Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Studi ini meneliti hubungan antara sinusitis dan otitis media supuratif kronis pada 70 pasien.
2. Hasil endoskopi hidung dan CT paranasal menunjukkan bahwa deviasi septum hidung dan kelainan sinus paranasal umum ditemukan pada pasien.
3. Studi ini menyimpulkan bahwa kelainan sinus sering berperan sebagai faktor risiko otitis media supuratif kronis, sehingga penila
1. Clinical Science Session (CSS)
*Kepaniteraan Klinik Senior
**Pembimbing
Studi Klinis Tentang Pengaruh Sinusitis pada Otitis
Media Supuratif Kronis
Yulia Rahmayanti, S.ked *Angeline Fenisenda, S.Ked* dr. Lusiana, Sp.THT-KL **
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2017
2. LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Science Session
Studi Klinis Tentang Pengaruh Sinusitis pada Otitis Media Supuratif Kronis
Oleh:
Yulia Rahmayanti, S.Ked
Angeline Fenisenda, S. Ked
Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Mattaher Jambi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan
Pada, Mei2017
Pembimbing
dr. Lusiana, Sp. THT-KL
3. KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Clinical
Science Session yang berjudul “Studi Klinis Tentang Pengaruh Sinusitis pada Otitis
Media Supuratif Kronis” sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti
Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan serta Kepala dan
Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Lusiana, Sp. THT-KL, yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu bagi para pembaca.
Jambi, Mei 2017
Penulis
4. Studi Klinis Tentang Pengaruh Sinusitis pada Otitis Media
Supuratif Kronis
Abstrak
Pendahuluan
Penyakit dari hidung dan sinus paranasal diketahui berpengaruh pada kondisi telinga
tengah. Pada evaluasi pasien dengan otitis media kronis, radiologi, endoskopi, dan
pemeriksaan penunjang lainnya yang berperan dalam penilaian objektif pada pasien,
dan untuk menyingkirkan lesi kavum nasal dan nasofaring sebagai faktor penyebab
utama.
Bahan dan Metode
Penelitian menggunakan metode Observasi Cross sectional yang telah dilakukan dalam
waktu dua tahun untuk menentukan peran dari sinusitis sebagai fokus dari pasien sepsis
dengan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) tipe tubotimpani. Seluruh pasien
dikelompokkan berdasarkan kelompok umur 20-40 tahun dengan lebih dari 2 bulan
dengan sekret telinga dan dengan penurunan pendengaran 25-40 db dengan diagnosis
OMSK tipe tubotimpani yang dimasukkan dalam penelitian kami. Pasien yang
memiliki tanda mastoiditis pada X-ray dan juga dengan sekret telinga persisten bahkan
setelah perawatan dengan antibiotik oral dan topikal yang dikenakan (n=70) untuk
diagnosis endoskopi hidung dan CT dari sinus paranasal.
Hasil
Diantara 100 pasien OMSK, 70% memiliki tanda yang mengarah ke sinusitis. Deviasi
septum nasal (40%) paling banyak terjadi kelainan diantara populasi penelitian.
Mayoritas (54%) dari mereka memiliki sekret telinga dengan tipe mukopurulen. Pada
CT sinus paranasal ditemukan bahwa 48,5% dari populasi penelitian adalah grade 1
5. dari tipe Sinus Paranasal. 54,2% dari pasien yang memiliki perforasi di sentral yang
besar dan mukosa telinga tengah ditemukan membengkak sebanyak 65,7% dari pasien.
Diskusi
Koeksistensi dari deviasi septum nasi dan rhinosinusitis kronis dengan sekret OMSK
adalah setara dengan beberapa penelitian lain yang dilakukan di tempat lain.
Kesimpulan
Deviasi septum nasal dan pembesaran turbin tengah, uncinate yang ditengah
berhubungan dengan sinusitis sebagai faktor predisposisi dalam pembentukan OMSK.
Jadi penilaian untuk sinusitis dalam terapi OMSK harus segera diidentifikasi dan
ditangani.
