SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Life Threatening in
Odontogenic Infection
Odontogenic Infections
Mortalitas dan morbiditas masih tinggi
● Obstruksi jalan napas
● Descending necrotizing mediastinitis
● Sepsis
● Komplikasi toraks
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Odontogenic Infections
Progresi cepat ke organ dan
struktur lain
Terjadi komplikasi
Dianggap sebagai kondisi
sederhana  pengobatan
tidak agresif
Perhatikan kondisi penurunan imunitas, patogen yang sangat
virulen/ resisten obat.
 memperburuk komplikasi, meningkatkan moribiditas,
mortalitas, dan prognosis
! Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Odontogenic Infections
Infeksi odontogenik melewati 3 tahapan utama
● Tahap 1 : 1-3 hari  bengkak lunak dan mildly tender
● Tahap 2 : 2-5 hari  keras, kemerahan, bengkak
bertambah
● Tahap 3 : 5-7 hari  pembentukan abses
Jevon, Abdelrahman, Pigadas. “Management of odontogenic
infections and sepsis: an update” (2020).
1. Port d’entry
○ Pulpal (71%)
○ Marginal
○ Perikornal
○ Needle tract
○ Tempat ekstraksi
2. Lokasi
○ Molar 1/3 bawah (36%)
○ Gigi bawah posterior lainnya (41%)
○ Gigi atas (7%)
○ Gigi atas posterior (6%)
3. Pus yang terakumulasi mendestruksi
tulang  paling rentan pada aspect lingual dari
regio molar
4. Penyebaran infeksi ke spasia terdekat
Penyebaran Infeksi Odontogenik
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Risiko terkait lokasi anatomi
Risk Low Moderate High Extreme
Spaces Vestibular Submandibular Lateral pharyngeal Mediastinum
Infraorbital Submental Retropharyngeal Intracranial
infection
Buccal Sublingual Pretracheal
Pterygomandibular
Submasseteric
Temporal
Spasia Kanina
. Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
Spasia Bukal
. Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
Spasia mastikasi (masseter, pterygoid, temporal)
. Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
Spasia Submandibula dan sublingual
. Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
Spasia Submental
. Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
Spasia Retrofaringeal
. Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
Komplikasi Infeksi Odontogenik yang
Mengancam Nyawa
Obstruksi Jalan Napas
Descending Necrotizing Mediastinitis
Sindrom Distres Pernapasan
Komplikasi Torakal
Sepsis
Obstruksi jalan napas penyebab kematian
tercepat  adanya pembengkakan,
trismus, edema, dan terbentuknya abses
Klinis :
- Stertor/Snoring  terjadi karena
adanya obstruksi di atas laring
- Stridor  terjadi karena adanya
obstruksi pada laring atau di bawahnya
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
- Risiko obstruksi jalan napas berdasarkan keterlibatan spasia yang terinfeksi.
- Lidah terdorong ke atas dan ke belakang karena ruang fasia yang terlibat
Obstruksi Saluran Napas Atas
Kriteria Jackson
• Sesak, pasien masih tenang, stridor inspirasi +,
retraksi suprasternal
Grade I
• Sesak lebih berat, pasien mulai gelisah, stridor
inspirasi +, retraksi suprasternal dan intercostal
Grade II
• Pasien sangat gelisah, stridor inspirasi +,
retraksi suprasternal, intercostal, epigastrium
Grade III
• Grade 3 + pasien gagal napas
Grade IV
Komplikasi Infeksi Odontogenik yang
Mengancam Nyawa
Obstruksi Jalan Napas
Descending Necrotizing Mediastinitis
Sindrom Distres Pernapasan
Komplikasi Torakal
Sepsis
60-70% kasus DNM merupakan progresi
dari infeksi odontogenik
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Komplikasi Infeksi Odontogenik yang
Mengancam Nyawa
Obstruksi Jalan Napas
Descending Necrotizing Mediastinitis
Sindrom Distres Pernapasan
