SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
1. ANTROPOMETRI
a. Pengertian Antropometri
Antropometri; Asal kata: antropos (tubuh) dan metros (ukuran); antopometri =
ukuran tubuh Jellife (1966) Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat
dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah
air dalam tubuh
Antropometri adalah berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Antropometri telah lama dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi
perorangan maupun masyarakat. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat
dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, diantaranya umur, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal
lemak di bawah kulit. Kombinasi antara beberapa parameter antropometri disebut
indeks antropometri (Supriasa, 2001)
b. Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri
Alat mudah didapat dan digunakan
1. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
2. Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh tenaga lain
setelah mendapat pelatihan.
3. Biaya relatif murah.
4. Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan baku rujukan yang sudah
pasti.
5. Secara ilmiah diakui kebenarannya.
c. Konsep Pertumbuhan Sebagai Dasar Antropometri
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan dalam kehidupan manusia dimulai sejak janin dalam kandungan
berlanjut pada masa bayi, kanak-kanak dan pada masa remaja kemudian berakhir
pada masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan
mengikuti perjalanan waktu. Selama pertumbuhan terjadi perubahan ukuran fisik.
Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi
maupun komposisinya. Ukuran fisik manusia dapat diukur. llmu yang mempelajari
ukuran fisik pada bagian tubuh tertentu dikenal dengan sebutan antropometri.
Pola pertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan seperti intake zat gizi, infeksi penyakit, sanitasi
lingkungan, pelayanan kesehatan dll. Pengukuran pertumbuhan secara antropometri
akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan ukuran: berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada. Berat badan untuk
umur (BB/U) merupakan indikator yang mendasar dan absah untuk penentuan
keadaan gizi , terutama gizi kurang. Panjang badan untuk umur (PB/U) untuk
mengukur riwayat kekurangan gizi di masa lampau. Berat badan untuk panjang badan
(BB/PB) merupakan indikator yang kuat untuk menentukan akibat gizi salah akut dan
masa penyembuhannya.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: kelenjar yang menghasilkan
hormon pertumbuhan , penyakit, keturunan, emosi, system syaraf, musim dan iklim,
gizi, seluler, social ekonomi. Faktor ras dapat mempengaruhi densitas tulang. Ras
Afrika memiliki densitas tulang yang tinggi, sehingga perbedaan ras memiliki
hubungan yang penting pada osteoporosis.
b. Perkembangan
Definisi perkembangan menurut Sinclair, D (1973) meliputi parameter psikologi,
idea dan pemahaman dan perolehan skill motorik dan sensory. Hurlock, B (1980)
dalam psikologi perkembangan menganggap penting dasar permulaan merupakan
sikap kritis karena dasar permulaan merupakan atau mengarah kepada penyesuaian
diri pribadi atau sosial bila sudah tua. Banyak para ahli psikologi memandang tahun
pra sekolah merupakan tahapan penting atau kritis dimana mulai diletakkan dasar
struktural perilaku komplek yang dibentuk dalam kehidupan.
Perkembangan juga seperti pertumbuhan mengikuti suatu pola spesifik dan dapat
diramalkan mengikuti hukum arah perkembangan yang disebut hukum cephalocaudal
yang menjelaskan bahwa perkembangan menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke
kaki dan hukum proximodistal yang menentapkan bahwa perkembangan menyebar
keluar dari titik poros sentral ke anggota tubuh. Perkembangan akan mengikuti pola
yang berlaku umum jika kondisi lingkungan mendukung. Setiap tahapan
perkembangan mempunyai perilaku karakteristik. Perkembangan sangat dibantu
rangsangan. Setiap tahapan mempunyai resiko. Perkembangan terjadi karena
kematangan dan pengalaman dari lingkungan serta perkembangan dipengaruhi oleh
budaya. Namun disadari tahap perkembangan anak berbeda seperti yang dikemukakan
oleh beberapa pakar.
Pola perkembangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, fisik dan psikis yang
menimbulkan perbedaan tampilan dari setiap anak. Perkembangan mencakup
rangsangan yang diberikan kepada anak dan umumnya pencapaian perkembangan
optimal tergantung rangsangan (stimuli) dari luar dan umumnya anak mencapai
perkembangan tertentu pada umur yang lebih tinggi. Perkembangan mengikuti jalur
pertumbuhan dan memiliki pola sesuai dengan umur dan taraf perkembangan. Apabila
beberapa taraf perkembangan tidak dicapai oleh anak pada umur batas anak, maka
perlu dicurigai bahwa anak-anak mengalami kelambatan perkembangan dan perlu
dikonsultasikan kepada ahlinya. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan
tidak dapat dipindahkan dan harus berjalan beriringan. Misalkan perkembangan
kepala terjadi sangat cepat khususnya pada tahun pertama umur bayi, karena otak
berkembang sangat pesat. Perkembangan kepandaian bayi terutama tergantung pada
berfungsinya otak dan sistem syaraf serta rangsangan yang diterima anak. Waktu
dilahirkan bayi hanya dapat melakukan sesuatu terbatas untuk dirinya, tetapi
kemudian secara teratur semakin berkembang sampai mampu mengontrol tubuhnya
dan melakukan pekerjaan khusus. Tingkatan (fase-fase) perkembangan kemampuan
anak menurut umur perlu diketahui untuk dapat dipakai sebagai indikator
perkembangan kepandaian anak.
2. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
a. Faktor Internal (Genetik)
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen
ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting
dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus
tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal.
Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya
dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat
perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas
tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan
terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli
psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi
dibandingkan dengan lingkungan. Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut,
kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan
