SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
UNSUR UNSUR
INTERPRETASI CITRA
UNSURUNSURIC
1. Rona atau warna
2. Ukuran
3. Bentuk
4. Tekstur
5. Pola
6. Tinggi
7. Bayangan
8. Situs
9. Asosiasi
RONA
 Rona (tone / color tone / grey tone) adalah
tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan
obyek pada citra.
 Rona pada foto pankromatik merupakan
atribut bagi obyek yang berinteraksi
dengan seluruh spektrum tampak yang
sering disebut sinar putih, yaitu spektrum
dengan panjang gelombang (0,4 – 0,7) μm.
 Berkaitan dengan penginderaan jauh,
spektrum demikian disebut spektrum
lebar, jadi rona merupakan tingkatan dari
hitam ke putih atau sebaliknya.
WARNA
 Warna merupakan ujud yang tampak oleh
mata dengan menggunakan spektrum
sempit, lebih sempit dari spektrum
tampak. Sebagai contoh, obyek tampak
biru, hijau, atau merah bila hanya
memantulkan spektrum dengan panjang
gelombang (0,4 – 0,5) μm, (0,5 – 0,6) μm,
atau (0,6 – 0,7) μm.
 Sebaliknya, bila obyek menyerap sinar
biru maka ia akan memantulkan warna
hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka
obyek akan tampak dengan warna kuning
 Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya rona
dan warna dalam pengenalan obyek. Tiap
obyek tampak pertama pada citra
berdasarkan rona atau warnanya.
 Setelah rona atau warna yang sama
dikelompokkan dan diberi garis batas
untuk memisahkannya dari rona atau
warna yang berlainan, barulah tampak
bentuk, tekstur, pola, ukuran dan
bayangannya. Itulah sebabnya maka rona
dan warna disebut unsur dasar.
BENTUK
 Bentuk, ukuran, dan tekstur dikelompokkan
sebagai susunan keruangan rona sekunder
dalam segi kerumitannya. Bermula dari
rona yang merupakan unsur dasar dan
termasuk primer dalam segi kerumitannya.
Pengamatan atas rona dapat dilakukan
paling mudah. Oleh karena itu bentuk,
ukuran, dan tekstur yang langsung dapat
dikenali berdasarkan rona, dikelompokkan
sekunder kerumitannya.
 Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris
yang artinya bentuk, yaitu shape dan form.
 Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum,
 sedang form merupakan susunan atau
struktur yang bentuknya lebih rinci.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk
- Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk
empat segi panjang
- Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk
kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu
- Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segi
tiga yang alasnya cembung
- Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila
pengikisannya telah berlangsung lanjut
- Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian
rendah yang berbentuk tapal kuda
UKURAN
 Ukuran ialah atribut obyek berupa
jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada
citra merupakan fungsi skala, maka
di dalam memanfaatkan ukuran
sebagai unsur interpretasi citra
harus selalu diingat skalanya.
CONTOH
Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran:
- Ukuran rumah sering mencirikan apakah
rumah itu rumah mukim, kantor, atau
industri. Rumah mukim umumnya lebih
kecil bila dibanding dengan kantor atau
industri.
- Lapangan olah raga di samping dicirikan
oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh
ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi
lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m
bagi lapangan tennis, dan sekitar 8 m x 10 m
bagi lapangan bulu tangkis.
- Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis
kayunya juga ditentukan oleh volumenya.
Volume kayu bisa ditaksir berdasarkan
tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan
pohonnya, dan diameter batang pohon.
TEKSTUR
 Tekstur adalah frekuensi perubahan rona
pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau
pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara
individual (Estes dan Simonett, 1975).
 Tekstur sering dinyatakan dengan kasar,
halus, dan belang-belang.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan
tekstur:
- Hutan bertekstur kasar, belukar
bertekstur sedang, semak bertekstur halus.
- Tanaman padi bertekstur halus, tanaman
tebu bertekstur sedang, dan tanaman
pekarangan bertekstur kasar .
- Permukaan air yang tenang bertekstur
halus.
POLA
Pola, tinggi, dan bayangan pada
Gambar 1 dikelompokkan ke
dalam tingkat kerumitan tertier.
Tingkat kerumitannya setingkat
lebih tinggi dari tingkat
kerumitan bentuk, ukuran, dan
tekstur sebagai unsur
interpretasi citra. Pola atau
susunan keruangan merupakan
ciri yang menandai bagi banyak
obyek bentukan manusia dan
bagi beberapa obyek alamiah.
 Contoh:
- Pola aliran sungai sering menandai
struktur geologi dan jenis batuan. Pola
aliran trellis menandai struktur lipatan.
Pola aliran yang padat mengisyaratkan
peresapan air kurang sehingga pengikisan
berlangsung efektif. Pola aliran dendritik
mencirikan jenis tanah atau jenis batuan
serba sama, dengan sedikit atau tanpa
pengaruh lipatan maupun patahan. Pola
aliran dendritik pada umumnya terdapat
pada batuan endapan lunak, tufa vokanik,
dan endapan tebal oleh gletser yang telah
terkikis (Paine, 1981)
- Permukaan transmigrasi dikenali dengan
pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang
ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing
menghadap ke jalan.
- Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan
sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur,
yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
BAYANGAN
 Bayangan bersifat menyembunyikan detail
atau obyek yang berada di daerah gelap.
Obyek atau gejala yang terletak di daerah
bayangan pada umumnya tidak tampak sama
sekali atau kadang-kadang tampak samar-
samar. Meskipun demikian, bayangan sering
merupakan kunci pengenalan yang penting
bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak
dari bayangannya.
 Contoh:
- Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan
bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari
bayangannya.
- Tembok stadion, gawang sepak bola, dan
pagar keliling lapangan tenis pada foto
berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari
bayangannya.
- Lereng terjal tampak lebih jelas dengan
adanya bayangan.
SITUS
 Bersama-sama dengan asosiasi, situs
dikelompokkan ke dalam kerumitan yang
lebih tinggi . Situs bukan merupakan ciri
obyek secara langsung, melainkan dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.
 Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para
pakar, yaitu:
- Letak suatu obyek terhadap obyek lain di
sekitarnya (Estes dan Simonett, 1975). Di dalam
pengertian ini, Monkhouse (1974) menyebutnya
situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap
wilayah kota (administratif), atau letak suatu
bangunan terhadap parsif tanahnya.
 Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs
geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan
atau letak suatu daerah atau wilayah terhadap
sekitarnya. Misalnya letak iklim yang banyak
berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk
geomorfologi.
- Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan
Simonett, 1975), seperti misalnya situs suatu obyek di
rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang tepi
sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van Zuidam
(1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu
obyek atau tempat terhadap daerah sekitarnya.
 Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem
wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh faktor
situs, seperti:
(1) beda tinggi,
(2) kecuraman lereng,
(3) keterbukaan terhadap sinar,
(4) keterbukaan terhadap angin, dan
(5) ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Lima faktor situs ini mempengaruhi proses
geomorfologi maupun proses atau perujudan
lainnya.
Contoh:
- Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan
pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut berupa
pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis
palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol (pola)
dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada
foto tersebut mungkin sekali nipah.
- Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena
tanaman kopi menghendaki pengaturan air yang
baik.
- Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir
beting pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi
jalan.
AS0SIASI
Asosiasi dapat diartikan
sebagai keterkaitan
antara obyek yang satu
dengan obyek lain. Adanya
keterkaitan ini maka
terlihatnya suatu obyek
pada citra sering
merupakan petunjuk bagi
adanya obyek lain.
ASOSIASI
KONVERGENSI
BUKTI
INTERPRETASI CITRA.ppt