Komplikasi Torakal
Sepsis
Gangguan pertukaran udara yang dapat
menyebabkan gagal napas.
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Komplikasi Infeksi Odontogenik yang
Mengancam Nyawa
Obstruksi Jalan Napas
Descending Necrotizing Mediastinitis
Sindrom Distres Pernapasan
Komplikasi Torakal
Sepsis
Komplikasi :
• Empyema
• Pyotroraks
• Fistula aortopulmonal
• Erosi arteri carotid atau aorta
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Komplikasi Infeksi Odontogenik yang
Mengancam Nyawa
Obstruksi Jalan Napas
Descending Necrotizing Mediastinitis
Sindrom Distres Pernapasan
Komplikasi Torakal
Sepsis Gabungan dari faktor virulensi patogen dan
reaksi imun dari pasien.
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Tatalaksana
ABCD
Apakah ABCD (Airway, Breathing,
Circulation, Disability) terganggu?
Jika ya, pikirkan komplikasi yang
mengancam nyawa dan segera
tatalaksana.
Perhatikan
pembengkakan
pada jalur nafas
Obstruksi jalur napas
adalah komplikasi yang
paling cepat
menyebabkan kematian
pada infeksi odontogenik.
• Pastikan potensi jalan
napas
• Pemberian
kortikosteroid untuk
mengurangi
pembengkakan masih
kontroversial
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Tatalaksana
Prinsip Penting
1. Tetapkan tingkat keparahan infeksi
2. Nilai pertahanan host
3. Pilih pengaturan perawatan
4. Intervensi bedah
5. Dukungan medis
6. Terapi antibiotic
7. Evaluasi pasien secara berkala
Jevon, Abdelrahman, Pigadas. “Management of odontogenic infections and sepsis: an update” (2020).
Tatalaksana
Komplikasi Intratorakal
Komplikasi intratorakal atau DNM
dapat menyebabkan gangguan
napas.
Ditandai dengan:
- Peningkatkan laju napas
- Pemeriksaan paru abnormal
- Gangguan status mental
• Empyema Drainase
dengan chest tube
thoracostomy
• DNM necrotomy
debridement
thoracostomy
Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications
of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
Hour-1 Bundle
Resusitasi Cairan
Mengatasi hipoperfusi
Resusitasi bertujuan mencapai :
- Tekanan vena (CVP) 8-12 mmHg
- Tekanan arteri rerata/MAP  65 mmHg
- Produksi urin  0,5 ml/kgBB/jam
- Perbaikan kadar laktat (>4 mmol/L)
hingga menurun dalam 6 jam resusitasi
Pilihan Cairan :
- Pilihan cairan (kristaloid atau koloid)
- Kecepatan pemberian cairan (500-1000 ml/30
menit)
- Target pemberian (target MAP)
- Monitoring pemberian cairan (melalui tekanan
vena sentral) dan monitoring potensi edema
sistemik dan pulmonal selama resusitasi
SOFA Score
Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) score
Merupakan suatu skoring untuk menilai kegagalan organ terkait sepsis.
Sepsis diidentifikasi dengan peningkatan setidaknya 2 poin dalam skor SOFA pada pasien
dengan kecurigaan infeksi
Parameter penilaian :
- Respirasi (PaO2/FiO2)
- Sistem saraf pusat (Glasgow coma scale [GCS])
- Kardiovaskuler (Mean arterial pressure [MAP])
- Sistem koagulasi (platelet)
- Liver (bilirubin)
- Renal (kreatinin serum)
Iskandar, Siska.Analisis hubungan sequential organ failure
assessment (Sofa) score dengan mortalitas pasien sepsis.
(2020)
Membutuhkan pemeriksaan
laboratorium
qSOFA
(The Quick Sequential Organ Failure Assessment)
Sepsis dapat diidentifikasi setidaknya 2 dari kriteria klinis berikut yang Bersama-sama
membanrtuk skor klinis baru disebut quick-SOFA (qSOFA)
- Laju pernapasan 22 x/menit atau lebih
- Perubahan status mental
- Tekanan darah sistol 100 mmHg atau kurang
Shaddad, Ali, Kholiha. Uji diagnostic dengan menggunakan
kriteria qSoFA dalam mendiagnosis awal pasien sepsis di
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara. (2021)
Terima Kasih

