SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN
A. Pengkajian Riwayat Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa yang tepat, kita perlu mengkaji riwayat keperawatan klien
yang didiagnosa mengalami gangguan pada sistem endokrin. Berdasarkan hasil review
mengenai panduan pengkajian terhadap sistem endokrin. Bancos, Cheng, Prokop,
Montori, & Murad (2012) mengemukakan bahwa dalam mengkaji sistem endokrin harus
memperhatikan variabel pendekatan GRADE (Grading of Recomendations, Assessment,
Development,dan Evaluation), panduan diabetes vs non diabetes, serta panduan yang telah
dipublikasikan.
1. Data biografi dan Demografi:
a. Usia (untuk mengetahui riwayat proses patologis)
b. Jenis kelamin (untuk mengetahui kelainan somatik)
c. Tempat tinggal
Tempat tinggal merupakan data yang perlu dikaji mulai dari bayi sampai kanak-
kanak dan tempat tinggal sekarang. Dalam hal tempat tinggal, seseorang yang
tinggal di dataran tinggi, dataran rendah, dan daerah yang terkontaminasi dengan
polusI menjadi penekanan penting yang perlu dikaji.
Dalam M.joyce (2009) mengungkapkan bahwa beberapa penyakit kandung
empedu, diabetes mellitus, dan heaptitis berhubungan dengan umur atau jenis
kelamin, serta tempat tinggal klien. Biasanya pada pasien yang sudah memasuki usia
senja maka akan menghasilkan lebih sedikit hormon dan sekresi metabolik.
2. Keluhan Utama
Kaji secara menyeluruh tentang keluhan pasien, tanyakan pada klien kapan keluhan
itu muncul, sudah berapa lama di rasakan, intensitas keluhan, durasi keluhan serta
karakteristik masalah. Tanyakan juga apakah ada keluhan lain yang menyertai
seperti ada perdarahan atau memar.
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Apa yang dirasakan klien
1) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan
dansejak kapan dirasakan.
2) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari
3) Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine
4) Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
b. Apakah ada perubahan fisik tertentu dan sangat menggangu klien
seperti hal-hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secaraumum:
1) Tingkat energi
a) Apakah ada perubahan kekuatan fisik(dihubungkan dengan sejumlah
gangguan hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal).
b) Bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, apakah
dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali klien
tidak berdaya melakukannya atau bahkan klien tidur sepanjang hari merupakan
informasi yang sangat penting.
c) Lakukan pengkajian bagaimana asupan makanan klien apakah berlebih atau
kurang.
2) Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
a) Pola eliminasi khususnya urine (dipengaruhi oleh fungsi endokrin. Secara
langsung oleh ADH,Aldosteron, dan Kortisol).
b) Kaji apakah klien mengalami gejala kekurangan cairan dan bagaimana klien
mengatasinya.
c) Tanyakan kepada klien berapa volume cairan yang dikonsumsi setiap hari.
d) Kaji pola elimnasi sebelum sakit untukn membandingkan pola yang ada
sekarang.
4. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
a. Riwayat Kesehatan
Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien selain
keluhan yang dirasakan sekarang dan mungkin sudah lama dirasakan bila
dikaitkan dengan usia dan kemungkinan penyebab terjadinya yang tidak dieluhkan
karena di anggap tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari, seperti:
1) Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang misalnya: selalu kurus
meskipun banyak makan, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak
berkembang.
2) Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya: selalu terlihat kurus
meskipun makan dengan porsi yang banyak.
3) Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif,sulit bergaul, dan tidak
mampu berkonsentrasi.
Selain yang perlu dikaji dari riwayat kesehatan klien adalah apakah ada riwayat
trauma semasa kecil atau remaja , apakah ada riwayat urinasi yang berlebih dan
selalu merasa haus (tanda pada Diabetes mellitus), pola pertumbuhan yang
bererbeda dengan teman sebayanya , perubahan jumlah dan pola rambut yang tidak
semestinya, pertumbuhan kestremitas kaki, tangan , dan kepala yang dapat
mengindikasikan adanya kelainan pada endokrin.
b. Riwayat Perawatan
Dalam melakukan pengkajian peru untuk mengetahui apakah klien pernah
menjalani perawatan terkait dengan penyakit endokrin dan pengobatan apa yang
telah diberikan. Riwayat kesehatan dan perawatan klien ini dapat dijadikan data
pendukung dalam pemberian terapi selanjutnya sesuai dengan kondisi klien saat
ini.
c. Riwayat Pengobatan
Pada saat mengkaji riwayat perawatan harus lebih detail dalam
mengumpulkan data tentang penggunaan obat-obatan yang diberikan pada saat
mengalami perawatan atau gangguan kesehatan dan obat-obatan yang sampai saat
ini dikonsumsi. Obat-obatan yang dimaksud yaitu baik obat-obatan yang diperoleh
dari dokter atau petugas kesehatan maupun obat-obatan yang diperoleh secara
bebas. Jenis obat-obatan yang digunakan apakah mengandung hormon atau yang
dapat merangsang aktivitas hormonal seperti hidrokortison, Levothyroxine,
kontrasepsi oral, dan obat-obatan antihipertensif.
d. Riwayat Operasi Bedah
Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami operasi, kemoterapi, atau terapi
radiasi untuk gangguuan endokrin, khususnya dibagian kepala dan leher. Radiasi
secara khusus ini akan menyebabkan masalah pada kelenjar tiroid. Kaji adanya
penyakit yang dilakukan tindakan operasi atau biopsi karena bisa saja terjadi
kekambuhan. Selain itu pelu dicatat juga apakah klien pernah melakukan tes darah
transfusi produk darah tatu dan tindakan yang berhubungan kerusakan lapiisan
kulit dapat menjadi jalan masuk virus atau patogen lainnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti
yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan
gangguan hormonal. Menurut studi yang telah dilakukan oleh (Straub, 2014),
perubahan kondisi hormonal seperti resisten insulin, hypoandrogenemia,
hypovitaminosis D, hypercortisolemia, peningkatan aktifitas sistem saraf simpatik, dan
sistem renin-angiotensin-aldosteron dipengaruhi oleh kondisi tubuh yang mengalami
penyakit kronis tertentu.seperti:
a. Obesitas: terlihat pada peningkatan angka penderita penderita DM tipe 2 sejak tahun
1980 hingga 2008 (Bergman et al., 2013). Hal ini juga ungkapkan oleh penelitian
yang dilakukan oleh
b. Terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan: adanya gangguan pada
sistem endokrin juga terlihat pada berat badan lahir rendah (Bergman et al., 2013).
c. Kaji apakah ada kelainan pada kelenjar tiroid
d. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus
e. Infertilitas : diketahui akibat penyakit atau gangguan pada sistem endokrin, hampir
setengah dari populasi remaja pria di beberapa negara memiliki kualitas semen yang
rendah. (Bergman et al., 2013).
6. Status Sosial Ekonomi
Dalam melakukan status pengkajian sosial ekonomi harus ebih memperhatikan teknik
komunikasi arena status sosial ekonomi merupakan aspek yang sangat peka bagi
banyak orang maka dalam hal ini hindari pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau
nilai pendapata melainkan lebih difokuskan pada cara pengelolaan suatu nilai tertentu.
Mendiskusikan bersama klien tentang bagaimana klien dan keluarga memperoleh
makanan yang sehat dan mengandung gizi , upaya yang dilakukan dalam mendpatkan
pengobatan saat klien dan keluarga mengalami gangguan kesehatan dan upaya yang
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dapat mengungkapkan keadaan sosial
ekonomi klien.
7. Riwayat Nutrisi
Pada gangguan endokrin tertentu dapat dilihat adanya perubahan pada status gizi yang
diakibatkan oleh pola makan yang tidak tepat dan kebiasaan makan yang salah menjadi
salah satu faktor penyebab sehingga penting untuk mengkaji hal-hal berikut:
a. Adanya nausea, lihat apakah ada muntah dan nyeri pada abdomen
b. Terjadi penurunan atau penambahan berat badan yang drastis
c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
