SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
 Luka bakar memiliki mortalitas dan morbiditas yang tinggi
 Derajat kecacatan bervariasi, dtentukan oleh keparahan luka
bakar, fase perawatan, usia dan komorbid
 Penanganan sangat sulit dan panjang
 Tatalaksana multi disiplin melibatkan pasien dan keluarga
 Penanganan harus dilakukan sejak dini
 3 Aspek Penanganan:
 REHABILITASI
 REKONSTRUKSI
 REINTEGRASI
 Target penanganan:
 Meminimalkan penurunan Range of Movement (ROM)
 Mengambalikan fungsi
 Modalitas terapi saling berkaitan
 Surgikal dan non surgikal
 1st phase - Initial assessment and resuscitation
 Hari 1-3. Resusitasi cairan dan evaluasi trauma penyerta dan
komorbid
 2nd phase - Initial wound excision and biologic closure;
 Beberapa hari setelah trauma, meliputi tindakan pembedahan
untuk penutupan luka
 3rd phase - Definitive wound closure;
 Meliputi penutupan luka definitif, rekonstruksi pada area yang
kompleks seperti wajah dan tangan.
 4th phase - Rehabilitation, reconstruction, and reintegration;
 Dimulai sejak resusitasi hingga setelah rawat jalan
 PARUT HIPERTROFI
 KONTRAKTUR
 DEFORMITAS STRUKTUR
Studi oleh Holavanahalli et al:
 Nyeri dan kekakuan sendi
 Kesulitan berjalan, kelelahan, dan kelemahan di lengan dan tangan
 73% keterbatasan gerak
Lokasi predileksi: 47% leher, 45% tangan dan 38% axilla
Parut Hipertropik
 Penonjolan terbatas pada
daerah bekas luka
 Maturasi (+), cenderung
regresi seiring waktu
 Ukuran parut sesuai dengan
besarnya cedera
 Timbul karena pergerakan
 Predileksi pada area yang
menyebrang permukaan
yang bisa ditekuk (sendi,
abdomen)
 Ada perbaikan dengan
pembedahan
Keloid
 Penonjolan melewati batas
luka
 Maturasi (-), parut bisa
berkembang lebih besar
 Cedera minimal bs
menimbulkan parut yang
besar
 Tidak tergantung gerak
 Predileksi : bahu, telinga,
punggung, dada
 Pembedahan dapat membuat
keloid menjadi lebih buruk
7
Teori : ketidakseimbangan sintesis kolagen dengan degradasi kolagen
Sintesis >degradasi  Akumulasi kolagen
 Definisi : pengkerutan atau pemendekan (tightening)
patologis otot, tendon, ligament, atau kulit yang
mengakibatkan gangguan pergerakan normal
 Akibat jaringan ikat elastik digantikan jaringan fibrotik
yang tidak elastik
 Area: kulit dan jaringan dibawahnya, otot, tendon dan
persendian.
 Kontraktur menyebaban kehilangan 20-65° normal ROM,
dan 18-45% reduksi di gerakan normal
 Penyebab tersering :
 parut
 imobilisasi yang lama
8
 Kontraktur kulit (dermogen)
 setelah luka bakar
 pemendekan patologis dari parut
 Kontraktur osteogen/artrogen
 kelainan tulang atau sendi,
 Kontraktur tipe myogen/tendogen
 hampir semua bagian tubuh yang mengandung otot dan tendon,
 Exm: genu stiffness
 Kontraktur pada otot dan tendon
 Exm: Volkmann Contractures
 Kontraktur e.c. kelainan neurogenik
 Exm: cerebral palsy
9
 Luka bakar derajat II dan III skin loss  sembuh dengan
kontraksi dan epitelialisasi lebih dari 3 minggu  tension 
parut hipertrofi  kontraktur
Pembedahan Non Pembedahan
Z-Plasty Pressure Garment
Flap Silicone Gel
Release dan Skin Grafting Scar Massage
Eksisi Pulsed Dye Laser
Steroid
FASE Target Modalitas
CRITICALLY
ILL
Mencegah ROM ↓
Edema ↓
Mencegah Kontraktur
Passive ROM
Positioning, splinting
Fisioterapi 2x/hari,
maajemen nyeri
Early Excision
RECOVERING
BURN PATIENT
 OUTPATIENT
ROM membaik dan
