SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
DISENTRI
BASILER
(SHIGELLOSI
S)
SYARIFAH AINI KHAIRUNISA
G99151070
DEFINISI
Disentri Basiler
Radang pada
Kolon
kuman genus
Shigella
Gejala diare, adanya
lendir dan darah dalam
tinja, nyeri perut serta
tenesmus
Disentri
Dys (Gangguan) Enteron (Usus)
EPIDEMIOLOGI
Disentri
S. Flexneri 82,8%
S. sonnei 15% >> di negara maju
S. Dysenteriae 2,2%
Di Indonesia, Shigella
spp penyebab
tersering kedua diare
yang dirawat di RS
Terjadi kematian ±600.000
orang akibat disentri basiler
pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun
disentri basiler
endemik diseluruh
dunia, banyak
ditemukan di negara
berkembang dan
beriklim tropis
Etiologi
Disentri basiler (shigellosis) disebabkan oleh kuman genus
Shigella, basil non motil,tanpa kapsul gram negatif, famili
Enterobactericeae.
• a. S. dysentriae (serogroup A)
• b. S. flexneri (serogroup B)
• c. S. bondii (serogroup C)
• d. S. sonnei (serogroup D)
4 spesies Shigella yang menyebabkan
disentri :
P
a
t
o
g
e
n
e
s
i
s
Patofisiologi
kolonisasi
kuman di
jejunum/ileum/
kolon
invasi ke sel
epitel mukosa
usus & lamina
propia
infiltrasi sel sel
radang,
produksi
enterotoksin
invasi ke plak
payeri dan
KGB
mesenterium
hipertrofi,
penurunan
aliran darah ke
mukosa
nekrosis
mukosa,
terjadi ulkus
eritrosit dan
plasma keluar
ke lumen
tinja berlendir
bercampur
darah - terjadi
terus menerus
luka, nyeri
daerah anus –
dehidrasi
timbul rasa haus, kulit kering dan
dingin , turgor kulit menurun, wajah
kebiruan, ekstremitas dingin
Gejala Klinis
Gejala Khas
• Defekasi sedikit2 terus
menerus  encer,
berlendir kadang (+)
darah
• Abd pain  kiri
• tenesmus
• Nusea-vomitus
• Febris, takikardi
• Cephalgia
Pada kasus berat
• Dehidrasi
• Renjatan septik
• Anus luka, nyeri,
kadang-kadang prolaps
• Hemoroid (+) mungkin
muncul keluar
• Kematian  gang
sirkulasi perifer, anuria,
koma uremikum,
malnutrisi, kelaparan
Anak + Dewasa
• Anak : kehilangan air
dan elektrolit dapat
menimbulkan
dehidrasi, asidosis dan
bahkan kematian
• Dewasa : demam dan
diare menghilang
spontan dalam 2-5
hari.
Masa tunas dari beberapa jam-3 hari. Mulai gejala awal sampai timbulnya
gejala khas biasanya cepat.
Diagnosis
•adanya eritrosit dan leukosit
PMN.
Pemeriksaan
mikroskopik tinja
•dilakukan kultur dan bahan
tinja segar atau hapus rectal.
GOLD
STANDART
Pemeriksaan
sigmoidoskopi
dilakukan bila segera diperlukan
kepastian diagnosis apakah gejala
yang terjadi merupakan disentri atau
manifestasi akut kolitis ulserativa.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding disentri basiler adalah setiap radang
kolon yang disebabkan oleh kuman enterohemoragik
dan enteroinvasif
 E.coli
 Campylobacter jejuni
Salmonella enteridis
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
protozoa Entamoeba hystolitica.
Disentri basiler Disentri amoeba
Timbulnya Akut Lebih sering perlahan-
lahan, diare awal tidak
ada atau jarang
Keluhan Toksemia, tenesmus, sakit
sifatnya umum
Toksemia ringan,
tenemus jarang, sakit
terbatas.
Perkembangan
penyakitnya
Pada permulaan penyakit
berat
Tidak tentu, cenderung
menahun
Tinja Kecil-kecil, banyak, tak
berbau, alkalis, berlendir,
nanah dan berdarah, bila
tinja berbentuk dilapisi
lendir
Besar, terus - menerus,
asam, berdarah, bila
bentuk biasanya
tercampur lendir
Komplikasi Artritis Abses hati amoeba
Kelainan
anatomik
Daerah sigmoid, ileum,
mengalami hiperemi
superficial ulseratif dan
selaput lendir menebal
Daerah sekum dan kolon
asendens, jarang
mengenai ileum;ulkus
bergaung.
Disentri
Basiler
vs
Disentri
Amoeba
Penatalaksanaan
 infeksi ringan >> dapat sembuh sendiri, penyakit akan
sembuh dalam 4-7 hari.
 istirahat untuk mencegah dan memperbaiki dehidrasi.
Penyebab kematian terutama akibat dehidrasi
 Untuk pengobatan antibakterial terdapat beberapa
pilihan:
 Norfloksasin
 Ofloksasin
 Ciprofloksasin
 Asam nalidiksat
 Trimetropim-sulfametoksazol.
Pencegahan
Memperhatikan pola
hidup sehat dan bersih
Menjaga kebersihan
makanan dan minuman
dari kontaminasi
kotoran dan serangga
pembawa kuman
Menjaga kebersihan
lingkungan
Membersihkan tangan
dengan baik sesudah
buang air besar atau
sebelum makan
Mencegah terjadinya
dehidrasi
Prognosis
• Bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila
mendapatkan pengobatan dini.
• Bentuk sedang, biasanya angka kematian rendah.
• Bentuk dysentriae biasanya berat dan masa
penyembuhan lama, meskipun dalam bentuk yg ringan.
Komplikasi
Komplikasi intestinal: stenosis, obstruksi, peritonitis,
megakolon.