d. Bagaimana pola makan dan minum sehari-hari
e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat menggan
f. Gangguan fungsi endokrin seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap
kelenjartiroid. Pola diet juga diketahui dapat berpengaruh terhadap gangguan sistem
endokrin (McKinlay, Plant, Bell, & Voulvoulis, 2008).
8. Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung bertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH, kelenjar
tiroid dan kelenjar gonad.
a) Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bayi dilahirkan dengan tubuh
yang kerdil, atau terjadi selama proses pertumbuhan dan bahkan tidak dapat
diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.
b) Mengkaji secara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya
bagaimana tingkat intelegensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa
tanggung jawab.
c) Kaji pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.
9. Seks dan Reproduksi
a. Pada wanita:
1) Kaji siklus menstruasinya yang meliputi lama menstruasi, volume, frekuensi
dan perubahan fisik termasuk adanya sensasi nyeri atau kramp abdomen
sebelum selama dan sesudah haid.
2) Kaji sejak umur berapa klien pertama kali mengalami menstruasi. Bila klien
telah menikah, kaji apakah pernah hamil, pernah terjadi abortus, dan
melahirkan. Tanyakn berapa jumlah anak yang pernah dilahirkan dan apakah
klien menggunakan cara tertentu untuk membatasi kelahiran seperti
penggunaan alat kontrasepsi atau apaah ada cara tertentu untuk mendapatkan
keturunan.
b. Pada laki-laki:
1) Kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme serta bagaimana perasaan klien
setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan. Dalam
sebuah review diketahui bahwa dapat terjadi bias yang mempengaruhi peran
fungsi dan kepuasan ereksi akibat rendahnya kadar testoteron (Swiglo et al.,
2008).
2) Kaji adanya perubahan bentuk dan ukuran pada alat genitalnya.
B. Pengkajian Fisik
Pengkajian data dilakukan dengan tiga cara yakni dengan cara inspeksi, palpasi dan
perkusi. Dalam (Black & Hawks, 2015) mengungkapkan bahwa pengkajian endokrin
difokuskan pada gangguan sistem endokrin yang merupakan bagian dari kesehatan total.
Adapun cara ntuk mendapatkan suatu data objektif yang dapat digunakan pendukung
dalam penentuan diagnosa maka pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui 4 cara yaitu
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Tarwoto ; dkk, 2012)
Pada pengkajian fisik di bawah ini akan dilakukan pembahasan terkait dengan
pengakajian ganguan sistem endokrin. Menurut (LeMone, P. Burke ; Bauldoff, 2016)
resume pengkajian fisik gangguan sistem endokrin yaitu:
TEMUAN NORMAL TEMUAN TIDAK NORMAL
Tanda Vital:
Pengkajian tanda-tanda vital
dilakukan dengan mengukur
pernapasan, denyut nadi,
tekanan darah dan suhu
pasien (Tarwoto ; dkk, 2012)
Pengkajian Kulit
Inspeksi
Warna kulit tampak rata dan
sesuai dengan usia dan ras
Pada pasien dengan gangguan system hormone seperti hipertiroid
dan hipotiroid akan ditemukan adanya perubahan pada
kardivaskulernya yang meliputi bradikardi dan takhikardi,
penurunan suhu, dan tekanan darah yang juga berpengaruh pada
pasien dengan hipertiroid dan hipotiroid.
a. Pada pasien berpenyakit Addison atau sindrom Cushing
tampak terlihat adanya hiperpigmentasi.
pasien. Menurut (Smeltzer,
Bare, Hinkle, & Cheever,
2010) yang perlu diinspeksi
pada kulit selain dari
warnanya yaitu pigmentasi,
striae, ekimosis dan adanya
bintik – bitnik.
b. Hipopigmentasi terlihat pada diabetes mellitus,
hipertiroidisme, atau hipotiroidisme.
c. Warna kulit tampak kekuningan dapat mengidentifikasikan
hipotiroidisme.
d. Striae berwarna ungu pada abdomen dan memar dapat
dijumpai pada pasien yang mengalami sindrom Cushing.
Palpasi kulit untuk melihat
kelembaban, ketebalan dan
diaporesis, kaji tekstur, dan
adanya lesi. Warna kulit harus
sesuai denga ras pasien,
lembut, hangat, kering, dan
utuh tanpa lesi.
 Kulit kering dan kasar sering terlihat pada pasien dengan
hipotiroidisme, sementara kulit yang halus dan kemerah-
merahan dapat dilihat pada hipertiroidisme.
 Lesi (luka diabetik) pada ekstremitas bahwa dapat
mengidentifikasi diabetes mellitus.
Pengkajian Kuku dan
Rambut
Kaji tekstur, distribusi, dan
kondisi kulit dan rambut.
Tekstur rambut harus normal,
periksa adanya kerapuhandan
tersebar secara merata stidak
ada alopiesia
a. Hirsutisme (rambut pada wajah, dada, atau abdomen yang
berlebihan) yang bisa ditemukan pada sindrom Cushing.
Lakukan inspeksi dan palpasi
pada kuku mulai dari warna,
tekstur kuku, kaji adanya
kerapuhan pada kuku, adanya
rigi dan kelupasan serta
permukaan kuku harus merata
serta permukaannya halus.
b. Penyakit Addison paling sering menyebabkan terjadinya
peningkatan pigmentasi pada kuku
c. Kuku dan rambut yang kering, tebal, dan mudah patah dapat
dijumpai pada hipotiroidisme; kuku tipis dan mudah patah
serta rambut tipis dan halus dapat dijumpai pada
hipertiroidisme.
Pengkajian Wajah
Inspeksi simetris atau
tidaknya dan bentuk wajah
pasien.
Beberapa bentuk dan struktur dapat mengidentifikasikan
pertumbuhan yang tidak normal misalnya akromegali
(pertumbuhan tulang yang terusmenerus akibat hipersekresi
hormone pertumbuhan).
Inspeksi posisi mata. Mata
harus sama posisinya pada
kedua sisi wajah, kelopak
mata harus menutupi mata.
Kaji tanda Chvostek
Eksoftalmus (mata melotot)
dapat dijumpai pada
hipertiroidisme. (suatu
pemeriksaan untuk
Eksoftalmus atau dsebut juga mata melotot) dapat dijumpai
pada hipertiroidisme.
hipokalsemia) dengan cara
mengetukkan jari tangan anda
di depan teliang pasien pada
sudut rahang. Tanda
Chvostek positif
menyebabkan seringai wajah
disebabkan karna adanya
kontraksi berulang pada otot
wajah. Temuan normalnya
adalah tidak ada seringai
ketika menepuk wajah pasien
di depan telinga.
Pengkajian Kelenjar Tiroid
Palpasiukuran dan konsisensi
kelenjar tiroid.
Perawat berdiri di belakang
pasien kemudian letakkan jari
tangan anda di kedua sisi
trakea di bawah kartilago
tiroid. Minta pasien untuk
memiringkan kepalanya
kearah kanan. Sekarang,
minta pasien untuk menelan.
Ketika pasien menelan, geser
lobus kiri sembari meraba
lobus kanan. Ulangi hal yang
sama untuk meraba lobus kiri.
Kelenjar tiroid biasanya tidak
mudah diraba. Jika teraba,
lobusnya teraba lembut,
kenyal, dan tidak ada nodul.
a. Tiroid dapat membesar pada pasien dengan penyakit Graves
atau gondok (pembesaran kelenjar tiroid).
b. Nodul multiple dapat dijumpai pada kelainan metabolik,
sementara adanya satu nodul dapat mengidentifikasi kista atau
tumor jinak atau ganas.
c. Nodul tunggal yang membesar menunjukkan keganasan.
Pengkajian Fungsi Motorik
Kaji reflex tendon dalam.
Reflex tendon dalam dikaji
dengan menggunakan palu
reflex dan meliputi reflex
bisep, reflex brakioradialis,
reflex patella, dan reflex
achilles. Nilai normal
berkisar dari +1 (ada, tetapi
Peningkatan refleks dapat dijumpai pada hipertiroidisme;
penurunan refleks dapat dijumpai pada hipotiroidisme.
menurun) hingga +2 (normal)
hingga +3 (meningkat).
Pengkajian Fungsi Sensoris
Periksa sensitivitas pasien
terhadap nyeri, suhu, vibrasi,
sentuhan ringan, dan
stereognosis
(kemampuanuntuk
mengidentifikasi suatu benda
melalui sentuhan).Bandingkan
area simetris pada kesua sisi
tubuh dan bandingkan region
distal dan proksimal
ekstremitas. Minta pasien
untuk menutup matanya.
Fungsi sensoris harus utuh
bilateral.
 Untuk memeriksa nyeri,
gunakan ujung yang tumpul
dan tajam peniti baru.
Buang peniti setelah
digunakan atau gunakan
monofilaments test
 Untuk mengukur suhu,
gunakan cangkir atau
wadah lain berisi air dingin
dan hangat.
 Untuk memeriksa vibrasi,
gunakan garpu tala di atas
satu sendi jari tangan atau
jari kaki pasien.
 Untuk memeriksa sentuhan
ringan, gunakan gulungan
kapas.
 Untuk memeriksa
stereognosis, taruh di
a. Neuropati dan parestesia (perubahan sensasi) perifer dapat
terjadi pada diabetes, hipotiroidisme, atau akromegali.
b. Kelainan bentuk kaki dapat mengindikasikan diabetes