More Related Content

What's hot

Praktikum kalibrasi kamera
Praktikum kalibrasi kameraPraktikum kalibrasi kamera
Praktikum kalibrasi kamera
Retno Pratiwi
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarLaporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
 
Penginderaan jauh
Penginderaan jauhPenginderaan jauh
Penginderaan jauh
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
 
Geografi "Penginderaan jauh" kelas X
Geografi "Penginderaan jauh" kelas XGeografi "Penginderaan jauh" kelas X
Geografi "Penginderaan jauh" kelas X
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
 
Pemetaan digital
Pemetaan digital Pemetaan digital
Pemetaan digital
 
Praktikum kalibrasi kamera
Praktikum kalibrasi kameraPraktikum kalibrasi kamera
Praktikum kalibrasi kamera
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
Pengenalan ArcMap
Pengenalan ArcMapPengenalan ArcMap
Pengenalan ArcMap
 
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
 
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGIS
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGISLaporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGIS
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGIS
 
Sistem informasi geografi
Sistem informasi geografiSistem informasi geografi
Sistem informasi geografi
 
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi DigitalPengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
 
Tutorial agisoft metashape pengolahan data drone - edi supriyanto, st
Tutorial agisoft metashape   pengolahan data drone - edi supriyanto, stTutorial agisoft metashape   pengolahan data drone - edi supriyanto, st
Tutorial agisoft metashape pengolahan data drone - edi supriyanto, st
 
Pengantar kartografi
Pengantar kartografiPengantar kartografi
Pengantar kartografi
 