menguat
Evaluasi
Terapi post op
Rekonstruksi
Passive ROM
↑ active ROM and
strengthening
↓ Edema
ADL Training
Scar Management
 Ideal: 2x/hari
 Sesi bersamaan dengan
penggantian dressing
 Manajemen nyeri
dengan opiate atau
benzodiazepines
 Komunikasi
interpersonal dengan
tenaga medis
 Antideformity positioning
 ↓ pemendekan tendon,
ligament kolateral, dan
kapsul sendi
 ↓ edema ekstremitas dan
wajah
 Splinting:
 Dapat membantu mencegah
kontraktur yang berkaitan
dengan posisi fleksi, kecuali
pada tangan
Lokasi Kontraktur Pencegahan
Leher Fleksi Thermoplastic neck splints, conformers, split
mattresses
Posisi leher ekstensi
Axilla Adduksi Posisi bahu abduksi maksimal
Splint axilla, padding
Siku Fleksi Splint siku posisi ekstensi
Bergantian dengan splint fleksi untuk
mempertahankan ROM
Panggul
dan
Genu
Fleksi
Terutama
pada anak
- Posisi tengkurap
- Ambulasi
- Imobilisasi genu
Ankle Equinus Splinting
Monitor  2x sehari untuk cek adakah luka atau pemasangan yang tidak pas
 Sering menetap pada kasus luka bakar dan graft pada
ekstremitas  memperberat kaku sendi
 Posisi ekstremitas dan kepala lebih tinggi dari jantung
 Elastic Garments/dressing, Elevasi, Massage
 PARUT HIPERTROFIK: Problem yang sulit dan merupakan
aspek penting pada penanganan luka bakar
 Terutama pada luka bakar derajat dalam yang sembuh
spontan dalam 3 minggu atau lebih
 Pada area dengan kulit yang elastis: wajah bagian bawah,
segitiga submental, dada anterior dan leher.
 9 minggu setelah epitelialisasi  terjadi neovaskularisasi 
eritema  parut hipertrofik
Non Surgikal:
 Topical Silicone
 Pressure Garment Therapy
 Scar Massage
 Steroid injections
 Serial casting  major joints
 Laser
Surgikal: Release, Skin Grafting, Flap, Z-Plasty, Tissue
Expander
 diletakkan di atas luka 24 jam/hari.
 Efektif untuk area yang sempit.
 Dapat diletakkan di bawah compression garments
 Terutama untuk anak
 ↓ parut dengan mempercepat
maturasi
 ↓ aliran darah  hipoksia local 
disposisi kolagen ↓  ketebalan parut,
kemerahan, edema, gatal ↓ . Menjaga
kontur. Melindungi kulit/graft baru
 Tekanan: 15-25mmHg
 Waktu: 23 jam/hari
 Durasi: hingga 1 tahun. 10-14 hari
post graft
 SCAR MASSAGE: Beberapa
x/hari. Dengan misturizers
 STEROID INJECTIONS 
untuk area yang terlokalisir
dan simtomatik (kosmetis,
pruritus)
 LASER: Memperbaiki :
Pigmentasi, Vaskularitas,
Fleksibilitas, Tebal parut
Tujuan:
1. RELEASE KONTRAKTUR
2. TUTUP DEFEK  SKIN FLAP, SKIN GRAFT, DONOR SITES
3. REKONSTRUKSI  Koreksi abnormalitas kontur
TIMING: umumnya setelah luka menutup, inflamasi mereda, parut
dan graft matur dan lunak (2 tahun)
Fase Akut : pada bagian yang resiko menimbulkan kecacatan:
 Ektropion terutama palpebra superior
 Severe contracture of the neck or microstomia  akses
intubasi, release kontraktur leher yang menarik struktur
wajah (bibir, dagu, palpebra inferior) dan kontraktur aksilla
dan dada.
 Dorsal contractures of the hand  kontraktur sendi
metacarpophalangeal
 Contractures of the popliteal fossa  kontraktur genu
Fase Intermediate  untuk optimalkan penyembuhan luka
 Metode paling sederhana
 Penting untuk menentukan banyaknya parut yang dapat
diambil
 ”Pinching” di tepi-tepi untuk menentukan mobilitas tepi luka
 Insisi sirkuferensial hingga sedalam parut hingga lapisan
lemak subkutan
 4-5 mm lapisan kolagen dibiarkan melekat di dasar
