3. FASILITATOR
Ibu DRa. ERMI, M.M
PENGAJAR PRAKTIK
PAK JABAT ARITONANG
PENGAJAR PRAKTIK
PAK EDY SYAHPUTRA, S.Pd
Terima kasih kepada:
4. Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk dan
mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2 tahun menjadi
guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai
menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan
kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil
mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, “Ayolah tugasnya
dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan
tugas. Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa, “Ah Ibu,
santai saja bu”. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.
KASUS 1
5. Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan
Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan memperbaiki
permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan membela diri, namun pada
akhirnya mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh
saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin meminta maaf, namun Ibu Santi
menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak
dihormati Ibu Santi? Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai
dengan Keyakinan Kelas. Ibu Santi melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan
untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?
KASUS 1
6. Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau mereka
mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman sekelasnya. Tema yang
mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling
menghormati dan bagaimana penerapannya di kehidupan sehari-hari di sekolah.
Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan mereka
tersebut. Mereka pun memberitahu Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu
Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan
mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti.
KASUS 1
7. Menstabilkan identitas: “Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan Ibu Eni. Ibu
Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan memperbaiki permasalahan yang ada? Fifi dan Natali
sempat ragu-ragu dan membela diri, namun pada akhirnya mengatakan akan meminta maaf”
Validasi tindakan yang salah: “Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka
sungguh-sungguh ingin meminta maaf, namun Ibu Santi menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan
untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu Santi? Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku
mereka tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas”
Menanyakan keyakinan: dilakukan oleh Ibu Santi dengan menanyakan “apa yang akan mereka lakukan untuk
memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?”
Dalam kasus diatas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah dijalankan oleh Ibu Santi?
Jawab:
Langkah-langkah restitusi yang sudah dijalankan ibu santi yaitu:
KASUS 1
8. Diskusi Kelompok dengan teman-teman sekelasnya tentang keyakinan kelas
Mereka mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan Mereka dan mengusulkan
kepada kepala sekolah untuk menjadikan Bu Eni sebagai Guru pengganti.
Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan
pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi yang telah diusulkan
mereka?
Jawab :
Restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan pelanggaran yang dibuat
karena mereka sudah melakukan komunikasi dengan Ibu Eni. Langkah-langkah restitusi
yang telah diusulkan oleh Fifi dan Natali adalah:
KASUS 1
9. Pembuat merasa bersalah:”Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur
Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas”
Teman: “Tolong bantu Ibu ya?”
Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani
Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.
Jawab:
Dalam kasus di atas, posisi yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan
Natali adalah:
1.
2.
KASUS 1
10. Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang
ditempuh Ibu Santi?
Jawab:
Memberikan apresiasi kepada Ibu Santi karena telah melaksanakan dengan
baik posisi kontrol (manajer) terhadap murid yang melakukan kesalahan di
sekolah
KASUS 1
11. Fifi dan Natali tidak menghargai bu Eni sebagai guru, karena hanya sebagai guru
pengganti
Fifi dan Natali tidak mengerjakan tugas yang diberikan bu Eni
Bu Eni memposisikan diri sebagai pembuat merasa bersalah dan teman
Bu Santi selaku Wali kelas dan guru pengajar memposisikan diri sebagai manager,
dengan memanggil Fifi dan Natali, kemudian melakukan restitusi yakni proses
dialog untuk menciptakan kondisi agar Fifi dan Natali untuk memperbaiki
kesalahan mereka
Nilai kebajikan yang harus ditanamkan kepada Fifi dan Natali adalah saling
menghormati dan menghargai
REFLEKSI KASUS 1
12. Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah.
Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau
tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di
depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang
berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru
dan salah mengenakan sepatu.
KASUS 2
13. Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam
warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus
berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain
tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman
tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya sudah,
kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat,
salah pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa
mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.
KASUS 2
14. Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap
dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya.
Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan
sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke
sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot
sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat
hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia
tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di
kelas tanpa alas sepatu.
KASUS 2
15. Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak Lukman? Jelaskan,
apakah indikatornya?
