2. Pendahuluan
Sepsis merupakan disfungsi organ akibat
gangguan regulasi respons tubuh terhadap
terjadinya infeksi. Jika tidak ditangani segera, sepsis
dapat menyebabkan syok septik, kegagalan organ
multipel, dan akhirnya kematian. Sepsis terus
menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia
yang dikaitkan dengan angka mortalitas yang tinggi.
3. Identitas Pasien
Nama:
Usia
J enis kelamin
Alamat
Ny. S
80 tahun
Perempuan
Duren sawit
Pekerjaan
Status Pernikahan
Agama
Nomer RM
IRT
Menikah
Islam
0123226*2
Tanggal masuk IGD 20 J uli 2022
6. Anamnesis
1 Minggu SMRS
Sesak, hilang timbul
3 hari SMRS
Batuk berdahak, dahak sulit
dikeluarkan, tidak mau makan dan
minum, BAK pekat dan sedikit
5 hari SMRS
Badan terasa lemas, nafsu makan
menurun
1 hari SMRS
Mual, muntah sebanyak 2x
berupa cairan berwarna hitam
Datang ke IGD
Pagi sebelum datang ke IGD
pasien berkeringat dingin, BAB
berwarna hitam, mual dan
muntah memberat
7. Anamnesis
4. Riwayat penyakit dahulu :
• Riwayat Hipertensi (+)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit paru (-)
• Riwayat Asma (-)
• Riwayat penyakit lainnya : (+)
• osteoporosis
• fraktur tulang pinggul
5. Riwayat penyakit keluarga :
• Riwayat Hipertensi (+) kakak dan
anak pasien
• Riwayat DM (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit paru (-)
• Riwayat Asma (-)
• Riwayat penyakit lainnya : (-)
8. 3. Riwayat kebiasaan :
Merokok (-), alkohol (-), teh (+) setiap
pagi setiap harinya, Jamu (+) minimal 1x
dalam seminggu.
Anamnesis
3. Riwayat sosioekonomi :
Pasien tinggal dengan anaknya, berobat
dengan BPJS
3. Riwayat pengobatan :
Sempat dirawat di RS karena
patah tulang pinggul, tidak ada
konsumsi obat rutin
3. Riwayat alergi :
Tidak terdapat riwayat alergi
9. Anamnesis menurut sistem
Kulit
Bisul (-), ikterus (-), keringat malam (-), keringat dingin (+), sianosis (-),
gatal-gatal (-), eritema (-), terkelupas/skuama (-)
Kepala Trauma (-), sakit kepala (-), nyeri pada sinus (-)
Mata Merah (-) Ikterus (-), Nyeri (-), diplopia (-), buram (-), secret (-)
Hidung
Berbau (-), secret (-), berdarah (-), trauma (-), nyeri (-), pilek (-), tersumbat(-),
gangguan penciuman (-)
Telinga Nyeri (-), berair (-), tinnitus (-), gangguan pendengaran (-)
Mulut
Berbau (-), pahit (-), sariawan (-), gusi berdarah (-), bibir kering (+), gigi
berlubang (+), hipodonsia (+), menggunakan gigi palsu (+)
Tenggorokkan Nyeri (-), serak (-)
Leher Benjolan (-), nyeri (-)
10. Anamnesis menurut sistem
Thoraks
Jantung : berdebar2 (-), nyeri dada (-), rasa tertekan (-),
Paru : Sesak napas (+), batuk (-), batuk berdahak (+), batuk darah
(-), orthopnoe (-).