dengan hereditas.
1) Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran
besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan
ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai
adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada
umur 12 tahun.
2) Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning
mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan
antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
3) Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota
keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
4) Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa
bayi dan masa adolesensi.
b. Faktor Eksternal (Lingkungan)
1) Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Dengan menghilangkan vitamin
tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan
kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga
sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa
kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan
kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek
tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan
mengatakan The most serious congenital malformation is never to be conceived at
all.
2) Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma,
oligohidrmnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan
oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot,
mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin
terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang
juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan
berakibat gangguan pertumbuhan.
3) Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain).
Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan
seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial.
4) Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan
kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia
pulau Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata- rata ibu yang
melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh
kelainan beberapa endrokin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut,
walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga
ikut berperan.
5) Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar
Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus.
Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi
mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi
bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital
mata dan jantung.
6) Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya:
toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles) dan
mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu
hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital
merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat
mengakibatkan makrosefali kongenital
atau mikrosefali dan renitinitis.
7) Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya
perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi
terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam
peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran
sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak
sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini
dan dapat terjadi kerusakan.
8) Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat
mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
d. Keunggulan Antropometri
Beberapa keunggulan antropometri, antara lain : (Supriasa, 2001).
1) Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
2) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang
sudah dilatih.
3) Alatnya murah, mudah dibawa dan tahan lama.
4) Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
5) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. Umumnya
dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk, karena sudah ada
ambang batas yang jelas.
6) Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
7) Metode antropometri dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi.
e. Kelemahan Antropometri
Kelemahan Antropometri, antara lain : (Supriasa, 2001).
1) Tidak sensitif : metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat,
disamping itu tidak dapat membedakan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
2) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensifitas pengukuran antropometri.
3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran, dapat mempengaruhi presisi, akurasi
dan validitas pengukuran antropometri gizi.
f. Indeks Antropometri (Supriasa, 2001).
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan karakteristik berat
badan, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi saat ini (current nutritional status).
a) Kelebihan Indeks BB/U
- Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
- Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis.
- Berat badan dapat berfluktuasi.
- Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.
- Dapat mendeteksi kegemukan (over weight).
b) Kelemahan Indeks BB/U
- Dapat mengakibatkan interpensi status gizi yang keliru bila terdapat edema
maupun asites.
- Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit
ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
- Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima
tahun.
- Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak pada saat penimbangan.
- Secara operasional yang mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena
dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya.
2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks TB/U menggambarkan status gizi
masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping
memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan
status sosial ekonomi.
a) Kelebihan Indeks TB/U
- Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
- Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
b) Kelemahan Indeks TB/U
- Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
- Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya.
- Ketepatan umur sulit didapat.
3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi
badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik
untuk menilai status gizi saat ini (sekarang) dan dapat membedakan proporsi badan
(gemuk, normal, kurus). Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap
umur.
a) Kelebihan Indeks BB/TB
- Tidak memerlukan data umur.
- Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