Bakteremia terutama pada AIDS
Artritis: masa penyembuhan, sendi besar (lutut)
Neuritis perifer, iritis, iridosiklitis, peritonitis jarang,
ensefalopati, kesadaran
Hemolytic Uremic Syndrome (HUS)
ILUSTRASI KASUS
STATUS PASIEN
• Tn. L
Nama
• 27 tahun
Umur
• Laki-laki
Jenis Kelamin
• Surakarta
Alamat
• Islam
Agama
• Jawa
Suku
• Menikah
Status Perkawinan
• Pedagang
Pekerjaan
• 10 Maret 2017
Tanggal Pemeriksaan
• 013782xx
No RM
IDENTITAS
•BAB Cair dan disertai darah
Keluhan Utama
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
BAB cair dan disertai
darah sejak 3 hari
SMRS
Frekuensi BAB 6-8x /
hari
Tinja : cair, kuning,
lendir, darah, bau busuk
± satu gelas belimbing
per BAB
Keluhan lain : demam,
mual, muntah, saat BAB
nyeri, perut kiri melilit,
lemas, nafsu makan ↓,
merasa haus
3 hari SMRS minum es
dawet yang dibeli di
pasar tradisional
Sudah membeli obat
diare di apotek, namun
keluhan tidak berkurang
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit serupa ( - )
• Riwayat asma ( - )
• Rawayat alergi obat, makanan, udara dingin (- )
• Riwayat sakit darah tinggi (-)
• Riwayat sakit ginjal sebelumnya(-)
• Riwayat sakit gula (-)
• Riwayat trauma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat penyakit serupa ( - )
• Riwayat asma ( - )
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat sakit darah tinggi (-)
• Riwayat sakit gula (-)
Riwayat kebiasaan
• Riwayat merokok (-)
• Riwayat minuman keras (-)
• Riwayat olah raga : bersepeda 1x / minggu
Riwayat Gizi
• Makan teratur sebelum sakit 2-3 kali dengan porsi biasa dengan
lauk pauk dan sayur
• Minum kurang lebih 6-8 gelas
• Sering membeli makan dan minum di pasar tradisional dekat rumah
saat jam makan siang
• Semenjak sakit  nafsu makan menurun, mual, muntah dan sering
haus
Riwayat sosial ekonomi
• Penderita berprofesi sebagai penjual ikan di pasar tradisional dekat
rumahnya. Pasien sudah menikah dan belum memiliki anak. Saat ini
pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS.
PEMERIKSAAN FISIK
• Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS
E4/V5/M6, kesan gizi cukup
Keadaan
umum
• Tensi : 120 /80 mmHg
• Nadi : 84x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup, equal
• Frekuensi nafas : 21x/menit
• Suhu : 38,50C
Tanda Vital
• Berat Badan : 61kg
• Tinggi Badan: 165 cm
• IMT : 22,40 kg/m2
• Kesan : normoweight
Status Gizi
MATA:
CP(-/-), SI (-/-), pupil
isokor (3 mm / 3
mm), reflek cahaya
(+/+). Mata cekung
(+/+)
TELINGA:
MT intak, sekret (-/-),
darah (-/-), nyeri tekan
mastoid-tragus(-/-),
gangguan pendengaran
(-/-).
HIDUNG:
NCH(-/-), sekret (-/-),
epistaksis (-/-)
MULUT:
Sianosis (-), gusi
berdarah (-), bibir
kering (+), pucat (-),
lidah tifoid (-), papil
lidah atrofi (-),
stomatitis (-),
LEHER:
JVP (R+2), trakea di tengah,
simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran limfonodi cervical
(-), kaku kuduk (-).
THORAKS:
Normochest, simetris,
retraksi intercostal (-),
SIC melebar (-), KGB
axilla >> (-/-), nyeri tekan
sternum (-).
JANTUNG:
I: IC tak tampak
P: IC tak kuat angkat,
teraba di SIC VI 2 cm
dari LMCS
P: batas jantung tidak
melebar
A:. BJ I-II murni, intensitas
normal, reguler, gallop (-),
bising (-).
PULMO ANTERIOR-
POSTERIOR:
I: Normochest, simetris, SIC
tidak melebar, PD ka=ki,
retraksi intercostal (-).
P: simestris, PD ka=ki, FR
ka=ki, penanjakan dada
ka=ki
P: sonor/sonor, paru-hepar
di SIC V LMCD, paru-
lambung setinggi SIC VI
LMCS
A: SDV, RBH (-/-), RBK (-/-)
ABDOMEN:
I: DP//DD, distented (-)
A: Peristaltik (+)
meningkat.
P: Timpani, area troube
redup, pekak alih (-), pekak
sisi (-), tes undulasi (-), liver
span 4 cm
P: Supel, NT (+) sebelah
kiri, H/L tidak teraba bruit (-
)
EKSTREMITAS:
oedem (-/-/-/-)
Pucat (-/-/-/-)
Dingin (-/-/-/-)
Peteki (-/-/-/-)
PEMERIKSAAN LABORATORIS
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
Hb 14,2 g/dl 13,5 – 17,5
Hct 42 % 33 – 45
AL 9,2 103 / L 4,5 – 11,0
AT 201 103 / L 150 – 450
AE 4,90 103/ L 4,50 – 5,90
INDEX ERITROSIT
MCV 91 /um 80.0 - 96.0
MCH 30,5 Pg 28.0 - 33.0
MCHC 34,3 g/dl 33.0 - 36.0
HITUNG JENIS
Eosinofil 1,20 % 0.00 - 4.00
Basofil 0,70 % 0.00 - 2.00
Neutrofil 66,00 % 55.0-80.0
Limfosit 30,00 % 22.0 - 44.0
Monosit 2,10 % 0.00 - 7.00
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 84 mg/dl 60-140
SGOT 28 u/l 0-35
SGPT 33 u/l 0-45
Cr 1,1 mg/dl 0,9-1,3
Ur 26 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Na darah 139 mmol/L 136 – 145
Pemeriksaan penunjang
• Biakan Tinja (+)Shigella dysenteriae
• Perlu dilakukan juga Uji kultur dan sensitivitas
