Dokumen tersebut membahas perbedaan sistem referensi geospasial Indonesia yang lama, yaitu DGN 95, dengan sistem baru SRGI 2013 beserta parameter transformasi koordinat antara kedua sistem tersebut.
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMega Yasma Adha
Makalah Geodesi Geometri II
maaf yaa setting nya dibuat untuk tidak di download karena akun ini khusus untuk referensi junior junior saya di institut teknologi padang, dan mengajarkan mereka untuk membaca bukan untuk copy paste saja ^^
Download bisa by request email megayasma63@gmail.com
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMega Yasma Adha
Makalah Geodesi Geometri II
maaf yaa setting nya dibuat untuk tidak di download karena akun ini khusus untuk referensi junior junior saya di institut teknologi padang, dan mengajarkan mereka untuk membaca bukan untuk copy paste saja ^^
Download bisa by request email megayasma63@gmail.com
Berikut contoh dalam pengerjaan hitungan dalam mata kuliah hitung perataan lanjut dalam teknik geodesi, semoga bisa membantu pemahaman terkait hitungan ini
Berikut contoh dalam pengerjaan hitungan dalam mata kuliah hitung perataan lanjut dalam teknik geodesi, semoga bisa membantu pemahaman terkait hitungan ini
It’s now possible to obtain decimeter (10cm/4in) horizontal and vertical accuracy using a mapping-grade receiver! This
presentation will cover the techniques and equipment necessary to achieve this level of accuracy. Such accuracy can be
obtained in the field or back in the office after data collection. Decimeter-level accuracy addresses the area in between
the survey-grade and the traditional “submeter” where GIS accuracy is typically defined. It is now possible to map
locations and navigate to underground facilities, critical infrastructure, and utility features when decimeter accuracy is
appropriate. Learn about the progress of Wisconsin DOT’s network of reference stations which will bring high-accuracy
possibilities as well as high-productivity GNSS to all of the state once completed. The status of the network construction
will also be addressed.
Tugas Mata Kuliah Survei Pemetaan Lanjut dari Bapak Dr.Ir. T. Aris Sunantyo, MSc
Email ke yanto_budisusanto@yahoo.com atau yanto_b@geodesy.its.ac.id untuk permintaan file
Program Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan...Oswar Mungkasa
Disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat pada Pra Seminar Nasional Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Jakarta 18 September 2012
Abstract— Rekonstruksi model tiga dimensi (3D) dapat digunakan untuk tujuan navigasi, dan aplikasi virtual reality. Namun, saat ini model 3D juga digunakan sebagai upaya untuk mitigasi bencana seperti perencanaan evakuasi kebakaran dan gempa bumi. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk 3D model bangunan menggunakan gambar panorama 720 derajat. Penilaian akurasi menggunakan akurasi aerial triangulasi, akurasi digitasi sudut dan juga mengambil data terrestrial laser scanning (TLS) untuk membandingkan dan mengukur ground control points (GCPs) menggunakan total station untuk analisa akurasi. Kamera Spherical Garmin VIRB 360 digunakan untuk mengambil video pada 30 fps dengan ukuran gambar 3840 x 2178. Video yang sudah didapatkan akan di ekstrak ke dalam bentuk gambar statis yang berurutan dengan interval 1.23 detik. Gambar panorama yang sudah terbentuk diolah menggunakan Agisoft Photoscan Pro untuk pemodelan 3D. Penilaian akurasi posisi menggunakan GCPs didalam Photoscan Pro. Hasil dense point cloud akan di bandingkan dengan data TLS didalam software CloudCompare. Hasil penelitian yang pertama adalah akurasi posisi 3D (RMSE) setelah SfM adalah 18.9 cm, selain itu perbedaan jarak 3D antara dense point cloud yang dihasilkan dengan data TLS adalah 3.47 cm. Model rekonstruksi bangunan didapatkan menggunakan point cloud dengan memproses didalam Autodesk Revit sehingga dapat digunakan sebagai upaya untuk perencanaan mitigasi bencana.
Kata Kunci—3D Model Rekonstruksi, Gambar Panorama, Fotogrammetri Jarak Dekat.
2. Pada awalnya system referensi geospasial Indonesia
menggunakan DGN 95 kemudian terdapat perubahan
terhadap system referensi geospasial menjadi SRGI
2013.
Karena adanya perubahan system referensi geospasial
nasional ini pastinya masih banyak peta-peta dan
informasi geospasial lainnya yang menggunakan
system lama yaitu DGN 95.
Untuk itu perlu diketahui parameter parameter
transformasi dari DGN95 ke SRGI 2013 atau
sebaliknya. Sehingga dapat dilakukan transformasi dari
DGN 95 ke SRGI 2013 atau sebaliknya.
3. menentukkan parameter transformasi
koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013 dan
sebaliknya.
melakukan transformasi dari DGN 95 ke
SRGI 2013 dan sebaliknya.
4. DGN95 merupakan sistem referensi geospasial yang
bersifat statis, dimana perubahan nilai koordinat
terhadap waktu sebagai akibat dari pergerakan
lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi, tidak
diperhitungkan.
5. Datum Geosentris
Koordinat Geodesi Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)
Koordinat Grid/Peta Universal Transvere Mercator(UTM)
Kerangka Referensi International Tereseterial Reference Frame (ITRF)
Elipsoid World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84)
Sumbu semi mayor (a) 6.378.137,0 meter
Faktor Pegepengan (1/f) 298,2572223563
6. SRGI 2013, yaitu suatu sistem koordinat nasional
yang konsisten dan kompatibel dengan sistem
koordinat global. SRGI 2013 digunakan sebagai
referensi tunggal dalam penyelenggaraan IG
nasional. Berbeda dengan datum geodesi
sebelumnya, SRGI 2013 memperhitungkan aspek
pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak
bumi
7. Sistem Referensi Geospasial
Vertikal
geoid)
Koordinat Grid/Peta Universal Transvere Mercator(UTM)
Kerangka Referensi Kerangka referensi global ITRF2008
Elipsoid World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84)
Sumbu semi mayor (a) 6.378.137,0 meter
Faktor Pegepengan (1/f) 298,2572223563
8. Keterangan DGN 1995 SRGI 2013
Sifat Sistem Referensi Static
Memperhitungkan perubahan nilai
koordinaat sebagai fungsi waktu
Sistem referensi
koordinat
ITRS ITRS
Kerangka Referensi
Koordinat
Jaring Kontrol Geodesi
yang terikat pada ITRF
2000
Jaring Kontrol Geodesi yang terikat
pada ITRF 2008
Datum Geodetik WGS 84 WGS 84
Sistem referensi
Geospasial vertikal
MSL Geoid
Sistem akses dan
layanan
Tertutup Tebuka dan self service
11. PARAMETER DGN KE SRGI SRGI KE DGN
a 0.999998911530896 1.00000108846953
b 1.53179632711442e-006 -1.53179689582617e-006
c -2.529124190076e-007 2.52916505460998e-007
d 1.00000024320305 0.999999756787091
C1 -11.7870838893577 11.7870875422377
C2 -2.02470464701764 2.02477018744685
13. Koordinat SRGI 2013
Nama Koordinat geografis
Transformasi ke
>>
Koordinat kartesian
J576 Lintang = -6.804477
Bujur = 108.672555
Tinggi = 24.91
X =-2027739.217004
Y = 6000159.867048
Z =-750670.883421
14. Perbedaan nilai koordinat SRGI 2013 awal dan setelah
ditransformasikan ke DGN 95 kemudian ditransformasikan
kembali ke SRGI 2013 memiliki nilai yang sangat kecil