Abdomen
Kembung (-), mual (+), muntah (+), hematemesis (+), nyeri ulu hati (-
), nyeri kolik (-), perut membesar (-), mencret (-), tinja berdarah (-),
tinja hitam (+), tinja dempul (-)
Saluran kemih Nyeri BAK (-), poliuria (-), oligouria (+), hematuria (-)
Ekstremitas atas
Kulit kering (-), bengkak (+) punggung tangan kanan setalah
pemasangan IV line, ulkus (-), nyeri otot (-), deformitas(-) , sianosis (-),
kebas (-)
Ekstremitas bawah
Kulit kering (-), bengkak (+) puggung kaki, ulkus (-), nyeri otot (-),
deformitas (-), sianosis (-), kebas (-)
12. Keadaan Umum:
• Kesan sakit : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : E4M5V4 / Apatis
Tanda Vital :
• Tekanan darah : 98/61 mmHg
• Nadi : 95x/menit
• Pernafasan : 24x/menit
• Suhu : 36.5 C
• SpO2 : 97%
13. Status generalis
Kepala Normocephali,tidak terdapat deformitas
Rambut Distribusi merata, berwarna putih, tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya langsung
(+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Telinga Normotia, deformitas (-), hiperemis (-), edema (-), serumen (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-)
Hidung Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), napas cuping hidung (-)
Mulut Oral hygiene tidak baik, mukosa mulut kering (+), bibir sianosis (-), gusi berdarah (-), lidah kotor(-
), bercak kemerahan pada mukosa (-), gigi berlubang (+), Hipodonsia (+) purse-lip breathing (-)
Tenggorokan Uvula di tengah, arkus faring simetris, T1/T1, hiperemis (-), post nasal drip (-)
Leher Jantung : Tidak terdapat peningkatan JVP (5+0 cmH2O)
Tiroid: pembesaran tiroid (-)
Kelenjar Getah Bening: pembesaran KGB (-)
14. Status generalis
Paru
Inspeksi
Pergerakan dinding dada simetris, retraksi intercostal (-/-), pemakaian otot bantu pernafasan
(+/+), sela iga melebar (-), tipe pernapasan thorakoabdominal, barrel chest (-), benjolan (-)
Palpasi Gerak dinding dada simetris, nyeri tekan (-), benjolan (-), vocal fremitus (+/+).
Perkusi Batas paru hepar linea dalam batas normal. Batas paru lambung dalam batas normal.
Auskultasi Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (+/+) , whezing (-/-).
Jantung
Inspeksi Tidak tampak pulsasi iktus kordis.
Palpasi Thrill (-), ictus cordis tidak teraba.
Perkusi
Batas jantung kanan di ICS IV linea parasternalis dextra, batas jantung kiri di ICS V linea
midclavicularis sinistra.
Auskultasi bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
15. Status generalis
Abdomen
Inspeksi Permukaan abdomen datar (+) ascites (-), benjolan (-), jejas (-)
Palpasi
Supel, Defense muscular (-), nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan RUQ (-
), undulasi (-), murphy sign (-), mcburny sign (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), turgor <2detik.
Perkusi Timpani di seluruh quadran
Auskultasi Bising usus (+) 3-4x/menit
Ekstremitas
Eks. Atas
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, akral hangat +/+, oedem +/-, clubbing
finger (-), ptekie -/-, papul (-) vesikel (-) jejas -/-.
Eks. Bawah
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, akral hangat +/+, oedem
tungkai +/+, ptekie -/-, jejas -/-, papul (-) vesikel (-) jejas (-/-).
18. Pemeriksaan tanggal : Dahlia barat, 20 J uli 2022
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Golongan darah A
Rhesus Positif
19. Pemeriksaan tanggal : Dahlia barat, 21 J uli 2022
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
KIMIA KLINIK
HATI
Kolinesterase (CHE) 2771 U/L 4700-14000
IMUNOSEROLOGI
Procalsitonin 46,17 ng/dL <0,5
TINJA
Darah samar Positif Negatif
20. Pemeriksaan tanggal : Dahlia barat, 21 J uli 2022
MIKROBIOLOGI
Kultur MO+ resistensi darah
Hasil biakan steril
22. Pemeriksaan tanggal : Dahlia barat, 23 J uli 2022
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
KIMIA KLINIK
HATI
Albumin 2,2 g/dL 3.2 - 4.6
23. Pemeriksaan : Dahlia barat, 27 J uli 2022
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
KIMIA KLINIK
HATI
Albumin 3.0 g/dL 3.2 - 4.6
24. Deskripsi :
• Irama : Sinus
• Q RS rate : 150x/mnt.