Diagnosis
• DD:
o Disentri basiler
o Disentri amoeba
• Diagnosis kerja:
o Disentri basiler
Terapi
• Non Medikamentosa
o Istirahat, makan dan minum dipertahankan untuk mencegah
terjadinya dehidrasi dan menjaga kebutuhan nutrisi
o Diet Makanan lunak, rendah serat
o Kalau ada tanda-tanda dehidrasi berat segera dibawa ke
pelayanan kesehatan
o Edukasi mengenaI kebersihan lingkungan dan diri
• Medikamentosa
o Ciprofloksasin 500 mg
o Attapulgite : New Diatabs 600 mg
o Oralit
o Metoclopramide 10 mg
o Parasetamol 500 mg
Ciprofloksasin
Mekanisme
kerja
Ciprofloksasin merupakan
anti infeksi sintetik
golongan kuinolon yang
menghambat DNA-girase.
Efektif terhadap bakteri
yang resisten terhadap
antibiotika lain misalnya
aminoglikosida, penisilin,
sefalosporin dan
tetrasiklin. Siprofloksasin
efektif terhadap bakteri
gram-negatif dan gram-
positif.
Farmakokinetik
Fluorokuinolon diserap dengan
cepat melalui saluran cerna.
mencapai kadar puncaknya
dalam 12 jam setelah pemberian
obat. Penyerapan siprofloksasin
terhambat bila diberikan
bersama antasida. Kebanyakan
fluorokuinolon dimetabolisme di
hati dan diekskresikan melalui
ginjal. Ciprofloksasin memiliki
bioavaibilitas oral 60-80% tanpa
kehilangan yang berarti pada
metabolisme pertama. Waktu
paruh eliminasi pada orang
dengan fungsi ginjal normal kira-
kira 3-5 jam. Kira-kira 30-50%
dosis oral diekskresikan ke
dalam urin dalam bentuk yang
tidak berubah.
Indikasi
•Untuk infeksi yang
disebabkan oleh
kuman patogen yang
peka terhadap
siprofloksasin
•pada saluran kemih
kecuali prostatitis;
uretritis dan servisitis
gonore
•saluran pernafasan
kecuali pneumonia
oleh streptokokus
•kulit dan jaringan
lunak; tulang dan
sendi
•saluran pencemaan
termasuk demam
tifoid dan paratifoid.
Dosis
• Infeksi saluran
cerna: sehari 2 kali
500 mg.
Efek samping
•Mual,diare,muntah,dispe
psia sakit perut,
kembung dan anoreksia.
•Pusing, sakit kepala, rasa
letih. Jarang terjadi
gangguan penglihatan.
•Eosinofilia,
leukositopenia,
leukositosis, anemia
•Reaksi hipersensitif :
ruam/reaksi kulit.
•Pada penderita gangguan
fungsi hati, dapat
meningkatkan serum
transaminase.
Attapulgite (New Diatabs)
Mekanisme Kerja
• Attapulgite merupakan magnesium alumunium silikat alamiah yang
telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk
meningkatkan kemampuan absorbsinya. Attapulgite mempunyai daya
absorbsi untuk menyerap racun, bakteri dan enterovirus yang
menyebabkan diare. Dapat melapisi selaput lendir dan menyerap
cairan radang di usus sehingga membantu memperbaiki konsistensi
feses serta mengurangi frekuensi buang air besar.
Indikasi
• untuk pengobatan diare yang tidak diketahui penyebabnya,
mengurangi frekuensi buang air besar, dan memperbaiki
konsistensi feces yang encer.
Komposisi
Tiap tablet
mengandung
activated
Attapulgite
630 mg.
Efek
samping
•Dapat
menyebabkan
tinja
mengeras
pada dosis
yang besar.
Dosis
•Dewasa dan anak-anak
>12 tahun : 2 tablet
setelah buang air besar,
maksimum penggunaan
12 tablet dalam waktu 24
jam.
•Anak-anak 6 – 12 tahun
: 1 tablet setelah buang
air besar. Maksimum
penggunaan 6 tablet
dalam waktu 24 jam.
Paracetamol
Mekanisme
kerja
Paracetamol atau
acetaminophen adalah obat
yang mempunyai efek
mengurangi nyeri (analgesik)
dan menurunkan demam
(antipiretik).
Mengurangi nyeri dengan cara
menghambat impuls/rangsang
nyeri (COX-1 dan COX-2) di
jaringan perifer.
Menurunkan demam dengan
cara menghambat pusat
pengatur panas tubuh di
hipotalamus.
Farmakokinetik
Absorpsi : diberikan peroral,
absorpsi bergantung pada
kecepatan pengosongan
lambung, dan kadar puncak
dalam darah biasanya tercapai
dalam waktu 30-60 menit.
Distribusi : Asetaminofen
sedikit terikat dengan protein
plasma
Metabolisme : oleh enzim
mikrosom hati dan diubah
menjadi asetaminofen sulfat
dan glukuronida
Ekskresi : diekskresikan ke
dalam urin dalam bentuk tidak
berubah
Sediaan
•tablet 500 mg
•sirup 120 mg/5 ml
Dosis
•Dewasa 300 mg-1 g
perkali, dengan
maksimum 4 gram
per hari.
•Anak 6-12 tahun: 150-
300 mg/kali, dengan
maksimum 1,2 g/hari.
•Anak 1-6 tahun: 60-
120 mg/kali dan bayi
di bawah 1 tahun: 60
mg/kali; pada
keduanya diberikan
maksimum 6 kali
sehari.
Efek samping
•Jarang terjadi efek
samping, tetapi
dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam
kulit, kelainan darah
(termasuk
trombositopenia,
leukopenia, neutropenia)
•Penggunaan jangka
panjang dan dosis
berlebihan atau overdosis
dapat menyebabkan
kerusakan hati
Metoclopramide
•Absorbsi : Setelah pemberian oral, cepat dan hampir
