SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan Keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada klien ca serviks
2.1.1 Pengkajian
1) Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Budiono & Pertami,S
2015). Pengkajian status gizi pasien dengan gangguan nutrisi dapat dikaji dengan
menggunakan pedoman A-B-C-D
a) Anthropometric Measurement (A)
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran tubuh dan bagian
khusus tubuh. Pengukuran anthropometri dapat membantu dalam
mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk :
1) Tinggi badan dan berat badan Pengukuran tinggi badan dan berat badan
pasien harus diperoleh ketika masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan
kesehatan. Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa
tubuh (body massa index) dan berat tubuh ideal (ideal body weight). Rumus BMI
yaitu : BB (kg) TB (m) Ideal body weight (IBW) merupakan perhitungan berta
19
badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Rumus IBW yaitu : TB-100(-
/+)10% ( TB-100) 27
a) Untuk perempuan :
(1) Kurus : < 18,5 kg/m2
(2) Normal : 18,5 – 23 kg/m2
(3)Kegemukan : 23,5 – 27 kg/m2 (4)Obesitas : > 27 kg/m2
b) Untuk laki – laki :
(1) Kurus : < 18,5 kg/m2
(2) Normal : 18,5 – 25 kg/m2
(3) Kegemukan : 25 – 27 kg/m2
(4) Obesitas : > 27 kg/m2
2) Lingkar pergelangan tangan Lingkar pergelangan tangan digunakan untuk
memperkirakan kerangka tubuh klien. Tabel 2.5 Standar ukur Anthropometri
berdasarkan kelompok umur.
a) Tes laboratorium Tes laboratorium biasanya digunakan untuk mempelajari
status nutrisi termasuk ukuran protein plasma, seperti albumin, transferin, retinol
yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin.. Untuk
hasil pemeriksaan akan didapatkan hasil, Albumin 4-5mg/100 ml, Transferin 170-
25 mg/100 ml, Hb 12 mg%, BUN 10- 20 mg/100 ml dan ekskresi kreatinin untuk
24 jam (laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100 ml).
20
b) Tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk ukuran
imunitas, seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran metabolisme
protein, seperti studi 24 jam nitrogen urea urine dan keseimbangan nitrogen
(Doengoes, 2005)
c) Cinical Sign
Klien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda-tanda klinik yang
jelas. Tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya, tetapi
juga fungsi fisiologisnya.
d) Dietary history
(1) Kebiasaan asupan makanan dan cairan: pilihan, alergi, masalah, dan area
yang berhubungan lainnya, seperti kemampuan klien untuk memperoleh
makanan.
(2) Tingkat aktivitas: untuk menentukan kebutuhan energi dan
membandingkannya dengan asupan makanan. 3 Faktor yang memengaruhi pola
diet dan status nutrisi:
a) Status kesehatan: nafsu makan, anoreksia, dan dukungan nutrisi
b) Kultur dan agama: jenis makanan dan diet, jumlah, kebiasaan makanan
etnik.
c) Status sosial ekonomi: kecukupan ekonomi untuk menunjang harga
makanan.
21
d) Pilihan pribadi: kesukaan terhadap diet, makanan favorit atau yang
dihindari, makanan mewah (simbol status).
e) Faktor psikologis: motivasi untuk makan makanan yang seimbang, persepsi
tentang diet, makanan mempunyai nilai simbolik (susu/kelemahan,
daging/kekuatan).
f) Alkohol dan obat-obatan: alkohol dan obat berlebihan berdampak pada
defisiensi nutrisi, memengaruhi organ gastrointestinal, menekan nafsu makan,
menghabiskan zat gizi yang tersimpan, dan mengurangi absorbsi zat gizi di
dalam intestinal.
g) Kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan: mitos terhadap
makanan, minat terhadap makanan, tekanan sebaya, keinginan untuk
mengontrol pilihan diet. Keyakinan terhadap makanan sering salah satunya
(yogurt lebih bernutrisi dari susu, kerang meningkatkan potensi seksual, madu
lebih menyehatkan dari pada gula).
(3) Catatan makanan dalam 24 jam, frekuensi makan yang membantu untuk
menyusun pola makanan sepanjang waktu.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, klien mengalami daya tahan tubuh menurun sehingga
penyakit ca serviks semakin berkembang sehingga terjadi kematian.
22
b) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda(2010). Biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri di sekitar
vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu
makan.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS
(Ariani,2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada
riwayat penyakit keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS.
d) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga seperti ibu dan saudara perempuan juga menentukan
tingginya potensi terkena kanker serviks. Setidaknya risiko meningkat
dua kali lipat di bandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat
keluarga. Hal ini terjadi karena dalam riwayat keluarga terdapat sistem
imun yang sama, sel yang dibawa oleh faktor keturunan, serta daya
tahan tubuh dan faktor terinfeksi yang sama (Pusat info studi Kanker,
2014).
23
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.1.3 Intervensi keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada klien kanker serviks
Tabel 2.1 intervensi keperawatan
No Diagnosa Rencana asuhan keperawatan
Tujuan & KH Intervensi
1 Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuh -
an tubuh
Nutrisi status:
Setelah tindakan
keperawatan
selama 3 X 24 jam
kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
dengan KH:
a. Tidak ada tanda–
tanda mal nutrisi
b. Memperlihatkan
adanya selera
makan
c. Tidak terjadi
