1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), meliputi pengertian, patofisiologi, gejala, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pencegahan, dan asuhan keperawatan untuk PPOK.
2. Dua diagnosa keperawatan utama yang diidentifikasi meliputi gangguan kebersihan saluran napas dan gangguan pertukaran gas yang disebabkan ketid
5. Definsi
Penyakit yang ditandai hambatan
aliran udara di saluran nafas yang
tidak sepenuhnya reversibel.
Hambatan aliran udara ini bersifat
progresifdan berhubungan dengan
respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun atau
berbahaya (Depkes RI)
PPOK biasanya disertai dengan
bronkitis kronik dan emfisema,
chronic obstructive airways
disease (COAD), chronic
obstructive lung disease (COLD).
7. SIGN SYMPTOM
BATUK BERKEPANJANGAN SESAK NAFAS TERUTAMA
SAAT BERAKTIFITAS &
MUDAH LELAH
WARNA DAHAK KUNING,
PUTIH,ABU KEKUNINGAN
SUARA NAFAS MENGI
SERING PILEK DAN BATUK DEMAM RINGAN
14. 1. Pengkajian
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat merokok
Anamnesis harus mencangkup hal-hal :
a) Usia mulainya merokok secara rutin
b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
a) Usia menghentikan kebiasaan merokok
b) Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien dengan asam
sering kali ditemukan didapatkan adanya riwayat
penyakit genetik atau keturunan, tetapi pada
beberapa klien lainya tidak ditemukan adanya
penyakit yang sama dengan anggota keluarganya
(Somantri, 2009).
c) Pola kesehatan sehari-hari : Gejala asma dapat
membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal
dengan asma harus megubah gaya hidup sesuai yang
tidak akan menimbulkan serangan asma (Muttaqin,
2012).
15. a) Pola metabolik nutrisi:
A (Antropometri) : Penurunan berat badan secara bermakna
B (Biochemical): Jumlah sel leukosit lebih dari
15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat (Muttaqin, 2012). Pemeriksaan
Arteri Blood Gas PaO2, hipoksia, paCO2, elevasi, pH
alkalosis (Somantri, 2012).
C (Clinical) : Pengkajian tentang status nutrisi klien
meliputi jumlah, frekwensi, dan kesulitan-kesulitan
dalam memenuhi kebutuhannya, pada klien sesak
nafas, sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan
nutrisi, hal ini karena dipnea saat makan, laju
metabolisme, serta kecemasanyang dialami oleh klien
(Muttaqin, 2012).
D (Diet) : Makanan (bahan penyedap, pengawet,
pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi,
telur (Departemen Kesehatan RI, 2009).
a) Pola istirahat tidur : Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur dan
istirahat klien yang meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat,
serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami oleh klien.
Adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat mempengaruhi pola
tidur dan istirahat klien. Biasanya pasien asma susah tidur karena
sering batuk atau terbangun akibat sesak nafas (Mumpuni &
Wulandari, 2013).
b) Pola aktivitas : Menurut Somantri 2012 pola aktivitas sebagai
berikut :
• ADL : Perlu dikaji juga tentang aktifitas keseharian klien
seperti olahraga, bekerja, dan aktifitas lainya. Aktifitas fisik
juga dapat menjadi faktor pencetus asma yang disebut
exercise indiced asma.
• Pemeriksaan ekstermitas (atas dan bawah) :Dikaji adanya
edema ekstermitas, remor, dan adanya tanda- tanda infeksi
pada ekstermitas karena dapat merangsang serangan asma.
Pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar,
kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,
mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, eksim dan
adanya tanda urtikaria atau dermatitis.
16. 2. Diagnosa & Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan
denganeksudatdalamjalan
alveoli ditandai dengan.
DS:
1. Klien Mengatakan
Batuk dan banyak
Sputum
DO:
1. Terdengar suara
Mengi
2. KlienTerlihatDipsnea
Setelah dilakukan
Tindakan 1x24 jam
didapatkanhasilekspetasi
pemantauan respirasi
membaik
Kriteriahasil:
1. Batuk efektif
meningkat (5)
2. Produk sputum
menurun(5)
3. Mengimenurun(5)
4. Dipsnea menurun
Intervensi:
1. Monitorsputum
2. Monitorpolanapas
3. Monitor bunyi nafas
tambahan
4. Posisikan semi-fowler
ataufowler
5. Berikanminumhangat
6. Anjurkan bernapas
lambat dandalam
7. Anjurkan
mengidentifikasi dan
3. Hasil TTV :
TD : 130/70 MmHg
Nadi : 9sx/menit
RR : 36x/menit
(5) menghindari pemicu
(Mis. Debu, bulu
hewan, serbuk bunga,
asap rokok dan polusi
udara)
8. Monitor tanda dangejala
hipoksia (Mis.Gelisah
agitas dan penurunan
kesadaran
2 Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi ditandai
dengan adanya
DS :
1. Klien Mengatakan
Sesak napas
2. Klien Mengatakan
pusing
DO :
1. Klien tampak dipsnea
2. Klien terdengar Bunyi
napas tambahan
3. PCO2 Meningkat
4. PO2 menurun
Setelah dilakukan
pengkajian 1x24 jam
didapatkan hasil ekspetasi
pemantauan respirasi
membaik.
Kriteria hasil :
1. Dispsnea menurun (5)
2. Bunyi napas tambahan
menurun (5)
3. PCO2 Membaik (5)
4. PO2 Membaik (5)
5. Pusing menurun (5)
Intervensi:
1. Monitor frekuensi , irama ,
kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor pola napas
(seperti bradypnea,
takipneam hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-
stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan
batuk efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya sumbatan
jalan napas