sepenuhnya diserap, 30-100% dari dosis oral mencapai
sirkulasi sistemik. konsentrasi plasma puncak dicapai
pada 1-2 jam.
•Distribusi : didistribusikan ke sebagian besar jaringan
tubuh dan cairan;
•Eliminasi : Diekskresikan dalam urin (85%) dalam
bentuk metabolites dan juga dalam kotoran (sekitar 5%).
Farmakokinetik
•Metoklopramid mempengaruhi Chemoreceptor Trigger
Zone medulla yaitu dengan menghambat reseptor
dopamin padat CTZ
•Metoklorpamid mempercepat peristaltis esophagus dan
lambung, meningkatkan tonus spgingter kardia dan
mempercepat pengosongan lambung. Disamping itu
juga mempunyai efek anti-emetik.
Farmakodinamik
Indikasi
Untuk
meringankan/mengura
ngi gastroparesis akut
dan yang kambuh
kembali
Untuk menghilangkan
rasa panas yang
berhubungan dengan
refluks esofagitis
Untuk menanggulangi
mual dan muntah
metabolik karenna obat
atau sesudah operasi
Tidak untuk mencegah
“motion-sickness”
Dosis
- Tablet :
Dewasa : ½-1 tablet sehari 3 kali, sebelum
makan dan sebelum tidur
- Sirup :
<6 tahun: tidak boleh lebih dari 0,1
mg/KgBB dalam dosis tunggal
>6 tahun: dosis maks 0,5 mg/KgBB
perhari dalam dosis terbagi dua
diberikan 30 menit sebelum makan dan
sebelum tidur
Injeksi :
Dewasa: 1 ampul (10 mg) secara i.m/i.v
mendekati akhir operasi, bila perlu dosis
diberikan sampai 20 mg.
Efek samping
•Pada takaran
tinggi dapat
menimbulkan
kegelisahan,
mengantuk,
kelelahan yang
berlebihan dan
gejala
ekstrapiramidal
Oralit
•natrium klorida 0,52 g, kalium klorida 0,3 g,
trinatrium sitrat dihidrat 0,58 g, glukosa
anhidrat 2,7 g dan bahan tambahan
secukupnya
Komposisi
•Mencegah dan mengobati kekurangan cairan
akibat diare/muntaber
Indikasi
•Natrium klorida dan kalium klorida diabsorpsi
dengan baik di saluran pencernaan, mengganti
kehilangan elektrolit, mengoreksi gangguan
keseimbangan elektrolit.
•Kelebihan natrium sebagian besar diekskresi
melalui ginjal, dan sejumlah kecil melalui feses
dan keringat
Farmakokinetik
Farmakodinamik
•Oralit mengandung
alkalinising agent
untuk mengantisipasi
asidosis; sedikit hypo-
osmolar (kira-kira 250
mmol/liter) untuk
mencegah
kemungkinan induksi
diare osmotik.
Dosis
•Di bawah 1 tahun : 1 ½
gelas pada 3 jam
pertama, selanjutnya ½
gelas setiap mencret
•Anak umur 1-<5 tahun:
3 gelas pada 3 jam
pertama, selanjutnya 1
gelas setiap mencret
•Anak umur 5-12 tahun:
6 gelas pada 3 jam
pertama, selanjutnya
1½ gelas setiap
mencret
•Diatas 12 tahun: 12
gelas pada 3 jam
pertama, selanjutnya 2
gelas setiap mencret
Efek samping
•Gangguan
keseimbangan
elektrolit akibat
kelebihan natrium.
Penutup
A. Simpulan
1. Disentri basiler / shigellosis merupakan suatu infeksi akut
oleh kuman genus Shigella yang mengakibatkan radang
pada kolon.
2. Ditandai dengan gejala diare, adanya lendir dan darah
dalam tinja, serta nyeri perut dan tenesmus.
3. Diberikan terapi medikamentosa dan non medikamentosa
4. Shigellosis dapat menyebabkan suatu kematian jika tidak
ditangani dengan segera
B. Saran
Karena disentri basiller merupakan suatu penyakit yang
dapat menimbulkan kematian, maka diagnosis segera
dan pengobatan yang tepat sangat diperlukan
Daftar Pustaka
• Longo L D, Fauci S A. Harrison: Gastroenterologi & Hepatologi. Jakarta: ECG. 2014.
• Navianti S, Sinuhaji AB. Resisten Trimetropim-Sulfametoksazol terhadap Shigellosis. Sari
Pediatri. 2005; 7 (1): 39-44.
• Sya’roni A. Disentri Basiler dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III. Edisi kelima. Jakarta :
FKUI. 2009. 2857-2860p.
• Mandal B.k, EGL Wilkins, EM Dunbar, R.T Mayon-White. Lecture notes penyakit Infeksi.
Jakarta : Erlangga; 2008.
• Abdulrasheed AB, Aaron AO, Jerome EB, Deboye KO, Adebayo L. Multiresistant Shigella spp.
Isolated from Cases of Childhood Diarrhoea in Ile-Ife, Southwest nigeria. Journal of
Microbiology Research and Reviews. 2014; 2 (3): 19-29.
• Centers for Disease Control and Prevention (CDC). National Shigella Surveillance Annual
Summary. Atlanta, Georgia: US Department of Health and Human Services. 2009.
• Eppy. Diare Akut. Medicinus Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application.
2009; 22(3): 91-98.
• Jawetz M, Adelberg’s. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi kedua. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto, et
al. Jakarta : EGC. 2008.
• Katzung, B. G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi keenam. Jakarta : EGC. 1998.
• Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. New York: Lange Medical Books;
2003. 225 – 268p.
• Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI; 2007.