 Undermining tepi luka minimal
 Suture dengan benang sintetis
 Depresi di lokasi eksisi.
 Tutup defek luka dengan skin graft
 Membutuhkan bed luka yang tervaskularisasi dengan baik
 Dapat berupa split-thickness maupun Full-Thickness Skin
Graft
 Skin Graft diaposisikan pada wound bed, difiksasi dengan
suture, tutup dengan cotton bolster untuk fiksasi dan
mencegah akumulasi cairan
 Evaluasi dalam 3-5 hari
 Full-thickness dan Split Thickness graft yang tebal lebih
disukai karena lebih elastis, kurang kontraksi, estetik lebih
baik
 Untuk tutup defek kompleks seperti sendi atau pembuluh
darah, melindungi jaringan untuk rekonstruksi lanjutan, isal
graft tendon atau saraf pada tangan
 (+): elastis, kontraktur minimal, kecocokan warna dan tekstur
 Axial Skin Flap
 Z-Plasty Technique
 Flap Musculocutaneous atau Fasciocutaneous
 Musculocutaneous Z-Plasty  Neck, eyelid release
 Fasciocutaneous Z-Plasty  knee and ankle
 ¾ Fasciocutaneous
 Paratenon Cutaneous Z-Plasty  wrist, ankle, fascial
 Digunakan secara
luas
 menurunkan lebar
parut :60° Z-plasty
dapat memanjangkan
parut 75% dan
menyempitkan 30%
 menurunkan
tension
Parut hipertrofi leher
menyebabkan
kontraktur yang
berakibat deformitas
palpebra inferior,
komiura oris, dan
jawline. Desain Z-
Plasty dilakukan di
jaringan parut. 4
tahun setelah
pembedahan,
deformitas wajah
terkoreksi, parut
menjadi datar, lunak,
dan asimtomatik
(A) A horizontal line was drawn along the site of tightness. A triangular skin
marking was also drawn with its cathetus perpendicular to the
line of release. (B) The triangular flap was rotated cephalad and medialward
to make up the wound defect that resulted from release. (C) The flap
donor site closure as well as the inset of flap was achieved primarily.
 Terutama untuk terapi alopesia post luka bakar
3 minggu hingga flap sembuh
 Static or dynamic splints.
 Latihan fisik
 Perawatan area Graft
 Aci.health.nsw.gov.au. (2019). [online] Available at:
https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0018/236151/Burns-PT-OT-
Guidelines.pdf [Accessed 4 Sep. 2019].
 Anthonissen, M., Daly, D., Janssens, T. and Van den Kerckhove, E. (2016). The effects of
conservative treatments on burn scars: A systematic review. Burns, 42(3), pp.508-518.
 Hayashida, K. and Akita, S. (2017). Surgical treatment algorithms for post-burn
contractures. Burns & Trauma, 5(1).
 Herndon, D. (2018). Total Burn Care E-Book. Philadelphia: Elsevier.
 Sheridan, R. (2019). Burn Rehabilitation: Overview, Treatment Goals and Planning, Acute
Rehabilitation. [online] Emedicine.medscape.com. Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/318436-overview [Accessed 3 Sep. 2019].
 Thorne, C., Chung, K. C., Gosain, A., Guntner, G. C., & Mehrara, B. J. (2014). Grabb and
Smith's plastic surgery: Editor-in-chief, Charles H. Thorne ; editors, Kevin C. Chung,
Arun Gosain, Geoffrey C. Gurtner, Babak Joseph Mehrara, J. Peter Rubin, Scott L.
Spear (Seventh edition.). Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins
Health.
 Willows, B., Ilyas, M. and Sharma, A. (2017). Laser in the management of burn
scars. Burns, 43(7), pp.1379-1389.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Cairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan KoloidCairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan Koloid
 