- Indikator status gizi saat ini (current nutrition status).
b) Kelemahan Indeks BB/TB
- Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi
badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan.
- Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran
panjang atau tinggi badan pada kelompok balita.
- Membutuhkan dua macam alat ukur.
- Pengukuran relatif lebih lama.
- Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
- Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok non-profesional.
4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengn indeks BB/U
maupun BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat
sederhana dan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat.
Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada
usia dua sampai lima tahun perubahnnay tidak tampak secara nyata, oleh karena itu
lingkar lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat
juga digunakan untuk pengukuran status gizi.
a) Kelebihan Indeks LLA/U
- Indikator yang baik untuk menilai KEP berat.
- Alat ukur murah, sangat ringan dan dapat dibuat sendiri.
- Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi, sehingga
dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis.
b) Kelemahan LLA/U
- Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat.
- Sulit menentukan ambang batas.
- Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan terutama anak usia dua sampai
lima tahun yang perubahannya tidak nampak nyata.
2. KURANG ENERGI PROTEIN
a. Pengertian Kurang Energi Protein
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang dimaksud dengan Kurang
Energi Protein (KEP) adalah keadaan makanan sehari-hari sehingga tidak mencukupi
Angka Kecukupan Gizi (AKG). (Depkes, 1990).
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari, sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi. (Wadana, dkk, 2008).
Menurut Depkes RI (1999) dalam buku Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak di
Puskesmas dan di Rumah Tangga, bahwa berdasarkan gejala klinis ada tiga tipe. Untuk
KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala
klinis KEP berat atau gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus,
kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Depkes (1999).
b. Klasifikasi Kurang Energi Protein
Menurut baku median WHO – NCHS, KEP dibagi beberapa tingkatan yaitu :
(Aritonang, 2004).
1) KEP Ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% dan/atau berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) 70-80% baku median WHO-NCHS.
2) KEP Sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 60-70%
baku median WHO-NCHS.
3) KEP Berat bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB <60% baku
median WHO-NCHS.
Sedangkan klasifikasi KEP berdasarkan KMS balita : (Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 1997)
1) KEP Ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna
kuning diatas garis merah atau BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS.
2) KEP Sedang bila hasil penimbangan BB pada KMS berada dibawah garis merah atau
BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS.
3) KEP Berat bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS pada
KMS tidak ada garis pemisah KEP berat dan KEP sedang.
KEP Berat secara klinis terdapat dalam tiga tipe yaitu kwashiorkor, marasmus dan
marasmik kwashiorkor. KEP melihat berat badan bila disertai edema yang bukan karena
penyakit lain adalah KEP berat tipe kwashiorkor. KEP nyata adalah istilah yang
digunakan di lapangan, yang meliputi KEP sedang dan KEP berat pada KMS sedang
dibawah garis merah (tidak ada garis pemisah antara KEP sedang dan KEP berat pada
KMS). KEP total adalah jumlah KEP ringan, KEP sedang dan KEP berat (Wadana, dkk,
2008).
3. KLASIFIKASI STATUS GIZI
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut
reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-
NCHS. Terakhir, berdasarkan temu pakar gizi di Bogor tanggal 19-21 Januari dan di
Semarang tanggal 24-26 Mei 2000 merekomendasikan buku WHO-NCHS untuk
digunakan sebagai baku antropometri di Indonesia. (Nasution, 2009).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, membuat rujukan penilaian status gizi
anak balita yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sesuai dengan yang
telah disampaikan di atas. Kriteria jenis kelamin inilah yang membedakan baku WHO-
NCHS dengan baku Harvard yang sebelumya digunakan.
Penggolongan status gizi pada tabel indeks berat badan menurut tinggi badan
didasarkan kepada standar deviasi (SD) dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/TB (Z-Skor)
Status Gizi BB/TB (Z-Skor)
Sangat Kurus < -3SD
Kurus < -2SD
Normal -2SD sampai +2SD
Gemuk > +2SD
Sumber: Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat FKUI. Jakarta : Grafindo (2007 : 210)
Beberapa ahli telah menggunakan buku untuk mengklasifikasikan status gizi
diantaranya adalah menurut Gomez (1956) yaitu sebagaimana pada Tabel 2.
Tabel 2
Klasifikasi KEP menurut Gomez
Kategori (Derajat
KEP)
BB/U (% Baku)
0 = Normal Lebih dari 90%
1 = Ringan 89 - 75%
2 = Sedang 74 - 60%
3 = Berat < 60%
Sumber : Penilaian Status Gizi. 1 Dewa Nyoman Supriasa, Bachyar Bakri
dan Ibnu Fajar Jakarta : EGC (2001 : 73)
Sedangkan menurut Buku WHO-NCHS (1996) klasifikasi status gizi
sebagaimana dalam Tabel 3.
Tabel 3
Klasifikasi KEP Menurut Cara WHO
BB/TB BB/U TB/U Status Gizi
Normal Rendah Rendah
Baik, pernah
kurang
Normal Normal Normal Baik
Normal Tinggi Tinggi Tinggi, masih baik
Rendah Rendah Tinggi Buruk
Rendah Rendah Normal Buruk, kurang
Rendah Normal Tinggi Kurang
Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas
Tinggi Tinggi Normal
Lebih, tidak
obesitas
Tinggi Normal Rendah
Lebih, pernah
kurang
Sumber : Penilaian Status Gizi. I Dewa Nyoman Supriasa, Bachyar Bakri dan Ibnu
Fajar Jakarta : EGC (2001 : 76)
Tabel 4
Status Gizi Menurut Indeks Antropometri
Status Gizi
Indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U
Gizi Baik >80% >85% >90% >85%
Gizi Kurang 61 - 80% 71 85% 81 - 90% 71 - 85%
Gizi Buruk < 60% <70% <80% <70%
Sumber : Penilaian Status Gizi. I Dewa Nyoman Supriasa, Bachyar Bakri dan
Ibnu Fajar Jakarta : EGC (2001 : 70)
MAKALAH PENILAIAN STATUS GIZI
INDEKS ANTROPOMETRI
Disusun Oleh:
ELLI TIA YULIANA
WULANDARI SRI ASTUTI
Dosen: NASRUL S.Si., MM-SDM
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KOTA LUBUK LINGGAU
TAHUN 2022