More Related Content

What's hot

Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
Taufik Tias
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis lochea
owik15
 
Askep Klien dengan Guillain Barre Syndrome
Askep Klien dengan Guillain Barre SyndromeAskep Klien dengan Guillain Barre Syndrome
Askep Klien dengan Guillain Barre Syndrome
Alvita Wijayanti
 
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala &amp; cedera
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala &amp; cederaKegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala &amp; cedera
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala &amp; cedera
Ferrayulinda
 
omfalokel
omfalokelomfalokel
omfalokel
sri wahyuni
 

What's hot (20)

Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis lochea
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
 
Askep Klien dengan Guillain Barre Syndrome
Askep Klien dengan Guillain Barre SyndromeAskep Klien dengan Guillain Barre Syndrome
Askep Klien dengan Guillain Barre Syndrome
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikum
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikumLaporan kasus endokrin ulkus diabetikum
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikum
 
03 distosia bahu
03 distosia bahu03 distosia bahu
03 distosia bahu
 
Kardiotokografi
KardiotokografiKardiotokografi
Kardiotokografi
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
Asuhan Keperawatan Enchepalitis
Asuhan Keperawatan EnchepalitisAsuhan Keperawatan Enchepalitis
Asuhan Keperawatan Enchepalitis
 
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala &amp; cedera
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala &amp; cederaKegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala &amp; cedera
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala &amp; cedera
 
Cedera kepala
Cedera kepala Cedera kepala
Cedera kepala
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Menopause
Menopause Menopause
Menopause
 
1 hiperem. gravidarum f
1 hiperem. gravidarum f1 hiperem. gravidarum f
1 hiperem. gravidarum f
 
omfalokel
omfalokelomfalokel
omfalokel
 

Similar to PRESKAS FARMASI CHIPA.pptx

kasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdfkasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
Asri83231
 
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptxTn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Denis Sakti
 

Similar to PRESKAS FARMASI CHIPA.pptx (20)

P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 
LAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUS.pptxLAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUS.pptx
 
LAPSUS INTERSHIP IPD.pptx
LAPSUS INTERSHIP IPD.pptxLAPSUS INTERSHIP IPD.pptx
LAPSUS INTERSHIP IPD.pptx
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
 
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdfkasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
 
Mini CEX BPH.pptx
Mini CEX BPH.pptxMini CEX BPH.pptx
Mini CEX BPH.pptx
 
Presentation_GEA.ppt
Presentation_GEA.pptPresentation_GEA.ppt
Presentation_GEA.ppt
 
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docxKolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
 
CHOLELITIASIS 3.pptx
CHOLELITIASIS 3.pptxCHOLELITIASIS 3.pptx
CHOLELITIASIS 3.pptx
 
PPT Kasus Kecil Rheumatologi LINTANG edit.pptx
PPT Kasus Kecil Rheumatologi LINTANG edit.pptxPPT Kasus Kecil Rheumatologi LINTANG edit.pptx
PPT Kasus Kecil Rheumatologi LINTANG edit.pptx
 
Kasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakariaKasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakaria
 
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dDokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
 
CRS DM tipe 2 .pptx
CRS DM tipe 2 .pptxCRS DM tipe 2 .pptx
CRS DM tipe 2 .pptx
 
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptxTn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
 
Hepatitis A.pptx
Hepatitis A.pptxHepatitis A.pptx
Hepatitis A.pptx
 
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
 
Presentation_GEA-2.ppt
Presentation_GEA-2.pptPresentation_GEA-2.ppt
Presentation_GEA-2.ppt
 
LAPKAS 1_Sepsis.pptx
LAPKAS 1_Sepsis.pptxLAPKAS 1_Sepsis.pptx
LAPKAS 1_Sepsis.pptx
 
Nurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptxNurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptx
 
diare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptxdiare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptx
 

Recently uploaded

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 

Recently uploaded (20)

Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 

PRESKAS FARMASI CHIPA.pptx

  • 2. DEFINISI Disentri Basiler Radang pada Kolon kuman genus Shigella Gejala diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, nyeri perut serta tenesmus Disentri Dys (Gangguan) Enteron (Usus)
  • 3. EPIDEMIOLOGI Disentri S. Flexneri 82,8% S. sonnei 15% >> di negara maju S. Dysenteriae 2,2% Di Indonesia, Shigella spp penyebab tersering kedua diare yang dirawat di RS Terjadi kematian ±600.000 orang akibat disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun disentri basiler endemik diseluruh dunia, banyak ditemukan di negara berkembang dan beriklim tropis
  • 4. Etiologi Disentri basiler (shigellosis) disebabkan oleh kuman genus Shigella, basil non motil,tanpa kapsul gram negatif, famili Enterobactericeae. • a. S. dysentriae (serogroup A) • b. S. flexneri (serogroup B) • c. S. bondii (serogroup C) • d. S. sonnei (serogroup D) 4 spesies Shigella yang menyebabkan disentri :
  • 6. Patofisiologi kolonisasi kuman di jejunum/ileum/ kolon invasi ke sel epitel mukosa usus & lamina propia infiltrasi sel sel radang, produksi enterotoksin invasi ke plak payeri dan KGB mesenterium hipertrofi, penurunan aliran darah ke mukosa nekrosis mukosa, terjadi ulkus eritrosit dan plasma keluar ke lumen tinja berlendir bercampur darah - terjadi terus menerus luka, nyeri daerah anus – dehidrasi timbul rasa haus, kulit kering dan dingin , turgor kulit menurun, wajah kebiruan, ekstremitas dingin
  • 7. Gejala Klinis Gejala Khas • Defekasi sedikit2 terus menerus  encer, berlendir kadang (+) darah • Abd pain  kiri • tenesmus • Nusea-vomitus • Febris, takikardi • Cephalgia Pada kasus berat • Dehidrasi • Renjatan septik • Anus luka, nyeri, kadang-kadang prolaps • Hemoroid (+) mungkin muncul keluar • Kematian  gang sirkulasi perifer, anuria, koma uremikum, malnutrisi, kelaparan Anak + Dewasa • Anak : kehilangan air dan elektrolit dapat menimbulkan dehidrasi, asidosis dan bahkan kematian • Dewasa : demam dan diare menghilang spontan dalam 2-5 hari. Masa tunas dari beberapa jam-3 hari. Mulai gejala awal sampai timbulnya gejala khas biasanya cepat.
  • 8. Diagnosis •adanya eritrosit dan leukosit PMN. Pemeriksaan mikroskopik tinja •dilakukan kultur dan bahan tinja segar atau hapus rectal. GOLD STANDART Pemeriksaan sigmoidoskopi dilakukan bila segera diperlukan kepastian diagnosis apakah gejala yang terjadi merupakan disentri atau manifestasi akut kolitis ulserativa.
  • 9. Diagnosis Banding Diagnosis banding disentri basiler adalah setiap radang kolon yang disebabkan oleh kuman enterohemoragik dan enteroinvasif  E.coli  Campylobacter jejuni Salmonella enteridis Yersinia enterocolitica Clostridium difficile protozoa Entamoeba hystolitica.
  • 10. Disentri basiler Disentri amoeba Timbulnya Akut Lebih sering perlahan- lahan, diare awal tidak ada atau jarang Keluhan Toksemia, tenesmus, sakit sifatnya umum Toksemia ringan, tenemus jarang, sakit terbatas. Perkembangan penyakitnya Pada permulaan penyakit berat Tidak tentu, cenderung menahun Tinja Kecil-kecil, banyak, tak berbau, alkalis, berlendir, nanah dan berdarah, bila tinja berbentuk dilapisi lendir Besar, terus - menerus, asam, berdarah, bila bentuk biasanya tercampur lendir Komplikasi Artritis Abses hati amoeba Kelainan anatomik Daerah sigmoid, ileum, mengalami hiperemi superficial ulseratif dan selaput lendir menebal Daerah sekum dan kolon asendens, jarang mengenai ileum;ulkus bergaung. Disentri Basiler vs Disentri Amoeba
  • 11. Penatalaksanaan  infeksi ringan >> dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh dalam 4-7 hari.  istirahat untuk mencegah dan memperbaiki dehidrasi. Penyebab kematian terutama akibat dehidrasi  Untuk pengobatan antibakterial terdapat beberapa pilihan:  Norfloksasin  Ofloksasin  Ciprofloksasin  Asam nalidiksat  Trimetropim-sulfametoksazol.
  • 12. Pencegahan Memperhatikan pola hidup sehat dan bersih Menjaga kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa kuman Menjaga kebersihan lingkungan Membersihkan tangan dengan baik sesudah buang air besar atau sebelum makan Mencegah terjadinya dehidrasi
  • 13. Prognosis • Bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan pengobatan dini. • Bentuk sedang, biasanya angka kematian rendah. • Bentuk dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama, meskipun dalam bentuk yg ringan.
  • 14. Komplikasi Komplikasi intestinal: stenosis, obstruksi, peritonitis, megakolon. Bakteremia terutama pada AIDS Artritis: masa penyembuhan, sendi besar (lutut) Neuritis perifer, iritis, iridosiklitis, peritonitis jarang, ensefalopati, kesadaran Hemolytic Uremic Syndrome (HUS)
  • 16. STATUS PASIEN • Tn. L Nama • 27 tahun Umur • Laki-laki Jenis Kelamin • Surakarta Alamat • Islam Agama • Jawa Suku • Menikah Status Perkawinan • Pedagang Pekerjaan • 10 Maret 2017 Tanggal Pemeriksaan • 013782xx No RM IDENTITAS
  • 17. •BAB Cair dan disertai darah Keluhan Utama RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG BAB cair dan disertai darah sejak 3 hari SMRS Frekuensi BAB 6-8x / hari Tinja : cair, kuning, lendir, darah, bau busuk ± satu gelas belimbing per BAB Keluhan lain : demam, mual, muntah, saat BAB nyeri, perut kiri melilit, lemas, nafsu makan ↓, merasa haus 3 hari SMRS minum es dawet yang dibeli di pasar tradisional Sudah membeli obat diare di apotek, namun keluhan tidak berkurang
  • 18. Riwayat penyakit dahulu • Riwayat penyakit serupa ( - ) • Riwayat asma ( - ) • Rawayat alergi obat, makanan, udara dingin (- ) • Riwayat sakit darah tinggi (-) • Riwayat sakit ginjal sebelumnya(-) • Riwayat sakit gula (-) • Riwayat trauma (-)
  • 19. Riwayat Penyakit Keluarga • Riwayat penyakit serupa ( - ) • Riwayat asma ( - ) • Riwayat alergi (-) • Riwayat sakit darah tinggi (-) • Riwayat sakit gula (-) Riwayat kebiasaan • Riwayat merokok (-) • Riwayat minuman keras (-) • Riwayat olah raga : bersepeda 1x / minggu