Pemantau: Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan,
“Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat, salah
pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu
sesuai peraturan”
Penghukum: dari indikator percakapan “Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah,
kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah
kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan
belajar tanpa sepatu seharian.”
1.
Jawab:
sikap posisi yang diambil oleh Bapak Lukman adalah:
KASUS 2
16. 2. Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, apa yang akan dikatakannya, pertanyaan-
pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan ke Sabrina? Jelaskan
Jawab:
Sebagai manajer Pak Luman akan mengatakan kepada Sabrina:
Pak Luman: “Ananda Sabrina, apakah Ananda mengetahui keyakinan sekolah tentang seragam warna
sepatu?”
Sabrina: “Tahu Pak, seharusnya warna hitam”
Pak Lukman: “Ananda Sabrina, Mengapa Ananda memakai sepatu coklat?”
Sabrina: “Maaf Pak, Saya terburu-buru.”
Pak Lukman: “Ananda Sabrina telah melanggar keyakinan sekolah kita, kira-kira bagaimana cara Ananda
akan memperbaiki masalah ini?
Sabrina: “Saya akan menggunakan sepatu hitam dan berusaha bangun lebih awal sehingga tidak terburu-
buru berangkat ke sekolah.”
Pak Lukman: “Baiklah, Bapak menghargai usaha Ananda Sabrina untuk memperbaiki diri.”
KASUS 2
17. KASUS 2
Nilai kebajikan yang ingin dituju dari peraturan warna sepatu harus hitam: kebhinekaan global,
disiplin, dan tanggungjawab
Sikap kami terhadap langkah yang diambil pak Lukman terhadap kasus tersebut adalah tidak
setuju karena mebuat murid menjadi malu dan merasa tidak nyaman berada di lingkungan
sekolah. Sebagai Kepala Sekolah, kami akan memberikan bimbingan dan arahan kepada pak
Lukman untuk malukakan refleksi atas tindakannya agar kedepannya untuk menerapkan budaya
positif di sekolah pak Lukman dapat mangambil kontrol sebagai manajer dalam menyelesaikan
masalah siswa dengan melakukan pendekatan restitusi
3. Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut, Nilai kebajikan apa yang ingin
dituju oleh peraturan harus berwarna hitam? Bagaimana Anda menyikapi langkah yang diambil Pak
Lukman mengenai kasus tersebut?
Jawab:
18. REFLEKSI KASUS 2
Sabrina adalah murid yang telah melanggar peraturan sekolah yaitu datang terlambat ke
sekolah dan menggunakan sepatu dengan warna yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah
Sabrina adalah murid yang ketika melakukan kesalahan di sekolah tidak diberikan
pendekatan restitusi dalam upaya memperbaiki kesalahan yang sudah dilakukannya
Pak Lukman sebagai guru yang berusaha menegakkan kedisipinan sekolah yang
mengharuskan siswa mengenakan sepatu hitam sesuai dengan peraturan di sekolah
Cara kontrol yang dilakukan pak Lukman kurang tepat karena membuat anak menjadi
merasa malu dan tidak nyaman berada di lingkungan sekolah
Untuk menerapkan budaya positif di sekolah pak Lukman sebaiknya mangambil kontrol
sebagai manajer dalam menyelesaikan masalah siswa dengan melakukan pendekatan restitusi
19. KASUS 3
Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun beliau
memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak acuh pada
pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan kerjakan di papan
tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan maju ke depan, dan sesampai di depan papan tulis
pun, Fajar hanya diam terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan memainkan
spidol di tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah
sana, duduk kembali, kira-kira siapa yang bisa?”
Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi pada Fajar,
seperti tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu baik untuk
pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh Ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak
tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab lirih, “Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama Ibu ya,
Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam
membisu.
20. KASUS 3
Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam pendekatannya kepada
Fajar?
Penghukum: karena Ibu Dani menggunakan hukuman verbal dengan
mengatakan “ Ayo Fajar, Makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan!”
Pembuat Merasa Bersalah: karena Ibu Dani membuat Fajar menjadi tidak
nyaman, bersalah dan rendah diri dengan mengatakan “Gimana kamu Fajar”
kamu gak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu.
Tidak kasihan sama Ibu?
1.