171810201031 b2 pemetaan_gps
171810201031 b2 pemetaan_gps171810201031 b2 pemetaan_gps
171810201031 b2 pemetaan_gps
 
Laporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS DigitasiLaporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS Digitasi
 

Similar to INTERPRETASI CITRA.ppt (12)

Interpretasi Citra (1).pdf
Interpretasi Citra (1).pdfInterpretasi Citra (1).pdf
Interpretasi Citra (1).pdf
 
laporan penginderaan jauh tahap 5
laporan penginderaan jauh tahap 5laporan penginderaan jauh tahap 5
laporan penginderaan jauh tahap 5
 
Interpretasi citra penginderaan jau hq
Interpretasi citra penginderaan jau hqInterpretasi citra penginderaan jau hq
Interpretasi citra penginderaan jau hq
 
laporan penginderaan jauh tahap4
laporan penginderaan jauh tahap4laporan penginderaan jauh tahap4
laporan penginderaan jauh tahap4
 
INTEPRETASI CITRA PADA BENTANG ALAM
INTEPRETASI CITRA PADA BENTANG ALAMINTEPRETASI CITRA PADA BENTANG ALAM
INTEPRETASI CITRA PADA BENTANG ALAM
 
Hubungan Manusia dengan Bumi
Hubungan Manusia dengan BumiHubungan Manusia dengan Bumi
Hubungan Manusia dengan Bumi
 
Modul geo
Modul geoModul geo
Modul geo
 
RTO-4J3LG0I.pdf
RTO-4J3LG0I.pdfRTO-4J3LG0I.pdf
RTO-4J3LG0I.pdf
 
Geografi
GeografiGeografi
Geografi
 
Rangkuman pola dan bentuk objek geografi sesuai bentang alam
Rangkuman pola dan bentuk objek geografi sesuai bentang alamRangkuman pola dan bentuk objek geografi sesuai bentang alam
Rangkuman pola dan bentuk objek geografi sesuai bentang alam
 
Silvika tanah 3
Silvika tanah 3Silvika tanah 3
Silvika tanah 3
 
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdf
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdfPenginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdf
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdf
 

Recently uploaded

PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
iwidyastama85
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
putrisari631
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
aji guru
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxM5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxPpt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidananASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

INTERPRETASI CITRA.ppt

  • 2. UNSURUNSURIC 1. Rona atau warna 2. Ukuran 3. Bentuk 4. Tekstur 5. Pola 6. Tinggi 7. Bayangan 8. Situs 9. Asosiasi
  • 3.
  • 4. RONA  Rona (tone / color tone / grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra.  Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4 – 0,7) μm.  Berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
  • 5. WARNA  Warna merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4 – 0,5) μm, (0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 – 0,7) μm.  Sebaliknya, bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan warna kuning
  • 6.  Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya.  Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.
  • 7. BENTUK  Bentuk, ukuran, dan tekstur dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan atas rona dapat dilakukan paling mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan tekstur yang langsung dapat dikenali berdasarkan rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya.  Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk, yaitu shape dan form.  Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum,  sedang form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci.
  • 8. Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk - Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk empat segi panjang - Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu - Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segi tiga yang alasnya cembung - Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila pengikisannya telah berlangsung lanjut - Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian rendah yang berbentuk tapal kuda
  • 9. UKURAN  Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.
  • 10. CONTOH Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran: - Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah mukim umumnya lebih kecil bila dibanding dengan kantor atau industri. - Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tennis, dan sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu tangkis. - Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh volumenya. Volume kayu bisa ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon.
  • 11. TEKSTUR  Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975).  Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang.  Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur: - Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus. - Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar . - Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
  • 12. POLA Pola, tinggi, dan bayangan pada Gambar 1 dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
  • 13.  Contoh: - Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis batuan. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis (Paine, 1981) - Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke jalan. - Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
  • 14. BAYANGAN  Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar- samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya.  Contoh: - Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya. - Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya. - Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
  • 15. SITUS  Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih tinggi . Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.
  • 16.  Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu: - Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonett, 1975). Di dalam pengertian ini, Monkhouse (1974) menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap parsif tanahnya.  Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi. - Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975), seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek atau tempat terhadap daerah sekitarnya.
  • 17.  Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh faktor situs, seperti: (1) beda tinggi, (2) kecuraman lereng, (3) keterbukaan terhadap sinar, (4) keterbukaan terhadap angin, dan (5) ketersediaan air permukaan dan air tanah. Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau perujudan lainnya. Contoh: - Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah. - Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki pengaturan air yang baik. - Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.
  • 18. AS0SIASI Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. ASOSIASI