penurunan berat
badan
Manajemen nutrisi:
a. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
nutrisi yang dibutuhkan
pasien
b. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan
mengonsumsi protein
dan vitamin
d. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
e. Observasi kemampuan
pasien untuk mendapat-
kan nutrisi yang
24
No Diagnosa Rencana asuhan keperawatan
Tujuan & KH Intervensi
dibutuhkan
f. Tentukan status gizi
pasien
g. Anjurkan makan sedikit
tapi sering
h. Ukur berat badan dan
tinggi badan pasien setiap
hari
i. Sarankan kebiasaan oral
hygine sebelum dan
sesudah makan
2.1.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Tahap pelaksanaan merupakan
tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan (Ria Riksani &
25
Reimediaservis2016).
2.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Tahap evaluasi merupakan tahap akhir proses
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan darirencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Tahap evaluasi terdiri
atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau menilai respon
pasien, sedangkan Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan atas target tujuan
yang diharapkan (Ria Riksani & Reimediaservis2016).
2.2 Konsep Kanker Serviks
2.2.1 Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak
vagina (Diananda, 2010). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang
26
berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat
juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015),
sedangkan menurut Mitayani (2011). Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel
serviks dengan karakteristik histologi.Proses perubahan pertama menjadi tumor ini
mulai terjadi pada sel-sel squamoco lummar junction. Kanker serviks ini terjadi
paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia
dini yaitu 18 tahun.
2.2.2 Etiologi Kanker Serviks
Etiologi pasti kanker serviks belum diketahui namun ada keadaan tertentu
yang berhubungan erat dengan penyakit ini, sehingga dapat dianggap faktor resiko.
Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 dikatakan dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya kanker serviks (Diananda, 2009). HPV biasa
disebut wart virus (virus kutil) memiliki lebih dari 100 tipe yang telah diidentifikasi.
Tipe 16 dan 18 yang menyebabkan perubahan sel-sel pada vagina atau serviks yang
pada mulanya menjadi displasia dan selanjutnya berkembang menjadi kanker leher
rahim. Menurut data WHO 87% kanker serviks disebabkan oleh HPV-16 dan 9%
disebabkan HPV-18 (WHO, 2010).
2.2.3 Patofisiologi Kanker Serviks
kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain
mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit
membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (biasa terdapat pada terapi
eksternal radiasi). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu
27
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan
resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua akan berdampak buruk bagi tubuh
yang menyebabkan kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko
injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status
kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu
dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).
2.2.4 Tanda Dan Gejala Kanker Serviks
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks
stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada
umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala-gejala umum yang
terjadi pada penderita kanker ini adalah :
1) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah keluar dari vagina ini makin
lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2) Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
4) Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.
5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
28
6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besarbagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh (Andrijono, 2010).
2.2.5 Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi sadar, lemah dan
tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
1) Kepala: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
rambut rontok, mudah tercabut.
2) Mata: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
konjungtiva anemis dan skeleraikterik.
3) Leher: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan
4) Thoraks
Dada: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan
Jantung: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan
29
5) Abdomen: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
6) Genetalia: Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,
keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner dan suddarth, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan
pervagina.
7) Ekstermitas: Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium lanjut
mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan atau kebas pada tangan
dan kaki.
2.2.6 Komplikasi Kanker Serviks
1) Vagina kering
2) Menstruasi berhenti atau tidak teratur.
3) Kehilangan nafsu seksual.
4) Sensasi rasa panas dan berkeringat.
5) Berkeringat berlebihan, meski di malam hari.
6) Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan buang air
kecil tanpa disengaja saat batuk atau bersin kondisi ini dikenal sebagai
inkontinensia urine.
7) Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang rapuh.
2.2.7 Penatalaksanaan Kanker Serviks
30
