Kasus 3 menggambarkan interaksi antara Ibu Dani, guru Bahasa Inggris, dengan siswa Fajar yang terlihat acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran. Ibu Dani menegur Fajar namun hanya mendapat jawaban "tidak tahu". Ibu Dani kemudian bertanya apakah Fajar tidak kasihan padanya sebagai guru yang sudah berusaha mengajar.
4. Kasus 1
Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat
masuk dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu
Eni baru 2 tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi
dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai menggunakan kesempatan
dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan kehadiran
Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah,
sambil mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan
tugas, “Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala
Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?”
Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa, “Ah Ibu, santai saja bu”.
Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.
5. Kasus 1 (Lanjutan)
Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta
menanyakan tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah
mereka bersedia melakukan memperbaiki permasalahan yang ada?
Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan membela diri, namun pada
akhirnya mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi
bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh
ingin meminta maaf, namun Ibu Santi menanyakan kembali, apa yang
mereka bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu
Santi? Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak
sesuai dengan Keyakinan Kelas. Ibu Santi melanjutkan kembali apa
yang akan mereka lakukan untuk memperbaiki masalah, apakah ada
gagasan?
6. Kasus 1 (Lanjutan)
Setelah mereka berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan
bagaimana kalau mengadakan sebuah diskusi kelompok
dengan teman-teman sekelasnya. Tema yang mereka pilih adalah
penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling
menghormati dan bagaimana penerapannya di kehidupan sehari-hari
di sekolah. Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni
tentang gagasan mereka tersebut. Mereka pun memberitahu Ibu Eni
bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila
lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu
Eni sebagai guru pengganti.
8. Lakukan Analisis dan Jawablah pertanyaan ini!
1. Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah
dijalankan oleh Ibu Santi?
2. Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah
sesuai dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-
langkah restitusi yang telah diusulkan mereka?
3. Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni
dalam menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.
4. Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah
yang ditempuh Ibu Santi?
9. KASUS 1
PERTANYAAN NO. 1
Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah dijalankan oleh Ibu Santi?
JAWABAN NO. 1
Ibu Santi sudah menjalankan Segitiga Restitusi :
1. Menstabilkan Identitas, dengan menggali masalah dari dua kubu yang dianggap bermasalah
yaitu Ibu Eni pihak 1 (guru pengganti) dan pihak 2 Fifi serta Natali merupakan siswa yang
bermasalah dengan perilaku di kelas.
2. Validasi Tindakan yang salah, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali untuk mengidentifikasi
masalah yang sedang terjadi untuk menggali kejujuran tentang tindakan yang sudah
dilakukan.
3. Menanyakan Keyakinan, Ibu Santi mengidentifikasi masalah Fifi dan Natali yang melakukan
pelanggaran keyakinan kelas dengan tidak mengerjakan tugas dan acuh terhadap Bu Eni
sebagai guru pengganti.
10. KASUS 1
PERTANYAAN NO. 2
Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan pelanggaran
yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi yang telah diusulkan mereka?
JAWABAN NO. 2
Restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali menurut kami cukup sesuai dengan pelanggaran yang
mereka buat, karena mereka melanggar keyakinan kelas dengan tidak mengerjakan tugas
dari Bu Eni dan acuh terhadap Bu Eni sebagai guru pengganti. Tindakan yang seharusnya
dilakukan adalah 1) meminta maaf kepada Bu Eni dan mengerjakan tugas dari Bu Eni, 2)
melakukan diskusi kelompok di kelas dengan tema saling menghormati, 3) memberitahukan
kepada Bu Eni tentang usulan mereka secara langsung, 4) meminta kepada Kepala Sekolah
apabila ada guru berhalangan Bu Eni sebagai guru pengganti.
Langkah-langkah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali :
Langkah 1, mengusulkan diskusi kelompok di kelasnya dengan tema “saling menghormati dan
bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.”
Langkah 2, mengirimkan e-mail kepada ibu Eni tentang gagasan mereka.
Langkah 3, meminta kepada Kepala Sekolah apabila ada guru berhalangan Bu Eni sebagai guru
pengganti.
11. KASUS 1
PERTANYAAN NO. 3
Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan
Natali? Jelaskan jawaban Anda.
JAWABAN NO. 3
Posisi Bu Eni pada kasus 1 dalam 5 posisi kontrol adalah 1) sebagai pembuat merasa bersalah,
karena Fifi dan Natali sudah melanggar keyakinan kelas dengan tidak mengerjakan tugas dan
acuh terhadap bu eni serta cenderung menyepelehkan, 2) sebagai pemantau Bu Eni memantau
perilaku Fifi dan Natali yang tidak mengerjakan tugas dan acuh terhadap Bu Eni serta telah
mencoba mengingatkan.3) sebagai teman terlihat dalam kalimat bu Eni” “Ayolah tugasnya
dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong
bantu Ibu ya?” .