• Aksis : RAD ekstrem
(lead I -, II -, aVf - )
• P wave : Normal
• PR interval: 4 kk = 0,8 detik
• Durasi Q RS : 2
kk = 0,4 detik
• RBBB (-) , LBBB (-)
• LVH (-), RVH (-)
• ST depresi (-)
• ST elevasi (-)
• Q patologis (-)
• Q T interval (-)
Kesan : Sinus takikardi
dengan RAD ekstrem
Pemeriksaan EKG di IGD 20 J uli 2022
25. Pemeriksaan rontgen di IGD 20 J uli 2022
Deskripsi :
a.Cor kesan normal
b.Aorta dan mediastinum superior
tidak melebar
c.Trachea di tengah
d.Kedua hilus baik
e.Sinus kostofrenikus kanan lancip
f.Sinus kostofrenikus kiri tumpul
Kesan : Efusi pleura ec pneumonia.
26. 1.AUTHOR (YEAR).
Title of the publication. Publisher
1.AUTHOR (YEAR).
Title of the publication. Publisher
1.AUTHOR (YEAR).
Title of the publication. Publisher
1.AUTHOR (YEAR).
Title of the publication. Publisher
Pemeriksaan USG abdomen di Dahlia barat 25 J uli 2022
Kesan : Kista ginjal kanan,
efusi pleura kiri.
27. Resume
Seorang wanita berusia 80 tahun, sakit berat, datang dengan keluhan mual
dan muntah berwarna hitam sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai dengan sesak
nafas, penurunan nafsu makan, lemas, batuk berdahak, keringat dingin dan BAB
berwarna kehitaman, BAK berwarna pekat dan sedikit. Pasien memiliki riwayat
hipertensi, fraktur tulang pinggul, osteoporosis dan menggunakan gigi palsu.
Pasien rutin mengosumsi teh di pagi hari dan jamu sedikitnya 1x dalam
seminggu.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan :
• KU : tampak sakit berat
• Kes : Apatis
• TD : 98/61mmHg
• Takipneu
• Konjungtiva anemis
• Hygienitas oral tidak baik
• Karies gigi, hipodonsia
• otot pernafasan tambahan (+)
• Ronkhi (+/+)
• Oligouria
• Oedem
34. Pengkajian masalah
• KU : tampak sakit sedang
• Kes : Apatis
• TD : 98/61mmHg
• RR : 26x/mnt
• Konjungtiva anemis
35. A PICTURE IS WORTH A THOUSAND WORDS
TINJ AUAN PUSTAKA
36. Tidak ada perubahan
Sepsis 1
• Sepsis : SIRS
• Sepsis berat : Sepsis disertai
salah satu gejala gangguan
fungsi organ, hipoperfusi,
hipotensi, asidosis laktat,
oliguria, atau gangguan status
mental akut
• Syok sepsis : Sepsis disertai
hipotensi walaupun telah
dilakukan terapi cairan
adekuat, terapi obat
inotropik atau vasopressor
Sepsis 2
Sepsis 3
• Sepsis : keadaan disfungsi
organ yang mengancam
jiwa, akibat disregulasi
respon host terhadap
infeksi.
• Syok sepsis : Sepsis
disertai gangguan sirkulasi,
seluler, dan metabolik
yang mengancam jiwa
Definisi
37. Epidemiologi
• Sepsis memiliki angka mortalitas yang tinggi,
dimana sekitar 31,5 juta orang di dunia mengalami
sepsis dan 5,3 juta diantaranya meninggal setiap
tahunnya.