a. Bila diagnose histopatologik telah dibuat, maka pengobatan harus segera dilakukan
dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
1) Letak dan luas lesi
2) Usia dan jumlah anal serta keinginan menambah anak
3) Adanya patologi lain dalam uterus
4) Keadaan sosial ekonomi
b. Pengobatan kanker serviks tergantung pada tingkatan stadium klinis. Secara umum
dapat digolongkan ke dalam tiga golongan terapi (Indriyani, 1991) yaitu :
1) Operasi
Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histirektomi
radikal,histerektomi ekstrafasial dan limpadenotomi. Pada stadium klinis II, di
samping operasi, dilakukan juga terapi radiasi untuk mengurangi resiko
penyakit sentral yang terus berlanjut.
2) Radioterapi
Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Terapi radiasi dilakukan
pada stadium klinis III. Selain radiasi terkadang diberikan pada kemoterapi
sebagai kombinasi terapi.
31
3) Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena
metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B
dan hanya bersifat paliatif. Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan
kanker sejak tahun 1950 dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil
ukuran kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan
sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang
juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet atau pil, suntikan,
atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau
bahkan sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada
jenis obat-obatan yang diberikan dan seberapa banyak. Kemoterapi
membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat
membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a) Sel darah Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat, penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b) Sel-sel pada akar rambut Kemoterapi dapat menyebabkan rambut
rontok. Rambut penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur.
c) Sel yang melapisi saluran pencernaan Kemoterapi menurunkan nafsu
makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.
32
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di
tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri
sendi, atau kaki bengkak. Menurut Reeder dkk (2013), penatalaksanaan
pada kanker serviks yaitu:
1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau
dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks
sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan
radioterapi.
2.2.8 Pencegahan Kanker Serviks
Menurut Rasjid tahun 2010, ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks :
a. Pencegahan primer
1) Promosi dan edukasi pola hidup sehat
2) Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun.
33
3) Berperan menghentikan atau mencegah perubahan keganasan sel-sel, seperti
yang terjadi pada permukaan serviks.
4) Penggunaan vaksinasi HPV bias mengurangi infeksi Human Papiloma
karena mempunyai proteksi >90%.
b. Pencegahan sekunder
1) Pencegahan sekunder – pasien dengan resiko sedang
Hasiltes Pap yang negative sebanyak tiga kali berturut-turut dengan
selisih waktu satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk
pasien (atau partner hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui)
dianjurkan untuk tes pap tiap tahun.
2) Pencegahan sekunder – pasien dengan resiko tinggi
Pasien yang memulai hubungan seksual usia <20 tahun dan wanita
yang mempunyai banyak partner (multiple partner) seharusnya melakukan
tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval
sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien resiko
khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat seksual berulang.
3) Pencegahan tersier
Meliputi pelayanan di pukesmas tambak rejo (diagnosis dan pengobatan)
serta tindakan paliatif untuk meningkatkan kwalitas hidup pasien.
34
2.3 Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi
2.3.1 Definisi gangguan pemenuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam aktifitas tubuh (Alimul,
2006).
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan
sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat
lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah 2010). Masalah nutrisi erat kaitannya
dengan dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor – faktor yang
mempengaruhinya. Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada
nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit /
terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi. Tubuh
memerlukan energi untuk fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan
suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Metabolisme dapat
berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
2.3.2 Faktor risiko
a. Beberapa faktor penyebab gangguan nutrisi pada penderita kanker serviks yaitu:
35
1. Kurang nafsu makan di sebabkan oleh faktor psikologik dan terhadap
kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra pengecap
(lidah).
2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena masalah pada
saluran cerna, gangguan kebutuhan nurtisi, zat gizi, dan kehilangan
cairan dan elektrolit karena muntah-muntah dan diare.
3. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
4. Peningkatan pengeluaran energi.
2.3.3 Kondisi klinis terkait
a. Postur tubuh kurus.
b. Kurangnya pemberian asupan makanan yang bergizi dan
c. Kurangnya pengetahuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
OPTIMASI NUTRISI PADA KLIEN KANKER SERVIKS

