2. Luka bakar memiliki mortalitas dan morbiditas yang tinggi
Derajat kecacatan bervariasi, dtentukan oleh keparahan luka
bakar, fase perawatan, usia dan komorbid
Penanganan sangat sulit dan panjang
Tatalaksana multi disiplin melibatkan pasien dan keluarga
Penanganan harus dilakukan sejak dini
3. 3 Aspek Penanganan:
REHABILITASI
REKONSTRUKSI
REINTEGRASI
Target penanganan:
Meminimalkan penurunan Range of Movement (ROM)
Mengambalikan fungsi
Modalitas terapi saling berkaitan
Surgikal dan non surgikal
4. 1st phase - Initial assessment and resuscitation
Hari 1-3. Resusitasi cairan dan evaluasi trauma penyerta dan
komorbid
2nd phase - Initial wound excision and biologic closure;
Beberapa hari setelah trauma, meliputi tindakan pembedahan
untuk penutupan luka
3rd phase - Definitive wound closure;
Meliputi penutupan luka definitif, rekonstruksi pada area yang
kompleks seperti wajah dan tangan.
4th phase - Rehabilitation, reconstruction, and reintegration;
Dimulai sejak resusitasi hingga setelah rawat jalan
5.
6. PARUT HIPERTROFI
KONTRAKTUR
DEFORMITAS STRUKTUR
Studi oleh Holavanahalli et al:
Nyeri dan kekakuan sendi
Kesulitan berjalan, kelelahan, dan kelemahan di lengan dan tangan
73% keterbatasan gerak
Lokasi predileksi: 47% leher, 45% tangan dan 38% axilla
7. Parut Hipertropik
Penonjolan terbatas pada
daerah bekas luka
Maturasi (+), cenderung
regresi seiring waktu
Ukuran parut sesuai dengan
besarnya cedera
Timbul karena pergerakan
Predileksi pada area yang
menyebrang permukaan
yang bisa ditekuk (sendi,
abdomen)
Ada perbaikan dengan
pembedahan
Keloid
Penonjolan melewati batas
luka
Maturasi (-), parut bisa
berkembang lebih besar
Cedera minimal bs
menimbulkan parut yang
besar
Tidak tergantung gerak
Predileksi : bahu, telinga,
punggung, dada
Pembedahan dapat membuat
keloid menjadi lebih buruk
7
Teori : ketidakseimbangan sintesis kolagen dengan degradasi kolagen
Sintesis >degradasi Akumulasi kolagen
8. Definisi : pengkerutan atau pemendekan (tightening)
patologis otot, tendon, ligament, atau kulit yang
mengakibatkan gangguan pergerakan normal
Akibat jaringan ikat elastik digantikan jaringan fibrotik
yang tidak elastik
Area: kulit dan jaringan dibawahnya, otot, tendon dan
persendian.