• Studi ICON --> 10.069 pasien unit perawatan intensif
(ICU), 2.973 (29.5%) diantaranya terkonfirmasi
mengalami sepsis saat masuk atau selama perawatan
di ICU.
• Angka mortalitas selama di ICU sebesar 25,8% dan di
rumah sakit sebesar 35.3%.
• Angka kematian di ICU RSUP dr Kandou Manado →
65,7%.
• Di RSUP dr Soetomo Surabaya → syok septik 14,58%,
dan 58,33% sisanya sepsis.
39. Faktor risiko
• Usia >65 tahun, Usia < 1 tahun
• Penyakit komorbid, seperti :
• paru-paru kronis
• penyakit diabetes
• gagal jantung kongestif
• gagal ginjal kronis
• penyakit hati
• kanker
• Kondisi immunocompromise
• Kehamilan: risiko sepsis meningkat pada pasien dengan
gangguan pada sistem imun
44. Diagnosis
SOFA melakukan evaluasi terhadap fungsi fisiologis, respirasi, koagulasi, hepatik,
sistem saraf pusat, dan ginjal. Diagnosis sepsis ditegakkan bila kriteria SOFA ≥ 2.
47. Resusitasi Cairan
• Target untuk resusitasi cairan sebagai
berikut:
• Central Venous Pressure 8-
12mmHg
• MAP >= 65mmHg
• Jumlah urin >= 0,5ml/kg/jam
• SCVO2 atau SVO2 masing masing
lebih dari 70% dan 65%
• Cairan kristaloid untuk resusitasi awal
• PRC dan/atau dobutamine infus (max
20mcg/kg/m) untuk mencapai target
dalam 6 jam (Ht>= 30%)
49. Vasopresor
• Vasopressor harus diberikan dalam 1 jam pertama
untuk mempertahankan MAP >65 mmHg
• Norepinefrin = lini pertama
• Efek minimal laju jantung
• Dopamin
• Lini kedua
• Dosis rendah vasodilasi, dosis tinggi
vasokonstriksi tetapi dengan resiko arrhythmia
• Epinefrin
52. Prognosis
• Mortalitas 30 hari: 20-35% (Syok: 40-60%)
• Sisanya dalam 6 bulan
• Komplikasi rawat intensif, imunosupressif, gagal multipel organ,
penyati pemicu sepsis
• APACHE II -> skor prognosis pasien tergantung usia, komorbiditas,
faktor fisiologis
• Dibawah 40th, CFR <10%, lansia >35%
• Komorbiditas prediktor penting untuk mortalitas jangka panjang
dan pendek
53. Sepsis
Pada pasien ini didapatkan faktor risiko berupa usia yang sudah masuk pada
kategori lansia, hal dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang semakin menurun, sehingga
lebih rentan mengalami infeksi atau lebih mungkin terjadi sepsis. Penegakan diagnosis
sepsis pada pasien di lakukan berdasarkan penilaian qSOFA, SOFA, dan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
• Skor qSOFA >2 (GCS<15, RR>22, TD sistolik <100mmHg)
• Skor SOFA >2 ( 5-6 )
- PaO2/FiO2 = 158
- SpO2/FiO2 = 190
- MAP =73,3
- Kreatinin 1,47 mg/dL dan urin oligouria
- GCS 13
• Laboratorium : Leukositosis, peningkatan procalsitonin, Alkalosis respiratorik
Fokal infeksi pada pasien ini adalah pneumonia, dimana paru-paru merupakan
etiologi terbesar untuk terjadinya sepsis dan pada pemeriksaan kultur darah didapati
hasil steril
54. Pneumonia
Pada pasien ini didapatkan faktor risiko berupa usia yang sudah
masuk pada kategori lansia, hal dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang
semakin menurun, sehingga lebih rentan mengalami infeksi. Penegakan
diagnosis pneumonia pada pasien di lakukan berdasarkan klinis yaitu sesak
nafas, batuk berdahak, takipneu, ronkhi (+/+), penggunaaan otot bantu nafas,
PaO2/FiO2 = 158 (<250). Pada pemeriksaan thorax didapatkan kesan efusi
pleura et causa pneumonia dan USG abdomen didapatkan gambaran efusi
pleura. Pada pasien ini dapat dilakukan pemeriksaan kultur sputum untui
bakteri etiologi pneumonia.