Seminar wound revise
Seminar wound reviseSeminar wound revise
Seminar wound revise
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normal
 
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Ppt perawatan luka ot
Ppt perawatan luka otPpt perawatan luka ot
Ppt perawatan luka ot
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Kejang demam pada Anak
Kejang demam pada AnakKejang demam pada Anak
Kejang demam pada Anak
 
Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converted
 
Traksi dalam ortopedik
Traksi dalam ortopedikTraksi dalam ortopedik
Traksi dalam ortopedik
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaan
 

Similar to Rekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut

PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANANPENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANANAstriYuliaSariLubis1
 
Skin graft and Flap
Skin graft and FlapSkin graft and Flap
Skin graft and FlapShandy VP
 
Bedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapBedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapDVP Nugroho
 
Basic principles plastic surgery
Basic principles plastic surgeryBasic principles plastic surgery
Basic principles plastic surgeryharis_prabowo
 
02.-Skin-Graft-MSN-Kuliah-Klasikal.pdf
02.-Skin-Graft-MSN-Kuliah-Klasikal.pdf02.-Skin-Graft-MSN-Kuliah-Klasikal.pdf
02.-Skin-Graft-MSN-Kuliah-Klasikal.pdfThenaArtika
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
PR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxPR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxBonySimbolon
 
Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348job Titri company
 
Materi Luka Memar
Materi Luka MemarMateri Luka Memar
Materi Luka Memaricha582186
 
below knee amputatin.pptx
below knee amputatin.pptxbelow knee amputatin.pptx
below knee amputatin.pptxMREmerald1
 
Konsep perawatan luka dekubitus dan gangren
Konsep perawatan luka dekubitus dan gangrenKonsep perawatan luka dekubitus dan gangren
Konsep perawatan luka dekubitus dan gangrenSulistia Rini
 
Skin and skeletal Traction.pptx
Skin and skeletal Traction.pptxSkin and skeletal Traction.pptx
Skin and skeletal Traction.pptxAnjingCoklat
 

Similar to Rekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut (20)

PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANANPENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
 
Skin graft and Flap
Skin graft and FlapSkin graft and Flap
Skin graft and Flap
 
Bedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapBedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flap
 
Basic principles plastic surgery
Basic principles plastic surgeryBasic principles plastic surgery
Basic principles plastic surgery
 
02.-Skin-Graft-MSN-Kuliah-Klasikal.pdf
02.-Skin-Graft-MSN-Kuliah-Klasikal.pdf02.-Skin-Graft-MSN-Kuliah-Klasikal.pdf
02.-Skin-Graft-MSN-Kuliah-Klasikal.pdf
 
Materi Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docxMateri Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docx
 
Askep 1
Askep 1Askep 1
Askep 1
 
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
 
LAPSUS KELOID.pptx
LAPSUS KELOID.pptxLAPSUS KELOID.pptx
LAPSUS KELOID.pptx
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
 
PR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxPR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptx
 
Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348
 
Penyembuhan luka part 1
Penyembuhan luka part 1Penyembuhan luka part 1
Penyembuhan luka part 1
 
Perawatan Luka Modern
Perawatan Luka ModernPerawatan Luka Modern
Perawatan Luka Modern
 
Materi Luka Memar
Materi Luka MemarMateri Luka Memar
Materi Luka Memar
 
below knee amputatin.pptx
below knee amputatin.pptxbelow knee amputatin.pptx
below knee amputatin.pptx
 
INTEGRITAS KULIT.pdf
INTEGRITAS KULIT.pdfINTEGRITAS KULIT.pdf
INTEGRITAS KULIT.pdf
 
Fraktur femur sinistra
Fraktur femur sinistraFraktur femur sinistra
Fraktur femur sinistra
 
Konsep perawatan luka dekubitus dan gangren
Konsep perawatan luka dekubitus dan gangrenKonsep perawatan luka dekubitus dan gangren
Konsep perawatan luka dekubitus dan gangren
 
Skin and skeletal Traction.pptx
Skin and skeletal Traction.pptxSkin and skeletal Traction.pptx
Skin and skeletal Traction.pptx
 