More Related Content

Similar to LIFE-THREATENING ODONTOGENIC

Askep difteri
Askep difteriAskep difteri
Askep difteriwhenny
 
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxAnamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxtohahakim
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisfirman002
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisfirman002
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisfirman002
 
JURDING PFT SNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
JURDING PFT SNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNJURDING PFT SNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
JURDING PFT SNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNChairulLatief2
 
appendisitis
appendisitisappendisitis
appendisitisninno22
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeOperator Warnet Vast Raha
 
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak haTK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak hagenshinjualbeli
 
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docxTUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docxshintia29
 
Materi 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptxMateri 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptxYudiatma1
 
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...Devina Ciayadi
 
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptxMelitaHusna2
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISKharima SD
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaYesi Tika
 

Similar to LIFE-THREATENING ODONTOGENIC (20)

Askep difteri
Askep difteriAskep difteri
Askep difteri
 
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxAnamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
 
JURDING PFT SNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
JURDING PFT SNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNJURDING PFT SNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
JURDING PFT SNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
 
appendisitis
appendisitisappendisitis
appendisitis
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
 
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak haTK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
 
Pneumonia.pptx
Pneumonia.pptxPneumonia.pptx
Pneumonia.pptx
 
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docxTUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
 
Css
CssCss
Css
 
Materi 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptxMateri 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptx
 
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
 
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
 
Prescil paru
Prescil paruPrescil paru
Prescil paru
 
Infeksi Nosokomial
Infeksi NosokomialInfeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 

Recently uploaded

Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 

Recently uploaded (20)

Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 

LIFE-THREATENING ODONTOGENIC

  • 2. Odontogenic Infections Mortalitas dan morbiditas masih tinggi ● Obstruksi jalan napas ● Descending necrotizing mediastinitis ● Sepsis ● Komplikasi toraks Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 3. Odontogenic Infections Progresi cepat ke organ dan struktur lain Terjadi komplikasi Dianggap sebagai kondisi sederhana  pengobatan tidak agresif Perhatikan kondisi penurunan imunitas, patogen yang sangat virulen/ resisten obat.  memperburuk komplikasi, meningkatkan moribiditas, mortalitas, dan prognosis ! Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 4. Odontogenic Infections Infeksi odontogenik melewati 3 tahapan utama ● Tahap 1 : 1-3 hari  bengkak lunak dan mildly tender ● Tahap 2 : 2-5 hari  keras, kemerahan, bengkak bertambah ● Tahap 3 : 5-7 hari  pembentukan abses Jevon, Abdelrahman, Pigadas. “Management of odontogenic infections and sepsis: an update” (2020).
  • 5. 1. Port d’entry ○ Pulpal (71%) ○ Marginal ○ Perikornal ○ Needle tract ○ Tempat ekstraksi 2. Lokasi ○ Molar 1/3 bawah (36%) ○ Gigi bawah posterior lainnya (41%) ○ Gigi atas (7%) ○ Gigi atas posterior (6%) 3. Pus yang terakumulasi mendestruksi tulang  paling rentan pada aspect lingual dari regio molar 4. Penyebaran infeksi ke spasia terdekat Penyebaran Infeksi Odontogenik Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 6. Risiko terkait lokasi anatomi Risk Low Moderate High Extreme Spaces Vestibular Submandibular Lateral pharyngeal Mediastinum Infraorbital Submental Retropharyngeal Intracranial infection Buccal Sublingual Pretracheal Pterygomandibular Submasseteric Temporal
  • 7. Spasia Kanina . Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
  • 8. Spasia Bukal . Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
  • 9. Spasia mastikasi (masseter, pterygoid, temporal) . Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
  • 10. Spasia Submandibula dan sublingual . Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
  • 11. Spasia Submental . Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
  • 12. Spasia Retrofaringeal . Peterson J.Larry , 2003, Oral and Maxillofacial Surgery, 4th ed, The C.V Mosby Company, St.Louis,
  • 13. Komplikasi Infeksi Odontogenik yang Mengancam Nyawa Obstruksi Jalan Napas Descending Necrotizing Mediastinitis Sindrom Distres Pernapasan Komplikasi Torakal Sepsis Obstruksi jalan napas penyebab kematian tercepat  adanya pembengkakan, trismus, edema, dan terbentuknya abses Klinis : - Stertor/Snoring  terjadi karena adanya obstruksi di atas laring - Stridor  terjadi karena adanya obstruksi pada laring atau di bawahnya Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 14. - Risiko obstruksi jalan napas berdasarkan keterlibatan spasia yang terinfeksi. - Lidah terdorong ke atas dan ke belakang karena ruang fasia yang terlibat Obstruksi Saluran Napas Atas
  • 15. Kriteria Jackson • Sesak, pasien masih tenang, stridor inspirasi +, retraksi suprasternal Grade I • Sesak lebih berat, pasien mulai gelisah, stridor inspirasi +, retraksi suprasternal dan intercostal Grade II • Pasien sangat gelisah, stridor inspirasi +, retraksi suprasternal, intercostal, epigastrium Grade III • Grade 3 + pasien gagal napas Grade IV