Jawab:
Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani adalah:
21. KASUS 3
2. Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
Jawab :
Kebutuhan yang diperlukan oleh Fajar adalah kebebasan. Dalam proses
pembelajaran Guru perlu memahami bahwa murid merupakan manusia yang
memiliki kebutuhan dasar. Ibu Dani perlu memahami minat dan bakat si Fajar. Ibu
Dani bisa melakukan asesmen awal sebelum melakukan proses pembelajaran
sehingga mengetahui minat dan bakat muridnya. Dalam teori kontrol, Guru
cenderung memaksa muridnya mengenai apa yang diiinginkannya. Proses
pembelajaran haruslah berpihak pada murid dan memerdekakan murid sehingga
motivasi intrinsik tumbuh di diri murid.
22. KASUS 3
3. Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang akan dilakukan atau
dikatakan olehnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diajukan?
Jelaskan.
Jawab:
Ketika ibu Dani mengambil posisi Pemantau, maka yang dilakukannya adalah
dengan berbicara kepada Fajar menggunakan nada suara yang datar, serta bahasa
tubuh yang formal mengingatkan peraturan dan konsekuensi dengan menggunakan
daftar kesepakatan yang harus diikuti. Pertanyaan yang akan diajukan antara lain,
“Fajar, kamu ingat dengan kesepakatan kelas kita?”,”Apa yang telah kamu lakukan
tadi?”, dan “Apa konsekuensi dari tindakan yang kamu lakukan?”
23. KASUS 3
4. Apabila Anda adalah kepala sekolah di sekolah Fajar dan mengetahui
hal ini, bagaimana tindak lanjut Anda?
Jawab: Melakukan pendekatan personal dengan memanggil Ibu Dani
dan Fajar di waktu yang tidak bersamaan dengan tujuan untuk mencari
informasi tentang permasalahan yang terjadi, setelah itu bertindak
sebagai posisi manajer untuk menyelesaikan permasalahan antara Ibu
Dani dan Fajar berdasarkan tahap-tahap restitusi.
24. REFLEKSI KASUS 3
Bu Dani seorang guru Bahasa Inggris yang ketika menjelaskan pelajaran ada
murid bernama Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak acuh pada
pelajarannya
Posisi kontrol yang dilakukan bu Dani tidak efektif untuk merubah perilaku
Fajar dalam mengikuti pelajaran bu Dani terbukti dari “Hal seperti ini sudah
seringkali terjadi pada Fajar, seperti tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan
nilai-nilainya pun tidak terlalu baik untuk pelajaran Bahasa Inggris”
Sebaiknya bu Dani mengidentifikasi kebutuhan belajar yang sesuai dengan
bakat yang dimiliki Fajar dan melakukan pendekatan restitusi terhadap Fajar
sebagai upaya untuk memperbaiki sikap Fajar saat pembelajarannya
25. KASUS 4
Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba terlibat dalam
sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan mengadakan kontak fisik,
menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru
piket langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu Suti
sebagai kepala sekolah berupaya menenangkan keduanya, terutama Dino. “Dino
sepertinya kamu saat ini sedang marah sekali.” Mendengar itu, Dino pun mengalir
bercerita tentang kekesalan hatinya. Ibu Suti pun melanjutkan bahwa membuat kesalahan
adalah hal yang manusiawi, dan bahwa mempertahankan diri adalah hal yang penting.
Namun meminta Dino memikirkan cara lain yang mungkin lebih efektif, karena saat ini
Dino berada di ruang kepala sekolah.
26. Ibu Suti melanjutkan bertanya tentang keyakinan sekolah yang disepakati, serta
apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto?
Dino pun akhirnya perlahan mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada
Anto, hal apa yang bisa dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah. Anto menjawab,
“Saya perlu kancing saya diperbaiki bu. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat
kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke
Dino apakah yang akan dia lakukan untuk menggantikan 3 kancing Anto yang
terlepas?
KASUS 4
27. Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah tidak tahu bu, saya lem kembali mungkin ya bu?” Ibu
Suti berpikir sebentar dan menanggapi, “Kalau di lem akan mudah terlepas kembali Dino. Bagaimana
kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah kamu?” Dino tampak ragu-ragu dan menanggapi,
“Menjahit? Mana saya tau bagaimana menjahit bu.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia
belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang
mengajari saya siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino
kembali diam sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing.