Kontraktur menyebaban kehilangan 20-65° normal ROM,
dan 18-45% reduksi di gerakan normal
Penyebab tersering :
parut
imobilisasi yang lama
8
9. Kontraktur kulit (dermogen)
setelah luka bakar
pemendekan patologis dari parut
Kontraktur osteogen/artrogen
kelainan tulang atau sendi,
Kontraktur tipe myogen/tendogen
hampir semua bagian tubuh yang mengandung otot dan tendon,
Exm: genu stiffness
Kontraktur pada otot dan tendon
Exm: Volkmann Contractures
Kontraktur e.c. kelainan neurogenik
Exm: cerebral palsy
9
10. Luka bakar derajat II dan III skin loss sembuh dengan
kontraksi dan epitelialisasi lebih dari 3 minggu tension
parut hipertrofi kontraktur
11. Pembedahan Non Pembedahan
Z-Plasty Pressure Garment
Flap Silicone Gel
Release dan Skin Grafting Scar Massage
Eksisi Pulsed Dye Laser
Steroid
12. FASE Target Modalitas
CRITICALLY
ILL
Mencegah ROM ↓
Edema ↓
Mencegah Kontraktur
Passive ROM
Positioning, splinting
Fisioterapi 2x/hari,
maajemen nyeri
Early Excision
RECOVERING
BURN PATIENT
OUTPATIENT
ROM membaik dan
menguat
Evaluasi
Terapi post op
Rekonstruksi
Passive ROM
↑ active ROM and
strengthening
↓ Edema
ADL Training
Scar Management
13. Ideal: 2x/hari
Sesi bersamaan dengan
penggantian dressing
Manajemen nyeri
dengan opiate atau
benzodiazepines
Komunikasi
interpersonal dengan
tenaga medis
14. Antideformity positioning
↓ pemendekan tendon,
ligament kolateral, dan
kapsul sendi
↓ edema ekstremitas dan
wajah
Splinting:
Dapat membantu mencegah
kontraktur yang berkaitan
dengan posisi fleksi, kecuali
pada tangan
15. Lokasi Kontraktur Pencegahan
Leher Fleksi Thermoplastic neck splints, conformers, split
mattresses
Posisi leher ekstensi
Axilla Adduksi Posisi bahu abduksi maksimal
Splint axilla, padding
Siku Fleksi Splint siku posisi ekstensi
Bergantian dengan splint fleksi untuk
mempertahankan ROM
Panggul
dan
Genu
Fleksi
Terutama
pada anak
- Posisi tengkurap
- Ambulasi
- Imobilisasi genu
Ankle Equinus Splinting
Monitor 2x sehari untuk cek adakah luka atau pemasangan yang tidak pas
16.
17.
18. Sering menetap pada kasus luka bakar dan graft pada
ekstremitas memperberat kaku sendi
Posisi ekstremitas dan kepala lebih tinggi dari jantung
Elastic Garments/dressing, Elevasi, Massage
19. PARUT HIPERTROFIK: Problem yang sulit dan merupakan
aspek penting pada penanganan luka bakar
Terutama pada luka bakar derajat dalam yang sembuh
spontan dalam 3 minggu atau lebih
Pada area dengan kulit yang elastis: wajah bagian bawah,
segitiga submental, dada anterior dan leher.
9 minggu setelah epitelialisasi terjadi neovaskularisasi
eritema parut hipertrofik
21. diletakkan di atas luka 24 jam/hari.
Efektif untuk area yang sempit.
Dapat diletakkan di bawah compression garments
22. Terutama untuk anak
↓ parut dengan mempercepat
maturasi
↓ aliran darah hipoksia local
disposisi kolagen ↓ ketebalan parut,
kemerahan, edema, gatal ↓ . Menjaga
kontur. Melindungi kulit/graft baru
Tekanan: 15-25mmHg
Waktu: 23 jam/hari
Durasi: hingga 1 tahun. 10-14 hari
post graft
23. SCAR MASSAGE: Beberapa
x/hari. Dengan misturizers
STEROID INJECTIONS
untuk area yang terlokalisir
dan simtomatik (kosmetis,
pruritus)
LASER: Memperbaiki :
Pigmentasi, Vaskularitas,
Fleksibilitas, Tebal parut
24. Tujuan:
1. RELEASE KONTRAKTUR
2. TUTUP DEFEK SKIN FLAP, SKIN GRAFT, DONOR SITES
3. REKONSTRUKSI Koreksi abnormalitas kontur
TIMING: umumnya setelah luka menutup, inflamasi mereda, parut
dan graft matur dan lunak (2 tahun)
25. Fase Akut : pada bagian yang resiko menimbulkan kecacatan:
Ektropion terutama palpebra superior
Severe contracture of the neck or microstomia akses
intubasi, release kontraktur leher yang menarik struktur
wajah (bibir, dagu, palpebra inferior) dan kontraktur aksilla
dan dada.