Kata Kunci
Otitis media, Supuratif; otitis media dengan efusi; sinus paranasal; Sinusitis Maxillary
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) tipe tubotimpani adalah imflamasi
persisten yang menyebabkan perubahan irreversible dari mukosa di telinga tengah dan
cavitas mastoid. Ditandai dengan sekret persisten dari telinga tengah melalui perforasi
membran timpani. Itu adalah penyebab penting dari pencegahan kehilangan
pendengaran, terutama dalam mengembangkan dunia (WHO, 2004). Patofisiologi
dimulai dengan iritasi dan selanjutnya inflamasi dari mukosa telinga tengah. Faktor
kelainan yang paling penting pada OMSK adalah disfungsi dari tuba Eustachius dan
infeksi bakteri. Obstruksi dari tuba eustachius dapat menyebabkan Otitis Media (OM).
Penyakit dari hidung dan sinus paranasal (PNS) berpengaruh pada kondisi telinga
tengah.
Meskipun kebanyakan literatur menunjukkan sinusitis dan saluran napas atas
merupakan faktor penyebab dari otitis media, hanya sedikit artikel yang menunjukkan
6. kebenaran kelainan hidung melibatkan faktor anatomi yang dapat menyebabkan otitis
media. Pasien-pasien yang memiliki otitis media sekunder pada kelainan hidung
dan/atau PNS memiliki kedua masalah yang harus ditangani.
Kelainan sinonasal sering menyebabkan penyakit pada telinga. Peningkatan
dari kelainan otitis media yang diikuti dengan septoplasti telah dicatat oleh Grady
(1983). Von Cauwenberge dan Derycke (1983) dan Kim et al. (1993) juga
menunjukkan bukti dari hubungan kelainan sinonasal pada kasus otitis media.
Bozkuset et al (2013) mendemonstrasikan bahwa peran dari kelainan sinonasal dan
rhinitis alergi dalam pathogenesis otitis media kronis adalah lazim. Mereka
menyimpulkan bahwa meskipun sejarah medis dan pemeriksaan fisik dianggap
prosedur wajib selama evaluasi pertama pada pasien dengan otitis media kronis,
radiologi, endoskopi, dan pemeriksaan tambahan lain yang digunakan untuk penilaian
objektif pada pasien, dan lesi dari kavum nasal dan nasofaring harus selalu
dipertimbangkan sebagai diagnosis banding. Tanpa mengoreksi sinusitis, tatalaksana
telinga, termasuk bedah sering menyebabkan kegagalan dan prognosis buruk. Karena
itu, penting untuk menetapkan peran sinusitis sebagai pencetus sepsis pada penyakit
otitis media kronis mucosal aktif.
Bahan dan metode
Penelitian Observasi Cross sectional dilakukan di ENT OPD dalam waktu 2
tahun dari January 2013 sampai Desember 2014 untuk menentukan peran sinusitis
sebagai pencetus dari sepsis pada pasien dengan OMSK tipe tubotimpani. Semua
pasien, pada kelompok umur 20-40 tahun yang lebih dari 2 bulan dengan secret telinga
dan kehilangan pendengaran 25-40 db dan didiagnosa sebagai OMSK tipe tubotimpani,
dimasukkan dalam penelitian kami. 100 pasien telah ditemukan berdasarkan kriteria
diatas dimasukkan dalam penelitian ini. X-ray mastoid telah diambil untuk semua
pasien. Pasien dengan tanda sinusitis kronis ditatalaksana dengan antibiotik,
7. antihistamin dan dekongestan yang telah diberikan dan dihentikan dalam waktu 6
minggu.
Pasien yang memiliki tanda mastoiditis pada X-ray dan juga sekret telinga
persisten bahkan setelah perawatan dengan antibiotik oral maupun topikal dengan
subjek (n=70) untuk diagnosis endoskopi hidung dan CT dari sinus paranasal.
Hasil
Table I menunjukkan cara distribusi umur dan jenis kelamin dari populasi
penelitian. Mayoritas populasi penelitian adalah laki-laki pada kelompok umur 20-30
tahun. Kebanyakan 90% dari populasi penelitian berasal dari daerah pedesaan dan
termasuk dalam status soso-ekonomi kebawah.