Akhirnya Dino mengangguk tanda menyetujui dan sepanjang siang itu Dino belajar menjahit dan
memperbaiki kemeja Anto. Terakhir kali terlihat kedua anak laki-laki tersebut, Dino dan Anto pada
jam pulang sekolah, mereka sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali.
KASUS 4
28. 1. Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu Suti?
Hal-hal apa saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?
Jawab:
Sebagai kepala sekolah, Ibu Suti telah mempraktekkan posisi kontrol “manajer”
karena Ibu Suti melakukan mediasi kepada Dino dan Anto untuk berdiskusi
menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi serta memberikan
bimbingan kepada Dino untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
KASUS 4
29. Menanyakan perasaan Dino
Menanyakan tentang keyakinan sekolah yang di sepakati
Menanyakan kepada Dino “Apakah bersedia memperbaiki atas
kesalahannya
Mengarahkan Dino untuk mencari solusi atas kesalahan yang dibuat
2. Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto
dikuatkan oleh Ibu Suti?
Jawab:
Dari kasus tersebut, Ibu Suti menguatkan Dino dengan cara :
KASUS 4
30. Menawarkan solusi untuk belajar menjahit dengan guru tata busana yaitu
dengan Pak Irfan
Bu Suti bertanya kepada Anto hal apa yang bisa dilakukan Dino untuk
memperbaiki masalah. kemudian Anto menjawab “saya perlu kancing baju
saya diperbaiki bu”
Ibu Suti menguatkan Anto dengan cara :
KASUS 4
31. Bertanggung jawab. Dalam hal ini Dino telah membuat kesalahan yaitu
kancing baju Anto lepas sehingga ia harus bertanggung jawab atas
perbuatannya.
Komitmen, untuk melakukan keyakinan sekolah yang telah disepakati
bersama.
3. Kira-kira nilai-nilai kebajikan (keyakinan sekolah) apa yang dituju dalam
kasus tersebut? Jelaskan!
Jawab:
Nilai-nilai kebajikan (keyakinan sekolah) yang dituju dalam kasus tersebut
yaitu :
KASUS 4
32. Mandiri, Dino belajar menjahit dengan pak Irfan
Persahabatan. Dalam kasus tersebut akhirnya Dino dan Anto sudah
bercengkerama dan bersenda gurau kembali saat pulang sekolah karena
masalah diantara mereka sudah di selesaikan.
KASUS 4
33. Anto dan Dino berkelahi saat bermain bersama di lapangan
basket sehingga menyebabkan kancing baju Anto lepas
sebanyak 3 biji
Ibu Tuti selaku Kepala Sekolah sudah menerapkan kontrol
manajer dan pendekatan restitusi dengan sangat baik
sehingga berdampak pada muridnya yang bersedia
bertanggungjawab secara sadar terhadap kesalahan yang
sudah dilakukannya
REFLEKSI KASUS 4
34. Dengan adanya pembelajaran Budaya positif yang mengajarkan
nilai-nilai kebajikan merupakan kunci utama yang perlu
diajarkan kepada murid kita di sekolah. Apabila kita ingin
menumbuhkan motivasi intrinsik dari dalam diri seseorang maka
tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan
universal dan ketika murid melakukan kesalahan lakukanlah
kontrol sebagai manajer melalui pendekatan restitusi
REFLEKSI KASUS 1-4
36. Pertanyaan dari bu Desi: “Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai
anak yang ditegur tidak mau memasukkan baju ke dalam, setelah
ditegur besoknya kembali tidak mau memasukkan lagi?”
Jawaban dari pak Sidi: “Menurut pendapat kami, cara untuk
menangani siswa seperti itu, pertama sang guru bisa memposisikan diri
sebagai teman, menjalin keakraban kemudian baru guru menerapkan
segitiga resitusi dalam menumbuhkan keyakinan kelas/sekolah dari
dalam diri murid tersebut”
SESI TANYA JAWAB