mellitus
tangan pasien benda yang
sederhana dan familiar,
seperti karet gelang, bola
kapas, atau kancing. Minta
pasien untuk menebak
benda tersebut.
Pengkajian
Muskuloskeletal
Inspeksi ukuran dan proporsi
struktur tubuh pasien. Ukuran
dan proporsi struktur tubuh
harus sama bilateral.
a. Ukuran tubuh yang terlalu pendek disebut juga dengan
kekerdilan yang disebabkan oleh insufisiensi hormone
pertumbuhan hipofisis
b. Sedangkan jika trjadi kelebihan hormon pertumbuhan bisa
menyebabkan acromegali dimana kondisi ini menyebabkan
tulang menjadi lebih besar
Mengkaji Tetani akibat
Hipokalsemia
Kaji tanda Trousseau (suatu
pemeriksaan untuk
hipokalsemia) dengan hasil
tetani (spasme otot yang
tonik) dengan
mengembangkan manset
tekanan darah diatas ruang
antekubital hingga tekanan
lebih besar daritekanan darah
a. Penurunan kadar kalsium menyebabkan tangan dan jari
tangan pasien berkonstraksi (spasme karpus).
b. Penurunan kadar kalsium menyebabkan otot wajah lateral
pasien berkontraksi.
sistolik selama 2-5 menit.
Temuan normalnya adalah
tidak ada spasme karpus
ketika dilakukan kompresi
lengan menggunakan manset
tekanan darah.
C. Pengkajian Lanjutan berdasarkan EBP
1. Pengkajian pada Sistem Sensori
2. Pengkajian pada sistem Integumen
Pengkajian lanjut yang dapat dilakukan pada sistem Integumen dengan kasus
Melanocytic Lesions yaitu dengan mengkaji melanoma yang cenderung bermetastase
dengan bantuan diagnosis komputer yang mempunyai tingkat sensivitas dan spesialis
dengan menggunakan program algoritma yang telah dikembangkan yaitu dengan
menegakkan kategori lesi kulit apakah jinak atau ganas, juga menegakkan jenis lesi
kulit melanoma, Clark nevus, Spitz/Red nevus, dan nevus biru dengan penggunaan
algoritma yang berisi langkah-langkah yaitu:
a. Procesing (image enhancement)
Untuk meningkatkan kualitas gambar dengan mengurangi atau bahkan menghapus
bagian-bagian yang tidak terkait kelebihan dalam gambar dermoskopik.
b. Segemntasi lesi
Untuk segmentasi lesi kulit, kita mengambil satu biji yang terletak di sudut kiri atas
gambar.
c. Ekstraksi fitur
Digunakan untuk menggambarkan garis besar lesi, karena ketidakteraturan yang
biasanya menunjukkan keganasan.
d. Seleksi fitur
e. Klasifikasi
f. Evaluasi
3. Pengkajian pada Sistem Endokrin
a. Pengkajian lanjutan yang dapat dilakukan dengan gangguan endokrin pada kasus
Diabetes Melitus yaitu dengan mendeteksi terjadinya penurun fungsi dermal
mikrovaskuler dengan mengkaji adanya hiperemi termal lokal yang bisa di ukur
pada lengan dan kaki pada pasien dengan Diabetes dengan menggunakan Laser
Doppler. (Fuchs, Dupon, Schaap, & Draijer, 2017)
b. Pengkajian yang perlu diperhatikan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin
adalah salah satunya hormon Aldosteron, kelebihan hormon aldosteron dapat
menyebabkan aldosteronisme. Pemeriksaan utama yang harus dilakukan pada
pasien dengan gangguan endokrin dengan kasus aldosteronisme adalah dengan
mengkaji tekanan darah, pada pasien dengan tekanan darah yang berkelanjutan di
atas 150/100 mmHg dapat mengakibatkan terjadinya Aldosteronisme Primer.
Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan dengan menentukan kadar aldosterin-renin jika
dibawah batas normal maka tindakan utama dilakukan dengan melakukan CTScan
pada Ginjal.(Funder et al., 2016)
c. Pengkajian lanjutan pada sistem endokrin dengan kasus Neuropati Diabetes
Pada kasus dengan neuropati Diabetes beberapa hal yang harus dikaji untuk
menentukan adanya komplikasi Cardiovaskuler Autonom Neuropati adalah:
1) Kaji mordibitas Vaskular yaitu dengan mendeteksi adanya tanda-tanda iskemik
pada pasien Diabetes asimptomatik dan pasien dengan penyakit kardiovaskuler
yang pernah diderita.
2) Kaji adanya Takikardi : pada denyut jantung istirahat yang tinggi dapat menjadi
penanda terjadinya komplikasi Cardiovaskuer Autonom Neuropati yang dapat
dilihat pada terjadinya penurunan fungsi vagal.
3) Perhatikan adanya perpanjangan interval QT dan terbalik dapat menandakan
resiko komplikasi Cardiovaskuler Autonom Neuropati
4) Pengkajian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya komplikasi
Cardiovaskuler Autonom Neuropati pada pasien Diabetes yaitu dengan tes
refleks otonom kardiovaskuler yaitu dengan mengukur denyut jantung dan
respon dari tekanan darah. Pengkajian dilakukan dengan mengukur respon
denyut jantung pada saat menarik nafas dalam, berdiri, valsava manufer, dan
respon tekanan darah pada saat berdiri. Ini dapat dilakukan untuk mendeteksi
secara dini resiko kompikasi pada Diabetes Neuropati. (Spallone, 2019)
d. Pengkajian yang dilakukan pada gangguan sistem Endokrin dengan kasus
Hypertiroidisme dengan menilai kemampuan otot fungsi tungkai tangan dengan
beberapa uji yaitu:
1. Dengan mempergunakan sebuah Dynamometer tangan untuk mengevaluasi
kekuatan pegangan tangan ditangan dominan. Pasien duduk sambil bahunya adduksi
dan netral diputar dengan siku ditekuk 90o
dan lengan bawah dan pergelangan
tangan posisis netral. Pasien meremas pegangan dynamometer sekeras mungkin dan
mempertahankan kontraksi pegangan maksimal selama 2-5 detk, pasien mengulangi
3x dalam 30 detik.
2. Tes PGT(The grooved pegboard test) digunakan untuk mengevaluasi kecekatan
tangan. PGT terdidiri dari papan dengan secangkir dibagian atas dan 25 lubang
kecil, pasien diminta untuk menempatkan 25 pasak kecil kedalam 25 lubang kecil
secepat mungkin dengan tangan dominan. Waktu yang lama menunjukkan
ketangkasan tangan yang buruk.
3. The Duruoz Hand Index (DHI) digunakan untuk menilai fungsi tangan, pasien
diminta untuk mencetak gol.
D. Pemeriksaan Diagnostik Interpretasi
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Endokrin (Pagana & Pagana, 2018).
1. ACTH Stimulation Test
Pemeriksaan darah ini pasien tidak perlu puasa, test ni bertujuan unuk mengetahui
seberapa banyak kortisol yang dikandung dalam darah setelah mendapatkan
pengobatan ACTH sintesis berupa injeksi. Nilai normal <100 pg/ml (jam 8-10
pagi)>20 Pg/dl ( > 552 mmol ).
2. Aldosteron Test
Untuk mengetahui dalam darah jumlah hormon aldosteron, dimana pemeriksaan ini
juga dilakukakan pada perawatan pasien yang mengalami hipertensi serta dapat
membantu dalam mendiagnosa penyakit DM, Gagal Ginjal, hiperflasia, adenoma
adrenal dan pengguna alkohol akut. Nilai normal jam 7 pagi = 2-9 µg/dl ; Jam 9 pagi
= 2-5 µg/dl.
3. Blood (Serum) Calsium Level Test
Test ini menilai kadar kalsium dalam darah serta menilai fungsi ginjal dan parathyroid.
Nilai normal 8.8 -1.4 mg/dl ( 2.20 – 2.60 ).
4. Cortisol Test
Untuk mengukur jumlah kadar hormon kortisol yang ada dalam darah dan membantu
dalam penegakan diagnosis addison,gagal injal,kehamilan dll. Nilai normal Jam 8 pagi
= 5-25 µg/dl; Jam 8 malam = < 10 µg/dl.
5. Fine Needle Biopsy/aspiration
Pengambilan cairan dalam jumlah sedikit atau jaringan untuk dianalisis dalam
mengetahui adanya sel sel yang abnormal.Normal bila tidak ditemukan kelainan
patologis pada jaringan lunak.
6. Folicle Stimulating Hormon (FSH) Test
Kadar FSH dalam darah pada test ini dapat membantu dalam diagnosis pubertas
terlalu cepat,gangguan menstruasi, ketidakmampuan untuk hamil. Nilai normal Laki
laki = 4 -15 mU/mL; Perempuan = 4.6 – 22.4 mU/mL. Pre pubertal laki laki = 2 – 10
mU/mL; Perempuan = 3 – 7 mU/mL.
7. Glucose Tolerance Test
Untuk menilai pasien yang beresiko DM, gula darah yang tinggi, DM dalam
kehamilan. Pemeriksaan darah ini pasien puasa makan 12 jam sebelum pemeriksaan
dan pemeriksaan urine pada saat itu pula. Nilai normal 140 mg/dL.
8. Growth hormone (GH/Somatotropin) Test
Untuk menghitung jumlah hormon pertumbuhan dalam darah danmengetahui akibat dari
abnormal serta membantu dalam diagnosis pertumbuhan terlalu lambat atau
cepat,pubertas yang lambat. Nilai normal Dewasa = 2-5 ng/mL; Anak anak = < 10
ng/mL; Newborn = 10-40 ng/mL.
9. Haemoglobin (Hb A1C) Test
Dilakukan untuk engetahui kemampuan manajemen penderita DM kronik dan menilai
jumlah kadar gula pada haemoglobin di sel darah merah yang menempel serta