12. KASUS 1
PERTANYAAN NO. 4
Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang ditempuh Ibu Santi?
JAWABAN NO. 4
Jika kami sebagai pak Hasan (Kepala Sekolah), langkah yang dilakukan Bu Santi sudah sesuai
dengan Segitiga Restitusi dalam menangani masalah di kelas, Bu Santi dan Bu Eni juga sudah
bekerjasama dalam menerapkan Lima Posisi Kontrol untuk menanamkan nilai kebajikan disiplin
dan pembentukan kebiasaan perilaku yang baik dengan saling menghormati di lingkungan
sekolah.
13. Kasus 2
Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah.
Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari
kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan
sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu
Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa
dia terburu-buru dan salah mengenakan sepatu.
14. Kasus 2 (Lanjutan)
Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang
seragam warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu
harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan
sepatu, selain tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh
sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan
mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah.
Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka
sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.
15. Kasus 2 (Lanjutan)
Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar
tetap dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang
kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah
melanggar peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah
atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja
seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa
sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya
dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani
berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas
tanpa alas sepatu.
17. Lakukan Analisis dan Jawablah pertanyaan ini!
● Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak
Lukman? Jelaskan, apakah indikatornya?
● Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, kira-kira apa
yang akan dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang
akan diajukan ke Sabrina? Jelaskan.
● Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut,
- Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan harus berwarna
hitam?
- Bagaimana Anda menyikapi langkah yang diambil Pak Lukman
mengenai kasus tersebut?
18. JAWABAN POIN 1 KASUS 2
Pertanyaan :
Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak Lukman?
Jelaskan, apakah indikatornya?
Jawaban :
Pada kasus tersebut pak Lukman berperan sebagai “pembuat merasa bersalah,
penghukum, dan pemantau.”
Pembuat merasa bersalah, pak Lukman menanyakan kepada Sabrina tentang peraturan
seragam dan sepatu yang seharusnya dan terlambat ke sekolah. (Apakah kamu tidak
kasihan kepada orang tuamu, jika nanti beliau dipanggil ke sekolah karena kamu sering
melanggar tata tertib sekolah?
Sebagai penghukum dan pemantau, pak Lukman sebagai pemantau menjelaskan
tentang peraturan sekolah sehingga terkesan tidak mau tahu alasan dan permintaan
maaf dari Sabrina dan tetap meminta Sabrina untuk menjalankan hukuman atas
ketidakpatuhan Sabrina datang terlambat dan tidak memakai sepatu hitam.
19. JAWABAN POIN 2 KASUS 2
Pertanyaan :
● Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, kira-kira apa yang akan
dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan ke
Sabrina? Jelaskan.
Jawaban :
Bagaimana cara kamu untuk menjadi siswa yang disiplin?
Apa yang kamu lakukan jika sudah melanggar tata tertib sekolah?
20. JAWABAN POIN 3 KASUS 2
Pertanyaan :
Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut,
- Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan sepatu harus berwarna hitam?
- Bagaimana Anda menyikapi langkah yang diambil Pak Lukman mengenai kasus
tersebut?
Jawaban :
Nilai kebajikan yang ingin dituju adalah nilai kedisiplinan, nilai kebersamaan dan
keseragaman dengan menggunakan sepatu yang berwarna hitam saat di sekolah.
Langkah yang diambil pak Lukman dengan menegakkan aturan sekolah sudah benar,
hanya saja perlu dirubah dengan pendekatan restitusi yaitu pak lukman bisa menuntun
Sabrina sebagai manajer diri sendiri dengan mengajak Sabrina menganalisis
kebutuhannya kenapa bisa bangun terlambat, apa yang harus dia lakukan agar tidak
terlambat dan terburu-buru ke sekolah, dan seharusnya tidak dengan memberikan
hukuman yang akan menyakitkan Sabrina hingga berdampak pada timbul rasa malu yang
menyakitkan bahkan bisa jadi membenci peraturan.
21. Kasus 3
Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis,
namun beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan
tampak acuh tak acuh pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan
nomor 3. Maju ke depan dan kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak
malas-malasan maju ke depan, dan sesampai di depan papan tulis pun,
Fajar hanya diam terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya
dan memainkan spidol di tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan tidur-
tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali, kira-kira siapa
yang bisa?”