55. Hematemesis Melena
Pada pasien ini didapatkan faktor risiko berupa usia yang sudah
masuk pada kategori lansia, . Penegakan diagnosis hematesis melena
berdasarkan klinis adanya mual muntah berwarna kemerahan dan BAB
berwarna hitam dan hasil laboratoriummenunjukan darah samar feses positif.
Penyebab hematemesis melena sendiri belum diketahui pasti penyebabnya
tetapi ada kecurigaan terhadap stress ulcer hal ini dikarenakan tidak didapati
adanya tanda-tanda sirosis hati meskipu CHE menurun dan pada hasil USG
didapati gambaran hati dalam batas normal, tetapi masih perlu dibuktikan
dengan pemeriksaan endoskopi.
56. Anemia mikrositik
Pada pasien ini didapatkan faktor risiko berupa usia yang sudah
masuk pada kategori lansia, adanya infeksi, kebiasaan minum teh. Penegakan
diagnosis anemia berdasarkan lemas, konjungtiva anemis, dan hasil
boratorium sebagai berikut :
• Hb 8.8 g/dL,
• HCT 25%,
• MCV 76.6fL,
• Eritrosit 3,3juta/uL,
• RDW 14.8%
Pada pasien ini diperlukan pemeriksaan SADT, hematologi lengkap,
retikolosit, serum iron, ferritin dan TIBC.
57. 1. Putra IAS. Update tatalaksana sepsis. CDK-280.2019;46(11)-681-5
2. World Health Organization. Septic. 2020 [cited 2021 July 02]. Available : https://www.who.int/news-room/fact
sheets/detail/sepsis
3. Millizia A. Penatalaksanaan sepsis. J. Ked. N. Med. Sept 2019;2(3):28-37 ISSN: 2615-3874
4. Napolitano LM. Sepsis 2018: definitions and guadline changes. Surgical Infections. 2018;19(2):117-125. DOI:
10.1089/sur.2017.278
5. Kemenkes. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana sepsis. 2017:1-66
6. Font MD, Thyagarajan B, Khanna AK. Sepsis and septic shock – basics of diagnosis, pathophysiology and clinical
decision making.Med Clin N Am.2020:1-13 Available : https://doi.org/10.1016/j.mcna.2020.02.011
7. Sanjaya BD, Djuang MH, Muniro FD,Chiuman L. Faktor resiko sepsis pada pasien lansia di Rumah Sakit Umum
Royal Prima Medan. Jambura jurnal of health sciences and research.Okt 2022;4(3):604-611.
8. Irvan, Febyan, Suparto. Sepsis dan tata laksana berdasarkan guidline terbaru. Jurnal Anestesiologi
Indonesia.2019;10(1):62-73.
9. Bataar O, Lundeg G, Tsenddorj G, Jochberger S, Grander W, Baelan I, et al. Nationwide survey on resource
availability for implementing current sepsis guidelines in Mongolia. [Internet]. 2010 . [cited 2018 Jan 5]. Available
from: URL: http:// www.who.int/bulletin/ volumes/88/11/10-077073/en/.
