Gagal nafas adalah ketidakmampuan paru-paru untuk menjaga oksigenasi darah dan mengeluarkan karbon dioksida secara efektif. Terjadi karena hipoventilasi, ketidaksesuaian ventilasi-perfusi, atau kebocoran shunt. Gejalanya bervariasi dari sesak napas hingga koma. Penyebabnya meliputi penyakit paru seperti pneumonia, edema paru, atau gangguan sistem saraf pusat. Diagnosa didukung dengan
2. PENGERTIAN
• Gagal nafas adalah ventilasi
tidak adekuat yang
disebabkan oleh
ketidakmampuan paru
mempertahankan
oksigenasi arterial atau
membuang karbon dioksida
secara adekuat
• ( Kapita Selekta Penyakit,
2011)
3. GAGAL NAFAS
Definisi
Kondisi klinis dimana PaO2 <
60 mmHg saat bernafas
diudara terbuka atau a PaCO2
> 50 mmHg
Kegagalan oksigenasi dan
eliminasi karbon dioksida
Akut atau kronik
Type 1 or 2
4. Klasifikasi Gagal Nafas
Type 1 Akut
Hypoxemic
PaO2 < 60 mmHg dengan
normal atau ↓ PaO2
Berhubungan dengan
penyakit paru akut, edema
(Cardiogenic,
noncardiogenic (ARDS),
pneumonia, perdarahan
paru, dan kolaps
Type 2 Kronik
Hypercapnic
PaCO2 > 50 mmHg
Seringkali disertai
hipoksemia
OD, penyakit sistem
saraf, deformitas dinding
dada, COPD, dan asma
bronchial
5. Perbedaan antara gagal nafas akut dan kronik
Akut
Berkembang dari menit ke
jam
↓ pH <7.2 sangat cepat
Contoh : Pneumonia
Kronik
Berkembang dari hari
↑ in HCO3
↓ pH sedikit
Polycythemia, Corpulmonale
Contoh: COPD
7. HYPOVENTILATION
Terjadi ketika ventilasi ↓ ( 4-6
l/min )
Penyebab
Depresi sistem saraf pusat
akibat dari obat obatan
Penyakit neuromuskuler
yang menggangu otot otot
pernafasan
↑PaCO2 and ↓PaO2
COPD
8. 2 -V/Q MISMATCH
Lebih sering karena
hipoksemia
rendahnya V/Q ratio terjadi
karena
Penurunan ventilasi o/k
penyakit paru
Overperfusi
9. 3 -SHUNT
Darah yang terdeoksigenasi
bercampur dengan darah
yang teroksigen
Persistent of hypoxemia
despite 100% O2 inhalation
Hypercapnia terjadi saat
excessive > 60%
10. 3 – CAUSES OF SHUNT
Intrakardiak
Right to left shunt
TOF
Paru paru
Malformasi arteri dan
paru
Pneumonia
Udema pulmonari
Atelektasis/kolap
Pulmonary contusion
11. 4 – ABNORMALITAS DIFUSI
n
Jarang terjadi
Berkaitan dengan
abnormalitas membra
elveolar
↓ jumlah alveoli
penyebab
ARDS
Fibrotic lung disease
12. 1 – KLINIS (TANDA DAN GEJALA)
Hypoxemia
Dspneu, Cyanosis
Bingung, somnolen
Takicardia, arrhythmia
Takipnea (paling sering)
Penggunaan otot bantu nafas
Resesi penggunaan otot
intercostal
Polycythemia
Hypercapnia
↑ aliran darah serebral dan
tekanan cairan
serebrospinalis
Sakit kepala
Asterixis
Papiledema
Ektremitas hangat, denyut
nadi mengecil
Asidosis (respiratori dan
metabolik)
↓pH, ↑ asam laktat
13. 2 – PENYEBAB
Depresi pada sistem pengatur
nafas
Tumor otak atau abnormalitas
pembuluh darah
OD, sedatif
Mixedema, kronik alkalosis
Hipoventilasi akut atau kronik
dan disertai hipocapnik
14. 2 – PENYEBAB
Gangguan sistem saraf
perifer, Otot pernafasan, dan
dingding dada
Ketidakmampuan untuk
mempertahankan level
minute ventilation sesuai
dengan produksi CO2
Guillian-Barre syndrome,
muskular distropi, miastenia
gravis, obesittas
Hypoxemia and hypercapnia
15. 2 – PENYEBAB
3 – Abnormalitas jalan
nafas
Jalan nafas atas
Radang epiglotis akut
Tumor trakea
Jalan nafas bawah
COPD, Asma, cystic
fibrosis
Akut and kronik
hypercapnia
16. 2 – PENYEBAB
4 – Abnormalitas alveoli
Gangguan pengisisan alveoli
Gagal nafas hipoksemia
Cardiogenic and
noncardiogenic
pulmonary edema
Aspiration pneumonia
Pulmonary hemorrhage
Berhubungan dengan
Intrapulmonary shunt dan
kerja sistem pernafasan
34. Diagnosa Keperawatan . . . . .
Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d. penumpukan
sekret.
Ketidakefektifan pola nafas
b.d. bradipnea.
Hambatan pertukaran gas b.d
Edema paru.
35. Bersihan jalan napas tidak efektif
b.d. penumpukan sekret
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatam selama 3X24
jam jalan nafas pasien bersih/jelas.
Kriteria Hasil :
Suara nafas bersih,tidak ada suara snoring atau suara tambahan
yang lain
Irama nafas regular
frekuensi nafas dalam rentang normal.
36. Bersihan jalan napas tidak efektif
b.d. penumpukan secret lanjutan…
Intervensi
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Berikan O2 melalui ventilator untuk memfasilitasi
prosedur suction.
Monitor status oksigenasi klien.
Posisikan klien pada posisi semi fowler.
Lakukan suction sesuai kebutuhan
37. Ketidakefektifan pola nafas b.d. bradipnea
Tujuan : Setelah dilakukantindakan keperawatanselama
3x24 jam polanapas menjadi efektif
kriteria hasil :
Sesak berkurang atau hilang
RR 18-24x/menit
Klien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuesi
dan kedalaman dalam rentang normal dan paru
jelas/bersih
Pernapasan klien normal ( 16-20x / menit ) tanpa ada
penggunaan otot bantu napas.
Bunyi napas normal.
pergerakan dinding dada normal
38. Ketidakefektifan pola nafas b.d. bradipnea
Lanjutan…
Intervensi :
Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan
pernapasan : dispnea, penggunaan otot-
otot pernapasan.
Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas
dalam arteri.
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
39. Hambatan pertukaran gas b.d Edema paru
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24
jam pertukaran gas membaik.
Kriteria evaluasi :
Frekuensi napas 18-20/menit
Frekuensi nadi 75-100/menit
Warna kulit normal, tidak ada dipnea
Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
Hasil analisa gas darah normal :
PH (7,35 – 7,45)
PO2 (80 – 100 mmHg)
PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
40. Hambatan pertukaran gas b.d Edema paru
Intervensi
Pantau status pernapasan tiap 4 jam, hasil GDA,
intake, dan output.
Tempatkan klien pada posisi semifowler.
Berikan terapi intravena sesuai anjuran.
Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit
selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.
Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan
pengobatan yang telah tepat serta amati bila ada
tanda-tanda toksisitas.