22. Kasus 3 (Lanjutan)
Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali
terjadi pada Fajar, sepertinya tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan
nilai-nilainya pun tidak terlalu bagus untuk pelajaran Bahasa Inggris.
Pada saat ditegur oleh ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”.
Ibu Dani pun menjawab, “Gimana kamu Fajar, kamu gak kasihan sama
Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama
Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.
24. Lakukan Analisis dan Jawablah pertanyaan ini!
● Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam pendekatannya kepada
Fajar?
● Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
● BilamanaIbu Dani mengambil posisi Pemantau,apa yang akan dilakukan
atau dikatakan olehnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang
akan diajukan? Jelaskan.
● Apabila Anda adalah kepala sekolah disana dan mengetahui hal ini,
bagaimana tindak lanjut Anda?
25. ANALISIS JAWABAN
KASUS 3
Kasus Ibu Dani dengan Fajar :
1. Sebagai membuat merasa bersalah dan sebagai teman terlihat dari
perkataan bu Dani “Gimana kamu Fajar, kamu gak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah
capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan tindakan bu Dani yang
meminta maju fajar.
2. Prinsip penguasaan
3. Fajar, seharusnya anda lebih giat belajar lagi dan bertanya kepada
temannya. Bagaimana cara anda untuk meningkatkan motivasi
belajar?
4. Memanggil fajar keruangan dan meberikan motivasi, kemudian
bersinergi dengan walas dan BK untuk mengatasi hal ini
26. Kasus 4
Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-
tiba terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi
emosi dan mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan
kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket langsung
melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu
Kepala Sekolah, Ibu Suti menanyakan Dino tentang Keyakinan
Sekolah yang telah disepakati.
27. Kasus 4 (Lanjutan)
Ibu Suti melanjutkan bertanya apakah Dino bersedia memperbaiki
kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun
mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada Anto, hal apa
yang bisa dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah. Anto
menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki pak. Ibu saya akan
sangat marah kalau melihat kancing baju saya sampai copot 3 kancing
begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah yang akan dia
lakukan untuk menggantikan 3 kancing Anto yang terlepas?
28. Kasus 4 (Lanjutan)
Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah tidak tahu bu, saya
lem kembali mungkin ya bu?” Ibu Suti berpikir sebentar dan
menanggapi, “Kalau di lem akan mudah terlepas kembali Dino.
Bagaimana kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah kamu?” Dino
tampak ragu-ragu dan menanggapi, “Menjahit? Mana saya tau
bagaimana menjahit bu.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu
bersedia belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak, memandang kemeja
Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari saya siapa bu?” Dengan
cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino kembali
diam sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing.
29. Kasus 4 (Lanjutan)
Akhirnya Anto mengangguk tanda menyetujui dan sepanjang siang itu
Anto belajar menjahit dan memperbaiki kemeja Anto. Terakhir kali
terlihat kedua anak laki-laki tersebut Anto dan Dino pada jam pulang
sekolah, mereka sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali.
31. Lakukan Analisis dan Jawablah pertanyaan ini!
● Posisi kontrolapa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu
Suti? Hal-hal apa saja yang dilakukannya sehingga Anda
berkesimpulan demikian?
● Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto
dikuatkan oleh Ibu Suti?
● Kira-kira nilai-nilai kebajikan (Keyakinan Sekolah) apa yang dituju
dalam kasus tersebut? Jelaskan.
32. JAWABAN DAN ANALISIS
KASUS 4
Dalam Kasus 4,
1. Ibu Suti Kepala sekolah menerapkan posisi kontrol sebagai manajer
dengan berdialog kepada keduanya untuk saling menganalisis
kebutuhan dan membentuk disiplin positif sehingga mereka memiliki
kesadaran diri.
2. Dengan berbagai pertanyaan yang mengarah kepada kesanaran diri
dan analisis kebutuhan sehingga saling memahami.
3. Sikap saling menghargai dan menghormati serta saling memahami
perbedaan supaya tidak menimbulkan perselisihan.
33. KESIMPULAN DAN ANALISIS
KELOMPOK 3
Dari kasus 1, 2, 3, dan 4 dalam pemecahannya membutuhkan
kolaborasi dalam penerapan segitiga restitusi dan lima posisi control
dalam menyikapi permasalahan yang berkaitan dengan keyakinan
kelas dan keyakinan sekolah. Sehingga dalam penegakan aturan
sekolah maupun kelas tidak mematikan karakter dan mental siswa,
tetapi membiasakan diri untuk segera adaptasi dengan menyadari
kesalahan serta menjalankan konsekuensi dari kesalahan yang
dilakukan sebagai bentuk kesadaran tanggung jawab.