Penemuan dari endoskopi nasal ditunjukkan pada tabel II. Deviasi septum nasal
(DNS) adalah kelainan yang paling sering terjadi (40%) diantara populasi penelitian
yang diikuti oleh pelebaran bula. Medialised uncinatus telah dilihat dalam 17,1% dari
populasi penelitian dan 10% dari mereka memiliki pelebaran bula dengan prominent
agger.
8. Tipe dari secret telinga pada meatus tengah ditunjukkan melalui endoskopi
nasal dan telah menunjukkan bahwa kebanyakan 54,2% dari secret telinga merupakan
tipe mukopurulen dan sisanya bersifat purulen atau mukoid.
Grade dari sinus paranasal berdasarkan penemuan CT menunjukkan
kebanyakan 48,5% dari mereka memiliki grade I, dimana penyakit jarang untuk OMC
(ostiomeatal Complex), 22,8% grade II (opasifikasi inkomplit dari 1 atau lebih dinus)
14,2% merupakan grade III (komplit opasifikasi dari satu atau lebih sinus mayor) dan
7,1% merupakan grade IV yaitu ditemukan total opasifikasi dari semua sinus (Tabel
IV).
9. Variasi anatomi dari sinus paranasal berdasarkan hasil CT menunjukkan 40%
dari mereka memiliki deviasi septum nasal, 20% dari mereka medialised uncinatus
dengan mukosa maxilla menebal dan 11,4% dari mereka memiliki prominent agger
(Tabel V).
10. Penemuan otoendoskopi diantara populasi penelitian menunjukkan bahwa
54,2% dari mereka memiliki perforasi central membrane timpani yang besar, 31,4%
memiliki subtotal sentral perforasi. Mukosa telinga tengah membengkak sebanyak
65,7% dari populasi dan 34,2% dari mereka memiliki mukosa polipoid (tabel VI).
Diskusi
Langkah paling penting dalam mendiagnosis otitis media supuratif kronis
(OMSK) adalah mengidentifikasi kelainan yang mendasarinya, setelah diidentifikasi,
pengobatan akan jauh lebih sederhana.
11. Mengingat pentingnya patologi nasofaring dan sinonasal OMSK, penelitian ini
dilakukan pada 70 pasien OMSK yang hadir ke Departemen Rawat Jalan
Otolaringologi kami. Usia pasien berkisar antara 20 sampai 40 tahun dengan usia rata-
rata 28,7 ± 6,4 tahun. Jumlah maksimum pasien (74,2%) berusia antara 21-30 tahun.
OMSK didefinisikan terutama sebagai penyakit kelompok usia anak-anak (Nelson,
1988) .9 Pekerja lainnya seperti Shrestha et al (2010),10 Karkiet al (2011),11 Poorey dan
Iyer (2002)12 telah menemukan prevalensi maksimum dari CSOM dalam kelompok
usia muda, yang hampir setara dengan penelitian kami.
Beberapa penelitian telah mengusulkan bahwa deviasi septum nasal sebagai
faktor predisposisi pada pasien dengan OMSK. Van Cauwenberge dkk menunjukkan
bahwa meningkatnya resistensi nasal menyebabkan telinga tengah yang statis
mengarah ke lebih tinggi, dan menutup tekanan dari tekanan tabung Eustachius dengan
dengan terbentuknya edema mukosa dan akhirnya disfungsi tuba Eustachius.13
Gutierrez-Marcos menunjukkan bahwa obstruktif deviasi septum menyebabkan
disfungsi tabung Eustachius.14 Deron dkk mendeteksi bahwa pembukaan tekanan
tabung Eustachius pulih pada tahap awal, dan pada akhir periode pasca operasi terjadi
perbaikan dari deviasi septum.15 Dengan menggunakan prosedur CT paranasal,
Gocmen dkk melaporkan bahwa deviasi septum ada pada 52% pasien dengan OMSK.16
Ini hampir sama dengan penelitian kami dimana kami menemukan bahwa 40% pasien
dengan OMSK memiliki deviasi septum hidung.