menggambarkan rata rata kadar gula sebelumnya. Nilai normal 5–7%
10. Luteinizing Homone (LH) Test
Untuk mengetahui jumlah LH dalam darah dan urine dalam menilai gangguan
haid,gangguan pubertas dan kehamilan.Laki laki = 3 -18 mU/mL; Perempuan = 2.4 –
34.5 mU/mL; Anak anak = 2 – 12 mU/mL.
11. Parathyroid Hormon (PTH) Test
Pemeriksaan PTH berfungsi untuk mengetahui kadar kalsium dalam darah dalam
melakukan evaluasi terhadap fungsi parathyroid.8 – 24 pg/mL.
12. Prolactin Test
Untuk mengetahui jumlah kadar prolactin dalam darah serta membantu dalam
mendiagnosa Disfungsi ereksi,infertilitas, melihat adanya adenomaptituary serta
penyebab galactorrhea (laktasi yang tidak tepat). Nilai normal Dewasa laki laki = 0-
15 ng/mL; Perempuan = 0-20 ng/mL.
Wanita hamil:
trimester 1 = < 80 ng/mL
Trimester 2 = < 160 ng/mL
Trimester 3 = < 400 ng/mL
Newborne = < 500 ng/mL
13. Triiodothronine (T3) Test
Triiodothronine dilakukan apabila pada pemeriksaan TSH dan T4 tidak normal. Test
ini untuk melihat fungsi thyroid berfungsi dengan baik atau tidak.Nilai normal
Dewasa 80-200 ng/dL; Anak anak ( 1-14 thn) = 105-245 ng/dL; Dewasa muda ( 12-
23 thn ) = 82-213 ng/dL.
14. Thyroxine Total (T4) Test
Untuk mengetahui jumlah T4 dalam darah yang dapat membantu dalam menilai fungsi
thyroid serta adanya gangguan hiperttiroidisme dan hipotiroidisme. Nilai normal
Dewasa = 4.5 – 10.9 µg/dL; Anak anak = <15 µg/dL.
15. Thyroid Stimulating Hormon (TSH) Test
Pemeriksaan ini untuk mengetahui masalah pada kelenjar thyroid serta mengukur
jumlah TSH dalam darah. Nilai normal Dewasa = 0.4-4.2 µU/mL ; Anak anak = 0.7
– 6.4 µU/mL.
16. Thyroid Scan
Menilai nodula tyroid apakah masih berfungsi atau tidak yang dapat befokus pada
adanya suatu cancer atau goiter dilakukan pemeriksaan radioaktif ini melalui mulut.
Normal bila ukuran, posisi, etuk , berat dan fungsi dari kelenjar throid normal serta
tidak ada nodul.
17. Urinary Catecholamines
Urine tampung 24 jam ini untuk menghitung jumlah hormon epinefrin, norepinefrin
serta dopamine dalam tubuh yang dapat menjadi penyebab tekanan darah naik.
18. Vasopresin Challenge Test
Test ini dapat melihat kemampuan ginjal dalam kepekatan urine serta dapat
menetukan type diabetes incipidus yang dialami. Nilai normal < 100 µg/hari atau <
591 nmol/hari.
Interprestasi
1. CTScan thyroid
Liebert (2016) menyebutkan bahwa Pada CTScan thyroid dengan bintil jinak
didapatkan:
a. Nodul didefinisikan dengan baik dan berada dalam koloid
b. Margin halus
c. Kista tanpa komponen padat dan berdinding tipis
d. Aliran darah normal
2. Image longitudional nodul tiroid dengan kalsifikasi perifer dan halo
3. Fitur Nodul Ganas
a. tumbuh kedalam otot
b. Perbatasan tidak teratur
c. Pembesaran kelenjar getah bening
dileher
d. Kista tebal dan berdinding
e. Peningkatan aliran darah
f. Ukuran bertambah dari waktu
kewaktu
g. Magin tidak lengkap
h. Nodul didefinisikan buruk
4. longitudinal nodul tiroid padat dengan halo lengkap dan kalsifikasi kasar.
5. Batasan Kadar Gula Dalam Darah
6. Teknik pengambilan sampel FNA secara manu
7. Test TSH
Test TSH merupakan test skrining awal yang dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan thyroid. Peningkatan FT4 dapat beresiko terjadinya gangguan sistem
kardiovaskuler dimana meningkatnya resistensi pembuluh darah, terjadi
kontraktilitas jantung. Peningkatan resiko atrial fibrilasi terjadi pada
hipertyroidisme tapi tidak terjadi pada hipothyroidisme(Yang, Xin, Feng, & Yang,
2017). Sementara FT4 yang tinggi dan TSH yang rendah dalam kisaran referensi
tidak berpengaruh terhadap penyakit stroke yang merupakan penyebab utama
terjadinya kematian dan kecacatan serta antara usia atau jenis kelamin tidak
mempengaruhi terhadap penyakit stroke dan fungsi thyroid(Chaker et al., 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Aworek-korjakowska, J., & Pawe, B. K. B. (2016). Automatic Classification of Specific
Melanocytic Lesions Using Artificial Intelligence. Journal Biomed Reserach
International, 1–17. https://doi.org/doi/org/10.1155/2016/8934242
Bancos, I., Cheng, T., Prokop, L. J., Montori, V. M., & Murad, M. H. (2012). Endocrine
clinical practice guidelines in North America. A systematic assessment of quality.
Journal of Clinical Epidemiology, 65(5), 520–525.
https://doi.org/10.1016/j.jclinepi.2011.07.014
Bergman, Å., Heindel, J. J., Kasten, T., Kidd, K. A., Jobling, S., Neira, M., … Woodruff, T.
J. (2013). The impact of endocrine disruption: A consensus statement on the state of the
science. Environmental Health Perspectives, 121(4), 104–107.
https://doi.org/10.1289/ehp.1205448
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Singapura: Elsevier.
Chaker, L., Baumgartner, C., den Elzen, W. P. J., Collet, T.-H., Ikram, M. A., Blum, M. R.,
… Peeters, R. P. (2016). Thyroid Function Within the Reference Range and the Risk of
Stroke: An Individual Participant Data Analysis. The Journal of Clinical Endocrinology
& Metabolism, 101(11), 4270–4282. https://doi.org/10.1210/jc.2016-2255
Djajakusumah, T. S. (2011). Penatalaksanaan Pruritus Anogenital. Jurnal Ilmu Kesehatan
Kulit Dan Kelamin, 293.
Fuchs, D., Dupon, P. P., Schaap, L. A., & Draijer, R. (2017). The association between
diabetes and dermal microvascular dysfunction non ‑ invasively assessed by laser
Doppler with local thermal hyperemia : a systematic review with meta ‑ analysis.
Cardiovascular Diabetology, 1–12. https://doi.org/10.1186/s12933-016-0487-1
Funder, J. W., Carey, R. M., Mantero, F., Murad, M. H., Reincke, M., Shibata, H., … Young,
W. F. (2016). The Management of Primary Aldosteronism : Case Detection , Diagnosis ,
and Treatment : An Endocrine Society Clinical Practice Guideline, 101(May), 1889–
1916. https://doi.org/10.1210/jc.2015-4061
Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2018). BRUNNER & SUDDARTH’S TEXTBOOK OF
Medical-Surgical Nursing (14th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
Kowalak, J. P., Wels, W., & Mayer, B. (2016). Buku Ajar Patofisiologi. (A. Hartono, Ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
LeMone, P. Burke ; Bauldoff, G. (2016). Keperwatan Medikal Bedah. (Iskandar;T. M, Ed.)
(5th ed). Jakarta: EGC.
McKinlay, R., Plant, J. A., Bell, J. N. B., & Voulvoulis, N. (2008). Endocrine disrupting
pesticides: Implications for risk assessment. Environment International, 34(2), 168–183.
https://doi.org/10.1016/j.envint.2007.07.013
Sava, S. (2015). Effects of hyperthyroidism on hand grip strength and function, 52(6), 663–668.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner and Suddarth’s
Textbook of Medical Surgical Nursing, 12th Edition. The effects of brief mindfulness
intervention on acute pain experience: An examination of individual difference (Vol. 1).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Spallone, V. (2019). Update on the Impact , Diagnosis and Management of Cardiovascular
Autonomic Neuropathy in Diabetes : What Is Defined , What Is New , and What Is
Unmet, 3–30.
Straub, R. H. (2014). Interaction of the endocrine system with inflammation: A function of
energy and volume regulation. Arthritis Research and Therapy, 16(1), 1–15.
https://doi.org/10.1186/ar4484
Swiglo, B. A., Murad, M. H., Schünemann, H. J., Kunz, R., Vigersky, R. A., Guyatt, G. H.,
& Montori, V. M. (2008). A case for clarity, consistency, and helpfulness: State-of-the-
art clinical practice guidelines in endocrinology using the grading of recommendations,
assessment, development, and evaluation system. Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolism, 93(3), 666–673. https://doi.org/10.1210/jc.2007-1907
Tarwoto ; dkk. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. (Jusirman,
Ed.). Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Yang, H., Xin, Z., Feng, J.-P., & Yang, J.-K. (2017). Waist-to-height ratio is better than body
mass index and waist circumference as a screening criterion for metabolic syndrome in
Han Chinese adults. Medicine, 96(39), e8192.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000008192
Sistem Endokrin