  • 20. Riwayat Gizi • Makan teratur sebelum sakit 2-3 kali dengan porsi biasa dengan lauk pauk dan sayur • Minum kurang lebih 6-8 gelas • Sering membeli makan dan minum di pasar tradisional dekat rumah saat jam makan siang • Semenjak sakit  nafsu makan menurun, mual, muntah dan sering haus Riwayat sosial ekonomi • Penderita berprofesi sebagai penjual ikan di pasar tradisional dekat rumahnya. Pasien sudah menikah dan belum memiliki anak. Saat ini pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS.
  • 21. PEMERIKSAAN FISIK • Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS E4/V5/M6, kesan gizi cukup Keadaan umum • Tensi : 120 /80 mmHg • Nadi : 84x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup, equal • Frekuensi nafas : 21x/menit • Suhu : 38,50C Tanda Vital • Berat Badan : 61kg • Tinggi Badan: 165 cm • IMT : 22,40 kg/m2 • Kesan : normoweight Status Gizi
  • 22. MATA: CP(-/-), SI (-/-), pupil isokor (3 mm / 3 mm), reflek cahaya (+/+). Mata cekung (+/+) TELINGA: MT intak, sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid-tragus(-/-), gangguan pendengaran (-/-). HIDUNG: NCH(-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-) MULUT: Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (+), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), LEHER: JVP (R+2), trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), kaku kuduk (-).
  • 23. THORAKS: Normochest, simetris, retraksi intercostal (-), SIC melebar (-), KGB axilla >> (-/-), nyeri tekan sternum (-). JANTUNG: I: IC tak tampak P: IC tak kuat angkat, teraba di SIC VI 2 cm dari LMCS P: batas jantung tidak melebar A:. BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, gallop (-), bising (-). PULMO ANTERIOR- POSTERIOR: I: Normochest, simetris, SIC tidak melebar, PD ka=ki, retraksi intercostal (-). P: simestris, PD ka=ki, FR ka=ki, penanjakan dada ka=ki P: sonor/sonor, paru-hepar di SIC V LMCD, paru- lambung setinggi SIC VI LMCS A: SDV, RBH (-/-), RBK (-/-)
  • 24. ABDOMEN: I: DP//DD, distented (-) A: Peristaltik (+) meningkat. P: Timpani, area troube redup, pekak alih (-), pekak sisi (-), tes undulasi (-), liver span 4 cm P: Supel, NT (+) sebelah kiri, H/L tidak teraba bruit (- ) EKSTREMITAS: oedem (-/-/-/-) Pucat (-/-/-/-) Dingin (-/-/-/-) Peteki (-/-/-/-)
  • 25. PEMERIKSAAN LABORATORIS Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan HEMATOLOGI RUTIN Hb 14,2 g/dl 13,5 – 17,5 Hct 42 % 33 – 45 AL 9,2 103 / L 4,5 – 11,0 AT 201 103 / L 150 – 450 AE 4,90 103/ L 4,50 – 5,90 INDEX ERITROSIT MCV 91 /um 80.0 - 96.0 MCH 30,5 Pg 28.0 - 33.0 MCHC 34,3 g/dl 33.0 - 36.0 HITUNG JENIS Eosinofil 1,20 % 0.00 - 4.00 Basofil 0,70 % 0.00 - 2.00 Neutrofil 66,00 % 55.0-80.0 Limfosit 30,00 % 22.0 - 44.0 Monosit 2,10 % 0.00 - 7.00 KIMIA KLINIK Glukosa Darah Sewaktu 84 mg/dl 60-140 SGOT 28 u/l 0-35 SGPT 33 u/l 0-45 Cr 1,1 mg/dl 0,9-1,3 Ur 26 mg/dl <50 ELEKTROLIT Na darah 139 mmol/L 136 – 145
  • 26. Pemeriksaan penunjang • Biakan Tinja (+)Shigella dysenteriae • Perlu dilakukan juga Uji kultur dan sensitivitas Diagnosis • DD: o Disentri basiler o Disentri amoeba • Diagnosis kerja: o Disentri basiler
  • 27. Terapi • Non Medikamentosa o Istirahat, makan dan minum dipertahankan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan menjaga kebutuhan nutrisi o Diet Makanan lunak, rendah serat o Kalau ada tanda-tanda dehidrasi berat segera dibawa ke pelayanan kesehatan o Edukasi mengenaI kebersihan lingkungan dan diri • Medikamentosa o Ciprofloksasin 500 mg o Attapulgite : New Diatabs 600 mg o Oralit o Metoclopramide 10 mg o Parasetamol 500 mg
  • 28.
  • 29. Ciprofloksasin Mekanisme kerja Ciprofloksasin merupakan anti infeksi sintetik golongan kuinolon yang menghambat DNA-girase. Efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibiotika lain misalnya aminoglikosida, penisilin, sefalosporin dan tetrasiklin. Siprofloksasin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan gram- positif. Farmakokinetik Fluorokuinolon diserap dengan cepat melalui saluran cerna. mencapai kadar puncaknya dalam 12 jam setelah pemberian obat. Penyerapan siprofloksasin terhambat bila diberikan bersama antasida. Kebanyakan fluorokuinolon dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal. Ciprofloksasin memiliki bioavaibilitas oral 60-80% tanpa kehilangan yang berarti pada metabolisme pertama. Waktu paruh eliminasi pada orang dengan fungsi ginjal normal kira- kira 3-5 jam. Kira-kira 30-50% dosis oral diekskresikan ke dalam urin dalam bentuk yang tidak berubah.
  • 30. Indikasi •Untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap siprofloksasin •pada saluran kemih kecuali prostatitis; uretritis dan servisitis gonore •saluran pernafasan kecuali pneumonia oleh streptokokus •kulit dan jaringan lunak; tulang dan sendi •saluran pencemaan termasuk demam tifoid dan paratifoid. Dosis • Infeksi saluran cerna: sehari 2 kali 500 mg. Efek samping •Mual,diare,muntah,dispe psia sakit perut, kembung dan anoreksia. •Pusing, sakit kepala, rasa letih. Jarang terjadi gangguan penglihatan. •Eosinofilia, leukositopenia, leukositosis, anemia •Reaksi hipersensitif : ruam/reaksi kulit. •Pada penderita gangguan fungsi hati, dapat meningkatkan serum transaminase.
  • 31. Attapulgite (New Diatabs) Mekanisme Kerja • Attapulgite merupakan magnesium alumunium silikat alamiah yang telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan kemampuan absorbsinya. Attapulgite mempunyai daya absorbsi untuk menyerap racun, bakteri dan enterovirus yang menyebabkan diare. Dapat melapisi selaput lendir dan menyerap cairan radang di usus sehingga membantu memperbaiki konsistensi feses serta mengurangi frekuensi buang air besar. Indikasi • untuk pengobatan diare yang tidak diketahui penyebabnya, mengurangi frekuensi buang air besar, dan memperbaiki konsistensi feces yang encer.
  • 32. Komposisi Tiap tablet mengandung activated Attapulgite 630 mg. Efek samping •Dapat menyebabkan tinja mengeras pada dosis yang besar. Dosis •Dewasa dan anak-anak >12 tahun : 2 tablet setelah buang air besar, maksimum penggunaan 12 tablet dalam waktu 24 jam. •Anak-anak 6 – 12 tahun : 1 tablet setelah buang air besar. Maksimum penggunaan 6 tablet dalam waktu 24 jam.