More Related Content

Similar to Makalah Indeks-Antropometri.docx

Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayiMakalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Dhiah Febri
 
Deteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangDeteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbang
REISA Class
 
Laporan praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Laporan  praktikum biologi Pertumbuhan dan PerkembanganLaporan  praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Laporan praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Wafiqhah Abbas
 
Tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anakTumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak
KANDA IZUL
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Rivai Beta
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Makalah Indeks-Antropometri.docx (20)

Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayiMakalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
 
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayi
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayiPsikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayi
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayi
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
 
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptx
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptxKONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptx
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptx
 
Deteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangDeteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbang
 
Laporan praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Laporan  praktikum biologi Pertumbuhan dan PerkembanganLaporan  praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Laporan praktikum biologi Pertumbuhan dan Perkembangan
 
Tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anakTumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan
Makalah kel-dua-gizi-dan-makananMakalah kel-dua-gizi-dan-makanan
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
 
GIZI ANAK 2-6TH.pdf
GIZI ANAK 2-6TH.pdfGIZI ANAK 2-6TH.pdf
GIZI ANAK 2-6TH.pdf
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan
Makalah kel-dua-gizi-dan-makananMakalah kel-dua-gizi-dan-makanan
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan
 
Yuyun
YuyunYuyun
Yuyun
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
PsikologHAMBATAN-HAMBATAN PERKEMBANGAN: MATA KULIAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ST...
PsikologHAMBATAN-HAMBATAN PERKEMBANGAN: MATA KULIAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ST...PsikologHAMBATAN-HAMBATAN PERKEMBANGAN: MATA KULIAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ST...
PsikologHAMBATAN-HAMBATAN PERKEMBANGAN: MATA KULIAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ST...
 