More Related Content

Similar to Sistem Endokrin

Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptxInteractive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptxAdheliaSya
 
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes SurakartaPelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes SurakartaYunita Dipra
 
1. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
1. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI.pptx1. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
1. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI.pptxAnaTasya26
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKusmaWenny1
 
274409377 makalah-diabetes-melitus-tipe-2
274409377 makalah-diabetes-melitus-tipe-2274409377 makalah-diabetes-melitus-tipe-2
274409377 makalah-diabetes-melitus-tipe-2lody mamesah
 
Makalah Indeks-Antropometri.docx
Makalah Indeks-Antropometri.docxMakalah Indeks-Antropometri.docx
Makalah Indeks-Antropometri.docxNadirKiki1
 
Peran Perawat dalam pengaturan Gizi Pasien
Peran Perawat dalam pengaturan Gizi PasienPeran Perawat dalam pengaturan Gizi Pasien
Peran Perawat dalam pengaturan Gizi Pasienveronikapapo1
 
Tahapan dan teknik konseling
Tahapan dan teknik konselingTahapan dan teknik konseling
Tahapan dan teknik konselingRatnawati Sigamma
 
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Su...
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Su...Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Su...
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Su...pjj_kemenkes
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI pjj_kemenkes
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.pptPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.pptgiziunand
 
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKonsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKelinciTosca
 
asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabetes melitus deng...
asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabetes melitus deng...asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabetes melitus deng...
asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabetes melitus deng...Universitas Katolik Musi Charitas
 

Similar to Sistem Endokrin (20)

Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptxInteractive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
 
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes SurakartaPelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
 
1. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
1. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI.pptx1. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
1. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
 
274409377 makalah-diabetes-melitus-tipe-2
274409377 makalah-diabetes-melitus-tipe-2274409377 makalah-diabetes-melitus-tipe-2
274409377 makalah-diabetes-melitus-tipe-2
 
Makalah Indeks-Antropometri.docx
Makalah Indeks-Antropometri.docxMakalah Indeks-Antropometri.docx
Makalah Indeks-Antropometri.docx
 
Peran Perawat dalam pengaturan Gizi Pasien
Peran Perawat dalam pengaturan Gizi PasienPeran Perawat dalam pengaturan Gizi Pasien
Peran Perawat dalam pengaturan Gizi Pasien
 
Tahapan dan teknik konseling
Tahapan dan teknik konselingTahapan dan teknik konseling
Tahapan dan teknik konseling
 
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Su...
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Su...Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Su...
Deteksi Gangguan Reproduksi dalam Perspektif Gender dengan Pengkajian Data Su...
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI
 
Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.pptPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
 
kwasikor
kwasikorkwasikor
kwasikor
 
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKonsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
 
asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabetes melitus deng...
asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabetes melitus deng...asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabetes melitus deng...
asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabetes melitus deng...
 
Askep obesitas
Askep obesitasAskep obesitas
Askep obesitas
 
Kb 3 epidemiologi
Kb 3 epidemiologiKb 3 epidemiologi
Kb 3 epidemiologi
 
Konsep promosi kesehatan
Konsep promosi kesehatanKonsep promosi kesehatan
Konsep promosi kesehatan
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 

Recently uploaded

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 

Recently uploaded (20)