  • 16. Komplikasi Infeksi Odontogenik yang Mengancam Nyawa Obstruksi Jalan Napas Descending Necrotizing Mediastinitis Sindrom Distres Pernapasan Komplikasi Torakal Sepsis 60-70% kasus DNM merupakan progresi dari infeksi odontogenik Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 17. Komplikasi Infeksi Odontogenik yang Mengancam Nyawa Obstruksi Jalan Napas Descending Necrotizing Mediastinitis Sindrom Distres Pernapasan Komplikasi Torakal Sepsis Gangguan pertukaran udara yang dapat menyebabkan gagal napas. Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 18. Komplikasi Infeksi Odontogenik yang Mengancam Nyawa Obstruksi Jalan Napas Descending Necrotizing Mediastinitis Sindrom Distres Pernapasan Komplikasi Torakal Sepsis Komplikasi : • Empyema • Pyotroraks • Fistula aortopulmonal • Erosi arteri carotid atau aorta Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 19. Komplikasi Infeksi Odontogenik yang Mengancam Nyawa Obstruksi Jalan Napas Descending Necrotizing Mediastinitis Sindrom Distres Pernapasan Komplikasi Torakal Sepsis Gabungan dari faktor virulensi patogen dan reaksi imun dari pasien. Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 20. Tatalaksana ABCD Apakah ABCD (Airway, Breathing, Circulation, Disability) terganggu? Jika ya, pikirkan komplikasi yang mengancam nyawa dan segera tatalaksana. Perhatikan pembengkakan pada jalur nafas Obstruksi jalur napas adalah komplikasi yang paling cepat menyebabkan kematian pada infeksi odontogenik. • Pastikan potensi jalan napas • Pemberian kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan masih kontroversial Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 21. Tatalaksana Prinsip Penting 1. Tetapkan tingkat keparahan infeksi 2. Nilai pertahanan host 3. Pilih pengaturan perawatan 4. Intervensi bedah 5. Dukungan medis 6. Terapi antibiotic 7. Evaluasi pasien secara berkala Jevon, Abdelrahman, Pigadas. “Management of odontogenic infections and sepsis: an update” (2020).
  • 22. Tatalaksana Komplikasi Intratorakal Komplikasi intratorakal atau DNM dapat menyebabkan gangguan napas. Ditandai dengan: - Peningkatkan laju napas - Pemeriksaan paru abnormal - Gangguan status mental • Empyema Drainase dengan chest tube thoracostomy • DNM necrotomy debridement thoracostomy Binarto, Jenadi and Agus Nurwiadh. “Life-Threatening Complications of Odontogenic Infection (Literature Review).” (2019).
  • 24. Resusitasi Cairan Mengatasi hipoperfusi Resusitasi bertujuan mencapai : - Tekanan vena (CVP) 8-12 mmHg - Tekanan arteri rerata/MAP  65 mmHg - Produksi urin  0,5 ml/kgBB/jam - Perbaikan kadar laktat (>4 mmol/L) hingga menurun dalam 6 jam resusitasi Pilihan Cairan : - Pilihan cairan (kristaloid atau koloid) - Kecepatan pemberian cairan (500-1000 ml/30 menit) - Target pemberian (target MAP) - Monitoring pemberian cairan (melalui tekanan vena sentral) dan monitoring potensi edema sistemik dan pulmonal selama resusitasi
  • 25. SOFA Score Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) score Merupakan suatu skoring untuk menilai kegagalan organ terkait sepsis. Sepsis diidentifikasi dengan peningkatan setidaknya 2 poin dalam skor SOFA pada pasien dengan kecurigaan infeksi Parameter penilaian : - Respirasi (PaO2/FiO2) - Sistem saraf pusat (Glasgow coma scale [GCS]) - Kardiovaskuler (Mean arterial pressure [MAP]) - Sistem koagulasi (platelet) - Liver (bilirubin) - Renal (kreatinin serum) Iskandar, Siska.Analisis hubungan sequential organ failure assessment (Sofa) score dengan mortalitas pasien sepsis. (2020) Membutuhkan pemeriksaan laboratorium
  • 26. qSOFA (The Quick Sequential Organ Failure Assessment) Sepsis dapat diidentifikasi setidaknya 2 dari kriteria klinis berikut yang Bersama-sama membanrtuk skor klinis baru disebut quick-SOFA (qSOFA) - Laju pernapasan 22 x/menit atau lebih - Perubahan status mental - Tekanan darah sistol 100 mmHg atau kurang Shaddad, Ali, Kholiha. Uji diagnostic dengan menggunakan kriteria qSoFA dalam mendiagnosis awal pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. (2021)