Penemuan diagnostik endoskopi nasal dari penelitian kami menunjukkan
bahwa DNS sendiri atau dikombinasikan dengan kelainan lain menjadi penemuan yang
paling banyak. Observasi yang serupa dilakukan oleh Yeolekar dkk (2011)17 dalam
penelitian mereka, kelainan sinonasal terlihat pada 90% pasien dengan OMSK. Poorey
dan Iyer (2002)12 melaporkan adanya kelainan faring dan sinonasal pada 93% pasien
dengan OMSK.
Dalam literatur, deteksi sinusitis berkisar antara 43% dan 78% pada pasien
dengan OME, mendukung penemuan prevalensi dari inflamasi pada saluran
pernapasan bagian atas sebagai penyebab OME.18 Fireman dkk. menekankan bahwa
12. otitis media adalah penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh banyak etiologi
termasuk kelainan sinus nasal, dan paranasal.19 Eryilmaz dkk melaporkan adanya
rinosinusitis kronis pada pasien dengan (57,7%) dan tanpa (25%) otitis media kronis
dengan efusi (COME) dengan perbedaan yang signifikan antar kelompok.20 Grote dan
Kuijpers mendeteksi sinusitis maksila pada 47% dari 1252 kasus anak-anak dengan
COME.21 Dalam penelitian ini, sinusitis maksila ada pada 48,5% kasus.
Mayoritas peneliti telah mengungkapkan peran penting kelainan saluran
pernafasan bagian atas sebagai faktor penyebab penyumbatan tubaEustachius pada
etiopatogenesis OMSK.11 Stammberger dkk melaporkan bahwa adanya kerusakan
serius pada fungsi tabung eustachius sebagai konsekuensinya gangguan fungsi sinus
nasal dan paranasal.22 Gocmen dkk. mendeteksi inflamasi kronis dari unit osteomeatal
pada 27% dari 52 pasien dengan otitis adhesive, dan mengungkapkan bahwa kelainan
sinus nasal dan paranasal secara signifikan berbeda dibandingkan kelompok kontrol.16
Takashi dkk menunjukkan bahwa proses inflamasi nasal, dan sinus paranasal
terjadi dalam disfungsi obstruksi, inflamasi, dan yang dihasilkan dari tuba eustachius.23
Dalam penelitian kami, sinusitis maksilaris ditemukan sebagai jenis sinusitis yang
paling umum di antara pasien dengan OMSK. Studi yang sama menunjukkan bahwa di
antara pasien dengan OMSK, 62% di antaranya memiliki jenis pendarahan telinga
mucopurulen dan 60% memiliki perforasi sentral yang besar dari membran timpani dan
hasilnya hampir serupa dengan penelitian kami dimana 54% di antaranya memiliki
perforasi sentral yang besar dengan secret mukopurulen. Grote dan Kuijpers21 dalam
studi mereka pada mukosa telinga tengah dengan menggunakan otoendoskopi di antara
pasien dengan OMSK menunjukkan bahwa 71% di antaranya memiliki edema mukosa
telinga tengah dan 29% memiliki mukosa polipoidal yang hampir sama dengan
penelitian kami.
13. Kesimpulan
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa sinusitis adalah salah satu faktor
predisposisi terpenting dalam perkembangan OMSK. Deviasi septum nasal,
pembesaran turbin tengah, uncinate yang ditengah adalah varian anatomis yang paling
umum dari sinus hidung dan paranasal yang menjadi predisposisi sinusitis. Jadi
sinusitis harus dianggap sebagai salah satu faktor risiko terpenting dalam
perkembangan OMSK dan harus segera diidentifikasi dan ditangani.
14. DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Chronic Suppurative Otitis Media. Burden of Illness
and Management Options. Geneva: World Health Organization, 2004.