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatigahambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
 
faktor faktor perkembangan
faktor faktor perkembanganfaktor faktor perkembangan
faktor faktor perkembangan
 

Recently uploaded

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 

Recently uploaded (20)

tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 

Makalah Indeks-Antropometri.docx

  • 1. 1. ANTROPOMETRI a. Pengertian Antropometri Antropometri; Asal kata: antropos (tubuh) dan metros (ukuran); antopometri = ukuran tubuh Jellife (1966) Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh Antropometri adalah berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Antropometri telah lama dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, diantaranya umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Kombinasi antara beberapa parameter antropometri disebut indeks antropometri (Supriasa, 2001) b. Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri Alat mudah didapat dan digunakan 1. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. 2. Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan. 3. Biaya relatif murah. 4. Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan baku rujukan yang sudah pasti. 5. Secara ilmiah diakui kebenarannya. c. Konsep Pertumbuhan Sebagai Dasar Antropometri 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan a. Pertumbuhan Pertumbuhan dalam kehidupan manusia dimulai sejak janin dalam kandungan berlanjut pada masa bayi, kanak-kanak dan pada masa remaja kemudian berakhir pada masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan
  • 2. mengikuti perjalanan waktu. Selama pertumbuhan terjadi perubahan ukuran fisik. Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya. Ukuran fisik manusia dapat diukur. llmu yang mempelajari ukuran fisik pada bagian tubuh tertentu dikenal dengan sebutan antropometri. Pola pertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti intake zat gizi, infeksi penyakit, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan dll. Pengukuran pertumbuhan secara antropometri akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan ukuran: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada. Berat badan untuk umur (BB/U) merupakan indikator yang mendasar dan absah untuk penentuan keadaan gizi , terutama gizi kurang. Panjang badan untuk umur (PB/U) untuk mengukur riwayat kekurangan gizi di masa lampau. Berat badan untuk panjang badan (BB/PB) merupakan indikator yang kuat untuk menentukan akibat gizi salah akut dan masa penyembuhannya. Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: kelenjar yang menghasilkan hormon pertumbuhan , penyakit, keturunan, emosi, system syaraf, musim dan iklim, gizi, seluler, social ekonomi. Faktor ras dapat mempengaruhi densitas tulang. Ras Afrika memiliki densitas tulang yang tinggi, sehingga perbedaan ras memiliki hubungan yang penting pada osteoporosis. b. Perkembangan Definisi perkembangan menurut Sinclair, D (1973) meliputi parameter psikologi, idea dan pemahaman dan perolehan skill motorik dan sensory. Hurlock, B (1980) dalam psikologi perkembangan menganggap penting dasar permulaan merupakan sikap kritis karena dasar permulaan merupakan atau mengarah kepada penyesuaian diri pribadi atau sosial bila sudah tua. Banyak para ahli psikologi memandang tahun pra sekolah merupakan tahapan penting atau kritis dimana mulai diletakkan dasar struktural perilaku komplek yang dibentuk dalam kehidupan. Perkembangan juga seperti pertumbuhan mengikuti suatu pola spesifik dan dapat diramalkan mengikuti hukum arah perkembangan yang disebut hukum cephalocaudal yang menjelaskan bahwa perkembangan menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki dan hukum proximodistal yang menentapkan bahwa perkembangan menyebar keluar dari titik poros sentral ke anggota tubuh. Perkembangan akan mengikuti pola
  • 3. yang berlaku umum jika kondisi lingkungan mendukung. Setiap tahapan perkembangan mempunyai perilaku karakteristik. Perkembangan sangat dibantu rangsangan. Setiap tahapan mempunyai resiko. Perkembangan terjadi karena kematangan dan pengalaman dari lingkungan serta perkembangan dipengaruhi oleh budaya. Namun disadari tahap perkembangan anak berbeda seperti yang dikemukakan oleh beberapa pakar. Pola perkembangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, fisik dan psikis yang menimbulkan perbedaan tampilan dari setiap anak. Perkembangan mencakup rangsangan yang diberikan kepada anak dan umumnya pencapaian perkembangan optimal tergantung rangsangan (stimuli) dari luar dan umumnya anak mencapai perkembangan tertentu pada umur yang lebih tinggi. Perkembangan mengikuti jalur pertumbuhan dan memiliki pola sesuai dengan umur dan taraf perkembangan. Apabila beberapa taraf perkembangan tidak dicapai oleh anak pada umur batas anak, maka perlu dicurigai bahwa anak-anak mengalami kelambatan perkembangan dan perlu dikonsultasikan kepada ahlinya. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipindahkan dan harus berjalan beriringan. Misalkan perkembangan kepala terjadi sangat cepat khususnya pada tahun pertama umur bayi, karena otak berkembang sangat pesat. Perkembangan kepandaian bayi terutama tergantung pada berfungsinya otak dan sistem syaraf serta rangsangan yang diterima anak. Waktu dilahirkan bayi hanya dapat melakukan sesuatu terbatas untuk dirinya, tetapi kemudian secara teratur semakin berkembang sampai mampu mengontrol tubuhnya dan melakukan pekerjaan khusus. Tingkatan (fase-fase) perkembangan kemampuan anak menurut umur perlu diketahui untuk dapat dipakai sebagai indikator perkembangan kepandaian anak. 2. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan a. Faktor Internal (Genetik) Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya
  • 4. dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan. Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas. 1) Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun. 2) Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali. 3) Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi. 4) Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi. b. Faktor Eksternal (Lingkungan) 1) Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never to be conceived at all. 2) Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidrmnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan
  • 5. oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan. 3) Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain). Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial. 4) Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia pulau Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata- rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endrokin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan. 5) Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung. 6) Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis. 7) Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam
  • 6. peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan. 8) Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu. d. Keunggulan Antropometri Beberapa keunggulan antropometri, antara lain : (Supriasa, 2001). 1) Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. 2) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih. 3) Alatnya murah, mudah dibawa dan tahan lama. 4) Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan. 5) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas. 6) Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. 7) Metode antropometri dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi. e. Kelemahan Antropometri Kelemahan Antropometri, antara lain : (Supriasa, 2001). 1) Tidak sensitif : metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, disamping itu tidak dapat membedakan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe. 2) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensifitas pengukuran antropometri. 3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran, dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi. f. Indeks Antropometri (Supriasa, 2001). 1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan karakteristik berat badan, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
  • 7. pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi saat ini (current nutritional status). a) Kelebihan Indeks BB/U - Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum. - Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis. - Berat badan dapat berfluktuasi. - Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil. - Dapat mendeteksi kegemukan (over weight). b) Kelemahan Indeks BB/U - Dapat mengakibatkan interpensi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites. - Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik. - Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun. - Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan. - Secara operasional yang mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya. 2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi. a) Kelebihan Indeks TB/U - Baik untuk menilai status gizi masa lampau. - Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. b) Kelemahan Indeks TB/U - Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
  • 8. - Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya. - Ketepatan umur sulit didapat. 3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang) dan dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus). Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur. a) Kelebihan Indeks BB/TB - Tidak memerlukan data umur. - Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus) - Indikator status gizi saat ini (current nutrition status). b) Kelemahan Indeks BB/TB - Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan. - Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan pada kelompok balita. - Membutuhkan dua macam alat ukur. - Pengukuran relatif lebih lama. - Membutuhkan dua orang untuk melakukannya. - Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional. 4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U) Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengn indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia dua sampai lima tahun perubahnnay tidak tampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga digunakan untuk pengukuran status gizi.