10. Calgary Guide. Sepsis and Septic Shock [Calgary Wbsite]. 2019 [cited 2021 July 02]. Available:
https://calgaryguide.ucalgary.ca/Sepsis,-and-Septic-Shock--Pathogenesis-and-Clinical-Findings/
Daftar Pustaka
58. Daftar Pustaka
11. Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto A, Seoroto AY, Abdullah M. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit
Dalam BUKU I. Jakarta. Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2019
12. Bullock B, Benham MD. Bacterial sepsis.Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.Juni 2022
13. Purwanto DS, Astrawinata DAW. Mekanisme kompleks sepsis dan syok septik.Jurnal Biomedik. Nov
2018;10(3):143-151
14. Mitchell M. Levy1*, Laura E. Evans2 and Andrew Rhodes. The Surviving Sepsis Campaign Bundle: 2018
update. ntensive Care Med (2018) 44:925–928
15. Wacker C, Prkno A, Brunkhorst FM,et al. Procalcitonin as a diagnostic marker for sepsis: a systematic review and
meta-analysis.Lancet Infect Dis.2013;13: 426–35.
16. Mahaprata S. Septic shock.Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.Juni 2022
17. MayoClinic Staff. Sepsis [MayoClinic Website]. 2021 [cited 2021 July 01]. Available
:https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sepsis/symptoms-causes/syc-20351214
Pada tahun 199, oleh American College of Chest Physicians (ACCP) dan Society of Critical Care Medicine (SCCM) sepsis pertama kali didefinisikan sebagai systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dengan infeksi, seseorang dapat dinyatakan sepsis apabila memenuhi dua atau lebih kriteria berikut:(2)
1.Suhu >38⁰C atau <36⁰C
2.Detak jantung >90/menit
3.Respiratory rate>20/menit atau PaCO2 <32mmHg
4.WBC >12000/mm3 (12x109 L) atau <4000/mm3 (4x109 L) atau >10% batang (imatur).
pertemuan kedua diadakan pada tahun 2011, tetapi belum ada yang menyarankan alternatif karena keterbatasan bukti ilmiah.
tahun 2016 Society of Critical Care Medicine (SCCM) dan European Society of Intensive Care Medicine (ESICM) mengajukan definisi sepsis yang baru, dengan istilah third international consensus definition for sepsis
Studi Intensive Care Over Nations (ICON)
Penyebab terbesar sepsis adalah bakteri Gram negatif (60-70% kasus). Staphylococci, pneumococci, streptococci, dan bakteri Gram positif lain lebih jarang menimbulkan sepsis dengan angka kejadian antara 20-40% dari seluruh angka kejadian sepsis. Jamur oportunistik, virus, atau protozoa juga dilaporkan dapat menimbulkan sepsis dengan kekerapan lebih jarang.(3)
Presentasi pasien dengan syok dapat berupa penurunan kesadaran, takikardia, anuria. Syok merupakan manifestasi awal dari keadaan patologis yang mendasari. Tingkat kewaspadaan dan pemeriksaan klinis yang cermat dibutuhkan untuk mengidentifikasi tanda awal syok dan memulai penanganan awal.(9)
Menurut Surviving Sepsis Campaign Guidelines 2021, Sepsis dan syok sepsis merupakan kegawatdaruratan, sehingga penatalaksanaan dan resusitasi cairan perlu dilakukan secepat mungkin.
Tatalaksana awal ini dinamakan Hour-1 Bundle, sehingga dapat meningkatkan dan memperbaiki prognosis pasien dengan resusitasi dan manajemen yang cepat.
Bila dalam 6 jam pertama tidak mencapai target ScvO2 atao SvO2, direkomendasikan diberikan PRC untuk target Ht≥30%, dan serta dengan dobutamine infus (max 20 µg/kg/menit)
Contoh antibiotik spektrum luas untuk terapi empiris adalah golongan karbapenem, sefalosporin generasi 4, piperacilin tazobactam. Obat-obat tersebut dapat diberikan secara tunggal atau dikombinasikan dengan golongan kuinolon anti-pseudomonas (siprofloksasin, levofloksasin) atau aminoglikosida.