebabkan
kerusakan hati
35. Metoclopramide
•Absorbsi : Setelah pemberian oral, cepat dan hampir
sepenuhnya diserap, 30-100% dari dosis oral mencapai
sirkulasi sistemik. konsentrasi plasma puncak dicapai
pada 1-2 jam.
•Distribusi : didistribusikan ke sebagian besar jaringan
tubuh dan cairan;
•Eliminasi : Diekskresikan dalam urin (85%) dalam
bentuk metabolites dan juga dalam kotoran (sekitar 5%).
Farmakokinetik
•Metoklopramid mempengaruhi Chemoreceptor Trigger
Zone medulla yaitu dengan menghambat reseptor
dopamin padat CTZ
•Metoklorpamid mempercepat peristaltis esophagus dan
lambung, meningkatkan tonus spgingter kardia dan
mempercepat pengosongan lambung. Disamping itu
juga mempunyai efek anti-emetik.
Farmakodinamik
36. Indikasi
Untuk
meringankan/mengura
ngi gastroparesis akut
dan yang kambuh
kembali
Untuk menghilangkan
rasa panas yang
berhubungan dengan
refluks esofagitis
Untuk menanggulangi
mual dan muntah
metabolik karenna obat
atau sesudah operasi
Tidak untuk mencegah
“motion-sickness”
Dosis
- Tablet :
Dewasa : ½-1 tablet sehari 3 kali, sebelum
makan dan sebelum tidur
- Sirup :
<6 tahun: tidak boleh lebih dari 0,1
mg/KgBB dalam dosis tunggal
>6 tahun: dosis maks 0,5 mg/KgBB
perhari dalam dosis terbagi dua
diberikan 30 menit sebelum makan dan
sebelum tidur
Injeksi :
Dewasa: 1 ampul (10 mg) secara i.m/i.v
mendekati akhir operasi, bila perlu dosis
diberikan sampai 20 mg.
Efek samping
•Pada takaran
tinggi dapat
menimbulkan
kegelisahan,
mengantuk,
kelelahan yang
berlebihan dan
gejala
ekstrapiramidal
37. Oralit
•natrium klorida 0,52 g, kalium klorida 0,3 g,
trinatrium sitrat dihidrat 0,58 g, glukosa
anhidrat 2,7 g dan bahan tambahan
secukupnya
Komposisi
•Mencegah dan mengobati kekurangan cairan
akibat diare/muntaber
Indikasi
•Natrium klorida dan kalium klorida diabsorpsi
dengan baik di saluran pencernaan, mengganti
kehilangan elektrolit, mengoreksi gangguan
keseimbangan elektrolit.
•Kelebihan natrium sebagian besar diekskresi
melalui ginjal, dan sejumlah kecil melalui feses
dan keringat
Farmakokinetik
38. Farmakodinamik
•Oralit mengandung
alkalinising agent
untuk mengantisipasi
asidosis; sedikit hypo-
osmolar (kira-kira 250
mmol/liter) untuk
mencegah
kemungkinan induksi
diare osmotik.
Dosis
•Di bawah 1 tahun : 1 ½
gelas pada 3 jam
pertama, selanjutnya ½
gelas setiap mencret
•Anak umur 1-<5 tahun:
3 gelas pada 3 jam
pertama, selanjutnya 1
gelas setiap mencret
•Anak umur 5-12 tahun:
6 gelas pada 3 jam
pertama, selanjutnya
1½ gelas setiap
mencret
•Diatas 12 tahun: 12
gelas pada 3 jam
pertama, selanjutnya 2
gelas setiap mencret
Efek samping
•Gangguan
keseimbangan
elektrolit akibat
kelebihan natrium.
39. Penutup
A. Simpulan
1. Disentri basiler / shigellosis merupakan suatu infeksi akut
oleh kuman genus Shigella yang mengakibatkan radang
pada kolon.
2. Ditandai dengan gejala diare, adanya lendir dan darah
dalam tinja, serta nyeri perut dan tenesmus.
3. Diberikan terapi medikamentosa dan non medikamentosa
4. Shigellosis dapat menyebabkan suatu kematian jika tidak
ditangani dengan segera
B. Saran
Karena disentri basiller merupakan suatu penyakit yang
dapat menimbulkan kematian, maka diagnosis segera
dan pengobatan yang tepat sangat diperlukan
40. Daftar Pustaka
• Longo L D, Fauci S A. Harrison: Gastroenterologi & Hepatologi. Jakarta: ECG. 2014.
• Navianti S, Sinuhaji AB. Resisten Trimetropim-Sulfametoksazol terhadap Shigellosis. Sari
Pediatri. 2005; 7 (1): 39-44.
• Sya’roni A. Disentri Basiler dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III. Edisi kelima. Jakarta :
FKUI. 2009. 2857-2860p.
• Mandal B.k, EGL Wilkins, EM Dunbar, R.T Mayon-White. Lecture notes penyakit Infeksi.
Jakarta : Erlangga; 2008.
• Abdulrasheed AB, Aaron AO, Jerome EB, Deboye KO, Adebayo L. Multiresistant Shigella spp.
Isolated from Cases of Childhood Diarrhoea in Ile-Ife, Southwest nigeria. Journal of
Microbiology Research and Reviews. 2014; 2 (3): 19-29.
• Centers for Disease Control and Prevention (CDC). National Shigella Surveillance Annual
Summary. Atlanta, Georgia: US Department of Health and Human Services. 2009.
• Eppy. Diare Akut. Medicinus Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application.
2009; 22(3): 91-98.
• Jawetz M, Adelberg’s. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi kedua. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto, et
al. Jakarta : EGC. 2008.
• Katzung, B. G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi keenam. Jakarta : EGC. 1998.
• Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. New York: Lange Medical Books;
2003. 225 – 268p.
• Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI; 2007.