Available from:
http://www.who.int/pbd/publications/Chronicsuppurativeotitis_media.pdf. Accessed
April 27, 2016
2. Verhoeff M, van der Veen EL, Rovers MM, Sanders EA, Schilder AG. Chronic
suppurative otitis media: a review. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2006; 70: 1-12
3. De Souza C, Bhaya M. The role of nasal and sinus surgery in otitis media. Operative
techniques in Otolaryngology. Head Neck Surg. 1996; 7:16-9
4. Grady D, Mathias P, Anderson R, Snider G, Sprinkle PM. Improvement of middle
ear disease following septoplasty. Am J Otol. 1983; 4:327-31
5. van Cauwenberge P, Deryeke A. The relationship between nasal and middle ear
pathology. Acta Otorhinolaryngol Belg.1983; 37: 830-41
6. Kim CS, Jung HW, Yoo KY. Prevalence of otitis media and allied diseases in Korea-
Results of a nation-wide survey 1991. J Korean Med Sci.1993; 8:34-40.
7. Bozkus F, Bozan N, Iynen I, Sakin YF, Kiris M. Analysis of sinonasal, pharyngeal
and allergy-related risk factors for chronic suppurative otitis media. Acta Medica
Mediterranea 2013, 29: 47-52
8. Bluestone CD. Epidemiology and pathogenesis of chronic suppurative otitis media:
implications for prevention and treatment. Int J Pediatr Otorhinolaryngol.1998; 42:
207-36
9. Nelson JD. Chronic suppurative otitis media, Pediatr. Infect Dis. J. 1988; 7 (6): 446-
8
10. Shrestha D, Thapa P, Bhandari YB. Types of pathology and ossicular status in
atticoantral disease undergoing mastoidectomy at Bir Hospital. Journal of College of
Medical Sciences-Nepal 2010; 6(4): 26-30
11. Karki R, Rai K. Pattern of Otorhinolaryngological Diseases at Rural Medical
Camps in Far Western Region of Nepal. MJSBH July-December 2012; 11(2): 29-31
12. Poorey VK, Iyer A. Study of Bacterial Flora in CSOMand its Clinical Significance.
Ind. J. Otolaryngol Head Neck Surg. 2002; 54(2): 91-5
13. van Cauwenberge PB, Vander Mijnsbrugge AM, Ingels KJ. The microbiology of
acute and chronic sinusitis and otitis media: a review. Eur Arch Otorhinolaryngol.
1993; 250 Suppl 1: S3-6
14. Gutierrez-Marcos JA, Fandinoizun-Degui J, Garcia- Palmer R. Deviations of the
nasal septum and their relation to tubal physiopathology. Rev Laryngol Otol Rhinol
Bord. 1992; 113(5): 383-5
15. Deron P, Clement PA, Derde MP. Septal surgery and tubal fuction: Early and late
results. Rhinology 1995; 33(1): 7-9
16. Gocmen H, Ceylan K. Burun ve paranasal sinus pathologies versus tympanic
membrane pathologies. Otoscope 2004; 1: 34-8
15. 17. Yeolekar AM, Dasgupta K S. Otitis media: Does the onus lie on sinonasal
pathology? Indian J Otol. 2011;17:8-11
18. Fujita A, Honjo I, Kurata K, Gan I, Takahashi H. Refractory otitis media with
effusion from viewpoints of eustachian tube dysfunction and nasal sinusitis. Am J
Otolaryngol. 1993; 14(3): 187-90
19. Fireman P. Otitis media and nasal disease: A role for allergy. J Allergy Clin
Immunol. 1988; 82(5): 917-26
20. Eryilmaz A, Akmansu H, Dursun E, Dagli M, Acar A, Turkay M, et al. Is there a
relationship between chronic rhinosinusitis and otitis media with effusion in pediatric
patients? Turk Otolarengoloji Arşivi 2004; 42(3): 164-8
21. Grote JJ, Kuljpers W. Middle ear effusion and sinusitis. J Laryngol Otol. 1980; 94:
177-83
22. Stammberger H. An endoscopic study of tubal function and the diseased ethmoid
sinus. Arch Otol Rhinol Laryngol. 1986; 243(4):254-9
23. Takahashi H, Miura M, Honjo I, Fujita A. Cause of eustachian tube constriction
during swallowing in patients with otitis media with effusion. Ann Otol Rhinol
Laryngol. 1996; 105(9): 724-8