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 

Sistem Endokrin

  • 1. BAB III PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN A. Pengkajian Riwayat Keperawatan Dalam menegakkan diagnosa yang tepat, kita perlu mengkaji riwayat keperawatan klien yang didiagnosa mengalami gangguan pada sistem endokrin. Berdasarkan hasil review mengenai panduan pengkajian terhadap sistem endokrin. Bancos, Cheng, Prokop, Montori, & Murad (2012) mengemukakan bahwa dalam mengkaji sistem endokrin harus memperhatikan variabel pendekatan GRADE (Grading of Recomendations, Assessment, Development,dan Evaluation), panduan diabetes vs non diabetes, serta panduan yang telah dipublikasikan. 1. Data biografi dan Demografi: a. Usia (untuk mengetahui riwayat proses patologis) b. Jenis kelamin (untuk mengetahui kelainan somatik) c. Tempat tinggal Tempat tinggal merupakan data yang perlu dikaji mulai dari bayi sampai kanak- kanak dan tempat tinggal sekarang. Dalam hal tempat tinggal, seseorang yang tinggal di dataran tinggi, dataran rendah, dan daerah yang terkontaminasi dengan polusI menjadi penekanan penting yang perlu dikaji. Dalam M.joyce (2009) mengungkapkan bahwa beberapa penyakit kandung empedu, diabetes mellitus, dan heaptitis berhubungan dengan umur atau jenis kelamin, serta tempat tinggal klien. Biasanya pada pasien yang sudah memasuki usia senja maka akan menghasilkan lebih sedikit hormon dan sekresi metabolik. 2. Keluhan Utama Kaji secara menyeluruh tentang keluhan pasien, tanyakan pada klien kapan keluhan itu muncul, sudah berapa lama di rasakan, intensitas keluhan, durasi keluhan serta karakteristik masalah. Tanyakan juga apakah ada keluhan lain yang menyertai seperti ada perdarahan atau memar. 3. Riwayat penyakit sekarang a. Apa yang dirasakan klien 1) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan dansejak kapan dirasakan.
  • 2. 2) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari 3) Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine 4) Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi b. Apakah ada perubahan fisik tertentu dan sangat menggangu klien seperti hal-hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secaraumum: 1) Tingkat energi a) Apakah ada perubahan kekuatan fisik(dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal). b) Bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali klien tidak berdaya melakukannya atau bahkan klien tidur sepanjang hari merupakan informasi yang sangat penting. c) Lakukan pengkajian bagaimana asupan makanan klien apakah berlebih atau kurang. 2) Pola eliminasi dan keseimbangan cairan a) Pola eliminasi khususnya urine (dipengaruhi oleh fungsi endokrin. Secara langsung oleh ADH,Aldosteron, dan Kortisol). b) Kaji apakah klien mengalami gejala kekurangan cairan dan bagaimana klien mengatasinya. c) Tanyakan kepada klien berapa volume cairan yang dikonsumsi setiap hari. d) Kaji pola elimnasi sebelum sakit untukn membandingkan pola yang ada sekarang. 4. Riwayat Kesehatan Sebelumnya a. Riwayat Kesehatan Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien selain keluhan yang dirasakan sekarang dan mungkin sudah lama dirasakan bila dikaitkan dengan usia dan kemungkinan penyebab terjadinya yang tidak dieluhkan karena di anggap tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari, seperti: 1) Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang misalnya: selalu kurus meskipun banyak makan, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang. 2) Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya: selalu terlihat kurus meskipun makan dengan porsi yang banyak.
  • 3. 3) Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif,sulit bergaul, dan tidak mampu berkonsentrasi. Selain yang perlu dikaji dari riwayat kesehatan klien adalah apakah ada riwayat trauma semasa kecil atau remaja , apakah ada riwayat urinasi yang berlebih dan selalu merasa haus (tanda pada Diabetes mellitus), pola pertumbuhan yang bererbeda dengan teman sebayanya , perubahan jumlah dan pola rambut yang tidak semestinya, pertumbuhan kestremitas kaki, tangan , dan kepala yang dapat mengindikasikan adanya kelainan pada endokrin. b. Riwayat Perawatan Dalam melakukan pengkajian peru untuk mengetahui apakah klien pernah menjalani perawatan terkait dengan penyakit endokrin dan pengobatan apa yang telah diberikan. Riwayat kesehatan dan perawatan klien ini dapat dijadikan data pendukung dalam pemberian terapi selanjutnya sesuai dengan kondisi klien saat ini. c. Riwayat Pengobatan Pada saat mengkaji riwayat perawatan harus lebih detail dalam mengumpulkan data tentang penggunaan obat-obatan yang diberikan pada saat mengalami perawatan atau gangguan kesehatan dan obat-obatan yang sampai saat ini dikonsumsi. Obat-obatan yang dimaksud yaitu baik obat-obatan yang diperoleh dari dokter atau petugas kesehatan maupun obat-obatan yang diperoleh secara bebas. Jenis obat-obatan yang digunakan apakah mengandung hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal seperti hidrokortison, Levothyroxine, kontrasepsi oral, dan obat-obatan antihipertensif. d. Riwayat Operasi Bedah Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami operasi, kemoterapi, atau terapi radiasi untuk gangguuan endokrin, khususnya dibagian kepala dan leher. Radiasi secara khusus ini akan menyebabkan masalah pada kelenjar tiroid. Kaji adanya penyakit yang dilakukan tindakan operasi atau biopsi karena bisa saja terjadi kekambuhan. Selain itu pelu dicatat juga apakah klien pernah melakukan tes darah transfusi produk darah tatu dan tindakan yang berhubungan kerusakan lapiisan kulit dapat menjadi jalan masuk virus atau patogen lainnya.
  • 4. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal. Menurut studi yang telah dilakukan oleh (Straub, 2014), perubahan kondisi hormonal seperti resisten insulin, hypoandrogenemia, hypovitaminosis D, hypercortisolemia, peningkatan aktifitas sistem saraf simpatik, dan sistem renin-angiotensin-aldosteron dipengaruhi oleh kondisi tubuh yang mengalami penyakit kronis tertentu.seperti: a. Obesitas: terlihat pada peningkatan angka penderita penderita DM tipe 2 sejak tahun 1980 hingga 2008 (Bergman et al., 2013). Hal ini juga ungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh b. Terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan: adanya gangguan pada sistem endokrin juga terlihat pada berat badan lahir rendah (Bergman et al., 2013). c. Kaji apakah ada kelainan pada kelenjar tiroid d. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus e. Infertilitas : diketahui akibat penyakit atau gangguan pada sistem endokrin, hampir setengah dari populasi remaja pria di beberapa negara memiliki kualitas semen yang rendah. (Bergman et al., 2013). 6. Status Sosial Ekonomi Dalam melakukan status pengkajian sosial ekonomi harus ebih memperhatikan teknik komunikasi arena status sosial ekonomi merupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang maka dalam hal ini hindari pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapata melainkan lebih difokuskan pada cara pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan bersama klien tentang bagaimana klien dan keluarga memperoleh makanan yang sehat dan mengandung gizi , upaya yang dilakukan dalam mendpatkan pengobatan saat klien dan keluarga mengalami gangguan kesehatan dan upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dapat mengungkapkan keadaan sosial ekonomi klien.
  • 5. 7. Riwayat Nutrisi Pada gangguan endokrin tertentu dapat dilihat adanya perubahan pada status gizi yang diakibatkan oleh pola makan yang tidak tepat dan kebiasaan makan yang salah menjadi salah satu faktor penyebab sehingga penting untuk mengkaji hal-hal berikut: a. Adanya nausea, lihat apakah ada muntah dan nyeri pada abdomen b. Terjadi penurunan atau penambahan berat badan yang drastis c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan d. Bagaimana pola makan dan minum sehari-hari e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat menggan f. Gangguan fungsi endokrin seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjartiroid. Pola diet juga diketahui dapat berpengaruh terhadap gangguan sistem endokrin (McKinlay, Plant, Bell, & Voulvoulis, 2008). 8. Pertumbuhan dan perkembangan Secara langsung bertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. a) Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bayi dilahirkan dengan tubuh yang kerdil, atau terjadi selama proses pertumbuhan dan bahkan tidak dapat diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut. b) Mengkaji secara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya bagaimana tingkat intelegensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa tanggung jawab. c) Kaji pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien. 9. Seks dan Reproduksi a. Pada wanita: 1) Kaji siklus menstruasinya yang meliputi lama menstruasi, volume, frekuensi dan perubahan fisik termasuk adanya sensasi nyeri atau kramp abdomen sebelum selama dan sesudah haid. 2) Kaji sejak umur berapa klien pertama kali mengalami menstruasi. Bila klien telah menikah, kaji apakah pernah hamil, pernah terjadi abortus, dan melahirkan. Tanyakn berapa jumlah anak yang pernah dilahirkan dan apakah klien menggunakan cara tertentu untuk membatasi kelahiran seperti
  • 6. penggunaan alat kontrasepsi atau apaah ada cara tertentu untuk mendapatkan keturunan. b. Pada laki-laki: 1) Kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme serta bagaimana perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan. Dalam sebuah review diketahui bahwa dapat terjadi bias yang mempengaruhi peran fungsi dan kepuasan ereksi akibat rendahnya kadar testoteron (Swiglo et al., 2008). 2) Kaji adanya perubahan bentuk dan ukuran pada alat genitalnya. B. Pengkajian Fisik Pengkajian data dilakukan dengan tiga cara yakni dengan cara inspeksi, palpasi dan perkusi. Dalam (Black & Hawks, 2015) mengungkapkan bahwa pengkajian endokrin difokuskan pada gangguan sistem endokrin yang merupakan bagian dari kesehatan total. Adapun cara ntuk mendapatkan suatu data objektif yang dapat digunakan pendukung dalam penentuan diagnosa maka pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui 4 cara yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Tarwoto ; dkk, 2012) Pada pengkajian fisik di bawah ini akan dilakukan pembahasan terkait dengan pengakajian ganguan sistem endokrin. Menurut (LeMone, P. Burke ; Bauldoff, 2016) resume pengkajian fisik gangguan sistem endokrin yaitu: TEMUAN NORMAL TEMUAN TIDAK NORMAL Tanda Vital: Pengkajian tanda-tanda vital dilakukan dengan mengukur pernapasan, denyut nadi, tekanan darah dan suhu pasien (Tarwoto ; dkk, 2012) Pengkajian Kulit Inspeksi Warna kulit tampak rata dan sesuai dengan usia dan ras Pada pasien dengan gangguan system hormone seperti hipertiroid dan hipotiroid akan ditemukan adanya perubahan pada kardivaskulernya yang meliputi bradikardi dan takhikardi, penurunan suhu, dan tekanan darah yang juga berpengaruh pada pasien dengan hipertiroid dan hipotiroid. a. Pada pasien berpenyakit Addison atau sindrom Cushing tampak terlihat adanya hiperpigmentasi.