Editor's Notes

  1. merupakan ruang tipis di antara levator angulioris dan M. labii superioris. Spasia kanina terbentuk akibat dari infeksi yang terjadi pada gigi caninus rahang atas
  2. terikat pada permukaan kulit muka pada aspek lateral dan M.buccinators dan berisi kelenjar parotis dan n. facialis. Spasia dapat terinfeksi akibat perpanjangan infeksi dari gigi maxilla dan mandibula
  3. Jika infeksi spasia primer tidak ditangani secara tepat, infeksi dapat meluas ke arah posterior hingga melibatkan spasia facial sekunder. Ketika spasia sekunder telah ikut terlibat, infeksi menjadi lebih berat, dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian, dan lebih sulit untuk ditangani Spasia masseter Spasia masseter berada di antara aspek lateral mandibula dan batas median m. masseter. Spasia pterygomandibular Spasia pterygomandibular berada ke arah median dari mandibula dan ke arah lateral menuju m. pterygoid median. Spasia temporal Spasia temporal berada pada posterior dan superior dari spasia master dan pterygomandibular. . Dibagi menjadia dua bagian oleh m. temporalis. Bagian pertama yaitu bagian superficial yang meluas menuju m. temporalis, sedangakn bagian kedua merupakan deep portion yang berhubungan dengan spasia infratemporal.
  4. Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma. Infeksi berasal dari gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m. mylohyoid dan dari pericoronitis. Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma. Infeksi berasal dari gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m. mylohyoid dan dari pericoronitis.
  5. Spasia submental berada di antara anterior bellies dari m. digastricus dan di antara m. mylohyoid dengan kulit di atasnya. Spasia ini biasanya terjadi karena infeksi dari incisor mandibula.
  6. Batas anatomi Spasia ini perluasan dari dasar tengkorak di tulang sphenoid menuju tulang hyoid di inferior dan terletak antara otot pterygoid medial di aspek lateral dan superior faringeal konstriktor aspek medial Batas anatomi Spasia ini terletak di belakangan jaringan lunak aspek po Gejala dan tanda klinis infeksi : Obstruksi jalan nafas atas yang serius sebagai hasil dari displacement anterior dari dinding faringeal posterior ke arah faring Rupturnya abses spasia retrofaringeal dengan masuknya pus ke paru-paru. sterior faring.
  7. Obstruksi jalan napas adalah komplikasi yang menyebabkan kematian tercepat. Hal ini dapat terjadi akibat pembengkakan, trismus, edema, dan terbentuknya abses yang akhirnya menyempitkan dan menutup jalur pernapasan. Contoh: Epiglottitis Abses peritonsilar Abses parapharyngeal dan retropharyngeal
  8. Mediastinitis akut merupakan infeksi mediastinal dan organ sekitar yang mengancam nyawa. 60-70% kasus DNM merupakan progresi dari infeksi odontogenik. Mortalitasnya 37-60%
  9. Merupakan gangguan pertukaran udara yang dapat menyebabkan gagal napas. ARDS ini terjadi pada pasien odontogenik setelah terjadi sepris atau komplikasi infeksi pada bagian torakal
  10. Komplikasi intratorakal dapat mengancam nyawa, merusak organ torakal, dan mengganggu pernapasan. Komplikasi yang harus cepat ditangani seperti, empyema, pyotroraks, fistula aortopulmonal, erosi arteri carotid atau aorta, dsb. Komplikasi ini terjadi karena diagnosis dan pengobatan yang terlambat dari infeksi odontogenik
  11. Merupakan kondisi gabungan dari faktor virulensi patogen dan reaksi imun dari pasien. Identifikasi yang terlambat dapat berakibat fatal. Tatalaksana cepat sepsis sudah dibentuk EGDT (Early Goal Directed Therapy).
  12. Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis menyeluruh sangat penting untuk menentukan keparahan infeksi apa pun. Pengambilan riwayat akan menyoroti faktor-faktor seperti kemampuan sistem kekebalan dan tingkat cadangan sistemik untuk melawan infeksi. Pemeriksaan fisik dapat mengidentifikasi observasi klinis di luar batas normal. Beberapa parameter klinis dan hematologi telah digunakan sebagai indikator prognostik untuk tingkat keparahan infeksi. Protein C-reaktif (CRP), demam, dan lokasi anatomis telah diselidiki untuk menilai luasnya infeksi odontogenik dan perkiraan lama tinggal di rumah sakit. Sistem kekebalan yang sehat sangat penting untuk pemeliharaan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Beberapa kondisi medis dapat mempengaruhinya Abses gigi terlokalisasi yang tidak rumit pada orang muda yang sehat, yang tidak menunjukkan tanda dan gejala respons imun yang memburuk, dapat dirawat dengan aman di praktik kedokteran gigi. Intervensi dini dan adekuat sangat penting untuk mencegah kerusakan yang dapat dihindari dengan invasi ruang anatomi yang disesuaikan dan gejala sepsis
  13. Pada praktiknya, penilaian sepsis dengan skor SOFA membutuhkan pemeriksaan laboratorium, dan kriteria tersebut jarang digunakan di luar ruang rawat intensif. Mempertimbangkan hal tersebut, The Sepsis-3 Task Force memperkenalkan alat identifikasi yang lebih sederhana yaitu The Quick Sequen- tial Organ Failure Assessment atau qSOFA
  14. Skor qSOFA umumnya digunakan untuk menilai keberadaan disfungsi organ agar dapat memulai atau meningkatkan terapi yang memadai pada pasien dibandingkan untuk memprediksi mortalitas . qSOFA dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi disfungsi organ pada pasien yang terinfeksi, memulai meningkatkan terapi yang sesuai, dan sebagai pertimbangan untuk merujuk pasien ke ruang rawat intensif