  • 9. a) Kelebihan Indeks LLA/U - Indikator yang baik untuk menilai KEP berat. - Alat ukur murah, sangat ringan dan dapat dibuat sendiri. - Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi, sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis. b) Kelemahan LLA/U - Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat. - Sulit menentukan ambang batas. - Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan terutama anak usia dua sampai lima tahun yang perubahannya tidak nampak nyata. 2. KURANG ENERGI PROTEIN a. Pengertian Kurang Energi Protein Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang dimaksud dengan Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan makanan sehari-hari sehingga tidak mencukupi Angka Kecukupan Gizi (AKG). (Depkes, 1990). Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari, sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi. (Wadana, dkk, 2008). Menurut Depkes RI (1999) dalam buku Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga, bahwa berdasarkan gejala klinis ada tiga tipe. Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat atau gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Depkes (1999). b. Klasifikasi Kurang Energi Protein Menurut baku median WHO – NCHS, KEP dibagi beberapa tingkatan yaitu : (Aritonang, 2004). 1) KEP Ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 70-80% baku median WHO-NCHS. 2) KEP Sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 60-70% baku median WHO-NCHS.
  • 10. 3) KEP Berat bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB <60% baku median WHO-NCHS. Sedangkan klasifikasi KEP berdasarkan KMS balita : (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1997) 1) KEP Ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS. 2) KEP Sedang bila hasil penimbangan BB pada KMS berada dibawah garis merah atau BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS. 3) KEP Berat bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat dan KEP sedang. KEP Berat secara klinis terdapat dalam tiga tipe yaitu kwashiorkor, marasmus dan marasmik kwashiorkor. KEP melihat berat badan bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat tipe kwashiorkor. KEP nyata adalah istilah yang digunakan di lapangan, yang meliputi KEP sedang dan KEP berat pada KMS sedang dibawah garis merah (tidak ada garis pemisah antara KEP sedang dan KEP berat pada KMS). KEP total adalah jumlah KEP ringan, KEP sedang dan KEP berat (Wadana, dkk, 2008). 3. KLASIFIKASI STATUS GIZI Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO- NCHS. Terakhir, berdasarkan temu pakar gizi di Bogor tanggal 19-21 Januari dan di Semarang tanggal 24-26 Mei 2000 merekomendasikan buku WHO-NCHS untuk digunakan sebagai baku antropometri di Indonesia. (Nasution, 2009). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, membuat rujukan penilaian status gizi anak balita yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan di atas. Kriteria jenis kelamin inilah yang membedakan baku WHO- NCHS dengan baku Harvard yang sebelumya digunakan. Penggolongan status gizi pada tabel indeks berat badan menurut tinggi badan didasarkan kepada standar deviasi (SD) dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 1
  • 11. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/TB (Z-Skor) Status Gizi BB/TB (Z-Skor) Sangat Kurus < -3SD Kurus < -2SD Normal -2SD sampai +2SD Gemuk > +2SD Sumber: Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI. Jakarta : Grafindo (2007 : 210) Beberapa ahli telah menggunakan buku untuk mengklasifikasikan status gizi diantaranya adalah menurut Gomez (1956) yaitu sebagaimana pada Tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi KEP menurut Gomez Kategori (Derajat KEP) BB/U (% Baku) 0 = Normal Lebih dari 90% 1 = Ringan 89 - 75% 2 = Sedang 74 - 60% 3 = Berat < 60% Sumber : Penilaian Status Gizi. 1 Dewa Nyoman Supriasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar Jakarta : EGC (2001 : 73) Sedangkan menurut Buku WHO-NCHS (1996) klasifikasi status gizi sebagaimana dalam Tabel 3.
  • 12. Tabel 3 Klasifikasi KEP Menurut Cara WHO BB/TB BB/U TB/U Status Gizi Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang Normal Normal Normal Baik Normal Tinggi Tinggi Tinggi, masih baik Rendah Rendah Tinggi Buruk Rendah Rendah Normal Buruk, kurang Rendah Normal Tinggi Kurang Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas Tinggi Tinggi Normal Lebih, tidak obesitas Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang Sumber : Penilaian Status Gizi. I Dewa Nyoman Supriasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar Jakarta : EGC (2001 : 76)
  • 13. Tabel 4 Status Gizi Menurut Indeks Antropometri Status Gizi Indeks BB/U TB/U BB/TB LLA/U Gizi Baik >80% >85% >90% >85% Gizi Kurang 61 - 80% 71 85% 81 - 90% 71 - 85% Gizi Buruk < 60% <70% <80% <70% Sumber : Penilaian Status Gizi. I Dewa Nyoman Supriasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar Jakarta : EGC (2001 : 70)
  • 14. MAKALAH PENILAIAN STATUS GIZI INDEKS ANTROPOMETRI Disusun Oleh: ELLI TIA YULIANA WULANDARI SRI ASTUTI Dosen: NASRUL S.Si., MM-SDM SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA LUBUK LINGGAU TAHUN 2022