Recently uploaded

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 

Recently uploaded (20)

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 

Rekonstruksi Luka Bakar Fase Lanjut

  • 1.
  • 2.  Luka bakar memiliki mortalitas dan morbiditas yang tinggi  Derajat kecacatan bervariasi, dtentukan oleh keparahan luka bakar, fase perawatan, usia dan komorbid  Penanganan sangat sulit dan panjang  Tatalaksana multi disiplin melibatkan pasien dan keluarga  Penanganan harus dilakukan sejak dini
  • 3.  3 Aspek Penanganan:  REHABILITASI  REKONSTRUKSI  REINTEGRASI  Target penanganan:  Meminimalkan penurunan Range of Movement (ROM)  Mengambalikan fungsi  Modalitas terapi saling berkaitan  Surgikal dan non surgikal
  • 4.  1st phase - Initial assessment and resuscitation  Hari 1-3. Resusitasi cairan dan evaluasi trauma penyerta dan komorbid  2nd phase - Initial wound excision and biologic closure;  Beberapa hari setelah trauma, meliputi tindakan pembedahan untuk penutupan luka  3rd phase - Definitive wound closure;  Meliputi penutupan luka definitif, rekonstruksi pada area yang kompleks seperti wajah dan tangan.  4th phase - Rehabilitation, reconstruction, and reintegration;  Dimulai sejak resusitasi hingga setelah rawat jalan
  • 5.
  • 6.  PARUT HIPERTROFI  KONTRAKTUR  DEFORMITAS STRUKTUR Studi oleh Holavanahalli et al:  Nyeri dan kekakuan sendi  Kesulitan berjalan, kelelahan, dan kelemahan di lengan dan tangan  73% keterbatasan gerak Lokasi predileksi: 47% leher, 45% tangan dan 38% axilla
  • 7. Parut Hipertropik  Penonjolan terbatas pada daerah bekas luka  Maturasi (+), cenderung regresi seiring waktu  Ukuran parut sesuai dengan besarnya cedera  Timbul karena pergerakan  Predileksi pada area yang menyebrang permukaan yang bisa ditekuk (sendi, abdomen)  Ada perbaikan dengan pembedahan Keloid  Penonjolan melewati batas luka  Maturasi (-), parut bisa berkembang lebih besar  Cedera minimal bs menimbulkan parut yang besar  Tidak tergantung gerak  Predileksi : bahu, telinga, punggung, dada  Pembedahan dapat membuat keloid menjadi lebih buruk 7 Teori : ketidakseimbangan sintesis kolagen dengan degradasi kolagen Sintesis >degradasi  Akumulasi kolagen
  • 8.  Definisi : pengkerutan atau pemendekan (tightening) patologis otot, tendon, ligament, atau kulit yang mengakibatkan gangguan pergerakan normal  Akibat jaringan ikat elastik digantikan jaringan fibrotik yang tidak elastik  Area: kulit dan jaringan dibawahnya, otot, tendon dan persendian.  Kontraktur menyebaban kehilangan 20-65° normal ROM, dan 18-45% reduksi di gerakan normal  Penyebab tersering :  parut  imobilisasi yang lama 8
  • 9.  Kontraktur kulit (dermogen)  setelah luka bakar  pemendekan patologis dari parut  Kontraktur osteogen/artrogen  kelainan tulang atau sendi,  Kontraktur tipe myogen/tendogen  hampir semua bagian tubuh yang mengandung otot dan tendon,  Exm: genu stiffness  Kontraktur pada otot dan tendon  Exm: Volkmann Contractures  Kontraktur e.c. kelainan neurogenik  Exm: cerebral palsy 9
  • 10.  Luka bakar derajat II dan III skin loss  sembuh dengan kontraksi dan epitelialisasi lebih dari 3 minggu  tension  parut hipertrofi  kontraktur
  • 11. Pembedahan Non Pembedahan Z-Plasty Pressure Garment Flap Silicone Gel Release dan Skin Grafting Scar Massage Eksisi Pulsed Dye Laser Steroid