Dorsal contractures of the hand kontraktur sendi
metacarpophalangeal
Contractures of the popliteal fossa kontraktur genu
Fase Intermediate untuk optimalkan penyembuhan luka
26. Metode paling sederhana
Penting untuk menentukan banyaknya parut yang dapat
diambil
”Pinching” di tepi-tepi untuk menentukan mobilitas tepi luka
Insisi sirkuferensial hingga sedalam parut hingga lapisan
lemak subkutan
4-5 mm lapisan kolagen dibiarkan melekat di dasar
Undermining tepi luka minimal
Suture dengan benang sintetis
Depresi di lokasi eksisi.
27.
28. Tutup defek luka dengan skin graft
Membutuhkan bed luka yang tervaskularisasi dengan baik
Dapat berupa split-thickness maupun Full-Thickness Skin
Graft
Skin Graft diaposisikan pada wound bed, difiksasi dengan
suture, tutup dengan cotton bolster untuk fiksasi dan
mencegah akumulasi cairan
Evaluasi dalam 3-5 hari
Full-thickness dan Split Thickness graft yang tebal lebih
disukai karena lebih elastis, kurang kontraksi, estetik lebih
baik
29. Untuk tutup defek kompleks seperti sendi atau pembuluh
darah, melindungi jaringan untuk rekonstruksi lanjutan, isal
graft tendon atau saraf pada tangan
(+): elastis, kontraktur minimal, kecocokan warna dan tekstur
Axial Skin Flap
Z-Plasty Technique
Flap Musculocutaneous atau Fasciocutaneous
Musculocutaneous Z-Plasty Neck, eyelid release
Fasciocutaneous Z-Plasty knee and ankle
¾ Fasciocutaneous
Paratenon Cutaneous Z-Plasty wrist, ankle, fascial
30.
31. Digunakan secara
luas
menurunkan lebar
parut :60° Z-plasty
dapat memanjangkan
parut 75% dan
menyempitkan 30%
menurunkan
tension
32. Parut hipertrofi leher
menyebabkan
kontraktur yang
berakibat deformitas
palpebra inferior,
komiura oris, dan
jawline. Desain Z-
Plasty dilakukan di
jaringan parut. 4
tahun setelah
pembedahan,
deformitas wajah
terkoreksi, parut
menjadi datar, lunak,
dan asimtomatik
33.
34.
35.
36. (A) A horizontal line was drawn along the site of tightness. A triangular skin
marking was also drawn with its cathetus perpendicular to the
line of release. (B) The triangular flap was rotated cephalad and medialward
to make up the wound defect that resulted from release. (C) The flap
donor site closure as well as the inset of flap was achieved primarily.
38. 3 minggu hingga flap sembuh
Static or dynamic splints.
Latihan fisik
Perawatan area Graft
39. Aci.health.nsw.gov.au. (2019). [online] Available at:
https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0018/236151/Burns-PT-OT-
Guidelines.pdf [Accessed 4 Sep. 2019].
Anthonissen, M., Daly, D., Janssens, T. and Van den Kerckhove, E. (2016). The effects of
conservative treatments on burn scars: A systematic review. Burns, 42(3), pp.508-518.
Hayashida, K. and Akita, S. (2017). Surgical treatment algorithms for post-burn
contractures. Burns & Trauma, 5(1).
Herndon, D. (2018). Total Burn Care E-Book. Philadelphia: Elsevier.
Sheridan, R. (2019). Burn Rehabilitation: Overview, Treatment Goals and Planning, Acute
Rehabilitation. [online] Emedicine.medscape.com. Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/318436-overview [Accessed 3 Sep. 2019].
Thorne, C., Chung, K. C., Gosain, A., Guntner, G. C., & Mehrara, B. J. (2014). Grabb and
Smith's plastic surgery: Editor-in-chief, Charles H. Thorne ; editors, Kevin C. Chung,
Arun Gosain, Geoffrey C. Gurtner, Babak Joseph Mehrara, J. Peter Rubin, Scott L.
Spear (Seventh edition.). Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins
Health.
Willows, B., Ilyas, M. and Sharma, A. (2017). Laser in the management of burn
scars. Burns, 43(7), pp.1379-1389.