More Related Content

What's hot

Jurnal studi validasi bumil
Jurnal studi validasi bumilJurnal studi validasi bumil
Jurnal studi validasi bumilFaiZal RaZak
 
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi
M3 kb3   nutrisi dan eliminasiM3 kb3   nutrisi dan eliminasi
M3 kb3 nutrisi dan eliminasippghybrid4
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisipjj_kemenkes
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...Warnet Raha
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
Dokumentasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Dokumentasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan NutrisiDokumentasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Dokumentasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan NutrisiAlfi Jauharo
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan pjj_kemenkes
 
Modul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status giziModul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status gizimeiwulandari24
 
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompoktip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompokYohanes Kristianto
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN pjj_kemenkes
 
Konsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiKonsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan pjj_kemenkes
 
Buku studi-diet-total-survei-konsumsi-makanan-individu-riau-2014
Buku studi-diet-total-survei-konsumsi-makanan-individu-riau-2014Buku studi-diet-total-survei-konsumsi-makanan-individu-riau-2014
Buku studi-diet-total-survei-konsumsi-makanan-individu-riau-2014Sherly Aulia
 
Isu terkini keamanan_pangan
Isu terkini keamanan_panganIsu terkini keamanan_pangan
Isu terkini keamanan_panganSutisna Saza
 

What's hot (19)

Jurnal studi validasi bumil
Jurnal studi validasi bumilJurnal studi validasi bumil
Jurnal studi validasi bumil
 
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi
M3 kb3   nutrisi dan eliminasiM3 kb3   nutrisi dan eliminasi
M3 kb3 nutrisi dan eliminasi
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
 
Dokumentasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Dokumentasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan NutrisiDokumentasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Dokumentasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan Nutrisi
 
Askep nutrisi
Askep nutrisiAskep nutrisi
Askep nutrisi
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
 
Modul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status giziModul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status gizi
 
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompoktip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN
 
Konsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiKonsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisi
 
Ppt nutrisi
Ppt nutrisiPpt nutrisi
Ppt nutrisi
 
Kolorectal ppk
Kolorectal ppkKolorectal ppk
Kolorectal ppk
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
 
Buku studi-diet-total-survei-konsumsi-makanan-individu-riau-2014
Buku studi-diet-total-survei-konsumsi-makanan-individu-riau-2014Buku studi-diet-total-survei-konsumsi-makanan-individu-riau-2014
Buku studi-diet-total-survei-konsumsi-makanan-individu-riau-2014
 
Jurnal 1 wawan
Jurnal 1 wawanJurnal 1 wawan
Jurnal 1 wawan
 
Isu terkini keamanan_pangan
Isu terkini keamanan_panganIsu terkini keamanan_pangan
Isu terkini keamanan_pangan
 

Similar to OPTIMASI NUTRISI PADA KLIEN KANKER SERVIKS

PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN.docx
PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN.docxPENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN.docx
PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN.docxSriMarnianti
 
Kesehatan Masyarakat
Kesehatan MasyarakatKesehatan Masyarakat
Kesehatan MasyarakatMega Tambunan
 
Program kia di indonesia
Program kia di indonesiaProgram kia di indonesia
Program kia di indonesiaNenk Wikwik
 
K. 5 Kanker Kolorektal.pptx
K. 5 Kanker Kolorektal.pptxK. 5 Kanker Kolorektal.pptx
K. 5 Kanker Kolorektal.pptxNhini3
 
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Septian Muna Barakati
 
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptxInteractive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptxAdheliaSya
 
IKM preklinik blok 26 Amira 102015060 Skenario 10
IKM preklinik blok 26 Amira 102015060 Skenario 10IKM preklinik blok 26 Amira 102015060 Skenario 10
IKM preklinik blok 26 Amira 102015060 Skenario 10AmiraYasmine1
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisicuttriahajaton
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusDokter Tekno
 

Similar to OPTIMASI NUTRISI PADA KLIEN KANKER SERVIKS (20)

EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN.ppt
EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN.pptEPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN.ppt
EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN.ppt
 
PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN.docx
PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN.docxPENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN.docx
PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN.docx
 