  • 12. FASE Target Modalitas CRITICALLY ILL Mencegah ROM ↓ Edema ↓ Mencegah Kontraktur Passive ROM Positioning, splinting Fisioterapi 2x/hari, maajemen nyeri Early Excision RECOVERING BURN PATIENT  OUTPATIENT ROM membaik dan menguat Evaluasi Terapi post op Rekonstruksi Passive ROM ↑ active ROM and strengthening ↓ Edema ADL Training Scar Management
  • 13.  Ideal: 2x/hari  Sesi bersamaan dengan penggantian dressing  Manajemen nyeri dengan opiate atau benzodiazepines  Komunikasi interpersonal dengan tenaga medis
  • 14.  Antideformity positioning  ↓ pemendekan tendon, ligament kolateral, dan kapsul sendi  ↓ edema ekstremitas dan wajah  Splinting:  Dapat membantu mencegah kontraktur yang berkaitan dengan posisi fleksi, kecuali pada tangan
  • 15. Lokasi Kontraktur Pencegahan Leher Fleksi Thermoplastic neck splints, conformers, split mattresses Posisi leher ekstensi Axilla Adduksi Posisi bahu abduksi maksimal Splint axilla, padding Siku Fleksi Splint siku posisi ekstensi Bergantian dengan splint fleksi untuk mempertahankan ROM Panggul dan Genu Fleksi Terutama pada anak - Posisi tengkurap - Ambulasi - Imobilisasi genu Ankle Equinus Splinting Monitor  2x sehari untuk cek adakah luka atau pemasangan yang tidak pas
  • 16.
  • 17.
  • 18.  Sering menetap pada kasus luka bakar dan graft pada ekstremitas  memperberat kaku sendi  Posisi ekstremitas dan kepala lebih tinggi dari jantung  Elastic Garments/dressing, Elevasi, Massage
  • 19.  PARUT HIPERTROFIK: Problem yang sulit dan merupakan aspek penting pada penanganan luka bakar  Terutama pada luka bakar derajat dalam yang sembuh spontan dalam 3 minggu atau lebih  Pada area dengan kulit yang elastis: wajah bagian bawah, segitiga submental, dada anterior dan leher.  9 minggu setelah epitelialisasi  terjadi neovaskularisasi  eritema  parut hipertrofik
  • 20. Non Surgikal:  Topical Silicone  Pressure Garment Therapy  Scar Massage  Steroid injections  Serial casting  major joints  Laser Surgikal: Release, Skin Grafting, Flap, Z-Plasty, Tissue Expander
  • 21.  diletakkan di atas luka 24 jam/hari.  Efektif untuk area yang sempit.  Dapat diletakkan di bawah compression garments
  • 22.  Terutama untuk anak  ↓ parut dengan mempercepat maturasi  ↓ aliran darah  hipoksia local  disposisi kolagen ↓  ketebalan parut, kemerahan, edema, gatal ↓ . Menjaga kontur. Melindungi kulit/graft baru  Tekanan: 15-25mmHg  Waktu: 23 jam/hari  Durasi: hingga 1 tahun. 10-14 hari post graft
  • 23.  SCAR MASSAGE: Beberapa x/hari. Dengan misturizers  STEROID INJECTIONS  untuk area yang terlokalisir dan simtomatik (kosmetis, pruritus)  LASER: Memperbaiki : Pigmentasi, Vaskularitas, Fleksibilitas, Tebal parut
  • 24. Tujuan: 1. RELEASE KONTRAKTUR 2. TUTUP DEFEK  SKIN FLAP, SKIN GRAFT, DONOR SITES 3. REKONSTRUKSI  Koreksi abnormalitas kontur TIMING: umumnya setelah luka menutup, inflamasi mereda, parut dan graft matur dan lunak (2 tahun)
  • 25. Fase Akut : pada bagian yang resiko menimbulkan kecacatan:  Ektropion terutama palpebra superior  Severe contracture of the neck or microstomia  akses intubasi, release kontraktur leher yang menarik struktur wajah (bibir, dagu, palpebra inferior) dan kontraktur aksilla dan dada.  Dorsal contractures of the hand  kontraktur sendi metacarpophalangeal  Contractures of the popliteal fossa  kontraktur genu Fase Intermediate  untuk optimalkan penyembuhan luka