  • 33. Paracetamol Mekanisme kerja Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai efek mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik). Mengurangi nyeri dengan cara menghambat impuls/rangsang nyeri (COX-1 dan COX-2) di jaringan perifer. Menurunkan demam dengan cara menghambat pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus. Farmakokinetik Absorpsi : diberikan peroral, absorpsi bergantung pada kecepatan pengosongan lambung, dan kadar puncak dalam darah biasanya tercapai dalam waktu 30-60 menit. Distribusi : Asetaminofen sedikit terikat dengan protein plasma Metabolisme : oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukuronida Ekskresi : diekskresikan ke dalam urin dalam bentuk tidak berubah
  • 34. Sediaan •tablet 500 mg •sirup 120 mg/5 ml Dosis •Dewasa 300 mg-1 g perkali, dengan maksimum 4 gram per hari. •Anak 6-12 tahun: 150- 300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari. •Anak 1-6 tahun: 60- 120 mg/kali dan bayi di bawah 1 tahun: 60 mg/kali; pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari. Efek samping •Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia, neutropenia) •Penggunaan jangka panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati
  • 35. Metoclopramide •Absorbsi : Setelah pemberian oral, cepat dan hampir sepenuhnya diserap, 30-100% dari dosis oral mencapai sirkulasi sistemik. konsentrasi plasma puncak dicapai pada 1-2 jam. •Distribusi : didistribusikan ke sebagian besar jaringan tubuh dan cairan; •Eliminasi : Diekskresikan dalam urin (85%) dalam bentuk metabolites dan juga dalam kotoran (sekitar 5%). Farmakokinetik •Metoklopramid mempengaruhi Chemoreceptor Trigger Zone medulla yaitu dengan menghambat reseptor dopamin padat CTZ •Metoklorpamid mempercepat peristaltis esophagus dan lambung, meningkatkan tonus spgingter kardia dan mempercepat pengosongan lambung. Disamping itu juga mempunyai efek anti-emetik. Farmakodinamik
  • 36. Indikasi Untuk meringankan/mengura ngi gastroparesis akut dan yang kambuh kembali Untuk menghilangkan rasa panas yang berhubungan dengan refluks esofagitis Untuk menanggulangi mual dan muntah metabolik karenna obat atau sesudah operasi Tidak untuk mencegah “motion-sickness” Dosis - Tablet : Dewasa : ½-1 tablet sehari 3 kali, sebelum makan dan sebelum tidur - Sirup : <6 tahun: tidak boleh lebih dari 0,1 mg/KgBB dalam dosis tunggal >6 tahun: dosis maks 0,5 mg/KgBB perhari dalam dosis terbagi dua diberikan 30 menit sebelum makan dan sebelum tidur Injeksi : Dewasa: 1 ampul (10 mg) secara i.m/i.v mendekati akhir operasi, bila perlu dosis diberikan sampai 20 mg. Efek samping •Pada takaran tinggi dapat menimbulkan kegelisahan, mengantuk, kelelahan yang berlebihan dan gejala ekstrapiramidal
  • 37. Oralit •natrium klorida 0,52 g, kalium klorida 0,3 g, trinatrium sitrat dihidrat 0,58 g, glukosa anhidrat 2,7 g dan bahan tambahan secukupnya Komposisi •Mencegah dan mengobati kekurangan cairan akibat diare/muntaber Indikasi •Natrium klorida dan kalium klorida diabsorpsi dengan baik di saluran pencernaan, mengganti kehilangan elektrolit, mengoreksi gangguan keseimbangan elektrolit. •Kelebihan natrium sebagian besar diekskresi melalui ginjal, dan sejumlah kecil melalui feses dan keringat Farmakokinetik
  • 38. Farmakodinamik •Oralit mengandung alkalinising agent untuk mengantisipasi asidosis; sedikit hypo- osmolar (kira-kira 250 mmol/liter) untuk mencegah kemungkinan induksi diare osmotik. Dosis •Di bawah 1 tahun : 1 ½ gelas pada 3 jam pertama, selanjutnya ½ gelas setiap mencret •Anak umur 1-<5 tahun: 3 gelas pada 3 jam pertama, selanjutnya 1 gelas setiap mencret •Anak umur 5-12 tahun: 6 gelas pada 3 jam pertama, selanjutnya 1½ gelas setiap mencret •Diatas 12 tahun: 12 gelas pada 3 jam pertama, selanjutnya 2 gelas setiap mencret Efek samping •Gangguan keseimbangan elektrolit akibat kelebihan natrium.
  • 39. Penutup A. Simpulan 1. Disentri basiler / shigellosis merupakan suatu infeksi akut oleh kuman genus Shigella yang mengakibatkan radang pada kolon. 2. Ditandai dengan gejala diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, serta nyeri perut dan tenesmus. 3. Diberikan terapi medikamentosa dan non medikamentosa 4. Shigellosis dapat menyebabkan suatu kematian jika tidak ditangani dengan segera B. Saran Karena disentri basiller merupakan suatu penyakit yang dapat menimbulkan kematian, maka diagnosis segera dan pengobatan yang tepat sangat diperlukan
  • 40. Daftar Pustaka • Longo L D, Fauci S A. Harrison: Gastroenterologi & Hepatologi. Jakarta: ECG. 2014. • Navianti S, Sinuhaji AB. Resisten Trimetropim-Sulfametoksazol terhadap Shigellosis. Sari Pediatri. 2005; 7 (1): 39-44. • Sya’roni A. Disentri Basiler dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III. Edisi kelima. Jakarta : FKUI. 2009. 2857-2860p. • Mandal B.k, EGL Wilkins, EM Dunbar, R.T Mayon-White. Lecture notes penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga; 2008. • Abdulrasheed AB, Aaron AO, Jerome EB, Deboye KO, Adebayo L. Multiresistant Shigella spp. Isolated from Cases of Childhood Diarrhoea in Ile-Ife, Southwest nigeria. Journal of Microbiology Research and Reviews. 2014; 2 (3): 19-29. • Centers for Disease Control and Prevention (CDC). National Shigella Surveillance Annual Summary. Atlanta, Georgia: US Department of Health and Human Services. 2009. • Eppy. Diare Akut. Medicinus Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application. 2009; 22(3): 91-98. • Jawetz M, Adelberg’s. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi kedua. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto, et al. Jakarta : EGC. 2008. • Katzung, B. G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi keenam. Jakarta : EGC. 1998. • Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. New York: Lange Medical Books; 2003. 225 – 268p. • Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI; 2007.