Kesehatan Masyarakat
Kesehatan MasyarakatKesehatan Masyarakat
Kesehatan Masyarakat
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 
Anc lp
Anc lpAnc lp
Anc lp
 
Program kia di indonesia
Program kia di indonesiaProgram kia di indonesia
Program kia di indonesia
 
K. 5 Kanker Kolorektal.pptx
K. 5 Kanker Kolorektal.pptxK. 5 Kanker Kolorektal.pptx
K. 5 Kanker Kolorektal.pptx
 
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
 
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptxInteractive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
 
IKM preklinik blok 26 Amira 102015060 Skenario 10
IKM preklinik blok 26 Amira 102015060 Skenario 10IKM preklinik blok 26 Amira 102015060 Skenario 10
IKM preklinik blok 26 Amira 102015060 Skenario 10
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.comTerapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
 
ppt LK DM (siti).pptx
ppt LK DM (siti).pptxppt LK DM (siti).pptx
ppt LK DM (siti).pptx
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 

OPTIMASI NUTRISI PADA KLIEN KANKER SERVIKS

  • 1. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuhan Keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada klien ca serviks 2.1.1 Pengkajian 1) Pengkajian keperawatan Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Budiono & Pertami,S 2015). Pengkajian status gizi pasien dengan gangguan nutrisi dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D a) Anthropometric Measurement (A) Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran tubuh dan bagian khusus tubuh. Pengukuran anthropometri dapat membantu dalam mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk : 1) Tinggi badan dan berat badan Pengukuran tinggi badan dan berat badan pasien harus diperoleh ketika masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan. Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body massa index) dan berat tubuh ideal (ideal body weight). Rumus BMI yaitu : BB (kg) TB (m) Ideal body weight (IBW) merupakan perhitungan berta
  • 2. 19 badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Rumus IBW yaitu : TB-100(- /+)10% ( TB-100) 27 a) Untuk perempuan : (1) Kurus : < 18,5 kg/m2 (2) Normal : 18,5 – 23 kg/m2 (3)Kegemukan : 23,5 – 27 kg/m2 (4)Obesitas : > 27 kg/m2 b) Untuk laki – laki : (1) Kurus : < 18,5 kg/m2 (2) Normal : 18,5 – 25 kg/m2 (3) Kegemukan : 25 – 27 kg/m2 (4) Obesitas : > 27 kg/m2 2) Lingkar pergelangan tangan Lingkar pergelangan tangan digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien. Tabel 2.5 Standar ukur Anthropometri berdasarkan kelompok umur. a) Tes laboratorium Tes laboratorium biasanya digunakan untuk mempelajari status nutrisi termasuk ukuran protein plasma, seperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin.. Untuk hasil pemeriksaan akan didapatkan hasil, Albumin 4-5mg/100 ml, Transferin 170- 25 mg/100 ml, Hb 12 mg%, BUN 10- 20 mg/100 ml dan ekskresi kreatinin untuk 24 jam (laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100 ml).
  • 3. 20 b) Tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk ukuran imunitas, seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran metabolisme protein, seperti studi 24 jam nitrogen urea urine dan keseimbangan nitrogen (Doengoes, 2005) c) Cinical Sign Klien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda-tanda klinik yang jelas. Tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya, tetapi juga fungsi fisiologisnya. d) Dietary history (1) Kebiasaan asupan makanan dan cairan: pilihan, alergi, masalah, dan area yang berhubungan lainnya, seperti kemampuan klien untuk memperoleh makanan. (2) Tingkat aktivitas: untuk menentukan kebutuhan energi dan membandingkannya dengan asupan makanan. 3 Faktor yang memengaruhi pola diet dan status nutrisi: a) Status kesehatan: nafsu makan, anoreksia, dan dukungan nutrisi b) Kultur dan agama: jenis makanan dan diet, jumlah, kebiasaan makanan etnik. c) Status sosial ekonomi: kecukupan ekonomi untuk menunjang harga makanan.
  • 4. 21 d) Pilihan pribadi: kesukaan terhadap diet, makanan favorit atau yang dihindari, makanan mewah (simbol status). e) Faktor psikologis: motivasi untuk makan makanan yang seimbang, persepsi tentang diet, makanan mempunyai nilai simbolik (susu/kelemahan, daging/kekuatan). f) Alkohol dan obat-obatan: alkohol dan obat berlebihan berdampak pada defisiensi nutrisi, memengaruhi organ gastrointestinal, menekan nafsu makan, menghabiskan zat gizi yang tersimpan, dan mengurangi absorbsi zat gizi di dalam intestinal. g) Kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan: mitos terhadap makanan, minat terhadap makanan, tekanan sebaya, keinginan untuk mengontrol pilihan diet. Keyakinan terhadap makanan sering salah satunya (yogurt lebih bernutrisi dari susu, kerang meningkatkan potensi seksual, madu lebih menyehatkan dari pada gula). (3) Catatan makanan dalam 24 jam, frekuensi makan yang membantu untuk menyusun pola makanan sepanjang waktu. 2) Riwayat kesehatan a) Keluhan utama Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, klien mengalami daya tahan tubuh menurun sehingga penyakit ca serviks semakin berkembang sehingga terjadi kematian.