  • 26.  Metode paling sederhana  Penting untuk menentukan banyaknya parut yang dapat diambil  ”Pinching” di tepi-tepi untuk menentukan mobilitas tepi luka  Insisi sirkuferensial hingga sedalam parut hingga lapisan lemak subkutan  4-5 mm lapisan kolagen dibiarkan melekat di dasar  Undermining tepi luka minimal  Suture dengan benang sintetis  Depresi di lokasi eksisi.
  • 27.
  • 28.  Tutup defek luka dengan skin graft  Membutuhkan bed luka yang tervaskularisasi dengan baik  Dapat berupa split-thickness maupun Full-Thickness Skin Graft  Skin Graft diaposisikan pada wound bed, difiksasi dengan suture, tutup dengan cotton bolster untuk fiksasi dan mencegah akumulasi cairan  Evaluasi dalam 3-5 hari  Full-thickness dan Split Thickness graft yang tebal lebih disukai karena lebih elastis, kurang kontraksi, estetik lebih baik
  • 29.  Untuk tutup defek kompleks seperti sendi atau pembuluh darah, melindungi jaringan untuk rekonstruksi lanjutan, isal graft tendon atau saraf pada tangan  (+): elastis, kontraktur minimal, kecocokan warna dan tekstur  Axial Skin Flap  Z-Plasty Technique  Flap Musculocutaneous atau Fasciocutaneous  Musculocutaneous Z-Plasty  Neck, eyelid release  Fasciocutaneous Z-Plasty  knee and ankle  ¾ Fasciocutaneous  Paratenon Cutaneous Z-Plasty  wrist, ankle, fascial
  • 30.
  • 31.  Digunakan secara luas  menurunkan lebar parut :60° Z-plasty dapat memanjangkan parut 75% dan menyempitkan 30%  menurunkan tension
  • 32. Parut hipertrofi leher menyebabkan kontraktur yang berakibat deformitas palpebra inferior, komiura oris, dan jawline. Desain Z- Plasty dilakukan di jaringan parut. 4 tahun setelah pembedahan, deformitas wajah terkoreksi, parut menjadi datar, lunak, dan asimtomatik
  • 33.
  • 34.
  • 35.
  • 36. (A) A horizontal line was drawn along the site of tightness. A triangular skin marking was also drawn with its cathetus perpendicular to the line of release. (B) The triangular flap was rotated cephalad and medialward to make up the wound defect that resulted from release. (C) The flap donor site closure as well as the inset of flap was achieved primarily.
  • 37.  Terutama untuk terapi alopesia post luka bakar
  • 38. 3 minggu hingga flap sembuh  Static or dynamic splints.  Latihan fisik  Perawatan area Graft
  • 39.  Aci.health.nsw.gov.au. (2019). [online] Available at: https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0018/236151/Burns-PT-OT- Guidelines.pdf [Accessed 4 Sep. 2019].  Anthonissen, M., Daly, D., Janssens, T. and Van den Kerckhove, E. (2016). The effects of conservative treatments on burn scars: A systematic review. Burns, 42(3), pp.508-518.  Hayashida, K. and Akita, S. (2017). Surgical treatment algorithms for post-burn contractures. Burns & Trauma, 5(1).  Herndon, D. (2018). Total Burn Care E-Book. Philadelphia: Elsevier.  Sheridan, R. (2019). Burn Rehabilitation: Overview, Treatment Goals and Planning, Acute Rehabilitation. [online] Emedicine.medscape.com. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/318436-overview [Accessed 3 Sep. 2019].  Thorne, C., Chung, K. C., Gosain, A., Guntner, G. C., & Mehrara, B. J. (2014). Grabb and Smith's plastic surgery: Editor-in-chief, Charles H. Thorne ; editors, Kevin C. Chung, Arun Gosain, Geoffrey C. Gurtner, Babak Joseph Mehrara, J. Peter Rubin, Scott L. Spear (Seventh edition.). Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins Health.  Willows, B., Ilyas, M. and Sharma, A. (2017). Laser in the management of burn scars. Burns, 43(7), pp.1379-1389.