  • 7. pasien. Menurut (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010) yang perlu diinspeksi pada kulit selain dari warnanya yaitu pigmentasi, striae, ekimosis dan adanya bintik – bitnik. b. Hipopigmentasi terlihat pada diabetes mellitus, hipertiroidisme, atau hipotiroidisme. c. Warna kulit tampak kekuningan dapat mengidentifikasikan hipotiroidisme. d. Striae berwarna ungu pada abdomen dan memar dapat dijumpai pada pasien yang mengalami sindrom Cushing. Palpasi kulit untuk melihat kelembaban, ketebalan dan diaporesis, kaji tekstur, dan adanya lesi. Warna kulit harus sesuai denga ras pasien, lembut, hangat, kering, dan utuh tanpa lesi.  Kulit kering dan kasar sering terlihat pada pasien dengan hipotiroidisme, sementara kulit yang halus dan kemerah- merahan dapat dilihat pada hipertiroidisme.  Lesi (luka diabetik) pada ekstremitas bahwa dapat mengidentifikasi diabetes mellitus. Pengkajian Kuku dan Rambut Kaji tekstur, distribusi, dan kondisi kulit dan rambut. Tekstur rambut harus normal, periksa adanya kerapuhandan tersebar secara merata stidak ada alopiesia a. Hirsutisme (rambut pada wajah, dada, atau abdomen yang berlebihan) yang bisa ditemukan pada sindrom Cushing.
  • 8. Lakukan inspeksi dan palpasi pada kuku mulai dari warna, tekstur kuku, kaji adanya kerapuhan pada kuku, adanya rigi dan kelupasan serta permukaan kuku harus merata serta permukaannya halus. b. Penyakit Addison paling sering menyebabkan terjadinya peningkatan pigmentasi pada kuku c. Kuku dan rambut yang kering, tebal, dan mudah patah dapat dijumpai pada hipotiroidisme; kuku tipis dan mudah patah serta rambut tipis dan halus dapat dijumpai pada hipertiroidisme. Pengkajian Wajah Inspeksi simetris atau tidaknya dan bentuk wajah pasien. Beberapa bentuk dan struktur dapat mengidentifikasikan pertumbuhan yang tidak normal misalnya akromegali (pertumbuhan tulang yang terusmenerus akibat hipersekresi hormone pertumbuhan). Inspeksi posisi mata. Mata harus sama posisinya pada kedua sisi wajah, kelopak mata harus menutupi mata. Kaji tanda Chvostek Eksoftalmus (mata melotot) dapat dijumpai pada hipertiroidisme. (suatu pemeriksaan untuk Eksoftalmus atau dsebut juga mata melotot) dapat dijumpai pada hipertiroidisme.
  • 9. hipokalsemia) dengan cara mengetukkan jari tangan anda di depan teliang pasien pada sudut rahang. Tanda Chvostek positif menyebabkan seringai wajah disebabkan karna adanya kontraksi berulang pada otot wajah. Temuan normalnya adalah tidak ada seringai ketika menepuk wajah pasien di depan telinga. Pengkajian Kelenjar Tiroid Palpasiukuran dan konsisensi kelenjar tiroid. Perawat berdiri di belakang pasien kemudian letakkan jari tangan anda di kedua sisi trakea di bawah kartilago tiroid. Minta pasien untuk memiringkan kepalanya kearah kanan. Sekarang, minta pasien untuk menelan. Ketika pasien menelan, geser lobus kiri sembari meraba lobus kanan. Ulangi hal yang sama untuk meraba lobus kiri. Kelenjar tiroid biasanya tidak mudah diraba. Jika teraba, lobusnya teraba lembut, kenyal, dan tidak ada nodul. a. Tiroid dapat membesar pada pasien dengan penyakit Graves atau gondok (pembesaran kelenjar tiroid). b. Nodul multiple dapat dijumpai pada kelainan metabolik, sementara adanya satu nodul dapat mengidentifikasi kista atau tumor jinak atau ganas. c. Nodul tunggal yang membesar menunjukkan keganasan. Pengkajian Fungsi Motorik Kaji reflex tendon dalam. Reflex tendon dalam dikaji dengan menggunakan palu reflex dan meliputi reflex bisep, reflex brakioradialis, reflex patella, dan reflex achilles. Nilai normal berkisar dari +1 (ada, tetapi Peningkatan refleks dapat dijumpai pada hipertiroidisme; penurunan refleks dapat dijumpai pada hipotiroidisme.
  • 10. menurun) hingga +2 (normal) hingga +3 (meningkat). Pengkajian Fungsi Sensoris Periksa sensitivitas pasien terhadap nyeri, suhu, vibrasi, sentuhan ringan, dan stereognosis (kemampuanuntuk mengidentifikasi suatu benda melalui sentuhan).Bandingkan area simetris pada kesua sisi tubuh dan bandingkan region distal dan proksimal ekstremitas. Minta pasien untuk menutup matanya. Fungsi sensoris harus utuh bilateral.  Untuk memeriksa nyeri, gunakan ujung yang tumpul dan tajam peniti baru. Buang peniti setelah digunakan atau gunakan monofilaments test  Untuk mengukur suhu, gunakan cangkir atau wadah lain berisi air dingin dan hangat.  Untuk memeriksa vibrasi, gunakan garpu tala di atas satu sendi jari tangan atau jari kaki pasien.  Untuk memeriksa sentuhan ringan, gunakan gulungan kapas.  Untuk memeriksa stereognosis, taruh di a. Neuropati dan parestesia (perubahan sensasi) perifer dapat terjadi pada diabetes, hipotiroidisme, atau akromegali. b. Kelainan bentuk kaki dapat mengindikasikan diabetes mellitus
  • 11. tangan pasien benda yang sederhana dan familiar, seperti karet gelang, bola kapas, atau kancing. Minta pasien untuk menebak benda tersebut. Pengkajian Muskuloskeletal Inspeksi ukuran dan proporsi struktur tubuh pasien. Ukuran dan proporsi struktur tubuh harus sama bilateral. a. Ukuran tubuh yang terlalu pendek disebut juga dengan kekerdilan yang disebabkan oleh insufisiensi hormone pertumbuhan hipofisis b. Sedangkan jika trjadi kelebihan hormon pertumbuhan bisa menyebabkan acromegali dimana kondisi ini menyebabkan tulang menjadi lebih besar Mengkaji Tetani akibat Hipokalsemia Kaji tanda Trousseau (suatu pemeriksaan untuk hipokalsemia) dengan hasil tetani (spasme otot yang tonik) dengan mengembangkan manset tekanan darah diatas ruang antekubital hingga tekanan lebih besar daritekanan darah a. Penurunan kadar kalsium menyebabkan tangan dan jari tangan pasien berkonstraksi (spasme karpus). b. Penurunan kadar kalsium menyebabkan otot wajah lateral pasien berkontraksi.
  • 12. sistolik selama 2-5 menit. Temuan normalnya adalah tidak ada spasme karpus ketika dilakukan kompresi lengan menggunakan manset tekanan darah. C. Pengkajian Lanjutan berdasarkan EBP 1. Pengkajian pada Sistem Sensori 2. Pengkajian pada sistem Integumen Pengkajian lanjut yang dapat dilakukan pada sistem Integumen dengan kasus Melanocytic Lesions yaitu dengan mengkaji melanoma yang cenderung bermetastase dengan bantuan diagnosis komputer yang mempunyai tingkat sensivitas dan spesialis dengan menggunakan program algoritma yang telah dikembangkan yaitu dengan menegakkan kategori lesi kulit apakah jinak atau ganas, juga menegakkan jenis lesi kulit melanoma, Clark nevus, Spitz/Red nevus, dan nevus biru dengan penggunaan algoritma yang berisi langkah-langkah yaitu: a. Procesing (image enhancement) Untuk meningkatkan kualitas gambar dengan mengurangi atau bahkan menghapus bagian-bagian yang tidak terkait kelebihan dalam gambar dermoskopik. b. Segemntasi lesi Untuk segmentasi lesi kulit, kita mengambil satu biji yang terletak di sudut kiri atas gambar. c. Ekstraksi fitur Digunakan untuk menggambarkan garis besar lesi, karena ketidakteraturan yang biasanya menunjukkan keganasan. d. Seleksi fitur e. Klasifikasi f. Evaluasi
  • 13. 3. Pengkajian pada Sistem Endokrin a. Pengkajian lanjutan yang dapat dilakukan dengan gangguan endokrin pada kasus Diabetes Melitus yaitu dengan mendeteksi terjadinya penurun fungsi dermal mikrovaskuler dengan mengkaji adanya hiperemi termal lokal yang bisa di ukur pada lengan dan kaki pada pasien dengan Diabetes dengan menggunakan Laser Doppler. (Fuchs, Dupon, Schaap, & Draijer, 2017) b. Pengkajian yang perlu diperhatikan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin adalah salah satunya hormon Aldosteron, kelebihan hormon aldosteron dapat menyebabkan aldosteronisme. Pemeriksaan utama yang harus dilakukan pada pasien dengan gangguan endokrin dengan kasus aldosteronisme adalah dengan mengkaji tekanan darah, pada pasien dengan tekanan darah yang berkelanjutan di atas 150/100 mmHg dapat mengakibatkan terjadinya Aldosteronisme Primer. Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan dengan menentukan kadar aldosterin-renin jika dibawah batas normal maka tindakan utama dilakukan dengan melakukan CTScan pada Ginjal.(Funder et al., 2016) c. Pengkajian lanjutan pada sistem endokrin dengan kasus Neuropati Diabetes Pada kasus dengan neuropati Diabetes beberapa hal yang harus dikaji untuk menentukan adanya komplikasi Cardiovaskuler Autonom Neuropati adalah: 1) Kaji mordibitas Vaskular yaitu dengan mendeteksi adanya tanda-tanda iskemik pada pasien Diabetes asimptomatik dan pasien dengan penyakit kardiovaskuler yang pernah diderita. 2) Kaji adanya Takikardi : pada denyut jantung istirahat yang tinggi dapat menjadi penanda terjadinya komplikasi Cardiovaskuer Autonom Neuropati yang dapat dilihat pada terjadinya penurunan fungsi vagal. 3) Perhatikan adanya perpanjangan interval QT dan terbalik dapat menandakan resiko komplikasi Cardiovaskuler Autonom Neuropati 4) Pengkajian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya komplikasi Cardiovaskuler Autonom Neuropati pada pasien Diabetes yaitu dengan tes refleks otonom kardiovaskuler yaitu dengan mengukur denyut jantung dan respon dari tekanan darah. Pengkajian dilakukan dengan mengukur respon denyut jantung pada saat menarik nafas dalam, berdiri, valsava manufer, dan respon tekanan darah pada saat berdiri. Ini dapat dilakukan untuk mendeteksi secara dini resiko kompikasi pada Diabetes Neuropati. (Spallone, 2019)
  • 14. d. Pengkajian yang dilakukan pada gangguan sistem Endokrin dengan kasus Hypertiroidisme dengan menilai kemampuan otot fungsi tungkai tangan dengan beberapa uji yaitu: 1. Dengan mempergunakan sebuah Dynamometer tangan untuk mengevaluasi kekuatan pegangan tangan ditangan dominan. Pasien duduk sambil bahunya adduksi dan netral diputar dengan siku ditekuk 90o dan lengan bawah dan pergelangan tangan posisis netral. Pasien meremas pegangan dynamometer sekeras mungkin dan mempertahankan kontraksi pegangan maksimal selama 2-5 detk, pasien mengulangi 3x dalam 30 detik. 2. Tes PGT(The grooved pegboard test) digunakan untuk mengevaluasi kecekatan tangan. PGT terdidiri dari papan dengan secangkir dibagian atas dan 25 lubang kecil, pasien diminta untuk menempatkan 25 pasak kecil kedalam 25 lubang kecil secepat mungkin dengan tangan dominan. Waktu yang lama menunjukkan ketangkasan tangan yang buruk. 3. The Duruoz Hand Index (DHI) digunakan untuk menilai fungsi tangan, pasien diminta untuk mencetak gol. D. Pemeriksaan Diagnostik Interpretasi Pemeriksaan Diagnostik Sistem Endokrin (Pagana & Pagana, 2018). 1. ACTH Stimulation Test Pemeriksaan darah ini pasien tidak perlu puasa, test ni bertujuan unuk mengetahui seberapa banyak kortisol yang dikandung dalam darah setelah mendapatkan pengobatan ACTH sintesis berupa injeksi. Nilai normal <100 pg/ml (jam 8-10 pagi)>20 Pg/dl ( > 552 mmol ). 2. Aldosteron Test Untuk mengetahui dalam darah jumlah hormon aldosteron, dimana pemeriksaan ini juga dilakukakan pada perawatan pasien yang mengalami hipertensi serta dapat membantu dalam mendiagnosa penyakit DM, Gagal Ginjal, hiperflasia, adenoma adrenal dan pengguna alkohol akut. Nilai normal jam 7 pagi = 2-9 µg/dl ; Jam 9 pagi = 2-5 µg/dl. 3. Blood (Serum) Calsium Level Test Test ini menilai kadar kalsium dalam darah serta menilai fungsi ginjal dan parathyroid. Nilai normal 8.8 -1.4 mg/dl ( 2.20 – 2.60 ). 4. Cortisol Test
  • 15. Untuk mengukur jumlah kadar hormon kortisol yang ada dalam darah dan membantu dalam penegakan diagnosis addison,gagal injal,kehamilan dll. Nilai normal Jam 8 pagi = 5-25 µg/dl; Jam 8 malam = < 10 µg/dl. 5. Fine Needle Biopsy/aspiration Pengambilan cairan dalam jumlah sedikit atau jaringan untuk dianalisis dalam mengetahui adanya sel sel yang abnormal.Normal bila tidak ditemukan kelainan patologis pada jaringan lunak. 6. Folicle Stimulating Hormon (FSH) Test Kadar FSH dalam darah pada test ini dapat membantu dalam diagnosis pubertas terlalu cepat,gangguan menstruasi, ketidakmampuan untuk hamil. Nilai normal Laki laki = 4 -15 mU/mL; Perempuan = 4.6 – 22.4 mU/mL. Pre pubertal laki laki = 2 – 10 mU/mL; Perempuan = 3 – 7 mU/mL. 7. Glucose Tolerance Test Untuk menilai pasien yang beresiko DM, gula darah yang tinggi, DM dalam kehamilan. Pemeriksaan darah ini pasien puasa makan 12 jam sebelum pemeriksaan dan pemeriksaan urine pada saat itu pula. Nilai normal 140 mg/dL. 8. Growth hormone (GH/Somatotropin) Test Untuk menghitung jumlah hormon pertumbuhan dalam darah danmengetahui akibat dari abnormal serta membantu dalam diagnosis pertumbuhan terlalu lambat atau cepat,pubertas yang lambat. Nilai normal Dewasa = 2-5 ng/mL; Anak anak = < 10 ng/mL; Newborn = 10-40 ng/mL. 9. Haemoglobin (Hb A1C) Test Dilakukan untuk engetahui kemampuan manajemen penderita DM kronik dan menilai jumlah kadar gula pada haemoglobin di sel darah merah yang menempel serta menggambarkan rata rata kadar gula sebelumnya. Nilai normal 5–7% 10. Luteinizing Homone (LH) Test Untuk mengetahui jumlah LH dalam darah dan urine dalam menilai gangguan haid,gangguan pubertas dan kehamilan.Laki laki = 3 -18 mU/mL; Perempuan = 2.4 – 34.5 mU/mL; Anak anak = 2 – 12 mU/mL. 11. Parathyroid Hormon (PTH) Test Pemeriksaan PTH berfungsi untuk mengetahui kadar kalsium dalam darah dalam melakukan evaluasi terhadap fungsi parathyroid.8 – 24 pg/mL. 12. Prolactin Test
  • 16. Untuk mengetahui jumlah kadar prolactin dalam darah serta membantu dalam mendiagnosa Disfungsi ereksi,infertilitas, melihat adanya adenomaptituary serta penyebab galactorrhea (laktasi yang tidak tepat). Nilai normal Dewasa laki laki = 0- 15 ng/mL; Perempuan = 0-20 ng/mL. Wanita hamil: trimester 1 = < 80 ng/mL Trimester 2 = < 160 ng/mL Trimester 3 = < 400 ng/mL Newborne = < 500 ng/mL 13. Triiodothronine (T3) Test Triiodothronine dilakukan apabila pada pemeriksaan TSH dan T4 tidak normal. Test ini untuk melihat fungsi thyroid berfungsi dengan baik atau tidak.Nilai normal Dewasa 80-200 ng/dL; Anak anak ( 1-14 thn) = 105-245 ng/dL; Dewasa muda ( 12- 23 thn ) = 82-213 ng/dL. 14. Thyroxine Total (T4) Test Untuk mengetahui jumlah T4 dalam darah yang dapat membantu dalam menilai fungsi thyroid serta adanya gangguan hiperttiroidisme dan hipotiroidisme. Nilai normal Dewasa = 4.5 – 10.9 µg/dL; Anak anak = <15 µg/dL. 15. Thyroid Stimulating Hormon (TSH) Test Pemeriksaan ini untuk mengetahui masalah pada kelenjar thyroid serta mengukur jumlah TSH dalam darah. Nilai normal Dewasa = 0.4-4.2 µU/mL ; Anak anak = 0.7 – 6.4 µU/mL. 16. Thyroid Scan Menilai nodula tyroid apakah masih berfungsi atau tidak yang dapat befokus pada adanya suatu cancer atau goiter dilakukan pemeriksaan radioaktif ini melalui mulut. Normal bila ukuran, posisi, etuk , berat dan fungsi dari kelenjar throid normal serta tidak ada nodul. 17. Urinary Catecholamines Urine tampung 24 jam ini untuk menghitung jumlah hormon epinefrin, norepinefrin serta dopamine dalam tubuh yang dapat menjadi penyebab tekanan darah naik. 18. Vasopresin Challenge Test Test ini dapat melihat kemampuan ginjal dalam kepekatan urine serta dapat menetukan type diabetes incipidus yang dialami. Nilai normal < 100 µg/hari atau < 591 nmol/hari.
  • 17. Interprestasi 1. CTScan thyroid Liebert (2016) menyebutkan bahwa Pada CTScan thyroid dengan bintil jinak didapatkan: a. Nodul didefinisikan dengan baik dan berada dalam koloid b. Margin halus c. Kista tanpa komponen padat dan berdinding tipis d. Aliran darah normal 2. Image longitudional nodul tiroid dengan kalsifikasi perifer dan halo 3. Fitur Nodul Ganas
  • 18. a. tumbuh kedalam otot b. Perbatasan tidak teratur c. Pembesaran kelenjar getah bening dileher d. Kista tebal dan berdinding e. Peningkatan aliran darah f. Ukuran bertambah dari waktu kewaktu g. Magin tidak lengkap h. Nodul didefinisikan buruk 4. longitudinal nodul tiroid padat dengan halo lengkap dan kalsifikasi kasar. 5. Batasan Kadar Gula Dalam Darah
  • 19. 6. Teknik pengambilan sampel FNA secara manu 7. Test TSH Test TSH merupakan test skrining awal yang dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan thyroid. Peningkatan FT4 dapat beresiko terjadinya gangguan sistem kardiovaskuler dimana meningkatnya resistensi pembuluh darah, terjadi kontraktilitas jantung. Peningkatan resiko atrial fibrilasi terjadi pada hipertyroidisme tapi tidak terjadi pada hipothyroidisme(Yang, Xin, Feng, & Yang, 2017). Sementara FT4 yang tinggi dan TSH yang rendah dalam kisaran referensi tidak berpengaruh terhadap penyakit stroke yang merupakan penyebab utama terjadinya kematian dan kecacatan serta antara usia atau jenis kelamin tidak mempengaruhi terhadap penyakit stroke dan fungsi thyroid(Chaker et al., 2016).
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Aworek-korjakowska, J., & Pawe, B. K. B. (2016). Automatic Classification of Specific Melanocytic Lesions Using Artificial Intelligence. Journal Biomed Reserach International, 1–17. https://doi.org/doi/org/10.1155/2016/8934242 Bancos, I., Cheng, T., Prokop, L. J., Montori, V. M., & Murad, M. H. (2012). Endocrine clinical practice guidelines in North America. A systematic assessment of quality. Journal of Clinical Epidemiology, 65(5), 520–525. https://doi.org/10.1016/j.jclinepi.2011.07.014 Bergman, Å., Heindel, J. J., Kasten, T., Kidd, K. A., Jobling, S., Neira, M., … Woodruff, T. J. (2013). The impact of endocrine disruption: A consensus statement on the state of the science. Environmental Health Perspectives, 121(4), 104–107. https://doi.org/10.1289/ehp.1205448 Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Singapura: Elsevier. Chaker, L., Baumgartner, C., den Elzen, W. P. J., Collet, T.-H., Ikram, M. A., Blum, M. R., … Peeters, R. P. (2016). Thyroid Function Within the Reference Range and the Risk of Stroke: An Individual Participant Data Analysis. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 101(11), 4270–4282. https://doi.org/10.1210/jc.2016-2255 Djajakusumah, T. S. (2011). Penatalaksanaan Pruritus Anogenital. Jurnal Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin, 293. Fuchs, D., Dupon, P. P., Schaap, L. A., & Draijer, R. (2017). The association between diabetes and dermal microvascular dysfunction non ‑ invasively assessed by laser Doppler with local thermal hyperemia : a systematic review with meta ‑ analysis. Cardiovascular Diabetology, 1–12. https://doi.org/10.1186/s12933-016-0487-1 Funder, J. W., Carey, R. M., Mantero, F., Murad, M. H., Reincke, M., Shibata, H., … Young, W. F. (2016). The Management of Primary Aldosteronism : Case Detection , Diagnosis , and Treatment : An Endocrine Society Clinical Practice Guideline, 101(May), 1889– 1916. https://doi.org/10.1210/jc.2015-4061 Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2018). BRUNNER & SUDDARTH’S TEXTBOOK OF Medical-Surgical Nursing (14th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer. Kowalak, J. P., Wels, W., & Mayer, B. (2016). Buku Ajar Patofisiologi. (A. Hartono, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC. LeMone, P. Burke ; Bauldoff, G. (2016). Keperwatan Medikal Bedah. (Iskandar;T. M, Ed.) (5th ed). Jakarta: EGC.
  • 21. McKinlay, R., Plant, J. A., Bell, J. N. B., & Voulvoulis, N. (2008). Endocrine disrupting pesticides: Implications for risk assessment. Environment International, 34(2), 168–183. https://doi.org/10.1016/j.envint.2007.07.013 Sava, S. (2015). Effects of hyperthyroidism on hand grip strength and function, 52(6), 663–668. Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing, 12th Edition. The effects of brief mindfulness intervention on acute pain experience: An examination of individual difference (Vol. 1). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Spallone, V. (2019). Update on the Impact , Diagnosis and Management of Cardiovascular Autonomic Neuropathy in Diabetes : What Is Defined , What Is New , and What Is Unmet, 3–30. Straub, R. H. (2014). Interaction of the endocrine system with inflammation: A function of energy and volume regulation. Arthritis Research and Therapy, 16(1), 1–15. https://doi.org/10.1186/ar4484 Swiglo, B. A., Murad, M. H., Schünemann, H. J., Kunz, R., Vigersky, R. A., Guyatt, G. H., & Montori, V. M. (2008). A case for clarity, consistency, and helpfulness: State-of-the- art clinical practice guidelines in endocrinology using the grading of recommendations, assessment, development, and evaluation system. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 93(3), 666–673. https://doi.org/10.1210/jc.2007-1907 Tarwoto ; dkk. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. (Jusirman, Ed.). Jakarta Timur: CV. Trans Info Media. Yang, H., Xin, Z., Feng, J.-P., & Yang, J.-K. (2017). Waist-to-height ratio is better than body mass index and waist circumference as a screening criterion for metabolic syndrome in Han Chinese adults. Medicine, 96(39), e8192. https://doi.org/10.1097/MD.0000000000008192