  • 5. 22 b) Riwayat kesehatan sekarang Menurut Diananda(2010). Biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri di sekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan. c) Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani,2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS. d) Riwayat Keluarga Riwayat keluarga seperti ibu dan saudara perempuan juga menentukan tingginya potensi terkena kanker serviks. Setidaknya risiko meningkat dua kali lipat di bandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga. Hal ini terjadi karena dalam riwayat keluarga terdapat sistem imun yang sama, sel yang dibawa oleh faktor keturunan, serta daya tahan tubuh dan faktor terinfeksi yang sama (Pusat info studi Kanker, 2014).
  • 6. 23 2.1.2 Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2.1.3 Intervensi keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada klien kanker serviks Tabel 2.1 intervensi keperawatan No Diagnosa Rencana asuhan keperawatan Tujuan & KH Intervensi 1 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuh - an tubuh Nutrisi status: Setelah tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan KH: a. Tidak ada tanda– tanda mal nutrisi b. Memperlihatkan adanya selera makan c. Tidak terjadi penurunan berat badan Manajemen nutrisi: a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi yang dibutuhkan pasien b. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan mengonsumsi protein dan vitamin d. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi e. Observasi kemampuan pasien untuk mendapat- kan nutrisi yang
  • 7. 24 No Diagnosa Rencana asuhan keperawatan Tujuan & KH Intervensi dibutuhkan f. Tentukan status gizi pasien g. Anjurkan makan sedikit tapi sering h. Ukur berat badan dan tinggi badan pasien setiap hari i. Sarankan kebiasaan oral hygine sebelum dan sesudah makan 2.1.4 Implementasi Keperawatan Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan (Ria Riksani &
  • 8. 25 Reimediaservis2016). 2.1.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tahap evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan darirencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Tahap evaluasi terdiri atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau menilai respon pasien, sedangkan Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan atas target tujuan yang diharapkan (Ria Riksani & Reimediaservis2016). 2.2 Konsep Kanker Serviks 2.2.1 Definisi Kanker Serviks Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina (Diananda, 2010). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang
  • 9. 26 berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015), sedangkan menurut Mitayani (2011). Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi.Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamoco lummar junction. Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun. 2.2.2 Etiologi Kanker Serviks Etiologi pasti kanker serviks belum diketahui namun ada keadaan tertentu yang berhubungan erat dengan penyakit ini, sehingga dapat dianggap faktor resiko. Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 dikatakan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kanker serviks (Diananda, 2009). HPV biasa disebut wart virus (virus kutil) memiliki lebih dari 100 tipe yang telah diidentifikasi. Tipe 16 dan 18 yang menyebabkan perubahan sel-sel pada vagina atau serviks yang pada mulanya menjadi displasia dan selanjutnya berkembang menjadi kanker leher rahim. Menurut data WHO 87% kanker serviks disebabkan oleh HPV-16 dan 9% disebabkan HPV-18 (WHO, 2010). 2.2.3 Patofisiologi Kanker Serviks kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu
  • 10. 27 nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017). 2.2.4 Tanda Dan Gejala Kanker Serviks Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada penderita kanker ini adalah : 1) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. 2) Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal. 3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause 4) Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah. 5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
  • 11. 28 6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya. 7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besarbagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh (Andrijono, 2010). 2.2.5 Pemeriksaan Fisik a.Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi sadar, lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg). 1) Kepala: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami rambut rontok, mudah tercabut. 2) Mata: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami konjungtiva anemis dan skeleraikterik. 3) Leher: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan 4) Thoraks Dada: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan Jantung: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan
  • 12. 29 5) Abdomen: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan 6) Genetalia: Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner dan suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervagina. 7) Ekstermitas: Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium lanjut mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki. 2.2.6 Komplikasi Kanker Serviks 1) Vagina kering 2) Menstruasi berhenti atau tidak teratur. 3) Kehilangan nafsu seksual. 4) Sensasi rasa panas dan berkeringat. 5) Berkeringat berlebihan, meski di malam hari. 6) Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan buang air kecil tanpa disengaja saat batuk atau bersin kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia urine. 7) Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang rapuh. 2.2.7 Penatalaksanaan Kanker Serviks
  • 13. 30 a. Bila diagnose histopatologik telah dibuat, maka pengobatan harus segera dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1) Letak dan luas lesi 2) Usia dan jumlah anal serta keinginan menambah anak 3) Adanya patologi lain dalam uterus 4) Keadaan sosial ekonomi b. Pengobatan kanker serviks tergantung pada tingkatan stadium klinis. Secara umum dapat digolongkan ke dalam tiga golongan terapi (Indriyani, 1991) yaitu : 1) Operasi Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histirektomi radikal,histerektomi ekstrafasial dan limpadenotomi. Pada stadium klinis II, di samping operasi, dilakukan juga terapi radiasi untuk mengurangi resiko penyakit sentral yang terus berlanjut. 2) Radioterapi Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Terapi radiasi dilakukan pada stadium klinis III. Selain radiasi terkadang diberikan pada kemoterapi sebagai kombinasi terapi.
  • 14. 31 3) Kemoterapi Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B dan hanya bersifat paliatif. Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950 dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet atau pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-obatan yang diberikan dan seberapa banyak. Kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu: a) Sel darah Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah. b) Sel-sel pada akar rambut Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur. c) Sel yang melapisi saluran pencernaan Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.
  • 15. 32 Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak. Menurut Reeder dkk (2013), penatalaksanaan pada kanker serviks yaitu: 1) Stadium I Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks. 2) Stadium IB dan IIA Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi bilateral. 3) Stadium IIB sampai IVB Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan radioterapi. 2.2.8 Pencegahan Kanker Serviks Menurut Rasjid tahun 2010, ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks : a. Pencegahan primer 1) Promosi dan edukasi pola hidup sehat 2) Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun.
  • 16. 33 3) Berperan menghentikan atau mencegah perubahan keganasan sel-sel, seperti yang terjadi pada permukaan serviks. 4) Penggunaan vaksinasi HPV bias mengurangi infeksi Human Papiloma karena mempunyai proteksi >90%. b. Pencegahan sekunder 1) Pencegahan sekunder – pasien dengan resiko sedang Hasiltes Pap yang negative sebanyak tiga kali berturut-turut dengan selisih waktu satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien (atau partner hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui) dianjurkan untuk tes pap tiap tahun. 2) Pencegahan sekunder – pasien dengan resiko tinggi Pasien yang memulai hubungan seksual usia <20 tahun dan wanita yang mempunyai banyak partner (multiple partner) seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien resiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat seksual berulang. 3) Pencegahan tersier Meliputi pelayanan di pukesmas tambak rejo (diagnosis dan pengobatan) serta tindakan paliatif untuk meningkatkan kwalitas hidup pasien.
  • 17. 34 2.3 Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi 2.3.1 Definisi gangguan pemenuhan nutrisi Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam aktifitas tubuh (Alimul, 2006). Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah 2010). Masalah nutrisi erat kaitannya dengan dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi. Tubuh memerlukan energi untuk fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah). 2.3.2 Faktor risiko a. Beberapa faktor penyebab gangguan nutrisi pada penderita kanker serviks yaitu:
  • 18. 35 1. Kurang nafsu makan di sebabkan oleh faktor psikologik dan terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra pengecap (lidah). 2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena masalah pada saluran cerna, gangguan kebutuhan nurtisi, zat gizi, dan kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-muntah dan diare. 3. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. 4. Peningkatan pengeluaran energi. 2.3.3 Kondisi klinis terkait a. Postur tubuh kurus. b. Kurangnya pemberian asupan makanan yang bergizi dan c. Kurangnya pengetahuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi